Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN RADIOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2018


UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUBERCULOSIS PARU

Oleh:

Haspiani M. C014172046
Nurdina Takdir C014172047
Nurul Utami C014172050
Cahya Ramadhani Sila C014172052
Siti Hardiyanti M. C014172056

Pembimbing Residen:
dr. Fitrah Muhibbah

Konsulen Pembimbing :
dr. Sri Asriyani, Sp. Rad(K), M.Med.Ed

DIBAWAKAN DALAM RANGKA


TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS : TUBERCULOSIS PARU

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


1. Nama : Haspiani M.
NIM : C014172046
2. Nama : Nurdina Takdir
NIM : C014172047
3. Nama : Nurul Utami
NIM : C014172050
4. Nama : Cahya Ramadhani Sila
NIM : C014172052
5. Nama : Siti Hardiyanti M.
NIM : C014172056

Fakultas : Kedokteran.
Universitas : Universitas Hasanuddin
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, 18 Oktober 2018

Konsulen Penguji Pembimbing

dr. Sri Asriyani, Sp. Rad(K), M.Med.Ed dr. Fitrah Muhibbah

Mengetahui,

Kepala Bagian Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Prof. Dr.dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad( K)

2
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................3

I. KASUS ...................................................................................................................4

1.1. Identitas Pasien ................................................................................................4

1.2. Anamnesis ........................................................................................................4

1.3. Pemeriksaan Fisis.............................................................................................5

1.4. Pemeriksaan Laboratorium ..............................................................................6

1.5. Pemeriksaan Radiologi ....................................................................................7

1.6. Diagnosis ..........................................................................................................9

1.7. Penanganan ......................................................................................................9

II. DISKUSI ...............................................................................................................10

2.1. Pendahuluan ...................................................................................................10

2.2. Anatomi..........................................................................................................10

2.3. Resume Klinis ................................................................................................12

2.4. Pemeriksaaan Radiologi……………………………………………............13

2.5. Diagnosis Differential ....................................................................................16

2.6. Komplikasi .....................................................................................................10

III. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

3
I. KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. S.A.
Tgl Lahir/Umur : 16-10-1972 / 45 hari
Alamat : Jalan Perintis Kemerdekaan 4 Lorong 6
No. RM : 683433
Hari/tgl masuk : Kamis/11-10-2018
Ruangan : IC lantai 2 Kamar 3
(FOTO PASIEN)

1.2 Anamnesis
a. Keluhan utama : Batuk darah
b. Anamnesis terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan batuk berdarah sejak tahun 2017.
Riwayat batuk berwarna merah cerah dan sekarang berwarna merah
kecoklatan, volume kurang lebih 100cc disertai busa dan berlangsung
secara hilang timbul selama 2-3 bulan. Namun dalam tiga hari sebelum
masuk rumah sakit, batuk berdarah terjadi secara terus menerus. Awalnya
batuk berwarna kuning disertai lendir berlangsung selama satu minggu,
kemudian batuk berdarah. Sesak napas ada, hilang timbul, memberat saat
beraktivitas dan berkurang dengan istirahat. Sesak muncul bersamaan
dengan adanya batuk tersebut. Nyeri dada tidak ada. Pasien merasa mual,
tetapi muntah tidak ada.
Riwayat demam ada hilang timbul. Riwayat demam disertai
keringat dingin pada malam hari ada. Ada penurunan berat badan dari 48
kg menjadi 40 kg sejak tahun 2017. Pasien juga mengeluhkan ada
penurunan nafsu makan dan ia juga merasa lemas.
c. Riwayat penyakit sebelumnya :
1. Riwayat TB paru pada tahun 2012, berobat selama 6 bulan di
puskesmas namun diakhir pengobatan ia tidak control kembali.
2. Riwayat didiagnosis sebagai TB MDR pada tahun 2014 diopname di
Balai Paru Makassar salaam satu minggu. Pasien berobat selama

4
kurang dari satu tahun dengan suntukan. Karena merasa sudah sembuh,
sehingga pasien tidak pernah control kembali.
3. Riwayat merokok selama 32 tahun dengan rata-rata 2 bungkus/hari.
Namun pasien telah berhenti merokok sejak tahun 2017
4. Riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus ataupun asma
disangkal.
d. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
e. Lingkungan : Pasien adalah seorang supir jasa
pengiriman barang, ia tinggal di kawasan padat penduduk dengan ventilasi
yang kurang di rumahnya.

