Anda di halaman 1dari 11

KEGIATAN BELAJAR 2

Keberagaman Masyarakat Indonesia dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika

2.2.1 Makna Bhinneka Tunggal Ika


Frasa Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali
diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Jika diterjemahkan
per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata
neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka"
dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu".
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu",
yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa
Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa,
agama dan kepercayaan(https://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika).
2.2.2 Keberagaman Suku Bangsa dan Budaya Indonesia
Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki
oleh suku-suku bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain
perbedaan suku-suku itu juga memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah,
persekutuan, dan kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.
Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
identitas akan kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam satu suku
bangsa tertentu, pastilah mempunyai kesadaran dan identitas diri terhadap kebudayaan
suku bangsanya, misalnya dalam penggunaan bahasa daerah serta mencintai kesenian
dan adat istiadat.
1) Keanekaragaman Suku Bangsa di Indonesia
Suku-suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah
bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh factor geografis, perdagangan laut,
dan kedatangan para penjajah di Indonesia. Berdasarkan buku Ensiklopedia Nasional
Indonesia (2004), jumlah suku bangsa di Indonesia mencapai lebih dari 1.300 suku
bangsa. Jenisnya beragam, dan jumlahnya juga bervariasi di setiap wilayah Indonesia.
Kelompok suku bangsa yang terbesar adalah Jawa yaitu sekitar 40,2% dari populasi
penduduk Indonesia. Kelompok Suku Jawa ini merupakan gabungan dari Suku Jawa,
Osing, Tengger, Samin, Bawean/Boyan, Naga, Nagaring dan suku-suku lainnya di
Pulau Jawa. Suku bangsa terbesar berikutnya secara berturut-turut adalah Suku Sunda
dengan jumlah sebanyak 36,7 juta jiwa (15,5 persen), suku Batak sebanyak 8,5 juta
(3,6 persen) dan suku asal Sulawesi lainnya sebanyak 7,6 juta jiwa (3,2 persen).
Beberapa suku bangsa di Indonesia misalnya suku Aceh, Gayo, Karo, PakPak,
Mentawai, Kampar, Pewdah, Rejang, Serawai, Sepucih, Betawi, Sunda, Badui,
Tengger, Sumbawa, Mbojo, Flores, Dayak, Banjar, Bugis, Muna, Buton,Toli-Toli,
Minahasa, Gorontalo, Tanimbar, Ternate, Misool, Biak, Mamika, Senggi, dll
2) Keanekaragaman Budaya Bangsa di Indonesia
Bangsa Indonesia mempunyai keanekaragaman budaya. Tiap daerah atau
masyarakat mempunyai corak dan budaya masing-masing yang memperlihatkan ciri
khasnya. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai bentuk kegiatan sehari-hari, misalnya
upacara ritual, pakaian adat, bentuk rumah, kesenian, bahasa, dan tradisi lainnya.
Contohnya adalah pemakaman daerah Toraja, mayat tidak dikubur dalam tanah tetapi
diletakkan dalam goa. Di daerah Bali, mayat dibakar(ngaben).
Untuk mengetahui kebudayaan daerah Indonesia dapat dilihat dari ciri-ciri tiap
budaya daerah. Ciri khas kebudayaan daerah terdiri atas bahasa, adat istiadat, sisem
kekerabatan, kesenian daerah dan ciri badaniah (fisik). Lingkungan tempat tinggal
mempengaruhi bentuk rumah tiap suku bangsa. Rumah adat di Jawa dan di Bali
biasanya dibangun langsung di atas tanah. Sementara rumah-rumah adat di luar Jawa
dan Bali dibangun di atas tiang atau disebut rumah panggung. Alasan orang membuat
rumah panggungantara lain untuk meghindari banjir dan menghindari binatang buas.
Kolong rumah biasanya dimanfaatkan untuk memelihara ternak dan menyimpan
barang.
Setiap suku bangsa mempunyai upacara adat dalam peristiwa-peristiwa penting
kehidupan. Misalnya upacara-upacara kelahiran, penerimaan menjadi anggota suku,
perkawinan, kematian, dan lain-lain. Nama dan bentuk upacara menandai peristiwa
kehidupan itu berbeda-beda dalam masing-masing suku. Beberapa contoh upacara
adat yang dilakukan suku-suku di Indonesia antara lain, Mitoni dari Jawa, Kasodo
dari Tengger, Ngaben di Bali, Rambu Solok dari Toraja dll.
Keberagaman kebudayaan di Indonesia juga tampak dalam kesenian daerah.
Ada bermacam-macam bentuk kesenian daerah. Contoh lagulagu daerah seperti Piso
Surit dari Aceh, Soleram dari Riau, Ilir-Ilir dari Jawa Tengah, dan lain-lain. Contoh
Tari-tarian Tradisional Indonesia, misalnya Kecak dari Bali, Remong dari jawa
Timur, Belian dari Kalimantan Timur, dll.Contoh Seni Pertunjukan yang Ada di
Indonesia misalnya Odel-ondel dari Jakarta, Opak Alang dari Jawa Tengah, Mamanda
dari Kalimantan, dan lain-lain.
Selain hasil kesenian yang sudah disebutkan di atas, suku-suku bangsa di
Indonesia juga mempunyai hasil karya seni dalam bentuk benda. Karya seni yang
dihasilkan oleh seniman-seniman dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia,
antara lain seni lukis, seni pahat, seni ukir, patung, batik, anyaman, dan lain-lain.
Benda-benda karya seni yang terkenal, antara lain ukiran Bali dan Jepara, Patung
