KLP 3 - Lapsus - TB Paru 1
KLP 3 - Lapsus - TB Paru 1
TUBERCULOSIS PARU
Oleh:
Haspiani M. C014172046
Nurdina Takdir C014172047
Nurul Utami C014172050
Cahya Ramadhani Sila C014172052
Siti Hardiyanti M. C014172056
Pembimbing Residen:
dr. Fitrah Muhibbah
Konsulen Pembimbing :
dr. Sri Asriyani, Sp. Rad(K), M.Med.Ed
Fakultas : Kedokteran.
Universitas : Universitas Hasanuddin
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, 18 Oktober 2018
Mengetahui,
2
DAFTAR ISI
I. KASUS ...................................................................................................................4
2.2. Anatomi..........................................................................................................10
3
I. KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. S.A.
Tgl Lahir/Umur : 16-10-1972 / 45 hari
Alamat : Jalan Perintis Kemerdekaan 4 Lorong 6
No. RM : 683433
Hari/tgl masuk : Kamis/11-10-2018
Ruangan : IC lantai 2 Kamar 3
(FOTO PASIEN)
1.2 Anamnesis
a. Keluhan utama : Batuk darah
b. Anamnesis terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan batuk berdarah sejak tahun 2017.
Riwayat batuk berwarna merah cerah dan sekarang berwarna merah
kecoklatan, volume kurang lebih 100cc disertai busa dan berlangsung
secara hilang timbul selama 2-3 bulan. Namun dalam tiga hari sebelum
masuk rumah sakit, batuk berdarah terjadi secara terus menerus. Awalnya
batuk berwarna kuning disertai lendir berlangsung selama satu minggu,
kemudian batuk berdarah. Sesak napas ada, hilang timbul, memberat saat
beraktivitas dan berkurang dengan istirahat. Sesak muncul bersamaan
dengan adanya batuk tersebut. Nyeri dada tidak ada. Pasien merasa mual,
tetapi muntah tidak ada.
Riwayat demam ada hilang timbul. Riwayat demam disertai
keringat dingin pada malam hari ada. Ada penurunan berat badan dari 48
kg menjadi 40 kg sejak tahun 2017. Pasien juga mengeluhkan ada
penurunan nafsu makan dan ia juga merasa lemas.
c. Riwayat penyakit sebelumnya :
1. Riwayat TB paru pada tahun 2012, berobat selama 6 bulan di
puskesmas namun diakhir pengobatan ia tidak control kembali.
2. Riwayat didiagnosis sebagai TB MDR pada tahun 2014 diopname di
Balai Paru Makassar salaam satu minggu. Pasien berobat selama
4
kurang dari satu tahun dengan suntukan. Karena merasa sudah sembuh,
sehingga pasien tidak pernah control kembali.
3. Riwayat merokok selama 32 tahun dengan rata-rata 2 bungkus/hari.
Namun pasien telah berhenti merokok sejak tahun 2017
4. Riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus ataupun asma
disangkal.
d. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
e. Lingkungan : Pasien adalah seorang supir jasa
pengiriman barang, ia tinggal di kawasan padat penduduk dengan ventilasi
yang kurang di rumahnya.
5
5) Thoraks :
Inspeksi : Simetris hemithorax kiri dan kanan
Palpasi : Vocal fremitus sama kuat, nyeri tekan tidak ada
Perkusi : sonor pada kedua hemithorax
Auskultasi : Bunyi pernapasan bronchovesicular, ronkhi pada
hemithorax sinistra dan apex dextra. Wheezing tidak ada.
6) Jantung :
Bunyi Jantung I/II normal regular, murmur (-)
7) Abdomen : Cekung ikut gerak napas, peristaltic kesan normal.