1.3 Pemeriksaan Fisis (18 Oktober 2018)


a. Keadaan umum: Compos Mentis, keadaan sakit sedang, aktif, gizi kurang
b. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 100/75 mmHg
Nadi : 80 x /menit
Pernapasan : 20x /menit
Suhu : 36,7ᵒ C
BB sekarang : 40 kg
Saturasi O2 : 98%
c. Pemeriksaan Fisis
1) Kepala : Normosefal, mesosefal
2) Mata
Anemis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Udem Palpebrae : Tidak ada
Mata cekung : Tidak ada
Pupil : Isokor dengan diameter 2,2 mm
3) THT
Bibir : Normal Lidah : Normal
Tonsil : Sulit dinilai Faring : Sulit dinilai
4) Leher : JVP R+2 cmH2O, pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk
(-)

5
5) Thoraks :
 Inspeksi : Simetris hemithorax kiri dan kanan
 Palpasi : Vocal fremitus sama kuat, nyeri tekan tidak ada
 Perkusi : sonor pada kedua hemithorax
 Auskultasi : Bunyi pernapasan bronchovesicular, ronkhi pada
hemithorax sinistra dan apex dextra. Wheezing tidak ada.
6) Jantung :
Bunyi Jantung I/II normal regular, murmur (-)
7) Abdomen : Cekung ikut gerak napas, peristaltic kesan normal.
8) Anal : Tidak diperiksa
9) Ekstremitas: Hangat, udem (-)
1.4. Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUK UNIT
KIMIA DARAH (11/10/2018)
GDS 137 140 mg/dl
 Fungsi Ginjal
Ureum 17 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.58 L(< 1.3);P(<1.1) mg/dl
 Fungsi Hati
SGOT 27 <38 U/l
SGPT 16 <41 U/l
 Elektrolit
Natrium 141 136-145 mmol/l
Kalium 3.9 3.5-5.1 mmol/l
Klorida 102 97-111 mmol/l
DARAH RUTIN (16/10/2018)
WBC 12.38 4.00 – 10.0 [103/uL]
RBC 4.36 3.80 – 5.80 [106/uL]
HGB 9.9 12.0-16.0 g/dl
HCT 33 37.0 – 47.0 [%]
MCV 75.7 80-97 fL

6
MCH 22.7 26.5-33.5 pg
MCHC 30 31.5-35 g/dl
MIKROBIOLOGI (16/10/2018)
Pewarnaan BTA 1 Negative Negative
Pewarnaan BTA 2 Negative Negative
Pewarnaan BTA 3 Negative Negative

1.5. Pemeriksaan Radiologi


a. Foto Thorax AP : (15/10/2018)
Klinis : Bekas TB

Gambar 2: Foto Thorax Pasien


 Konsolidasi homogen pada lapangan paru atas kanan yang menyebabkan
trakea shift ke kanan.
 Bercak pada lapangan atas kedua paru disertai garis-garis fibrosis yang
meretraksi hili dan cavitas dinding tipis pada lapangan atas paru kanan
 Cor: CTI dalam batas normal, aorta normal
 Kedua sinus dan diafragma baik
 Tulang-tulang inta
 Jaringan lunak sekitar baik
Kesan :
- TB Paru Lama Aktif Lesi Luas
- Atelectasis Pulmo Dextra
- Cor dalam Batas Normal

7
1.6 Diagnosis
Diagnosis Klinis : Bekas TB Paru MDR
Anemia normositik normokrom
Diagnosis Radiologi : TB Paru Lama Aktif Lesi Luas
Atelectasis

1.7 Penanganan
1. Infus natrium clorida 0,9% 500cc/8jam/intravena
2. Asam traneksamat 500mg/8jam/intravena
3. Adona 1 amp/8jam/drips
4. Vitamin K 1amp/8jam/intravena
5. Omeprazole 40mg/12jam/intravena
6. Sukralfat 1 tablet/8jam/oral
7. Codein 10mg/8jam/oral
8. Cetirizine 10mg/24jam/oral

8
II. DISKUSI

2.1. PENDAHULUAN
Tuberculosis (TB) merupakan infeksi bakteri kronik yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan

pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan adanya

hipersensivitas yang diperantarai oleh sel. Pada dasarnya sebagian besar

bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh

lainnya.1 Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada

tahun 2014, insiden kasus TB di dunia telah mencapai 9,1-10 juta orang.