Asmat dan patung-patung Bali, anyaman dari suku-suku Dayak di Kalimantan, dan
lain-lain. Hasil kerajinan seni ini menjadi barang-barang cindera mata yang sangat
digemari turis mancanegara.
3) Keragaman Agama di indonesia
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan antar manusia dan lingkungannya.
Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu: agama
Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sebelumnya,
pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan agamanya
secara terbuka. Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid
mencabut larangan tersebut. Ada juga penganut agama Yahudi, Saintologi,
Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit.
Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam penjelasannya pasal demi pasal
dijelaskan bahwa Agama-agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia
adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian
bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan
berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah berkewajiban mendorong dan
membantu perkembangan agama-agama tersebut.
Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau agama
resmi dan tidak resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena adanya SK
(Surat Keputusan) Menteri dalam negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom
agama pada KTP yang hanya menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat
Keputusan) tersebut telah dianulir pada masa Presiden Abdurrahman Wahid karena
dianggap bertentangan dengan Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 tentang
Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia.
Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada sebagian orang yang percaya
akan keberadaan Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama mayoritas.
4) Keragaman Ras di Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1989) ras berarti golongan
bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik, dan rumpun bangsa. Ciri-ciri fisik yang umumnya
dijadikan dasar untuk mengelompokkan ras antara lain adalah bentuk badan, bentuk
muka, bentuk hidung, dan warna kulit. Penggolongan berdasarkan bentuk badan,
misalnya ada golongan ras yang memiliki tubuh tinggi besar, ada pula ras yang
memiliki tubuh tinggi kecil, atau ras yang memiliki tubuh kecil mungil. Bentuk muka,
yaitu pengelompokan ras berdasarkan bentuk tulang pipi (ada yang menonjol, ada
yang tidak). Bentuk hidung, dinilai dari panjang dan lebar hidung rata-rata
sekelompok manusia, ada yang mancung, pesek, dan ada yang biasa/lebar. Berikutnya
adalah pengelompokan ras berdasarkan warna kulit, rambut, dan warna mata.
Pengelompokan berdasarkan ciri fisik ini merupakan penggolongan yang
paling mudah dilihat. Ada kelompok manusia yang berkulit hitam, putih, kuning, atau
sawo matang. Ada kelompok manusia yang mempunyai warna tengah mata hitam,
biru, atau hijau. Sedangkan rambut, dapat dikelompokkan berdasarkan warna hitam
dan putih/kuning, serta bentuk rambut lurus, ikal, dan keriting.
Masyarakat indonesia memiliki keberagaman ras disebabkan oleh kehadiran
bangsa asing ke wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada di Indonesia seperti ras
malayan-mongoloid yang tersebar di wilayah sumatra, kalimantan, sulawesi, jawa,
bali,. Yang kedua adalah ras malanesoid yang tersebar di daerah Papua, NTT dan
maluku. Terakhir yaitu ras Asiatic mongoloid seperti orang Tionghoa, korea dan
jepang. Ras ini tinggal dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia, namun terkadang
mendiami wilayah tertentu.
5) Keragaman Golongan di Indonesia
Golongan adalah kelompok-kelompok dalam masyarakat yang didasarkan atas
ciri-ciri umum. Dalam masyarakat Indonesia tidak hanya terdapat keberagaman suku,
agama, dan ras, tetapi juga keberagaman antargolongan. Dalam sosiologi dikenal
adanya “Stratifi kasi Sosial” yaitu pembedaan atau pengelompokan anggota
masyarakat kedalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Ukuran atau kriteria yang
menjadi dasar penggolongan lapisan sosial dalam masyarakat tersebut biasanya
adalah kekayaan, jabatan, pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan, dan keturunan.
Contoh munculnya golongan sosial dalam masyarakat yang disebut “darah biru”,
“kelas atas”, “kelas menengah”, dan “kelas bawah”.
Disamping itu ada juga penggolongan lapisan masyarakat berdasarkan ukuran
yang menyangkut pekerjaan atau profesi, agama, politik, dan sebagainya. Sedangkan
menurut Soerjono Soekanto, stratifi kasi sosial adalah pembedaan posisi seseorang
atau kelompok dalam kedudukan berbedabeda secara vertikal. Biasanya stratifi kasi
didasarkan pada kedudukan yang diperoleh melalui serangkain usaha perjuangan
Keanekaragaman golongan atau kelompok dalam masyarakat harus dijadikan
potensi untuk mempersatukan bangsa, karena pada prinsipnya antara golongan yang
satu dengan golongan lainnya saling membutuhkan. Dalam perusahaan misalnya
golongan atas (atasan) akan membutuhkan golongan bawah (bawahan atau
karyawan). Begitu pula dalam pemerintahan, pejabat pemerintah membutuh rakyat.

