Anda di halaman 1dari 13

1.

Bakteri
Pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus Influenza dan
staphilococcus aureus.
2. Jamur
Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus, Blastomcyes
3. Virus
Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza, Adenovirus,
Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella, Chlamydia
trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae, Pneumocystis carinii.
4. Kimiawi
Aspirasi hidrokarbon alifatik (Rudolph.2011).

1.1 KLASIFIKASI
Menurut WHO (2010), klasifikasi pneumonia dibagi atas :
a. Pneumonia Sangat Berat
Tanda klinisnya adalah : batuk atau kesulitan bernafas yang disertai
dengan sianosis sentral, tidak dapat minum dan disertai penarikan dinding
dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing).
b. Pneumonia Berat
Tanda klinisnya adalah : berhenti menyusu (jika sebelumnya menyusu
dengan baik), kejang rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor
pada anak yang tenang, mengi’, demam (38º c atau lebih) atau suhu tubuh
yang rendah (dibawah 35,5º c), pernapasan cepat 50 kalipermenit atau lebih,
batuk atau kesulitan bernafas tanpa disertai sianosis sentral, grunting,
serangan apnea, distensi abdomen, dapat minum, dan disertai penarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas
(severe chest indrawing).
c. Pneumonia
Tanda klinisnya adalah : batuk (atau kesulitan bernafas) tanpa penarikan
dinding dada dan disertai pernafasan cepat. Batas nafas cepat ialah untuk
usia kurang 1 tahun aalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4
tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
d. Bukan Pneumonia (batuk atau pilek biasa)
Tanda klinis adalah : batuk (atau kesulitan bernafas), tanpa pernafasan
cepat, atau tanpa penarikan dinding dada, dan tidak tanda-tanda pneumonia.
e. Pneumonia Persisten
Tanda klinisnya adalah : penarikan dinding dada, frekuensi pernafasan
yang tinggi, dan demam ringan. Penyebab yang mungkin adalah
tuberkulosis, pneumonia clhamedia, dan pneumonia pneumokistik.

1.2 TANDA dan GEJALA


Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas
akut selama beberapa hari, selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, nyeri dada, dan batuk dengan
dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian
penderita juga menemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan,
sakit kepala, nyeri otot, kelemahan, muntah-muntah, tekanan atau stress, dan
mengeluarkan bunyi yang abnormal ketika bernafas (Mansjoer, 2006).

1.3 PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri
pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan
yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh
bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun
dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan
dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima
lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi
terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman
yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2009)

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat dilakukan


antara lain:
1) Kajian foto thorak– diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di
paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)
2) Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner
sehubungan dengan oksigenasi.
3) Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi.
4) Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba.
5) Tes kulit untuk tuberkulin– mengesampingkan kemungkinan TB jika anak
tidak berespons terhadap pengobatan.
6) Jumlah leukosit– leukositosis pada pneumonia bacterial.
7) Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan.
8) Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi.
9) Kultur darah – spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya
seperti virus dan bakteri.
10) Kultur cairan pleura– spesimen cairan dari rongga pleura untuk
menetapkan agens penyebab seperti bakteri dan virus.
11) Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang
utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji
diagnostik, secara terapeutik digunakan untuk menetapkan dan
mengangkat benda asing.
12) Biopsi paru– selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan
kajian diagnostik.