Adapun tiga negara dengan penderita TB terbesar yaitu India sebesar 23%,

Indonesia sebesar 10% dan China sebesar 10% dari seluruh penderita TB

yang ada di dunia.2 Di Indonesia, pada tahun 2015 ditemukan bahwa

jumlah kasus TB sebanyak 330.910 kasus.3

2.2. ANATOMI

Gambar 1: Anatomi Paru4

9
Sistem respirasi mencakup saluran napas yang menuju paru, paru itu
sendiri, otot-otot pernapasan thorax dan abdomen yang berperan dalam
menghasilkan aliran udara melalui saluran napas masuk dan keluar paru.
Saluran napas adalah pipa atau tabung yang mengangkut udara antara
atmosfer dan alveolus, dengan alveolus merupakan tempat pertukaran gas. 5
Saluran napas berawal dari saluran nasal. Saluran nasal membuka ke
dalam faring yang berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem
pernapasandan pencernaan. Terdapat dua saluran bersama yang berasal dari
faring yaitu; trakea yang dilalui oleh udara untuk menuju paru-paru dan
esofagus yang dilalui makanan untuk menuju lambung. Udara dalam keadaan
normal masuk ke faring melalui hidung tetapi juga dapat masuk melalui
mulut ketika saluran nasal tersumbat. Karena faring berfungsi sebagai saluran
bersama untuk udara dan makanan, sewaktu menelan terjadi mekasnisme
refleks yang menutup trakea agar makanan masuk ke esofagus dan bukan ke
saluran pernapasan. Esofagus selalu menutup kecuali ketika menelan untuk
mencegah udara masuk ke lambung pada saat bernapas. 5
Laring terletak di pintu masuk trakea. Tonjolan anterior laring
membentuk jakun (Adam,’s Apple). Udara melewati laring melalui celah di
antara vocal folds. Pembukaan laring ini disebut glotis. Sewaktu udara
bergerak melalui glotis yang terbuka melewati beragam posisi vocal folds
yang kencang, vocal folds tersebut bergetar untuk menghasilkan berbagai
suara bicara. Bibir, lidah, dan palatum mole memodifikasi suara mnjadi pola
suara yang dapat dikenali. 5
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang yaitu, bronkus kanan
dan bronkus kiri, yang masing-masing masuk ke paru-paru kanan dan kiri. Di
dalam masing-masing paru-paru, bronkus terus bercabang menjadi saluran
napas yang semakin sempit, pendek dan banyak. Cabang-cabang yang lebih
kecil disebut bronkiolus. Di ujung bronkiolus terminal terdapat kelompokan
alveolus, yaitu kantong-kantong udara kecil tempat pertukaran gas antara O2
dan CO2. 5

10
Agar aliran udara dapat masuk dan keluar dari alveolus, saluran napas
penghantar yang terus bersambungan dari pintu masuk bronkiolus terminal
hingga alveolus harus tetap terbuka. Trakea dan bronkus besar adalah tabung
yang cukup kaku tak berotot yang dikelilingi serangkaian cincin tulang rawan
yang mencegah saluran ini menyempit. Bronkiolus yang lebih kecil tidak
memiliki tulang rawan untuk menjaganya tetap terbuka. Dinding saluran ini
memiliki otot polos yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan peka
terhadap hormon dan bahan kimia local tertentu. 5

2.3. RESUME KLINIS


Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda sugestif TB
(WHO pada tahun 2013 merevisi istilah “suspek TB” menjadi “presumtif /
terduga TB”). Gejala umum TB adalah batuk produktif lebih dari dua minggu
yang disertai gejala pernapasan seperti sesak napas, nyeri dada, batuk darah
dan / atau gejala tambahan seperti menurunnya nafsu makan, menurun berat
badan, keringat malam dan mudah lelah.6