2.2.3 Penyebab Keberagaman Masyarakat


Keberagaman masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar masyarakat. Secara umum beberapa faktor yang
mempengaruhi keberagaman masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Letak Strategis Wilayah Indonesia
Secara geografis Indonesia diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia serta
diantara dua samudera yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik. Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia
setelah Kanada. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 54.716 kilometer. Letak
Indonesia yang berada pada posisi silang dan berbatasan dengan banyak negara
tersebut menjadi salah satu faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia.
Mengapa demikian? Karena letaknya yang strategis wilayah Indonesia menjadi jalur
perdagangan internasional yang ramai. Pedagang dari bangsa-bangsa lain berdatangan
ke Indonesia. Mereka tidak hanya membawa komoditas dagang, tetapi juga membawa
pengaruh kebudayaan mereka terhadap budaya masyarakat Indonesia. Kedatangan
bangsa asing yang berbeda ras, dan kemudian menetap di Indonesia
2) Kondisi Negara Kepulauan
Kondisi sebagai negara kepulauan ini mengakibatkan terhambatnya hubungan
antar masyarakat dari pulau-pulau yang berbeda tersebut. Karena hambatan jarak,
yang dihubungkan oleh lautan tersebut menjadikan masyarakat di kepulauan
Indonesia mengembangkan kebiasaan, adat istiadat, budaya sesuai dengan tingkat
kemajuan dan lingkungannya masing-masing. Hal ini menyebabkan adanya
perbedaan-perbedaan suku bangsa, bahasa, budaya, sistem kepercayaan, agama,
maupun peranan laki-laki dan perempuan
3) Perbedaan Kondisi Alam
Perbedaan kondisi alam suatu daerah, berdampak pada perbedaan-perbedaan yang
lain seperti mata pencaharian, makanan pokok, pakaian, kesenian, kebiasaan, bentuk
rumah, tata kehidupan masyarakat, juga kepercayaan masyarakat suatu daerah.
Masyarakat daerah pegunungan umumnya memiliki mata pencaharian bercocok
tanam sebagai petani, masyarakat pantai hidup sebagai nelayan dengan mencari ikan.
Sementara masyarakat daerah yang lain hidup dengan berdagang
4) Keadaan Transportasi dan Komunikasi
Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi serta komunikasi menjadikan
masyarakat di suatu daerah dapat dengan mudah menjalin komunikasi dan hubungan
dengan masyarakat di daerah atau kepulauan lain. Pada zaman dahulu belum ada
sarana dan prasarana komunikasi seperti yang ada sekarang ini. Karena itu sarana
transportasi maupun komunikasi yang terbatas juga menjadi salah satu faktor
penyebab keberagaman masyarakat Indonesia
5) Penerimaan Masyarakat terhadap Perubahan
Faktor lain penyebab keberagaman masyarakat Indonesia, adalah sikap
penerimaan masyarakat terhadap sesuatu yang baru baik yang datang dari dalam
maupun luar. Sikap penerimaan masyarakat terhadap perubahan, juga berpengaruh
terhadap keberagaman masyarakat Indonesia. Ada masyarakat yang sangat terbuka
dan mudah menerima orang asing atau budaya lain, namun ada juga masyarakat
bersifat tertutup, tidak mudah menerima pengaruh dan tetap bertahan pada kebiasaan
maupun budaya sendiri. Masyarakat yang bersikap terbuka terhadap pengaruh luar,
dan dapat menerima perubahan atau kemajuan teknologi tentu akan lebih maju
dibanding masyarakat yang tertutup, yang tidak mau menerima perubahan
2.2.4 Pentingnya Memahami Keberagaman Bangsa dalam Bingkai Bhinneka Tunggal
Ika
Secara umum, ada 2 alasan mengapa kita perlu memahami keberagaman
dalam masyarakat Indonesia. Alasan pertama terkait aspek kewilayahan Indonesia
sebagai negara kepulauan. Aspek kewilayahan menjelaskan bahwa wilayah NKRI
merupakan negara kepulauan. Kondisi kewilayahan negara Indonesia sebagai negara
kepulauan dapat menyebabkan terjadinya perpecahan bangsa (disintergrasi). Sejarah
telah membuktikan bahwa pemerintah Indonesia pernah menghadapi persoalan