1.5 PENATALAKSANAAN
Menurut WHO (2010) penatalakasanaan pnumonia terdiri dari :
1. Pneumonia Sangat Berat
Penatalaksanaannya melalui cara :
1) Rawat dirumah sakit
2) Berikan oksigen
3) Terapi antibiotik dengan cara memberikan kloramfenikol secara
intramuskular setiap 6 jam.
Apabila pada anak terjadi perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari),
pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol oral. Berikan kloramfenikol
paling selama 10 hari. Jika kloramfenikol tidak tersedia, berikan benzilpensilin
ditambah dengan golongan aminoglikosida (contohnya, gentamisin).
Kloramfenikol juga efektif untuk meningitis bakterialis, yang dapat terjadi
pada anak dengan pneumonia. Diduga pneumonia stafilokokus jika terdapat
tanda perburukan klinis walaupun diberikan pengobatan dengan kloramfenikol,
atau hasil foto rontgen dada memperlihatkan gambaran pneumatokel atau
empiema. Pneumonia stafilokokus sebaiknya diobati dengan kloksasilin (atau
fluklosasilin, oksasilin, nafsilin, atau methisilin) ditambah gentamisin , paling
sedikit diberikan selama 3 minggu
4) Obati demam dengan cara efektif dengan memberikan parasetamol.
5) Beri parasetamol jika suhu aksila lebih dari 39ºc, kecuali pada bayi muda:
10 sampai 15 mg per kg berat badan per oral, setiap 6 jam. Menyeka
dengan air suam-suam kuku atau air dingin sebaiknya tidak dilakukan
karena hal tersebut akan meningkatkan konsumsi oksigen dan
meningkatkan produksi karbon dioksida yang dapat menyebabkan
kegagalan pernapasan pada anak yang menderita pneumonia
6) Obati dengan memberikan bronkodilator kerja singkat (seperti salbutamol
yang diuapkan) kemudian nilai responnya setelah 15 menit jika
diperlukan, pemberiannya dapat diulang.
Perawatan suportif melalui :
1) Makanan, dimana anak dengan pneumonia berat dapat mengalami
kesulitan makan karena adanya pernafasan cepat atau sulit bernafas.
Anjurkan anak untuk sering makan-makanan ringan dan tetap terus minum
ASI. Membiarkan ibu tetap tinggal bersama anaknya dirumah sakit
merupakan hal yang penting dan jangan memaksa anak untuk makan.
2) Cairan, peningkatan kehilangan cairan terjadi selama infeksi pernafasan
akut, khususnya jika terdapat pernafasan cepat atau demam. Kehilangan
cairan dari paru terutama terdiri dari air. Oleh karena itu, untuk mengganti
cairan pada anak tanpa disetai diare. Berikan ASI, air bersih, minum susu,
dan cairan lain yang berkadar garam rendah.
3) Sekresi, karena banyak bayi yang tidak dapat bernafas dengan normal
melalui mulut, sumbatan pada hidung yang padat menyebabkan gawat
pernafasan dan kesulitan pemberian ASI. Gunakan spuit plastik (tanpa
jarum) untuk menghisap dengan hati-hati adanya secret hidung jika
diperlukan untuk menghasilkan jalan nafas. Gunakan tetes hidung isotonis
jika hidung tersumbat oleh mukus yang kering.
4) Suhu lingkungan, tidak membuat suhu terlalu panas atau dingin pada anak
yang menderita pneumonia merupakan hal yang penting. Tekanan panas
dan dingin dapat meningkatkan produksi karbon dioksida dan
mencetuskan terjadinya kegagalan pernafasan. Suhu lingkungan yang
netral memperkecil konsumsi oksigen.
5) Anak yang menderita pneumonia berat dapat mensekresi hormon anti
diuretik (ADH) dalam jumlah besar secara tidak sesuai dan berisiko terjadi
kelebihan cairan serta edema paru. Oleh karena itu jika anak dalam
keadaan shock, sebaiknya hindari pemberian cairan intravena dan sebagai
gantinya dapat diberikan secara oral atau dengan selang nasogastrik.
6) Nilai ulang setiap 2 jam oleh perawat dan setiap 2 kali sehari oleh dokter.
7) Apabila anak memiliki respon buruk terhadap pengobatan : maka periksa
adanya komplikasi seperti empiema dimana terdapat demam persisten,
perkusi yang pekak, adanya cairan pleura pada pemeriksaan sinar X. Gagal
jantung, jika adanya pembesaran hati, denyut jantung > 160 x/menit,
pembeseran jantung, bunyi murmur jantung, tekanan vena yang tinggi,
pengaliran darah yang buruk ke ekstermitas, bronkospasme. Antibiotika
diganti dengan kloksasilin ditambah dengan gentamicin jika diduga
adanya pneumonia stafilokokus. Bila pneumonia menetap lebih dari 10
hari walaupun telah diberi therapi antibiotik, pertimbangkan penyebab
pneumonia persisten.
2. Pneumonia Berat
Penatalaksanaannnya dengan cara :
1) Rawat di rumah sakit
Apabila perawatan untuk semua anak dengan penarikan dinding dada tidak
memungkinkan dapat dipertimbangkan untuk memberikan terapi
antibiotika di rumah dengan pengawasan yang ketat pada anak yang tidak
mengalami penarikan dinding dada yang hebat, sianosis, atau tanda
penyakit yang sangat berat.
2) Berikan oksigen jika frekuensi pernafasan > 70 x/menit, terdapat penarikan
dinding dada yang hebat atau gelisah.
3) Terapi antibiotika dengan memberikan benzilpenisillin/ampisilin secara
intra muskuler setiap 6 jam paling sedikit selama 3 hari. Setelah anak
membaik ganti dengan ampisilin atau amoksilin oral