2.4. PEMERIKSAAN RADIOLOGI


a. Proyeksi Foto Thorax X-RAY
Postero-anterior (PA) : keadaan berdiri, dengan sinar melewatI pasien
dari posterior ke anterior. Film diletakkan di anterior. Sedangkan, antero-
posterior (AP) : keadaan duduk/berbaring, dengan sinar melewati pasien
dari anterior ke posterior. Film diletakkan di posterior. Pada foto PA,
scapula berada di luar lapangan paru dan terlihat udara bebas di lambung.
Pada foto AP, scapula berada di dalam lapangan paru serta terjadi
magnifikasi ukuran jantung.7

11
2.3 FOTO X-RAY THORAX YANG ADEKUAT
Pertama-tama harus dinilai kualitas foto thorax, dengan cara:7
1. Mencakup seluruh lapangan paru.

Gambar 3. Foto Thorax normal


Foto thorax yang baik mencakup daris apex paru hingga sinus
costophrenicus.
2. Simetris.

12
Gambar 4. Menilai rotasi

Processus spinosus terlihat tepat ditengah kedua sendi sternoklavikula

3. Inspirasi cukup.

Gambar 5. Menilai Kecukupan inspirasi


Pada linea midclavicularis diafragma bertemu dengan costa 5-7 anterior.

4. Pajanan mencukupi. Kontur jantung terlihat tajam, pembuluh darah di


sekitar hilus terlihat dengan jelas, dan terlihat corpus vertebra hingga VT3
hingga VT4.
Kemudian memulai analisis foto X-Ray thorax yang
sesungguhnya: 7
1. Nilai posisi trakea, apakah berada pada midline apa tidak. Selain itu
lihat apakah ada penyempitan trakea, persebaran udara, dan carina nya
2. Parenkim paru: densitas radiografis pada paru kiri dan kanan pada
keadaan normal terlihat homogen dan simetris. Nilai paru dengan
membagi menjadi tiga lapangan paru: lapangan paru atas, tengah, dan
bawah. Periksa juga fissura minor yang memisahkan lobus superior
dengan medius paru kanan.

13
3. Hilum: hilum kiri terletak lebih tinggi dari hilum kanan akibat a.
Pulmonalis kiri yang melintas di atas bronkus prinsipalis sinistra. Nilai
juga ukuran dan pergeseran hilum serta jendela aortopulmonal.
4. Mediastinum inferior: nilai batas-batas jantung. Kontur jantung kanan
berdekatan dengan lobus medius, kontur kiri berdekatan dengan
lingula, sehingga dapat diperkirakan letak proses yang terjadi apabila
kontur tersebut tidak jelas. Ukur juga CTI (normal PA<0.5, AP<0.56).
5. Kontur diafragma. Normalnya batas kontur diafragma terlihat jelas
dan sulkus kostofrenikus memiliki ujung yang tajam. Kontur
diafragma yang tidak dapat terlihat dengan jelas menandakan adanya
proses tertentu pada lobus inferior paru hemidiafragma yang
bersangkutan.
6. Jaringan lunak: payudara, emfisema subkutis, dan tanda-tanda
swelling.
7. Tulang: pada foto thorax dapat dinilai klavikula, tulang belakang, iga,
skapula, dan sendi bahu.

Gambar 6. Struktur pada foto X-Ray thorax

Pemeriksaan radiologi foto thorax merupakan cara praktis dalam


menemukan lesi tuberculosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya
yang lebih dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam beberapa hal ia
mempunyai keuntungan seperti pada tuberculosis anak-anak dan

14
tuberculosis milier. Pada kedua hal diatas diagnosis dapat diperoleh melalui
pemeriksaan foto thorax, karena pemeriksaan sputum hampir selalu negatif.8
Gambaran radiologi pada tuberculosis paru yang dapat ditemukan
dengan pemeriksaan foto thorax, antara lain:9
a. Tanda tuberculosis primer:
 Daerah konsolidasi pneumonik perifer (fokus ghon) dengan
pembesaran kelenjar hilus mediastinum (kompleks primer).
Keadaan ini biasanya dapat sembuh dengan gambaran kalsifikasi.
 Daerah konsolidasi yang dapat berukuran kecil, lobaris atau lebih
luas hingga seluruh lapangan paru.