8) Anal : Tidak diperiksa
9) Ekstremitas: Hangat, udem (-)
1.4. Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUK UNIT
KIMIA DARAH (11/10/2018)
GDS 137 140 mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum 17 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.58 L(< 1.3);P(<1.1) mg/dl
Fungsi Hati
SGOT 27 <38 U/l
SGPT 16 <41 U/l
Elektrolit
Natrium 141 136-145 mmol/l
Kalium 3.9 3.5-5.1 mmol/l
Klorida 102 97-111 mmol/l
DARAH RUTIN (16/10/2018)
WBC 12.38 4.00 – 10.0 [103/uL]
RBC 4.36 3.80 – 5.80 [106/uL]
HGB 9.9 12.0-16.0 g/dl
HCT 33 37.0 – 47.0 [%]
MCV 75.7 80-97 fL
6
MCH 22.7 26.5-33.5 pg
MCHC 30 31.5-35 g/dl
MIKROBIOLOGI (16/10/2018)
Pewarnaan BTA 1 Negative Negative
Pewarnaan BTA 2 Negative Negative
Pewarnaan BTA 3 Negative Negative
7
1.6 Diagnosis
Diagnosis Klinis : Bekas TB Paru MDR
Anemia normositik normokrom
Diagnosis Radiologi : TB Paru Lama Aktif Lesi Luas
Atelectasis
1.7 Penanganan
1. Infus natrium clorida 0,9% 500cc/8jam/intravena
2. Asam traneksamat 500mg/8jam/intravena
3. Adona 1 amp/8jam/drips
4. Vitamin K 1amp/8jam/intravena
5. Omeprazole 40mg/12jam/intravena
6. Sukralfat 1 tablet/8jam/oral
7. Codein 10mg/8jam/oral
8. Cetirizine 10mg/24jam/oral
8
II. DISKUSI
2.1. PENDAHULUAN
Tuberculosis (TB) merupakan infeksi bakteri kronik yang
bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh
tahun 2014, insiden kasus TB di dunia telah mencapai 9,1-10 juta orang.
Adapun tiga negara dengan penderita TB terbesar yaitu India sebesar 23%,
Indonesia sebesar 10% dan China sebesar 10% dari seluruh penderita TB
2.2. ANATOMI
9
Sistem respirasi mencakup saluran napas yang menuju paru, paru itu
sendiri, otot-otot pernapasan thorax dan abdomen yang berperan dalam
menghasilkan aliran udara melalui saluran napas masuk dan keluar paru.
Saluran napas adalah pipa atau tabung yang mengangkut udara antara
atmosfer dan alveolus, dengan alveolus merupakan tempat pertukaran gas. 5
Saluran napas berawal dari saluran nasal. Saluran nasal membuka ke
dalam faring yang berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem
pernapasandan pencernaan. Terdapat dua saluran bersama yang berasal dari
faring yaitu; trakea yang dilalui oleh udara untuk menuju paru-paru dan
esofagus yang dilalui makanan untuk menuju lambung. Udara dalam keadaan
normal masuk ke faring melalui hidung tetapi juga dapat masuk melalui
mulut ketika saluran nasal tersumbat. Karena faring berfungsi sebagai saluran
bersama untuk udara dan makanan, sewaktu menelan terjadi mekasnisme
refleks yang menutup trakea agar makanan masuk ke esofagus dan bukan ke
saluran pernapasan. Esofagus selalu menutup kecuali ketika menelan untuk
mencegah udara masuk ke lambung pada saat bernapas. 5
Laring terletak di pintu masuk trakea. Tonjolan anterior laring
membentuk jakun (Adam,’s Apple). Udara melewati laring melalui celah di
antara vocal folds. Pembukaan laring ini disebut glotis. Sewaktu udara
bergerak melalui glotis yang terbuka melewati beragam posisi vocal folds
yang kencang, vocal folds tersebut bergetar untuk menghasilkan berbagai
suara bicara. Bibir, lidah, dan palatum mole memodifikasi suara mnjadi pola
suara yang dapat dikenali. 5
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang yaitu, bronkus kanan
dan bronkus kiri, yang masing-masing masuk ke paru-paru kanan dan kiri. Di
dalam masing-masing paru-paru, bronkus terus bercabang menjadi saluran
napas yang semakin sempit, pendek dan banyak. Cabang-cabang yang lebih
kecil disebut bronkiolus. Di ujung bronkiolus terminal terdapat kelompokan
alveolus, yaitu kantong-kantong udara kecil tempat pertukaran gas antara O2
dan CO2. 5
10
Agar aliran udara dapat masuk dan keluar dari alveolus, saluran napas
penghantar yang terus bersambungan dari pintu masuk bronkiolus terminal
hingga alveolus harus tetap terbuka. Trakea dan bronkus besar adalah tabung
yang cukup kaku tak berotot yang dikelilingi serangkaian cincin tulang rawan
yang mencegah saluran ini menyempit. Bronkiolus yang lebih kecil tidak
memiliki tulang rawan untuk menjaganya tetap terbuka. Dinding saluran ini
memiliki otot polos yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan peka
terhadap hormon dan bahan kimia local tertentu. 5
11
2.3 FOTO X-RAY THORAX YANG ADEKUAT
Pertama-tama harus dinilai kualitas foto thorax, dengan cara:7
1. Mencakup seluruh lapangan paru.
12
Gambar 4. Menilai rotasi
3. Inspirasi cukup.
13
3. Hilum: hilum kiri terletak lebih tinggi dari hilum kanan akibat a.
Pulmonalis kiri yang melintas di atas bronkus prinsipalis sinistra. Nilai
juga ukuran dan pergeseran hilum serta jendela aortopulmonal.