adanya daerah yang ingin memisahkan diri dari NKRI.
Alasan kedua terkait aspek sosial budaya yang diwarnai oleh berbagai macam
perbedaan. Kondisi sosial budaya yang demikian menjadikan kehidupan bangsa
Indonesia menyimpan potensi terjadinya konflik. Kenyataan yang demikian
menunjukkan , bahwa dalam kehidupan bangsa Indonesia sering terjadi konflik
antarkelompok masyarakat yang dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan itu.
Kenyataan terjadinya konflik sangat perlu dijadikan perhatian bagi semua komponen
bangsa agar dapat tetap mempertahankan persatuan & kesatuan bangsa.
Keberagaman bagi bangsa sangat penting artinya. Dengan adanya
keberagaman budaya maka bangsa Indonesia menjadi negara yang mempunyai
warisan budaya yang sangat luhur & diakui dunia. Kehidupan beragama yang penuh
toleransi di Indonesia seringkali dijadikan contoh oleh negara lain dalam membangun
toleransi beragama di negaranya.
Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” harus diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari seperti hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang
lainnya tanpa memandang suku bangsa, bahasa, agama, adat istiadat, warna kulit &
lain sebagainya. Tanpa adanya kesadaran sikap & perilaku untuk mewujudkan
Bhinneka Tunggal Ika pasti akan terjadi perpecahan di dalam kehidupan berbangsa &
bernegara, sebab setiap orang hanya akan mementingkan diri/daerahnya sendiri dari
pada kepentingan bangsa & negara.
2.2.5 Prinsip Harmoni dalam Keberagaman Bangsa Indonesia dalam Bingkai
Bhinneka Tunggal Ika
Mengapa menjaga harmoni dalam keberagaman SARA itu penting? Karena
kita tinggal diatas bumi yang sama dan diatas negara yang sama. Bisa jadi diantara
kita memiliki perbedaan suku, agama, rasa dan golongan, namun karena kita manusia
yang dianugerahi akal dan pikiran, semestinya kita bisa hidup saling berdampingan.
Tidak ada ego pribadi, yang ada adalah ego bersama yang bertujuan untuk
kemaslahatan umat. Jika ada ego pribadi terus dipelihara, dikhawatirkan akan
berujung pada kekerasan yang bisa berpotensi merusak keberagaman yang telah ada.
Berikut ini beberapa Prinsip Harmoni dalam Keberagaman Suku, Agama, Ras,
dan Antargolongan (SARA):
a. Egalitarianisme atau kesetaraan (mengedepankan semangat egalitarianisme atau
kesetaraan)
b. Saling pengertian (terdapat saling pengertian antara sesama anggota masyarakat)
c. Toleransi (mengutamakan toleransi yang tinggi)
d. Kerjasama (mengutamakan kerjasama antara sesama anggota masyarakat)
e. Keterbukaan (menjungjung tinggi keterbukaan)
f. Penghargaan atas prestasi (penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi,
bukan prestise seperti keturunan kesukuan, ras, dan lain-lain)
Indonesia membutuh generasi yang mengembangkan prinsip-Prinsip Harmoni
dalam Keberagaman Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) . Karena itulah,
generasi penerus harus mampu menghargai keberagaman. Generasi penerus juga
harus mampu menciptakan harmoni dalam aneka ragam perbedaan di negeri ini. Agar
Indonesia bisa menjadi taman raksasa, yang penuh warna warni bunga yang enak
dipandang mata. Agar Indonesia bisa menjadi alunan orchestra, yang terdiri banyak
instrument musik tapi tetap enak didengar. Itulah harmoni dalam keberagaman.

2.4.6 Bentuk-bentuk kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat

Kerjasama (cooperation) dimaksudkan sebagai usaha bersama antara orang


perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama.
Bentuk dan pola-pola kerjasama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan-
kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan
keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Atas dasar itu anak tersebut akan
menggambarkan bermacam-macam pola kerjasama setelah dia menjadi dewasa. Bentuk
kerjasama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan
bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat
bagi semua.

Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-


kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut; kesadaran akan
adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan faktor-faktor
yang penting dalam kerjasama yang berguna. (Soekanto, 2002 : 73).

Seperti diketahui masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk baik dilihat
dari aspek bahasa, budaya, agama, maupun kelompok-kelompok sosial. Dalam masyarakat
majemuk seperti Indonesia, kerjasama ini bukan saja sebagai sebuah kewajiban, tetapi lebih
sebuah kebutuhan bagi seseorang. Untuk dapat bekerjasama setiap orang sebagai anggota
masyarakat harus mengembangkan sikap-sikap yang mendukung terjadinya kerjasama dalam
masyarakat.

Arti penting kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara akan memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa. Oleh karena itu, kita harus menyadari adanya keberagaman dalam kehidupan di
masyarakat. Adanya keberagaman itu, justru mendorong setiap warga negara
mengembangkan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, dalam pergaulan di
masyarakat, setiap warga negara harus menjauhkan diri dari perilaku eksklusivisme. Sikap
eksklusivisme dapat memecah belah
persatuan dan kesatuan bangsa karena membuat kelompok sendiri tanpa
mau melakukan kerja sama dengan warga negara lainnya dalam berbagai bidang
kehidupan untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia.

Lalu apa manfaat kerjasama untuk kepentingan pribadi manusia itu sendiri? Kusnadi
(2003) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian kerjasama mempunyai beberapa manfaat,
yaitu sebagai berikut:

1. Kerja sama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan dan peningkatan


produktivitas.
2. Kerja sama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih produktif, efektif,
dan efisien.
3. Kerja sama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya operasionalisasi akan menjadi
semakin rendah yang menyebabkan kemampuan bersaing meningkat.
4. Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antarpihak terkait serta
meningkatkan rasa kesetiakawanan.
5. Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok.
6. Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi
dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan
kondisi yang telah baik.
2.4.7 Nilai-nilai dan semangat Sumpah Pemuda tahun 1928 dalam konteks kehidupan
siswa

Dinamika sosial yang terjadi pada konteks kebangsaan sejak periode pra-
kemerdekaan di Indonesia, tidak akan bisa dipisahkan dari peran pemuda sebagai kontributor
utama pada setiap episode perubahan sosial. Pemuda senantiasa hadir dan menjadi bagian
pada peristiwa-peristiwa monumental dalam sejarah Indonesia seperti kebangkitan nasional
Boedi Oetomo 1908, Sumpah Pemuda 1928, proklamasi 1945, dan reformasi pada tahun
1998. Pemuda tidak pernah terlepas dari peran mereka yang begitu idealistik dalam agenda-
agenda sosial.

Barangkali peristiwa yang paling tepat untuk dijadikan titik awal pemuda
mendapatkan predikatnya sebagai aktor utama dalam sejarah adalah peristiwa Sumpah
Pemuda yang terjadi pada tanggal 28 Oktober tahun 1928. Momentum tersebut merupakan
momentum yang paling penting dalam usaha Indonesia menyambut kemerdekaan. Hasil
deklarasi pemuda tersebut kemudian melahirkan ikrar luhur, yang berbunyi:

1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah air satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indoensia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Pemuda dan Tantangan Zaman

Pada era dimana individualisme menjamur yang kemudian melahirkan sekulerisasi,


mayoritas pemuda Indonesia kemudian tenggelam dalam arus hedonisme yang begitu
memabukkan. Pemuda kemudian terlena hingga kehilangan semangat kebangsaan mereka.
Bisa dikatakan bahwa generasi muda Indonesia hari ini adalah generasi “alzhemeir”, generasi
yang lupa pada sejarah mereka sendiri, sejarah yang dituliskan menggunakan pena dengan
tinta darah para pemuda masa lalu.

Pemuda telah menampakkan sikap apatis terhadap persoalan-persoalan bangsa hari


ini, yang kemudian dimanfaatkan oleh segelintir kelompok yang berlindung dibelakang nama
demokrasi semata-mata demi tujuan pribadi mereka. Pada akhirnya kita menyaksikan tepat di
depan mata kepala kita sendiri bagaimana pendidikan dikesampingkan, identitas budaya
masyarakat dikebiri, hukum dijadikan permainan oleh para elitis, dan saat alam Indonesia
secara terang-terangan dieksploitasi secara massal. Permasalah yang terjadi adalah ketika
pemuda diam terpaku menonton praktek kolonialisasi seakan-akan dengan sukarela
menerima untuk dijajah.

Anda mungkin juga menyukai