Gambar 7. Konsolidasi kavitasi pada lobus atas kiri: tuberculosis aktif.


b. Tanda tuberculosis post primer atau tuberculosis reaktif:
 Konsolidasi bercak terutama pada lobus superior atau daerah
apikal pada lobus inferior yang sering disertai kavitasi.
 Efusi pleura, empiema, atau penebalan pleura.
 Tuberkulosis milier yaitu nodul-nodul diskret berukuran 1-2 mm
yang dapat terdistribusi di seluruh lapangan paru akibat
penyebaran hematogen.
 Limfadenopati mediastinum atau hilus, bukan gambaran
tuberculosis kecuali pada pasien AIDS.

15
Gambar 8. Kalsifikasi yang sudah lama sembuh pada fokus tuberkulosis.

Selama berlangsung proses penyembuhan, gambaran yang dapat dikenali


adalah fibrosis dan pengecilan volume paru, fokus kalsifikasi, tuberkuloma,
granuloma terlokalisasi yang sering mengalami kalsifikasi, serta kalsifikasi
pleura.9 Adanya banyangan atau lesi pada foto thorax, bukan menunjukkan
adanya aktivitas penyakit kecuali jika suatu infiltrat yang betul-betul nyata. Lesi
penyakit yang sudah non aktif, sering menetap selama hidup pasien. Lesi yang
berupa fibrotik, kavitas, schwarte, sering dijumpai pada orang-orang yang sudah
tua.8

a.) Tanda tuberculosis milier :


 Foto toraks menunjukkan gambaran klasik pola milier
 Lesi paru berupa gambaran retikulonodular difus bilateral di
belakang bayangan milier yang dapat dilihat pada foto toraks

16
Gambar 9. Tuberculosis milier.
b.) Tanda tuberculosis pada anak :
 Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat
(visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus disertai foto
toraks lateral).
 Konsolidasi segmental/lobar
 Efusi pleura
 Milier
 Atelektasis
 Kavitas
 Kalsifikasi dengan infiltrat
 Tuberkuloma

Pemeriksaan radiologi yang dilakukan harus memenuhi kualitas yang


baik.. Deskripsi hasil foto toraks yang bersifat umum seperti ‘bronkopneumonia
dupleks, TB masih mungkin’ perlu disikapi dengan hati-hati dalam arti harus
disesuaikan dengan data klinis dan penunjang lain. Kecuali gambaran khas seperti
milier, deskripsi radiologis saja tidak dapat dijadikan dasar utama diagnosis TB
anak.10

17
Gambar 10. Tuberculosis paru pada anak

Untuk kepentingan klinis maka lesi tuberkulosis paru dibedakan menjadi


dua kategori yang dinilai berdasarkan foto toraks:11

1.) Lesi minimal (minimal lesion)


Jika proses yang terjadi mengenai sebagian dari satu atau dua paru,
dengan luas yang tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas
chondrosternal junction dari iga kedua dan prosesus spinosus dari vertebra
torakalis IV atau korpus vertebra torakalis V (sela iga II) dan tidak
dijumpai kaviti.
2.) Lesi luas (far advanced lesion)
Jika proses lebih luas daripada lesi minimal di atas.
Pemeriksaan khusus yang kadang-kadang juga diperlukan adalah
bronkografi yaitu alat untuk melihat kerusakan bronkus atau paru yang
disebabkan oleh tuberculosis. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan bila pasien
akan menjalani pembedahan paru. Pemeriksaan radiologi thorax yang lebih
canggih adalah Computer Tomography Scanning (CT-Scan). Perbedaan densitas
jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat tranversal. Pemeriksaan lain
yang lebih canggih lagi adalah Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan
ini tidak sebaik CT-Scan, tapi dapat mengevaluasi proses dekat apeks paru, tulang
belakang, perbatasan dadadan perut. Sayatan bisa dibuat sagital, transversal dan
coronal.8

18
2.5. DIAGNOSIS DIFFERENTIAL
2.5.1 Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
pernapasan dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru
yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh
berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri, virus, jamur atau
parasit. Foto thorax dapat menampakan daerah opak(terlihat putih) yang
menggambarkan konsolidasi. Foto thorax juga digunakan untuk evaluasi
adanya komplikasi dari pneumonia.
Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan karena
pengisian alveoli oleh cairan radang berupa : opasitas / peningkatan densitas
(konsolidasi) disertai dengan gambaran air bronchogram.
Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis
negatif, maka ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk
menegakkan diagnosis.12