4. Mediastinum inferior: nilai batas-batas jantung. Kontur jantung kanan
berdekatan dengan lobus medius, kontur kiri berdekatan dengan
lingula, sehingga dapat diperkirakan letak proses yang terjadi apabila
kontur tersebut tidak jelas. Ukur juga CTI (normal PA<0.5, AP<0.56).
5. Kontur diafragma. Normalnya batas kontur diafragma terlihat jelas
dan sulkus kostofrenikus memiliki ujung yang tajam. Kontur
diafragma yang tidak dapat terlihat dengan jelas menandakan adanya
proses tertentu pada lobus inferior paru hemidiafragma yang
bersangkutan.
6. Jaringan lunak: payudara, emfisema subkutis, dan tanda-tanda
swelling.
7. Tulang: pada foto thorax dapat dinilai klavikula, tulang belakang, iga,
skapula, dan sendi bahu.
14
tuberculosis milier. Pada kedua hal diatas diagnosis dapat diperoleh melalui
pemeriksaan foto thorax, karena pemeriksaan sputum hampir selalu negatif.8
Gambaran radiologi pada tuberculosis paru yang dapat ditemukan
dengan pemeriksaan foto thorax, antara lain:9
a. Tanda tuberculosis primer:
Daerah konsolidasi pneumonik perifer (fokus ghon) dengan
pembesaran kelenjar hilus mediastinum (kompleks primer).
Keadaan ini biasanya dapat sembuh dengan gambaran kalsifikasi.
Daerah konsolidasi yang dapat berukuran kecil, lobaris atau lebih
luas hingga seluruh lapangan paru.
15
Gambar 8. Kalsifikasi yang sudah lama sembuh pada fokus tuberkulosis.
16
Gambar 9. Tuberculosis milier.
b.) Tanda tuberculosis pada anak :
Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat
(visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus disertai foto
toraks lateral).
Konsolidasi segmental/lobar
Efusi pleura
Milier
Atelektasis
Kavitas
Kalsifikasi dengan infiltrat
Tuberkuloma
17
Gambar 10. Tuberculosis paru pada anak
18
2.5. DIAGNOSIS DIFFERENTIAL
2.5.1 Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
pernapasan dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru
yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh
berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri, virus, jamur atau
parasit. Foto thorax dapat menampakan daerah opak(terlihat putih) yang
menggambarkan konsolidasi. Foto thorax juga digunakan untuk evaluasi
adanya komplikasi dari pneumonia.
Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan karena
pengisian alveoli oleh cairan radang berupa : opasitas / peningkatan densitas
(konsolidasi) disertai dengan gambaran air bronchogram.
Bila di dapatkan gejala klinis pneumonia tetapi gambaran radiologis
negatif, maka ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk
menegakkan diagnosis.12
2.5.2 Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses
peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang
19
berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.
Gambaran radiologi berupa, jika udara dalam alveoli digantikan oleh
eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak putih pada foto
rontgen, pada bronkopneumonia bercak tersebar (difus) mengikuti
gambaran alveoli ditandai dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas
yang mengelilingi saluran-saluran nafas yang lebih kecil.13
Gambar 13.
Dirty chest yang
menunjukkan
adanya corakan
bronkuvaskular yang
ramai hingga
menuju percabangan
perifer di paru
20
2.5.4 Abses paru
Abses paru adalah nekrosis jaringan paru dan pembentukan rongga
yang berisi sebukan nekrosis atau cairan yang disebabkan oleh mikroba.
Kavitas berdinding tebal yang berisi air fluid level membedakan dengan tb
paru dengan kavitas berdinding tipis.15
21
III. DAFTAR PUSTAKA
22
16. PDPI.Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di
Indonesia,2017.AvailableURL:http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
23