1.6 KOMPLIKASI
Pada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan
yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi
karena adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu
sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang
untuk tempat oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel tubuh tidak bisa
bekerja karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita
pneumonia juga bisa meninggal (Muttaqin, 2008).
Menurut Mansjoer (2006) komplikasi pneumonia yaitu :
1) Abses kulit
2) Abses jaringan lunak
3) Otitis media
4) Sinusitis
5) Meningitis purualenta
6) Perikarditis
2.1 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3) Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4) Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda :distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan malnutrusi
5) Neurosensori
Gejala : sakit kepala bagian frontal
Tanda : perubahan mental
6) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
7) Pernafasan
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Tanda : sputum; merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi: pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku

B. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas,
akumulasi secret.
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan jaringan parut.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan atelektasis.
4) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasi

1 Ketidakefektifan NOC: NIC: 1. Memakasimalkan


bersihan jalan  Respiratory Airway management ventilasi
nafas b/d Status: 1. Buka jalan nafas, 2. Mengidentifikasi
obstruksi jalan Ventilation gunakan teknik status respirasi px
nafas  Respiratory chin lift atau jaw serta dapat
Status: Airway trust bila perlu. menetapkan
Patency 2. Observasi respirasi intervensi
dan status O2 selanjutnya.
Kriteria Hasil: 3. Auskultasi suara 3. Mengidentifikasi
 Mendemonstrasikan nafas. catat adanya adanya suara nafas
batuk efektif dan suara suara nafas tambahan untuk
nafas bersih. tambahan dapat menetapkan
 menunjukan jalan 4. Posisikan pasien intervensi
nafas yang paten. untuk selanjutnya.
memaksimalkan 4. Membuka jalan
Ventilasi nafas dan
5. Berikan O2 memaksimalkan
dengan ventilasi
menggunakan 5. Memberikan O2
nasal. bantuan dengan
6. Kolaborasi menggunakan nasal
pemberian guna mencegah
bronkodilator bila sianosis dan
perlu. dipsneu.
6. Pemberian terapi
lebih lanjut guna
dapat membantu
dalam pelebaran otot
pernafasan sehingga
pf dapat
menunjukan
pernafasan yang
paten.
2 Ketidakefektifan NOC: NIC: 1. Memakasimalkan
pola nafas b/d  Respiratory Airway management ventilasi
kerusakan Status: 1. Buka jalan nafas, 2. Mengidentifikasi
jaringan parut Ventilation gunakan teknik status respirasi px
 Respiratory chin lift atau jaw serta dapat
Status: Airway trust bila perlu. menetapkan
Patency 2. Observasi respirasi intervensi
dan status O2 selanjutnya.
Kriteria Hasil: 3. Auskultasi suara 3. Mengidentifikasi
 Mendemonstrasikan nafas. catat adanya adanya suara nafas
batuk efektif dan suara suara nafas tambahan untuk
nafas bersih. tambahan dapat menetapkan
 menunjukan jalan 4. Posisikan pasien intervensi
nafas yang paten. untuk selanjutnya.
 TTV dalam batas memaksimalkan 4. Membuka jalan
normal. ventilasi nafas dan
5. Ajarkan batuk memaksimalkan
efektif ventilasi
6. Kolaborasi 5. Meningkatkan
pemberian terapi pengetahuan
O2 keluarga dan pasien
dalam penanganan
pneumonia
6. Pemberian terapi
lebih lanjut guna
dapat membantu
dalam pemberian
O2 sehingga px