Gambar 11. pneumoni pada lobus superior


dextra disertai airbronchogram (+)

2.5.2 Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses
peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang

19
berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.
Gambaran radiologi berupa, jika udara dalam alveoli digantikan oleh
eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih pada foto
rontgen, pada bronkopneumonia bercak tersebar (difus) mengikuti
gambaran alveoli ditandai dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas
yang mengelilingi saluran-saluran nafas yang lebih kecil.13

Gambar 12. Bronkopneumoni pada lobus bawah posterior

2.5.3 Bronchitis kronis

Gambaran radiologi yang mendukung adanya bronchitis kronik


adalah dengan ditemukannya gambaran “dirty chest”. Hal ini ditandai
dengan terlihatnya corakan bronkovaskular yang ramai. Terdapat
gambaran mirip jaringan fibrosis pada tb paru. Gambaran opasitas yang
kecil mungkin akan terlihat pada semua tempat di seluruh lapangan paru
namum penilaian gambaran ini bersifat subjektif.14

Gambar 13.
Dirty chest yang
menunjukkan
adanya corakan
bronkuvaskular yang
ramai hingga
menuju percabangan
perifer di paru

20
2.5.4 Abses paru
Abses paru adalah nekrosis jaringan paru dan pembentukan rongga
yang berisi sebukan nekrosis atau cairan yang disebabkan oleh mikroba.
Kavitas berdinding tebal yang berisi air fluid level membedakan dengan tb
paru dengan kavitas berdinding tipis.15

Gambar 14. Air fluid level pada abses paru


2.6 Komplikasi
a) Pneumotoraks :
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di
dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena;
b) Efusi pleura :
Efusi pleura adalah adanya penumpukan cairan dalam rongga
(kavum) pleura yang melebihi batas normal. Dalam keadaan normal
terdapat 0-20 cc cairan.Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada
rongga pleuraatau Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya
cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran
cairan pleura;
c) Batuk darah;
d) Gagal napas;
e) Gagal jantung.16

21
III. DAFTAR PUSTAKA

1. Isselbacher dkk, 2013. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Alih


bahasa Asdie Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC. Hal 799-800.
2. World Health Organizatin (WHO), 2015. Global Tuberculosis Report, 20th
edition, Switzerland:WHO Press. P.14.
3. Kementrian Kesehatan RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profilkesehatanindonesia.pdf.
[Diakses 18 Oktober 2017].
4. Netter, Frank H. 2013. Atlas Anatomi Manusia edisi 5. Jakarta: Sagung Seto.
5. Sherwood, Lauralee. 2015. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 8. Jakarta:
EGC.
6. Persatuan Dokter Paru Indonesia. 2013. Pedoman Diagnostik dan Penatalaksanaan
TB di Indonesia. Jakarta: PDPI.
7. Chest X-Rays for Medical Students, Christopher Clarke & Anthony Dux, 2011,
Wiley-Blackwell Publisher, England.
8. Amin Z, Bahar A, 2014. Tuberculosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I. 6 st edition, Jakarta: Interna Publishing. Hal 865-970.
9. Patel PR, 2007. Lecture Notes Radiologi. Alih bahasa Vidia Umami, Edisi 2,
Jakarta: Erlangga. Hal 5, 38-39.
10. Kementrian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Nsional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Tuberculosis. Jakarta.
11. PDPI, 2006. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia
(Konsensus TB). http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html.
[Diakses 18 Oktober 2017]
12. NHLBI. National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI). [Online] 2009.
13. Albert. Diagnosis and treatment of acute bronkitis.. 2010, Am Fam Physician,
Vol. 11, pp. 1345-1350.
14. Cohen, Jonathan, Powderly, William.Infectious Diseases, 2nd ed. 2. Mosby :
Elsevier, 2004.
15. Soeparman Waspadji S. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. 1999. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.hal: 695-705

22
16. PDPI.Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di
Indonesia,2017.AvailableURL:http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html

23

Anda mungkin juga menyukai