dapat menunjukan
pernafasan yang
paten.
3 Gangguan NOC: NIC: 1. Memakasimalkan
pertukaran gas b/d  Respiratory Airway management ventilasi
keruasakan Status: 1. Buka jalan nafas, 2. Mengidentifikasi
jaringan parut. Ventilation gunakan teknik status respirasi px
 Respiratory chin lift atau jaw serta dapat
Status: Gas trust bila perlu. menetapkan
Exchange 2. Observasi respirasi intervensi
 Vital Sign Status dan status O2 selanjutnya.
3. Auskultasi suara 3. Mengidentifikasi
Kriteria Hasil: nafas. catat adanya adanya suara nafas
 Mendemonstrasikan suara nafas tambahan untuk
batuk efektif dan suara tambahan dapat menetapkan
nafas bersih. 4. Posisikan pasien intervensi
 Mendemonstrasikan untuk selanjutnya.
peningkatan ventilasi memaksimalkan 4. Membuka jalan
dan oksigenasi yang ventilasi nafas dan
adekuat. 5. Lakukan memaksimalkan
 TTV dalam batas fisioterapi bila ventilasi
normal. perlu 5. Membantu
6. Kolaborasi pengeluaran sekret
pemberian terapi bila px tidak dapat
O2 batuk dengan
efektif.
6. Pemberian terapi
lebih lanjut guna
dapat membantu
dalam pemberian
O2 sehingga px
dapat menunjukan
pernafasan yang
paten.
4 Hipertermi b/d NOC: NIC: 1. Untuk Mengetahui
proses inflamasi  Thermoregulation Fever Treatment keadaan umum px
1. Observasi vital agar dapat
Kriteria Hasil: sign menentukan
 TTV dalam batas 2. Kompres hangat intervensi
normal. pada lipatan paha selanjutnya.
 Tidak ada perubahan dan aksila 2. Pada lipatan paha
warna kulit dan tidak 3. Selimuti pasien dan aksila terdapat
ada pusing. untuk mencegah kelenjar keringan
hilangnya yang besar sehingga
kengatan tubuh dapat membantu
4. Ajarkan pada px penguapan lebih
untuk mencegah cepat.
keletihan akibat 3. Mencegah hipotermi
panas 4. Untuk meningkatkan
5. Kolaborasi pengetahuan px dan
pemberian anti keluarga tentang
piretik penangan hipertermi
dan indikasi dari
hipotermi.
5. Pemberian terapi anti
piretik dapat
membantu penurunan
suhu lebih cepat
karena obat langsung
diabsorbsi oleh
tubuh.

D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang ditetapkan.

E. Evaluasi
1) Bersihan jalan nafas efektif, suara nafas bersih, TTV dalam batas normal.
2) Pola nafas efektif, TTV dalam batas normal, menunjukan jalan nafas paten.
3) Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, TTV dalam batas
normal.
4) Suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada perubahan warna kulit.

F. Discharge Planning
1) Ajarkan keluarga tentang pemberian obat:
- Dosis, rute dan waktu yang cocok dan menyelesaikan dosis
seluruhnya.
- Efek samping
2) - Berikan informasi pada keluarga tentang cara-cara pengendalian infeksi
serta cara pencegahannya.
- Hindari pemajanan kontak infeksius.
3) Tutup mulut saat batuk karena penularan pneumonia banyak berasal dari
percikan batuk atau bersin pasien pneumonia
4) Hindari asap rokok.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M, dkk. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Medika
Aesculapius FKUI.

Hardy, Kusumo. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda Nic-


Noc. Yogyakarta: Media Hadry.

Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System


Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Said, M. 2007, Pneumonia Penyebab Utama Mortalitas Anak Balita Di Indonesia,


(Online), (http://www.idai.or.id.htm, di akses tanggal 4 Juni 2016).

Sipahutar. 2007. Konsep Penyakit Pneumonia Pada Anak, (online),


(http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id, di akses tanggal 4
Juni 2016).

WHO. 2010. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai