Anda di halaman 1dari 59

DIKLAT RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI

INFRASTRUKTUR PADA KAWASAN PERKOTAAN

MODUL
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU
INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2015

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN,
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
MODUL 2

PENYUSUNAN PROGRAM TERPADU INFRASTRUKTUR


KAWASAN PERKOTAAN

DIKLAT RENCANA TERPADU DAN PROGRAM


INVESTASI INFRASTRUKTUR PADA KAWASAN
PERKOTAAN
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul Penyusunan Rencana Terpadu
Infrastruktur Kawasan Perkotaan ini. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
peserta pendidikan dan pelatihan di bidang pengembangan infrastruktur wilayah
yang berasal dari kalangan pegawai pemerintah daerah dan Aparatur Sipil Negara
(ASN).

Modul Penyusunan Rencana Terpadu Infrastruktur Kawasan Perkotaan ini disusun


dalam 6 (enam) bab yang terdiri dari Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup.
Penyusunan Modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta
pelatihan dalam memahami segala kebutuhan terkait pengembangan infrastruktur.
Penekanan orientasi pembelajaran pada pedoman ini diisi oleh adanya pergeseran
aktivitas peserta latih dan pelatih yakni dengan menonjolkan peran serta aktif
peserta latih.

Akhirmya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim
penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan pedoman ini.
Penyempurnaan maupun perubahan pedoman di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain pedoman ini dapat
memberikan manfaat.

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,


Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 7
A. Deskripsi 7
B. Persyaratan 7
BAB 1 PENDAHULUAN 10
1.1. Deskripsi Singkat 10
1.2. Kompetensi dasar 10
1.3. Indikator keberhasilan 10
1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 10
1.5. Estimasi Waktu 11
BAB 2 KEGIATAN BELAJAR 1 12
HAKEKAT PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN
PERKOTAAN 12
2.1. Latar Belakang 12
2.2. Pengertian 15
2.3. Kedudukan Perencanaan 18
2.4. Sistem Perencanaan Pengembangan Infrastruktur 21
2.5. Rangkuman 24
2.6. Latihan 27
BAB 3 KEGIATAN BELAJAR 2 28
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU BERBASIS PENGEMBANGAN
KAWASAN PERKOTAAN 28
Indikator Keberhasilan 28
3.1. Sistem Perencanan Pembangunan Nasional 28
3.2. Alur Perencanaan dan Penganggaran 31
3.3. Analisa Pengembangan Kawasan Sektor 37

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
3.4. Rangkuman 39
3.5. Latihan 39
BAB 4 KEGIATAN BELAJAR 3 40
ANALISA KEBUTUHAN RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN
PERKOTAAN 40
Indikator Keberhasilan 40
4.1. Analisa Kebutuhan Pembangunan Jaringan Jalan 41
4.2. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Pengendalian Banjir 47
4.3.
Analis
is Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Pembangunan Drainase 48
4.4. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Pembangunan Air Minum,
Limbah, dan Persampahan 49
4.5. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Perumahan dan
Permukiman 55
4.6. Latihan 56
BAB 5 PENUTUP 57
5.1. Tindak Lanjut 57
DAFTAR PUSTAKA 58

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Infrastruktur .................................................................................................... 23

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional..................................................... 18
Gambar 2 Sistem Jaringan Jalan Primer ...................................................................... 43
Gambar 3 Sistem Jaringan Jalan Sekunder .................................................................. 43

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Deskripsi
Modul Penyusunan Program Investasi Infrastruktur untuk kawasan perkotaan ini
terdeiri dari tiga kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas
hakekat penyusunan program investasi pembangunan infrastruktur kawasan
perkotaan, yang membahas pengertian, dasar hukum rencana terpadu infrastruktur
kawasan perkotaan, serta sistem perencanaan pembangunan di Indonesia. Materi
kedua membahas analisa rencana pembangunan infrastruktur terpadu berbasis
pengembangan kawasan perkotaan. Materi ketiga adalah analisa kebutuhan
pembangunan jaringan jalan kawasan perkotaan.

Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini sangat diperlukan karena materi ini
menjadi dasar pemahaman sebelum mengikuti pembelajaran modul-modul
berikutnya. Hal ini diperlukan karena masing-masing modul saling berkaitan. Setiap
kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi. Latihan atau evaluasi ini
menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah mempelajari materi
dalam modul ini.

B. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat dilengkapi dengan peraturan
perundangan yang terkait dengan materi dalam modul ini, yang terkait dengan
penataan ruang antara lain:
a. Undang-Undang no 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang
b. Undang-undang no. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
c. Undang-undang no. 38 tahun 2004 tentang Jalan
d. Peraturan Pemerintah no 34 tahun 2006, tentang Jalan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri 54/2010 tentang Pelaksanaan PP No 8 tahun
2008 tentang tahapan, tatacara penyusunan, pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
f. Peraturan Menteri PU no. 18/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
SPAM
g. Peraturan Menteri PU no. 12/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan
h. Peraturan Menteri PU no. 3/2012, tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan
dan Status jalan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
MODUL 2

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR


KAWASAN PERKOTAAN

DIKLAT RENCANA TERPADU DAN PROGRAM


INVESTASI INFRASTRUKTUR PADA KAWASAN
PERKOTAAN
2015

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Singkat


Mata Diklat Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur pada Kawasan
Perkotaan membekali peserta dengan pengetahuan tentang penyusunan program
investasi infrastruktur dalam penyusunan rencana terpadu program dan investasi
infrastruktur pada kawasan perkotaan, yang mencakup Hakekat penyusunan
program kebutuhan pembangunan infrasruktur, Analisa teknis program
pembangunan infrastruktur kawasan perkotaan.

1.2. Kompetensi dasar


Yang menjadi tujuan dari pembelajaran Penyusunan Rencana Terpadu Infrasrtuktur
Kawasan Perkotaan adalah agar peserta pelatihan memahami penyusunan rencana
terpadu infrastruktur dalam pengembangan kawasan perkotaan.

1.3. Indikator keberhasilan


Setelah mengikuti diklat ini peserta diharapkan mampu :
a. menjelaskan hakekat penyusunan rencana terpadu infrastruktur pada kawasan
perkotaan;
b. menjelaskan Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu Berbasis
Pengembangan Kawasan Perkotaan;
c. menjelaskan Analisa Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur Kawasan
Perkotaan (RIS)

1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Yang menjadi materi pokok dan submateri pokok dalam modul ini adalah:
1. Hakekat Penyusunan Program Investasi Pembangunan Infrastruktur kawasan
Perkotaan
a. Pengertian Penyusunan Rencana Terpadu Infrastruktur Kawasan Perkotaan
b. Dasar Hukum Penyusunan Rencana Terpadu Infrastruktur Kawasan
Perkotaan
c. Sistem Perencanaan Pembangunan di Indonesia
2. Analisa Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu berbasis Pengembangan
Kawasan Perkotaan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
a. Rencana Pembangunan Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan
b. Rencana Pembangunan Pengendalian Banjir
c. Rencana Pembangunan Drainase Perkotaan
d. Rencana Pembangunan Air Bersih/ Limbah Perkotaan
e. Rencana Pembangunan Persampahan Perkotaan
3. Analisa Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perkotaan
a. Analisa Kebutuhan Pembangunan Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan
b. Analisa kebutuhan Pengendalian Banjir
c. Analisa Kebutuhan Pembangunan Drainase Perkotaan
d. Analisa Kebutuhan Pembangunan Air Bersih/ Limbah Perkotaan
e. Analisa Kebutuhan Program Pembangunan Persampahan Perkotaan
1.5. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata diklat “Penyusunan Rencana Terpadu Infrastruktur Kawasan Perkotaan” pada
peserta adalah 8 (delapan) jam pelajaran.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
BAB 2
KEGIATAN BELAJAR 1
HAKEKAT PENYUSUNAN PROGRAM
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
KAWASAN PERKOTAAN

Indikator :
Setelah peserta mempelajari bab Hakekat Penyusunan Kebutuhan Pembangunan
Infrastruktur pada Kawasan Perkotaan ini, diharapkan peserta dapat menjelaskan
latar belakang, pengertian, dasar hukum, dan sistem perencanaan pembangunan
infrastruktur.

2.1. Latar Belakang


Pemahaman Penyusunan Rencana Terpadu Infrastruktur Kawasan Perkotaan.
Secara geografis sebagian besar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berada
pada kawasan yang strategis yaitu diantara dua benua Asia dan Australia serta
diantara dua samudra Pasific dan Samudra Hindia. Tumbuh kembangnya sektor
industri,pertanian, perdagangan, jasa, kebudayaan dan pariwisata suatu daerah
menjadikan daerah tersebut sebagai daerah yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan perekonomian di daerah sekitarnya.

Kota atau kawasan perkotaan menjadi pusat kegiatan pelayanan terhadap


kegiatan pertumbuhan ekonomi. Peran kota sangat mempengaruhi terhadap
pertumbuhan kegiatan sektor ekonomi tersebut.terutama terhadap kegiatan sektor
industri, perdagangan dan jasa, dan pariwisata.

Pengembangan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat (PUPR)


dilakukan melalui pendekatan wilayah dengan berpedoman pada penataan ruang.
Hal tersebut dimaksudkan agar dapat meningkatkan keterpaduan rencana lintas
wilayah dan lintas sektor. Sehingga diharapkan lebih mampu meningkatkan
pelayanan dasar kepada masyarakat dan memberi dukungan terhadap pengurangan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
kesenjangan pertumbuhan antar daerah, antar sektor serta antar kota dan desa,
atau antar lingkungan/ kawasan.

Kota membutuhkan ketersediaan infrastruktur yang tepat dan terpadu untuk


meningkatkan produktifitas sektor ekonomi tersebut.

Dampak pertumbuhan sektor ekonomi di perkotaan:


1. Pertumbuhan penduduk meningkat
2. Permukiman kumuh dan liar meningkat
3. Masalah lingkungan dan sosial meningkat

Masalah lingkungan dan sosial ini akan menghambat produktifitas sektor ekonomi.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan pembangunan infrastruktur terpadu agar
dapat meningkatkan produktifitas perkotaan secara berkelanjutan.

Terpadu berarti ada unsur-unsur yang dipadukan. Setiap unsur tentu memiliki
keunikan, tetapi ada bagian yang dapat disamakan atau disetarakan dengan unsur
lainnya. Disebut terpadu karena setiap unsur bermuara pada suatu tujuan yang
sama. Oleh karena itu pernyataan tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam
pendekatan perencanaan terpadu. Perencanaan terpadu tidak selalu terkait dengan
multi-pemangku kepentingan. Apabila seseorang memiliki tujuan tertentu, dan
tujuan tersebut hanya dapat dicapai dengan baik apabila orang tersebut mampu
mensinergikan berbagai sumber daya yang dimilikinya, maka ia perlu melakukan
pendekatan perencanaan terpadu.

1. Integrated Planning: Joint planning exercise that ensures participation of


all stakeholders and affected departments. Its objective is to examine all
economic, social, and environmental costs and benefits, in order to determine
most appropriate option and to plan a suitable course of action. (Sumber:
business dictionary.com)
2. Perencanaan Terpadu: Suatu upaya bersama yang menjamin partisipasi semua
pemangku kepentingan dan K/L terkait.

Tujuannya adalah untuk mengkaji semua biaya dan manfaat ekonomi, sosial, dan
lingkungan, dalam rangka menentukan pilihan yang paling tepat, dan merencanakan
program/rencana tindak yang tepat/sesuai.
Ronald Hudson (1997; 3) menyatakan bahwa keberhasilan dan masyarakat
tergantung pada infrastruktur fisik untuk pendistribusian sumber daya dan
pelayanan publik. Kua1itas dan efisiensi infrastruktur mempengaruhi kualitas hidup
kesehatan sistem sosial dan keberkelanjutan kegiatan perekonomian dan bisnis.
Infrastruktur telah dinyatakan dengan berbagai definisi.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Grigg (1988) dalam Hudson menyebutkan: "semua fasilitas fisik yang sering disebut
dengan pekerjaan umum".

Wilayah kota pada hakekatnya merupakan pusat kegiatan ekonomi yang dapat
melayani wilayah kota itu sendiri maupun wilayah sekitarnya. Untuk dapat
mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya, kota perlu dikelola
secara optimal melalui suatu proses penataan ruang.

Sesuai Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 11 ayat (2),
pemerintah daerah kota mempunyai wewenang dalam pelaksanaan penataan ruang
wilayah kota yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah kota, pemanfaatan
ruang wilayah kota dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

Perencanaan tata ruang wilayah kota meliputi proses dan prosedur penyusunan
serta penetapan rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota. Penyusunan RTRW kota
dilakukan dengan berasaskan pada kaidah-kaidah perencanaan yang mencakup asas
keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian, keberlanjutan serta keterkaitan
antarwilayah baik di dalam kota itu sendiri maupun dengan kota sekitarnya.

Manfaat pembangunan Infrastruktur terpadu pada pengembangan kawasan


perkotaan:
a. Mempercepat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan pada kawasan
perkotaan tersebut
b. Meningkat daya saing wilayah
c. Meningkatkan kualitas hidup
d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas

Kendala atau hambatan pembangunan infrastruktur terpadu:


a. Keterbatasan Anggaran
b. Pembebasan lahan
c. Kebijakan pembangunan infrstruktur pusat dan daerah belum harmonis
Dalam rangka Diklat Rencana Terpadu Program Dan Investasi Infrastruktur Pada
Kawasan Perkotaan perlu disusun Rencana Terpadu Infrastruktur Kawasan
Perkotaan sebagai acuan bagi semua pihak terkait dalam penajaman Perencanaan
Tata Ruang Wilayah Kota, baik untuk kalangan pemerintah, swasta, maupun
masyarakat pada umumnya.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menangani infrastruktur


pekerjaan umum dan perumahan rakyat, sebagai bagian dari bidang infrastruktur,

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
berkewajiban untuk mendukung hal tersebut melalui pelaksanaan pembangunan
yang terpadu, efektif dan efisien dengan memperhatikan pengarusutamaan
pembangunan yang berkelanjutan, gender serta berlandaskan tata kelola
pemerintahan yang baik dalam proses pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Prinsip Utama Pembangunan Infrastruktur Terpadu:


1. Optimalisasi Pengunaan Dana
mengoptimasikan penggunaan dana utk pembangunan prasarana dan sarana
perkotaan melalui proses keterapduan program lintas sektoral yg didasarkan pd
prioritas daerah.
2. Desentralisasi
Keterlibatan masyarakat, pemerintah daerah Kabupaten/Kota, pemerintah
daerah Provinsi dari tahap perencanaan sampai pembangunan infrastruktur
3. Kesepakatan
Kesepakatan dan komitmen antar pihak2 yg terlibat dlm program pembangunan
perkotaan yg diusulkan
4. Mobilisasi Sumber Dana
Penggalian dan mobilisasi berbagai sumber dana di daerah

2.2. Pengertian
1. Perencanaan Terpadu: Terpadu berarti ada unsur-unsur yang dipadukan. Setiap
unsur tentu memiliki keunikan, tetapi ada bagian yang dapat disamakan atau
disetarakan dengan unsur lainnya. Disebut terpadu karena setiap unsur
bermuara pada suatu tujuan yang sama.
2. Infra Struktur: Ronald Hudson (1997; 3) menyatakan bahwa keberhasilan dan
masyarakat tergantung pada infrastruktur fisik untuk pendistribusian sumber
daya dan pelayanan publik. Kualitas dan efisiensi infrastruktur mempengaruhi
kualitas hidup kesehatan sistem sosial dan keber1anjutan kegiatan
perekonomian dan bisnis. Infrastruktur telah dinyatakan dengan berbagai
definisi. Grigg (1988) dalam Hudson menyebutkan: "semua fasilitas fisik yang
sering disebut dengan pekerjaan umum".
3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW
provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kota, rencana struktur ruang wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota,
penetapan kawasan strategis kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota,
dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
4. Tujuan penataan ruang wilayah kota adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah
daerah kota yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan
jangka panjang kota pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung
terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
5. Kebijakan penataan ruang wilayah kota adalah arahan pengembangan wilayah
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna mencapai tujuan penataan
ruang wilayah kota dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
6. Strategi penataan ruang wilayah kota adalah penjabaran kebijakan penataan
ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang
menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah kota.
7. Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana yang mencakup rencana
sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah
kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan lainnya.
8. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.
9. Subpusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani sub wilayah kota.
10. Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi
lingkungan kota.
11. Rencana pola ruang wilayah kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang
wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi
daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kota yang
memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga 20 (dua puluh)
tahun mendatang.
12. Kawasan lindung kota adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan
satu ekosistem yang terletak pada wilayah kota, kawasan lindung yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di
wilayah kota, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan
pemerintah daerah kota.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
13. Kawasan budi daya kota adalah kawasan di wilayah kota yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
14. Kawasan strategis kota adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, serta pendayagunaan sumber
daya alam dan teknologi.
15. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota adalah arahan pengembangan wilayah
untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kota sesuai dengan
RTRW kota melalui penyusunan dan pelaksanaan program
penataan/pengembangan kota beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi rencana
program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu
pelaksanaan.
16. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk yang
memuat usulan program utama penataan/pengembangan kota, perkiraan
pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan,
dalam rangka mewujudkan ruang kota yang sesuai dengan rencana tata ruang.
17. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota adalah ketentuan-
ketentuan yang dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan
ruang wilayah kota agar sesuai dengan RTRW kota yang berbentuk ketentuan
umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kota.
18. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kota adalah ketentuan umum yang
mengatur pemanfaatan ruang/penataan kota dan unsur-unsur pengendalian
pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi
ruang sesuai dengan RTRW kota.
19. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah kota sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap
pihak sebelum pemanfaatan ruang, dan digunakan sebagai alat dalam
melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana
tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.
20. Ketentuan sanksi adalah ketentuan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja
yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang yang berlaku.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2.3. Kedudukan Perencanaan
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional

Kedudukan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota dalam sistem penataan ruang dan
sistem perencanaan pembangunan nasional dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Rencana Umum Rencana Rinci

RTR Pulau
RPJP Nasional RTRW Nasional
RTR Kawasan Strategis Nasional

RPJM Nasional

RPJP Propinsi RTRW Provinsi RTR Kawasan Strategis Provinsi

RPJM Propinsi

RDTR Kabupaten
RTRW Kabupaten
RTR Kawasan Strategis
Kabupaten

RPJP
Kabupaten/Kota
RDTR Kota
RPJM RTRW Kota RTR Kawasan Strategis Kota
Kabupaten/Kota

Gambar 1 Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional

Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarki terdiri
atas RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW kabupaten/kota.

Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas nasional,

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar sector, serta
keharmonisan antar lingkungan alam dengan lingkungan buatan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari RTRW
Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, melalui optimasi
pemanfaatan sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi lintas
wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian peran dan fungsi
kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.

Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi ke


dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai
dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi
secara keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke
dalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional

Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci
tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau
kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat mencakup hingga penetapan
blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam
pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan
sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci
tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail
tata ruang.

Kawasan strategis adalah Kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena


memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan
negara, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan termasuk
wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Rencana tata ruang kawasan
strategis adalah upaya penjabaran rencana umum tata ruang ke dalam arahan
pemanfaatan ruang yang lebih spesifik sesuai dengan aspek utama yang menjadi
latar belakang pembentukan kawasan strategis tersebut. Tingkat kedalaman rencana
tata ruang kawasan strategis sepenuhnya mengikuti luasan fisik serta kedudukannya
di dalam sistem administrasi.

Rencana tata ruang kawasan strategis tidak mengulang hal-hal yang sudah diatur
atau menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada pada jenjang
diatasnya maupun dibawahnya.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Rencana detail tata ruang merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu kawasan
terbatas, ke dalam rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki dimensi fisik
mengikat dan bersifat operasional. Rencana detail tata ruang berfungsi sebagai
instrumen perwujudan ruang khususnya sebagai acuan dalam permberian advise
planning dalam pengaturan bangunan setempat dan rencana tata bangunan dan
lingkungan.

2.4. Kedudukan Modul

Secara pasif dengan pemberitaan mengenai informasi penataan ruang melalui:


a) media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah);
b) brosur, leaflet, flyers, surat edaran, buletin, jurnal, buku;
c) kegiatan pameran, pemasangan poster, pamflet, papan pengumuman,
billboard;
d) kegiatan kebudayaan (misal: pagelaran wayang dengan menyisipkan informasi
yang ingin disampaikan di dalamnya);
e) multimedia (video, VCD, DVD);
f) website;
g) ruang pamer atau pusat informasi; dan/atau
h) pertemuan terbuka dengan masyarakat/kelompok masyarakat.

Pada tahap pengumpulan data, peran masyarakat/organisasi masyarakat akan lebih


aktif dalam bentuk:
a) pemberian data & informasi kewilayahan yang diketahui/dimiliki datanya;
b) pendataan untuk kepentingan penatan ruang yang diperlukan;
c) pemberian masukan, aspirasi, dan opini awal usulan rencana penataan ruang;
dan
d) identifikasi potensi dan masalah penataan ruang.

Media yang digunakan untuk mendapatkan infomasi/masukan dapat melalui:


a) kotak aduan;
b) pengisian kuesioner, wawancara;
c) website, surat elektronik, form aduan, polling, telepon, pesan singkat/SMS;
d) pertemuan terbuka atau public hearings;
e) kegiatan workshop, focus group disscussion (FGD);
f) penyelenggaraan konferensi; dan/atau
g) ruang pamer atau pusat informasi.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Pada tahap perumusan konsepsi RTRW kota, masyarakat terlibat secara aktif dan
bersifat dialogis/komunikasi dua arah. Dialog dilakukan antara lain melalui konsultasi
publik, workshop, FGD, seminar, dan bentuk komunikasi dua arah lainnya.
Pada kondisi keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang telah
lebih aktif, maka dalam penyusunan RTRW kota dapat memanfaatkan
lembaga/forum yang telah ada seperti:
a) satuan kerja (task force/technical advisory committee);
b) steering committee;
c) forum delegasi; dan/atau
d) forum pertemuan antar pemangku kepentingan.

Pembahasan raperda tentang RTRW kota oleh pemangku kepentingan ditingkat


kota. Pada tahap pembahasan raperda ini, masyarakat dapat berperan dalam bentuk
pengajuan usulan, keberatan, dan sanggahan terhadap raperda tentang RTRW kota
melalui:
a) media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah);
b) website resmi lembaga pemerintah yang berkewenangan menyusun RTRW
kota;
c) surat terbuka di media massa; kelompok kerja (working group/public advisory
group);
d) dan/atau diskusi/temu warga (public hearings/meetings), konsultasi publik,
workshops, charrettes, seminar, konferensi, dan panel.

2.4. Sistem Perencanaan Pengembangan Infrastruktur


Proses dan Prosedur Penetapan RTRW kota

Proses dan prosedur penetapan RTRW kota merupakan tindak lanjut dari proses dan
prosedur penyusunan RTRW kota sebagai satu kesatuan sistem perencanaan tata
ruang wilayah kota. Proses dan prosedur penetapannya diatur berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara garis besar proses dan prosedur
penetapan RTRW kota meliputi tahapan sebagai berikut:

a. pengajuan raperda tentang RTRW kota dari walikota kepada Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota, atau sebaliknya;
b. pembahasan RTRW oleh DPRD bersama pemerintah daerah kota;
c. penyampaian raperda tentang RTRW kota kepada Menteri untuk permohonan
persetujuan substansi dengan disertai rekomendasi gubernur, sebelum

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
raperda kota disetujui bersama antara pemerintah daerah kota dengan DPRD
kota;
d. penyampaian raperda tentang RTRW kota kepada gubernur untuk dievaluasi
setelah disetujui bersama antara pemerintah daerah kota dengan DPRD kota;
dan
e. penetapan raperda kota tentang RTRW kota oleh Sekretariat Daerah kota.

Pengembangan Wilayah
Potensi setiap daerah y ang berbeda-beda, seperti potensi SDA
Alasan-alasan ekologi : planning for habitability

Tujuan dari perencanaan pengembangan wilayah secara umum adalah:


1. Pendayagunaan SDA secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal
2. Mengurangi kesenjangan antarwilayah (regional imbalances)
3. Sustainable development
4. Mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
5. Mengembangkan daerah-daerah tertinggal sesuai dengan potensinya
6. Merangsang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur

Pada intinya, pengembangan wilayah bertujuan untuk kemakmuran wilayah dengan


memberdayakan seluruh potensi yang ada secara optimal dengan mengupayakan
keserasian dan keseimbangan pembangunan antardaerah sehingga dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Tabel 1 Infrastruktur

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2.5. Rangkuman
RTRW Kota merupakan landasan penting penyusunan kebijakan dan strategi
pembangunan kota. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota disusun untuk
memberikan arahan bagi pelaksanaan pembangunan wilayah kota dan solusi
terhadap penanganan isu serta permasalahan kota yang berkembang termasuk
topik-topik pembangunan terkait tantangan, ekspektasi pengembangan wilayah di
masa yang akan datang.

Informasi yang terangkum dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota merupakan
perencanaan kota dalam bentuk rencana pola ruang dan rencana struktur ruang,
yang perwujudannya dilakukan melalui pelaksanaan indikasi program, hal ini
merupakan hasil analisis statistik, analisis kualitatif, dan analisis-analisis kebutuhan
lainnya yang lebih rinci terhadap aspek perkotaan. Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Kota selain menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan wilayah kota juga
berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja dan arahan pengembangan kota.

Perencanaan kota merupakan penyusunan kerangka kerja untuk mendorong


perwujudan berbagai kemungkinan dan mengantisipasi perubahan yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Sebagai arahan pembangunan wilayah
kota, proses penyusunan sampai dengan implementasi, Perencanaan Tata Ruang
Wilayah Kota disyaratkan berlandaskan atas asas: keterpaduan; keserasian;
keselarasan dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan
keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan
kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas.

Muatan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota mencakup: 1) Tujuan, Kebijakan dan
Strategi penataan ruang wilayah Kota; 2) Rencana Struktur Ruang Wilayah kota, 3)
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota; 4) Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kota; 5)
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota serta 6) Ketentuan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota.

Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah
kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.

Tujuan penataan ruang wilayah kota memiliki fungsi:


1) sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan
ruang wilayah kota;
2) memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW
kota; dan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
3) sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kota.
Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan
internal kota dan jaringan infrastruktur kota sampai akhir masa perencanaan, yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan
yang ada/direncanakan dalam wilayah kota pada skala kota, yang merupakan satu
kesatuan dari sistem regional, kota, nasional bahkan internasional.

Rencana struktur ruang kota mencakup: rencana pengembangan pusat pelayanan


kegiatan kota, dan rencana sistem prasarana kota. Rencana pengembangan pusat
pelayanan kegiatan kegiatan kota menggambarkan lokasi pusat-pusat pelayanan
kegiatan kota, hirarkinya, cakupan/skala layanannya, serta dominasi fungsi kegiatan
yang diarahkan pada pusat pelayanan kegiatan tersebut. Sedangkan rencana sistem
prasarana kota mencakup sistem prasarana yang mengintegrasikan kota dalam
lingkup yang lebih luas maupun mengitegrasikan bagian wilayah kota serta
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada/direncanakan dalam wilayah
kota, sehingga kota dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tujuan
penataan ruang kota yang ditetapkan.

Sedangkan pola ruang kota secara umum dikelompokkan menjadi kawasan lindung
dan kawasan budi daya. Rencana pola ruang wilayah kota merupakan arahan bentuk
pemanfaatan ruang wilayah kota yang akan dituju hingga akhir tahun perencanaan
yang menggambarkan lokasi, ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan
atau kegiatan alam.

Rencana pola ruang wilayah kota meliputi ruang daratan serta ruang laut dalam
batas 4 mil laut dari daratan terjauh di kota atau sampai batas negara yang
disepakati secara internasional apabila kota yang disusun RTRW nya berbatasan laut
dengan negara lain.

Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang


berpengaruh besar terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan yang
dilakukan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau
mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang
bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah

Kawasan strategis kota perlu digambarkan dalam peta penetapan kawasan strategis.
Penentuan batasan fisik kawasan strategis kota pada RTRW kota lebih bersifat
indikatif.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah sesuai
pertimbangan aspek strategis masing-masing kota. Kawasan strategis yang ada di
kota memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional dan provinsi. Penetapan
kawasan strategis kota didasarkan pada kesepakatan para pemangku kepentingan
dan kebijakan yang ditetapkan.

Untuk Pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui penyusunan program pemanfatan


ruang, pelaksanaan program pemanfaatan ruang, dan pembiayaan program
pemanfaatan ruang.

Muatan dasar dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah kota meliputi indikasi
program utama, disertai perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi yang
terlibat dalam pelaksanaannya serta waktu dan tahapan pelaksanaannya yang
disusun dengan memperhatikan kurun waktu perencanaan dan tahap
operasionalisasinya mengacu pada rencana tata ruang.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota adalah ketentuan yang


diperuntukkan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi ketentuan umum
peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif,
serta arahan sanksi dalam rangka perwujudan RTRW kota.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota berfungsi:


a. sebagai alat pengendali pengembangan kota;
b. menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang;
c. menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang
yang telah sesuai dengan rencana tata ruang;
d. meminimalkan pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang; dan
e. mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
f. melindungi kepentingan umum.

Bab terakhir menguraikan tentang proses dan prosedur penyusunan RTRW kota
yang meliputi tahapan sebagai berikut:
Proses Penyusunan RTRW Kota
1. persiapan penyusunan RTRW kota;
2. pengumpulan data yang dibutuhkan
3. pengolahan dan analisis data;
4. perumusan konsep RTRW kota; dan
5. penyusunan raperda tentang RTRW kota.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2.6. Latihan
1. Jelaskan definisi sendiri berdasarkan teori yang sudah ada apa itu
perencanaan terpadu dan pernacanaan infrastruktur terpadu kawasan
perkotaan?
2. Jelaskan beberapa istilah terkait dengan Pemahaman Penyusunan Rencana
Terpadu Infrastruktur Kawasan Perkotaan berikut:
a. Rencana Terpadu
b. Kawasan Perkotaan
c. Infrastruktur dalam arti luas.
d. Jaringan Jalan
e. Kawasan Rawan Banjir dan Drainase Perkotaan
f. Air Bersih
g. Limbah dan Persampahan
3. Jelaskan Kedudukan modul di dalam sistem Rencana Terpadu Program Dan
Investasi Infrastruktur Pada Kawasan Perkotaan dengan RTRW.
4. Jelaskan prinsip perencanaan terpadu serta kedudukan dan hubungannya
pada sistem perencanaan pembangunan nasional?
5. Bagaimana Pengaruh Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi dan/atau Kabupaten terhadap program pembangunan infrastruktur
Kawasan Perkotaan?

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
BAB 3
KEGIATAN BELAJAR 2
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR TERPADU BERBASIS
PENGEMBANGAN KAWASAN
PERKOTAAN

Indikator Keberhasilan
Dengan mempelajari bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan:
a. Kebutuhan pembangunan jaringan jalan
b. Prinsip-prinsip perencanaan pengendalian banjir
c. Prinsip-prinsip perencanaan program pembangunan drainase
d. Prinsip-prinsip perencanaan program pembangunan air minum, limbah
dan persampahan
e. Prinsip-prinsip perencanaan program perumahan dan permukiman

3.1. Sistem Perencanan Pembangunan Nasional


Pada Materi Pokok II akan diuraikan berbagai analisis terkait dengan keterpaduan
pembangunan infrastruktur yang berbasis pada pengembangan kawasan perkotaan.
Kawasan perkotaan yang dimaksud dapat berupa kota otonom; Kawasan perkotaan
yang melebihi satu wilayah administratif (termasuk kawasan metropolitan); dan
kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten.

Perencanaan pembangunan daerah secara khusus diatur dalam UU No. 25 tahun


2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mengatur tahapan
perencanaan mulai dari Rencana Pemerintah Jangka Panjang, Rencana Pemerintah
Jangka Menengah (RPJM daerah), Renstra Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra
SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (Renja SKPD).

Sistem perencanaan pembangunan nasional yang ditetapkan dalam II no 25 tahun


2004 menjabarkan UUD 45 pada RPJPNasional. Hal ini dimaksudkan guna pencapai
tujuan pemerintah dalam memenuhi kewajibannya untuk mensejahterakan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
masyarakat, sebagiamana amanat UUD 1945. Rencana program jangka panjang
merupakan pedoman dalam penyusunan RPJM untuk setiap kementerian dan
lembaga pemerintah pusat maupun RPJM Daerah. Disisi lain RPJP juga merupakan
pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah yang disesuaikan dengan visi, misi, dan
program kepala daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional merupakan penjabaran


dari Tujuan dibentuknya pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam
pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah
pembangunan Nasional

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah memuat visi, misi, dan arah
pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional merupakan


penjabaran dari misi, visi, dan program Presiden yang penyusunanannya
berpedoman pada RPJP Nasional yang memuat Strategi pembangunan Nasional,
kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga,
kewilayahan dan lintas kewilayahan

Muatan RPJP Nasional (UU No 17 tahun 2007) :


a. Visi dan Misi Pembangunan Nasional
b. Arah, Tahapan, dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang

Muatan RPJP Daerah (Permendagri No 54/2010) :


a. Visi dan Misi Pembangunan Daerah
b. Arah, Tahapan, dan Prioritas Pembangunan Daerah Jangka Panjang

Muatan RPJM Nasional (Perpres No 5 tahun 2010) :


a. Strategi Pembangunan Nasional
b. Kebijakan Umum Pembangunan Nasional
c. Program Kementerian/Lembaga dan Lintas Kementerian/Lembaga
d. Program Kewilayahan dan Lintas Kewilayahan
e. Kerangka Ekonomi Makro

Muatan RPJM Daerah (Permendagri No 54/2010) :


a. Visi, Misi, Program Kepala Daerah;
b. Arah Kebijakan Keuangan Daerah;

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
c. Strategi Pembangunan Daerah;
d. Kebijakan Umum Pembangunan Daerah;
e. Program SKPD;
f. Program Lintas SKPD;
g. Program Kewilayahan;
h. Rencana Kerja dalam kerangka regulasi yang bersifat indikatif;
i. Rencana Kerja dalam kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Muatan RKP:
a. Prioritas Pembangunan dan Kerangka Ekonomi Makro
b. Program Kemeterian/Lembaga, Lintas Kementerian/Lembaga, dan
Kewilayahan ( 1 tahun)

Muatan RKP Daerah (Permengri No 54/2010):


a. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah
b. Program Prioritas Pembangunan; dan
c. Rencana kerja, Pendanaan dan Prakiraan Maju

Muatan Renstra-KL:
a. Visi dan Misi Pembangunan Kementerian/Lembaga
b. Tujuan, Strategi, dan Kebijakan Pembangunan Kementerian/Lembaga
c. Program dan Kegiatan Pembangunan Kementerian/Lembaga (5 tahun)

Muatan Renstra-SKPD (Permendagri No 54/2010):


a. Visi dan Misi Pembangunan Satuan Kerja Pembangunan Daerah (SKPD)
b. Tujuan, Strategi, dan Kebijakan Pembangunan SKPD
c. Program dan Kegiatan Pembangunan SKPD (5 tahun

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang nasional (RPJPN) dan Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dan RKP merupakan suatu
rangkaian dalam sitem pembangunan nasional. Pembuatan rencana tersebut bagi
sebuah negara adalah sangat penting karena petunjuk arah dalam proses
pembangunan di Indonesia dan untuk mencapai kesejahteraan rakyat Bangsa
Indonesia. Jika perencanaan tidak mengikuti arahan dari perencanaan
pembangunan pusat dan daerah maka tujuan pembangunan nasional yang dituliskan
dalam UUD 45 yaitu untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia tidak tercapai.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Dalam menyusun rencana terpadu infrastruktur di kawasan pekotaan diperlukan
analisis yang mempertimbangkan rencana-rencana yang telah dibuat sebelumnya
agar terjadi integrasi dan singkronasi penyusunan rencana.

KEBIJAKAN
KEBUTUHAN SEKTORAL PROGRAM
PEMBANGUNAN
RPJM NASIONAL

INFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTUR

SPM
RPJM PROVINSI

RPJM KAB./KOTA

RENSTRA KL/SKPD
MASTER PLAN
Visi dan Misi
SEKTOR/RENCANA
INDUK SISTEM Tujuan, Strategi, Kebijakan
(RIS)
Rencana Program Kegiatan
(5 tahun)

Studi Kelayakan DED RENJA


KL/SKPD
Gambar 2 Prinsip Penyusunan Program Pembangunan Infrastruktur

3.2. Alur Perencanaan dan Penganggaran


Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang
dimaksud dengan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang
selanjutnya disebut RKAKL, adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang
berisi program dan kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan
penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Strategis
Kementerian Negara/Lembaga (Renstra K/L) yang bersangkutan dalam satu tahun
anggaran untuk menjadi pedoman pelaksanaan program dan kegaitan.

Dalam penyusunan RKAKL selain mengacu pada RKP dan Renstra K/L, penyusunan
RKAKL juga harus mengacu pada pagu sementara dan definitif yang ditetapkan
melalui Peraturan Menteri Keuangan, hasil kesepakatan yang dilakukan oleh
kementerian/lembaga terkait dengan DPR, serta tidak boleh keluar dari tupoksi unit

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
organisasi kementerian/lembaga yang bersangkutan. Selain itu, banyak rambu-
rambu yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan RKAKL agar tercapai
anggaran berbasis kinerja seperti memperhatikan alur perencanaan dan
penganggaran sebagaimana dicantumkan pada bagian selanjutnya dari booklet ini.

Alur perencanaan dan penganggaran RPJPNasional yang diacu oleh


kementeria/lembaga diperintah pusat dan pemerintah daerah untuk menjadi RPJM
merupakan dasar dari penyusunan rencana kerja pemerintah/ pemerintah daerah
sebagai pedoman untuk mengalokasikan dana APBN/APBD.

Rencana pembangunan infrastruktur (Development Plan) ke-PUPR-an yang


mensinkronkan kegiatan pembangunan infrastruktur ke-PUPR-an, baik yang
dilaksanakan dan dibiayai pemerintah, pemerintah daerah, maupun oleh
masyarakat/dunia usaha yang berbasis kebijaksanaan spatial.

Rencana pembangunan infrastruktur dapat merupakan inisiatif dan atau kebutuhan


pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota serta
masyarakat/dunia usaha. Konsekuensi dari adanya kebutuhan akan ada kebutuhan
infrastruktur tersebutadalah pembebanan dana pembangunan yang sesuai dengan
kewenangan infrastruktur dimaksud yaitu APBN untuk infrastruktur yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat, APBD provinsi untuk infrastruktur yang menjadi
kewenangan pemerintah provinsi dan APBD kabupaten/kota untuk infrastruktur
yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota, serta oleh dunia
usaha/masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.

Prinsip-prinsip penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur bidang ke-


PUPR-an meliputi kewilayahan, keterpaduan, keberlanjutan, koordinasi, optimalisasi
sumber daya.

1. KEWILAYAHAN
Prinsip kewilayahan merupakan pendekatan yang tidak sektoral tetapi objeknya
adalah entitas wilayah/kawasan strategis yang akan didorong dan mendorong
terciptanya stuktur ruang yang efektif dan efisien. Prinsip kewilayahan
memperhatikan potensi wilayah sekaligus menjaga wilayah yang perlu mendapatkan
perlindungan. Infrastruktur direncanakan dengan memperhatikan potensi wilayah
tersebut dikaitkan dengan lokasi pasar potensi tersebut berada yang dihubungkan
dengan infrastruktur.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2. KETERPADUAN
Prinsip keterpaduan merupakan integrasi dalam perencanaan dan sinkronisasi dalam
pemrograman pembangunan yang saling terkait untuk mengisi kekurangan dan
kebutuhan masing-masing. Sinergitas dari fungsi infrastruktur yang terpadu akan
mendorong dab mempercepat pertumbuhan wilayah secara menyuluruh untuk
semua sektor. Selain itu dengan keterpaduan pembangunan infrastruktur akan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendanaan infrastruktur di kawasan
perkotaan.

3. KEBERLANJUTAN
Prinsip keberlanjutan merupakan pendekatan dalam pemrograman investasi
infrastruktur ke-PU-an jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dengan
memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Dikaitkan
dengan prinsip kwilayahan makan pembangunan infrastruktur diarahkan untuk tidak
menganggu kawasan yang membutuhkan perlindungan, termasuk didalamnya
kawasan rawan bencana. Dengan demikian innvestasi pembangunan infrastruktur
tidak menjadi sia-sia akibat dari bencana yang terjadi dikaasan perkotaan, serta
kawasan yang perlu mendapatkan perlindungan dapat menjalankan fungsinya.

4. KOORDINASI
Prinsip koordinasi merupakan pendekatan dalam penyelenggaraan pembangunan
infrastruktur ke-PU-an yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik
Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat/dunia usaha, sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing. Pada kawasan perkotaan prinsip kordinasi menjadi
penting mengingat kompleksitas yang dihadapi baik secara sosial, ekonomi, dan
lingkungan . untuk kawasan metropolitan urgensi kordinasi menjadi lebih tinggi
karena kompleksitas kawasan metropolitan melebihi kawasan perkotaan lainnya.
Kordinasi yang dimaksud adalah seluruh pemangku kepentingan termasuk
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat yang berada pada kawasan perkotaan
tersebut.

5. OPTIMALISASI SUMBERDAYA
Prinsip optimalisasi sumberdaya merupakan pendekatan dalam pemanfaatan
sumberdaya yang sesuai dengan kewenangan dan kapasitas pendanaan untuk tujuan
pengembangan kawasan/wilayah melalui pembangunan infrastruktur ke-PU-an.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Dalam pembangunan infrastruktur terpadu efisiensi sumberdaya akan terjadi karena
keterbatasan sumberdaya dituntut untuk dioptimalkan pendayagunaanya dalam
rangka memenuhi pembangunan infrastruktur pada kawasan tersebut secara
terpadu.

Pembangunan Infrastruktur ditujukan untuk mendukung pengembangan kawasan


sektor ekonomi dan sosial perkotaan seperti kawasan Industri, Perdagangan dan
Jasa, Perkantoran, Pariwisata, Pendidikan, Perumahan dan lain-lain
Pembangunan kawasan sangat membutuhkan berbagai infrastruktur yang dibangun
pada saat yang bersamaan sehingga terjadi percepatan pembangunan pada kawasan
tersebut. penyusunan rencana pengembangan kawasan berbasisi pada rencana tata
ruang wilayah kota atau RTR Perkotaan. Sebagaimana prinsip kewilayahan rencana
tata ruang wilayah (RTRW) kota, segala potensi wilayah, wilayah yang perlu
mendapatkan perlindungan telah dianalisis termasuk didalamnya daya dukung dan
daya tampung kawasan perkotaan yang dimaksud sehingga kebutuhan infrastruktur
kawasan perotaan sudah mendapatkan pertimbangan dari sisi potensi dan lokasi.

RTRW yang mempunyai muatan struktur ruang merupakan arahan bagi pemerintah
kabupaten/kota menyusun program lima tahunan selama 20 tahun masa rencana.
Untuk pola ruang yang memiliki potensi perlu dikembangkan dalam mendukung
pengembangan kawasan perkotaan melalui kegiatan yang diprogramkan dan
dituangkan dalam indikasi program utama pada RTRW. Rencana pola ruang tersebut
dapat berupa
a. Kawasan Industri
b. Kawasan Perdagangan dan Jasa
c. Kawasan Pariwisata
d. Kawasan Perumahan
e. Kawasan Perkantoran

Indikasi program utama sebagai salah satu muatan dalam RTRW merupakan materi
dasar dalam penyusunan RPJP daerah yang selanjutnya akan diolah dianalisa untuk
menghasilkan RPJMDaerah. Dalam tabel indikasi program yang sudah diuraikan
diatasseluruh infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyattertuang
dalam tabel tersebut. dalam melakukan analisa dalam membuat RPJP daerah,
potensi kawasan dan kawasan yangperlu mendapatkan perlindungan menjadi salah
satu proses analisis untuk menyusun lebih akurat rencana pembangunan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
infrastruktur kawasan bidang PU-PR. Infrastruktur bidang PU-PR yang dimaksud
adalah:
1. Bidang bina marga jalan dan jembatan
2. Bidang Cipta Karya
a. Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) antara lain drainase, sampah,
dan limbah
b. Permukiman antara lain RTBL dan RTH
c. Air Minum
3. Bidang Perumahan Rakyat dibawahnya bidang penyediaan perumahan
4. Bidang Sumber Daya Air (SDA)
a. Bendungan
b. Irigasi

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Renstra Pedom Renja - Pedom Rincian
RKA-KL
KL an KL an APBN
Peme
rintah
Pusat
Pedoma Diacu
n

RPJP Pedom RPJM Dijabarkan RKP Pedoma


RAPBN APBN
Nasional an Nasional n

Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui


Musrenbang
Dijabark
an
RPJP Pedom RPJM RKP Pedoma
RAPBD APBD
Daerah an Daerah Daerah n
Peme
rintah
Pedoman Diacu Daera
h

Renstra Pedoma Renja - Pedom RKA - Rincian


SKPD n SKPD an SKPD APBD

UU SPPN
MODUL 2 UU KN
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN 36
3.3. Analisa Pengembangan Kawasan Sektor
Tahapan Analisa Pengembangan kawasan sektor ekonomi dan sosial adalah
sebagai berikut (dikaitkan dengan pengembangan kawasan perkotaan lihat skema
ya)
a. Kajian terhadap peran dan fungsi kawasan perkotaan didalam Wilayah
Pengembangan Strategis (WPS), RTRW Nasional, RTRW Provinsi, RTRW
Kabupaten
b. Analisa Daya Dukung Lahan Fisik dan Lingkungan
c. Analisa Potensi Pengembangan Kawasan Aspek Ekonomi ( Masukin yang
PDRB dan LQ, analisis ekonomi potensial)
d. Perumusan Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan
e. Perumusan Rencana Pengembangan Kawasan Sektor Ekonomi dan Sosial
pada Kawasan Perkotaan

Terdapat berbagai analisis untuk program pembangunan infrastruktur, antara lain:


analisis spasial, analisis ekonomi, analisis sosial, analisis institusi, dan analisis
lingkungan yang mana dapat dilakukan pada studi kelayakan.

1. Analisis spasial

Analisis ini diperlukan sebagai basis untuk mendesain kerangka pembangunan


wilayah atau kawasan yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan dan
berbagai regulasi yang berlaku. Aspek utama yang perlu diperhatikan dalam
analisis ini adalah daya dukung dan daya tampung wilayah atau kawasan.

Tujuan dari analisis spasial adalah untuk menjamin bahwa rencana tata ruang
dan pemanfaatan ruang berdasarkan pada kesadaran akan: kendala ruang,
masalah, peluang, trend, dan pola ruang; sesuai kebutuhan akan pengaturan
kembali akan ruang; memperhatikan land reform; dan dimensi ruang dan isu-
isu pembangunan.

Dalam melakukan analisis spasial minimal dilakukan pemetaan ruang dengan


berbagai tema sesuai kebutuhan wilayah/kawasan, misalnya pemetaan
kawasan rawan bencana, pemetaan sumber-sumber air/cadangan air tanah
atau sumber-sumber alam lainnya, migrasi burung, dan lain-lain sesuai dengan
tema, visi, dan misi wilayah atau kawasan.

2. Analisis ekonomi

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Fokus dari analisis ini utamanya adalah pada pertumbuhan ekonomi wilayah
atau kawasan. Analisis ini dibutuhkan sebagai basis untuk menyusun strategi
pembangunan terkait kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi.

Tujuan dari analisis ekonomi ini adalah untuk menjamin agar strategi
pembangunan dan proyek-proyek yang akan dibangun sesuai dengan potensi
ekonomi saat ini dan berbagai kendala menjadi pertimbangan.

Untuk melakukan analisis ekonomi, diperlukan data dan informasi sebagai


bahan dasar untuk dibahas, jika diperlukan, pembahasan dapat dilakukan pada
level pembuat keputusan pada tingkat wilayah atau kawasan. Data dan
informasi yang dibutuhkan antara lain: data ekonomi yang mendasar, seperti
tenaga kerja; trend ekonomi, seperti pertumbuhan pendapatan perkapita;
potensi ekomi, seperti besaran sumber alam; dan kendala-kendala
pembangunan ekonomi.

3. Analisis sosial

Fokus utama dari analisis ini adalah pada kondisi sosial yang menjadi masalah,
seperti kemiskinan, kesehatan, dan masyarakat. Analisis sosial dibutuhkan agar
pembangunan wilayah atau kawasan dapat mengurangi tingkat kemiskinan
dan kesehatan masyarakat. Tujuan dari analisis sosial adalah untuk menjamin
strategi pembangunan dapat menjawab berbagai permasalahan sosial, seperti
kemiskinan dan kesehatan masyarakat.

Persyaratan minimal untuk melakukan analisis sosial adalah data sosial yang
mendasar seperti IPM, tingkat kriminalitas, isu persamaan gender, isu terkait
perilaku masyarakat, dan lain-lain.

4. Analisis institusi

Tujuan dari analisis kelembagaan adalah untuk menjamin keterpaduan


pembangunan infrastruktur dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Analisis institusi ini memberi gambaran bentuk kelembagaan yang ideal yang
akan dikembangkan untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur secara
terpadu pada kawasan perdesaan. uraian analisis ini dijabarkan lebih lanjut
pada modul analisis kelembagaan dan koordinasi.

5. Analisis lingkungan

Tujuan dari analisis lingkungan adalah untuk menjamin bahwa program dan
proyek memperhatikan masalah-masalah lingkungan dan memperhitungkan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
asset alam yang harus dilindungi atau dilakukan pengendalian lingkungan
secara ketat. Untuk melakukan analisis lingkungan, diperlukan data mengenai
masalah lingkungan yang ada saat ini (lengkap dengan deskripsi ringkas untuk
setiap masalah, lokasinya, berapa yang terpapar, magnitude masalah, dan
penyebab masalah). Data-data tersebut merupakan informasi krusial dan
mendasar bagipembahasan pada tingkat wilayah atau kawasan.

3.4. Rangkuman
Pentahapan penyusunan program pembangunan infrastruktur PUPR di kawasan
perdesaan adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan kebutuhan infrastruktur untuk mendukung pengembangan


kawasan pedesaan yang potensial dilakukan dengan berdasarkan rencana
pengembangan kawasan pedesaan.
b. Berdasarkan kebutuhan infrastruktur tersebut dibuat Rencana Umum
infrastruktur (Masterplan) di kawasan perdesaan
c. Rencana Umum infrastruktur ini menjadi acuan dalam penyusunan
program pembangunan jangka menengah infrastruktur kawasan
perdesaan. Disamping itu, dalam penyusunan program jangka menengah
dilakukan analisis prioritas dan pertimbangan kondisi eksisting penyediaan
infrastruktur.

3.5. Latihan
1. Jelaskan apa yang menjadi pedoman dalam kita Mengembangkan
Infrastruktur di Wilayah Perkotaan.
2. Jelaskan Prinsip-prinsip perencanaan Jaringan jalan.
3. Jelaskan Prinsip Perencanaan Pengendalian Banjir.
4. Apa pula yang dimaksud dengan Drainase Perkotaan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
BAB 4
KEGIATAN BELAJAR 3
ANALISA KEBUTUHAN RENCANA
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
KAWASAN PERKOTAAN

Indikator Keberhasilan
Dengan mempelajari materi Analisa Kebutuhan Rencana Pembangunan
Infrastruktur Kawasan Perkotaan ini, peserta diharapkan akan mampu
menjelaskan:
a. Analisa kebutuhan pembangunan jaringan jalan
b. Analisa prinsip perencanaan Pengendalian banjir.
c. Analisa prinsip perencanaan program pembangunan drainase
d. Analisa pembiayaan pembangunan drainase
e. Analisa prinsip perencanaan program pembangunan air bersih,limbah
dan persampahan
Sebagai kelanjutan dari pembelajaran sebelumnya tentang analisa rencana
pembangunan infrastruktur berbasis pengembangan kawasan perkotaan, maka
diperlukan pembelajaran bagian ke 3 yaitu pembelajaran tentang Analisa Kebutuhan
Rencana Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perkotaan dimana dalam pembelajaran
tersebut intinya akan dipelajari bagaimana cara menghitung besaran kebutuhan
pembangunan infrastruktur di bidang PU-PR dalam rangka mendukung pembangunan
kawasan perkotaan yang akan dikembangkan.

Keluaran dari pembelajaran sebelumnya (bagian 2) adalah identifikasi kebutuhan jenis-


jenis infrastruktur apa saja yang diperlukan untuk mendukung rencana pengembangan
kawasan perkotaan yang akan dilaksanakan sementara di pembelajaran bagian ke 3
adalah bagaimana menghitung besaran kebutuhan infrastruktur untuk setiap jenis
infrastruktur yang diperlukan termasuk bagaimana langkah-langkah dalam membuat
analisa kebutuhan tersebut termasuk hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam
proses analisa kebutuhan pembangunan infrastruktur.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Ruang lingkup dari pembelajaran bagian 3 ini meliputi pembangunan infrastruktur
yang menjadi tugas dan wewenang Kementrian PU-PR yang dalam pelaksanaannya
memperhatikan peraturan dan perundangan yang mengatur pembagian kewenangan
dalam urusan pemerintahan di bidang PU-PRan. Jenis-jenis Infrastruktur tersebut
meliputi sistem jaringan jalan perkotaan, pengendalian banjir perkotaan,drainase
perkotaan,air bersih/air minum perkotaan, air limbah, persampahan , perumahan,
penataan bangunan dan lingkungan termasuk ruang terbuka hijau.Dalam setiap jenis
infrastruktur tersebut akan di jelaskan beberapa materi pembelajaran tentang: peran
dan manfaat sistem infrastruktur; prinsip sistem pelayanan,pengertian dan klasifikasi
infrastruktur; Kebijakan dan target pembangunan ; standar pelayanan minimal dan
metode perhitungan kebutuhan infrastruktur.Dengan ruang lingkup seperti tersebut
diatas diharapkan peserta dapat memahami dan mampu menghitung besaran
kebutuhan pembangunan setiap jenis infrastruktur yang diperlukan guna mendukung
pengembangan kawasan di perkotaan. Selain itu peserta juga dapat memahami
bagaimana prinsip dan sistem pelayanan setiap jenis infrastruktur termasuk
bagaimana kebijakan dan standar pelayanan minimalnya.

4.1. Analisa Kebutuhan Pembangunan Jaringan Jalan


Sistem Jaringan Jalan Perkotaan.

Pengertian Jalan adalah suatu prasarana darat dalam bentuk apapun, meliputi segala
jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu
lintas yang berada pada permukaan tanah,diatas permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan/ atau air,serta diatas permukaan air kecuali jalan kereta api,
jalan lori dan Jalan kabel ,(undang-undang no 38 tahun 2004). Sistem Jaringan Jalan
adalah satu kesatuan jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat
pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hirakis.

Manfaat pembangunan infrastruktur jalan adalah memperlancar arus distribusi barang


dan jasa dengan mempermudah pengiriman sarana produksi dan mempermudah
pengiriman hasil produksi kepasar dengan memberikan aksesibilitas; membuka isolasi
kawasan; meningkatkan aksesibilitas jasa pelayanan sosial termasuk kesehatan,
pendidikan dan penyuluhan. Dampak manfaat jalan yang tidak langsung adalah bahwa
dengan adanya pembangunan jalan maka harga tanah disekitar jalan tersebut akan
meningkat.Adapun peran pembangunan jaringan jalan adalah sebagai prasarana
distribusi dan sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah.Disamping itu penyediaan
infrastruktur jalan merupakan bentuk pelayanan kepada pengguna jalan (road user)
dan pemanfaat jalan (road beneficiary).

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Salah satu kebijakan pembangunan infrastruktur jalan adalah bahwa pembangunan
jalan harus sejalan dengan strategi pembangunan ekonomi nasional dan lingkungan
yaitu: pro growth,pro jobs,pro poor dan pro green artinya pembangunan infrastruktur
jalan harus memperhatikan secara bersamaan kondisi ekonomi,social dan lingkungan
dari kawasan yang dikembangkan termasuk daerah perkotaan disekitarnya.

Sistem jaringan jalan diklasifikasikan berdasarkan fungsi , status kewenangan dari


pengelolaan jalan dan kelas jalan tersebut. Klasifikasi jalan berdasarkan fungsi jalan
dibagi menjadi: Jalan arteri (primer dan sekunder),Kolektor (primer dan sekunder) dan
Jalan lokal (primer dan sekunder). Klasifikasi jalan berdasarkan status kewenangan
pengelolaannya dibagi menjadi : jalan nasional,jalan propinsi dan jalan kota/kabupaten
serta jalan khusus. Klasifikasi jalan berdasarkan fungsi jalan didasarkan pada klasifikasi
kawasan yang didasarkan pada fungsi pelayanan kawasan tersebut yaitu : Kawasan
primer, kawasan sekunder I, kawasan sekunder II dan kawasan sekunder III. Pengertian
kawasan primer adalah kawasan perkotaan yang mempunyai fungsi pelayanan, baik
untuk kawasan perkotaan maupun untuk wilayah diluarnya. Kawasan Sekunder I
adalah kawasan perkotaan yang mempunyai fungsi pelayanan seluruh wilayah
kawasan perkotaan yang bersangkutan. Kawasan Sekunder II adalah kawasan
perkotaan yang mempunyai fungsi pelayanan yang merupakan bagian dari pelayanan
kawasan fungsi sekunder kesatu. Kawasan Sekunder III adalah kawasan perkotaan
yang mempunyai fungsi pelayanan yang merupakan bagian dari pelayanan kawasan
fungsi sekunder kedua.

Sistem Jaringan jalan primer adalah jalan-jalan yang menghubungkan pusat-pusat


kegiatan pada kawasan primer. Jalan arteri primer adalah jalan-jalan yang
menghubungkan antar pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan strategis nasional dan antara persil dengan pusat kegiatan nasional. Jalan
Kolektor Primer adalah jalan-jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah,
antara pusat kegiatan lingkungan denganpusat kegiatan wilayah dan antara persil dan
pusat kegiatan wilayah.Sistem jaringan jalan sekunder yang terdiri dari jalan arteri
sekunder, jalan kolektor sekunder dan jalan lokal sekunder adalah jalan-jalan yang
menghubungkan pusat-pusat kegiatan pada kawasan sekunder perkotaan. Jalan arteri
sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan
primer, jalan yang menghubungkan antar kawasan sekunder I. Jalan kolektor sekunder
adalah jalan yang menghubungkan antar kawasan sekunder II,dan jalan yang
menghubungkan kawasan sekunder III dengan kawasan sekunder II. Jalan lokal
sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar kawasan perumahan dan antara
kawasan sekunder III dengan kawasan perumahan.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Gambar 3 Sistem Jaringan Jalan Primer

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Gambar 4 Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Klasifikasi jalan menurut status kewenangan meliputi jalan nasional,jalan


propinsi,jalan kabupaten,jalan kota, jalan desa dan jalan khusus. Jalan nasional
adalah jalan yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah pusat. Jalan-jalan yang
masuk klasifikasi jalan nasional adalah jalan arteri primer,jalan kolektor primer I,
dan jalan strategis nasional.Jalan-jalan yang termasuk jalan propinsi adalah jalan
arteri sekunder, jalan kolektor primer II dan III serta jalan strategis propinsi. Jalan-

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
jalan yang masuk klasifikasi jalan kabupaten adalah jalan kolektor primer 4 yang
tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi; jalan lokal primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,ibukota kabupaten
dengan pusat desa,antar ibu kota kecamatan,antardesa dan antara ibu kota
kecamatan dan desa; jalan sekunder yang tidak termasuk jalan propinsi dan jalan
sekinder dalam kota; jalan strategis kabupaten yaitu jalan yang diprioritaskan
untuk melayani kepentingn kabupaten berdasarkan pertimbangan untuk
membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan keamanan kabupaten.
Jalan Kota adalah jaringan jalan sekunder didalam kota. Jalan desa adalah jalan
lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk jalan kabupaten
didalam kawasan perdesaan, dan merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan /atau antar permukiman didalam desa. Jalan Khusus adalah jalan
yang dibangun dan dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani kepentingan
sendiri seperti antara lain:jalan perkebunan, jalan pertanian,jalan kehutanan,jalan
inspeksi saluran, jalan sementara pelaksanaan konstruksi, jalan kawasan
industry,pelabuhan dan kawasan berikat ,dan jalan kawasan permukiman yang
belum diserahkan kepada penyelenggara jalan umum.

Klasifikasi jalan menurut Kelas Jalan meliputi jalan kelas I yaitu jalan dengan
kekuatan konstruksi yang bisa menahan beban dengan muatan sumbu terberat
lebih besar 8 ton; jalan kelas II adalah jalan yang kekuatan konstruksi yang bisa
menahan beban dengan muatan sumbu terberat 10 ton. Jalan kelas III A,B dan C
adalah jalan yang kekuatan konstruksinya bisa menahan beban muatan sumbu
terberat 8 ton. Pengklasifikasian kelas jalan juga di hubungkan dengan fungsi jalan
yang penjelasannya dapat dilihat pada tabeL berikut:

Tabel 2 Persyaratan Teknis Minimum Jaringan Jalan


Gambar Klasifikasi jalan menurut Kelas Jalan.
Kelas jalan Persyaratan Teknis Minimum
 Kecepatan >60 km/jam
Jalan arteri primer  Lebar badan jalan > 11 meter
 Kapasitas > volume lalu lintas rata-rata
 Kecepatan > 20 km/jam
Jalan lokal primer
 Lebar badan jalan > 7.5 meter
 Kecepatan > 30 km/jam
Jalan arteri sekunder  Lebar badan jalan > 11 meter
 Kapasitas > volume lalu litnas rata-rata
 Kecepatan > 10 km/jam
Jalan lokal sekunder
 Lebar badan jalan > 7.5 meter
Jalan kolektor primer  Kecepatan > 40 km/jam

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Kelas jalan Persyaratan Teknis Minimum
 Lebar badan jalan > 9m
 Kapasitas > volume lalu lintas rata-rata
 Kecepatan > 15 km/jam
Jalan lingkungan primer
 Lebar badan jalan > 6.5 meter
 Kecepatan > 20 km/jam
Jalan kolektor sekunder  Lebar badan jalan > 9m
 Kapasitas > volume lalu lintas rata-rata
 Kecepatan > 10 km/jam
Jalan lingkungan sekunder
 Lebar badan jalan > 6.5 meter

Perencanaan Jalan adalah kegiatan merencanakan kebutuhan jalan untuk


menghubungkan dua atau lebih kawasan agar dapat memberikan pelayanan
aksesibilitas kepada masyarakat. Perencanaan jalan memperhatikan beberapa
prinsip sebagai berikut:

1. Perencanaan pembangunan jalan dilakukan secara bertahap disesuaikan


dengan perkembangan kawasan.
2. Perencanaan pembangunan jalan memperhatikan kondisi antar moda guna
menentukan desain jalan tersebut.
3. Perencanaan pembangunan jalan memperhatikan sistem transportasi
nasional, sistem transportasi regioanal dan sistem transportasi lokal.
4. Perencanaan pembangunan jalan memperhatikan kondisi eksisiting pelayanan
jalan yang telah ada.
5. Perencanaan pembangunan jalan memperhatikan standar desain jalan dan
mengikuti karakteristik tingkat pelayanan jalan.
6. Perencanaan pembangunan jalan memperhatikan kondisi lingkungan yang ada
yang pada prinsipnya mencari jarak terpendek pada kawasan yang akan
dihubungkan namun tetap mengutamakan faktor keamanan pengguna dan
pemanfaat jalan.

Perencanaan pembangunan jalan memperhatikan faktor kesiapan sumber daya


seperti kesiapan lahan,dana alat dan sebagainya.

Selain prinsip-prinsip tersebut diatas, sebelum merencanakan pembangunan jalan


perlu dilihat apakah antara kawasan yang akan dihubungkan tersebut telah
mempunyai eksisting sistem pelayanan aksesibilitas baik sistem moda darat, moda
laut maupun moda udara. Untuk moda darat apakah kedua kawasan tersebut telah
terdapat eksisiting jalan. Dengan informasi tersebut maka perlu dianalisis apakah

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
untuk menghubungkan kedua kawasan tersebut diperlukan jalan baru atau dengan
peningkatan kapasitas jalan yang telah ada. Untuk merencanakan kebutuhan jalan
pada kawasan strategis pada kawasan perkotaan maka perlu dilihat eksisting
jaringan kawasan perkotaan yang telah ada dan eksisting sistem jaringan jalan
didalam kawasan strategis tersebut termasuk sistem transportasi kota dan sistem
transportasi lokal kawasan. Untuk kebutuhan jalan dalam kawasan strategis kota
diperlukan pembangunan jalan khusus. Untuk kebutuhan jalan kota diperlukan
pengembangan jaringan jalan kota dan untuk meningkatkan kelancaran hubungan
dengan kawasan diluar kawasan perkotaan perlu dikembangkan pembangunan
jalan berdasarkan klasifikasi fungsi dan kelas jalan.

4.2. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Pengendalian Banjir


Sistem Pengendalian Banjir Perkotaan.

Banjir adalah kondisi debit pada saluran / sungai atau genangan yang melebihi
kondisi normal yang umumnya terjadi sehingga terjadi luapan air dari
sungai/saluran ke lahan yang biasanya kering.Predeksi kondisi debit ini untuk
keperluan perencanaan pengendalian banjir dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu:
klasifikasi perencanaan banjir 10 tahun,klasifikasi perencanaan banjir 25 tahunan
dan klasifikasi perencanaan banjir 50 tahunan.

Faktor-faktor penyebab banjir adalah perlakuan manusia terhadap sungai dan


wilayah pengaruhnya,baik yang berada didaerah hulu,tengah,maupun hilir yang
merupakan satu kesatuan sistem aliran sungai, disebut Satuan Wilayah
Sungai.Meluasnya dampak banjir sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah aliran
sungai, terutama kondisi daerah resapan airnya (catchment area) sedimentasi
badan-badan air dan kondisi waduk/danau/situ sebagai penahan air (water
retention). Tingkat urbanisasi yang tinggi dikota-kota besar semakin mengurangi
daerah resapan air dan penahan air tadi serta semakin menyempitnya bantaran
sungai dan drainase karena tumbuhnya daerah permukiman terutama pada daerah
bantaran sungai.Pengaruh perubahan pemanfaatan ruang terhadap kuantitas
banjir juga cukup besar karena perubahan tataguna lahan memberi andil besar
terhadap kenaikan debit air sungai secara tajam.

Belajar banjir kita perlu mengetahui siklus hidrologi dimana hujan terbentuk dari
pengembunan uap air laut dan air lainnya.Hujan jatuh ke bumi ada tiga lanjutannya
yaitu pertama air kembali menguap dari permukaan bumi, kedua air meresap
kedalam tanah dan ketiga air mengalir melalui badan air seperti saluran atau
sungai menuju kelaut. Pada daerah perdesaan dimana belum banyak perkerasan/

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
pembetonan lahan maka air yang terserap kedalam tanah lebih besar dari volume
air yang mengalir melalui badan air. Sebaliknya untuk daerah perkotaan air hujan
yang meresap kedalam tanah volumenya lebih kecil dari volume air yang masuk
kebadan air (saluran/sungai).

Tujuan pengendalian banjir kota adalah untuk mengatasi banjir yang terjadi
dikawasan perkotaan yang disebabkan oleh meluapnya air sungai dimana daya
tampung badan sungai sudah tidak mampu lagi menampung debit air yang
mengalir didalamnya.

Perencanaan pengendalian banjir kota memperhatikan beberapa prinsip sebagai


berikut:

1. Perlu dilihat dan diperhatikan rencana induk sistem pengelolaan sungai


yang melintas pada kota tersebut (kalau sudah ada)
2. Perlu ada sinkronisasi dengan perencanaan pembangunan drainase yang
tujuannya untuk mengatasi genangan kota.
3. Perencanaan pengendalian banjir kota perlu ditangani secara
komprehensif mulai dari hulu, tengah dan hilir.

Bentuk-bentuk program pengendalian banjir kota dapat berupa normalisasi sungai


yaitu menormalkan badan sungai diwilayah perkotaan dari akupasi perumahan
badan sungai tersebut dapat berfungsi optimal. Program pengendalian banjir kota
yang lain adalah pembangunan pintu-pintu air termasuk pembangunan
manajemen operasional pintu air untuk mengatur debit air yang mengalir pada
badan sungai.Program yang lain adalah melaksanakan perbaikan lingkungan
didaerah hulu dengan penghijauan untuk sebanyak mungkin menahan debit air
yang masuk kesungai.

4.3. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Pembangunan Drainase


Sistem Drainase Perkotaan.

Berbeda dengan pengendalian banjir kota , tujuan pembangunan drainase


perkotaan adalah untuk menghilangkan genangan air yang disebabkan oleh
tingginya curah hujan dikawasan perkotaan. Faktor-faktor penyebab terjadinya
genangan antara lain sebagai berikut:

1. Rendahnya daerah genangan tersebut dibandingkan dengan daerah


sekitarnya sehingga air hujan yang turun pada daerah tersebut tidak bisa
tersalurkan keluar daerah tersebut.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2. Banyaknya perkerasan lahan dengan pembetonan sehingga mengurangi
luas daerah resapan air sehingga volume air hujan dipermukaan tanah
semakin besar yang tidak dapat tertampung dengan saluran drainase yang
ada.
3. Tersumbatnya saluran drainase akibat banyaknya sampah yang masuk
dalam jaringan saluran drainase perkotaan yang mengganggu aliran air.
4. Terjadinya pasang air laut yang menghambat arus air kelaut khusus pada
daerah perkotaan yang lokasinya berbatasan dengan laut.
5. Banyaknya situ atau kolam-kolam retensi yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga menambah debit air hujan yang mengalir
pada saluran drainase.

Beberapa prinsip perencanaan pembangunan drainase perkotaan adalah sebagai


berikut:

1. Perlu dilihat rencana induk sistem atau masterplan drainase perkotaan


apabila telah mempunyai dokumen tersebut.
2. Perlu diperhatikan target nasional standar pelayanan minimal yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat.
3. Perlu ada sinkronisasi dengan dengan program pengendalian banjir
perkotaan apabila wilayah perkotaan tersebut dilalui sungai.
4. Perlu ada sinkronisasi dengan pelaksanaan program ruang terbuka hijau
sebesar 20% untuk menyediakan daerah resapan air yang mencukupi,
termasuk sinkronisasi dengan pembangunan situ dan kolam retensi.

Beberapa bentuk kegiatan pembangunan drainase perkotaan antara lain:


pembangunan situ dan kolam retensi, pembangunan drainase primer, sekunder
dan drainase tersier secara komprehensif termasuk pembangunan pintu-pintu
air,pembersihan saluran disinkronkan dengan program persampahan perkotaan.
Perhitungan beban lipasanair untuk areal tertutup,menggunakan perhitungan
debit air hujan menurut rumus dari Suripin (2003) lihat gambar table.

4.4. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Pembangunan Air Minum, Limbah,


dan Persampahan

1. Sistem Air Bersih/AirMinum Perkotaan.


Pembangunan sistem air bersih/air minum perkotaan dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan manusia,kegiatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat
perkotaan, meliputi air bersih/air minum domestik yaitu keperluan rumah tangga

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
dan non domestik yaitu kebutuhan untuk industry,pariwisata,tempat
ibadah,tempat sosial dan tempa-tempat komersial atau tempat umum lainnya.
Kinerja pelayanan air bersih/air minum perkotaan merupakan salah satu parameter
penilaian sebuah kota selain sampah,kawasan kumuh dan kemacetan.

Menghitung kebutuhan air bersih/air minum kawasan strategis dalam wilayah


perkotaan tidak terlepas dari kebutuhan air bersih/air minum seluruh kawasan
perkotaan mengingat air minum memerlukan suatu jaringan perpipaan yang
menyeluruh. Untuk menghitung kebutuhan air bersih/air minum daerah perkotaan
secara menyeluruh didasarkan pada:

1. Jumlah penduduk saat perencanaan sampai dengan akhir tahun


perencanaan.
2. Target pelayanan yaitu ratio pelayanan air minum.Kebijakan nasional untuk
pelayanan air bersih/air minum dengan standar pelayanan 60liter/orang/
hari.
3. Jenis pelayanan dan satuan kebutuhan air untuk: rumah tangga baik
sambungan langsung maupun kran umum, fasilitas social, fasilitas
perdagangan,industry dan kebutuhan khusus.
4. Karakteristik kebutuhan air suatu daerah yang menggambarkan variasi
kebutuhan air harian yaitu kebutuhan rata-rata dan kebutuhan puncak.
5. Jumlah kebocoran air yang hilang.

Secara lebih detail menghitung kebutuhan air bersih/air minum untuk kebutuhan
domestik (rumah tangga) perlu dihitung jumlah penduduk,prosentase jumlah
penduduk yang akan dilayani,cara pelayanan air, konsumsi pemakaian air
(liter/orang/hari).Untuk konsumsi pemakaian air bersih domestik ditentukan untuk
sambungan rumah sebesar 120 liter/detik dan sambungan (kran) umum 30 l/detik.
Jumlah jiwa persambungan rumah dihitung berdasarkan jumlah rata-rata untuk
sambungan rumah sebesar 5 jiwa/sambungan dan kran umum sebesar 100
jiwa/sambungan. Untuk kebutuhan air bersih/ air minum diluar pemakaian untuk
rumah tangga seperti kebutuhan untuk niaga, kesehatan ,sosial,
perkantoran,pendidikan dan peribadatan diperkirakan lebih kurang 20 % dari
kebutuhan air domestik.

Dalam kebijakan standar pelayanan minimal sistem penyediaan air minum


disebutkan bahwa setiap jiwa harus mengkonsumsi air minum yang layak minimal
60 l/orang/hari. Pemerintah berkewajiban menyediakan akses air minum yang
aman melalui sistem penyediaan air minum dengan jaringan perpipaan dan bukan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
jaringan perpipaan terlindungi sebesar 70%. Target dalam RPJMN menyebutkan
bahwa pelayanan air minum harus dapat memberikan akses air minum yang aman
melalui sistem penyediaan air minum dengan jaringan perpipaan dan bukan
jaringan pepipaan terlindungi sebesar 100% dengan penerapan efisiensi konsumsi
air minum sebesar 10l/orang/hari.

Permasalahan dalam penyediaan air minum yaitu kurangnya sumber air baku yang
memadai pada area pengembangan kawasan sector ekonomi (baik air permukaan
maupun air tanah). Permasalahan daya dukung fisik lahan (tanah
rawa,gambut,tanah berbatu dll).

Prinsip-prinsip perencanaan penyediaan air minum adalah sebagai berikut:

1. Perlu dilihat rencana induk sistem atau masterplan air minum apabila
dokumennya telah tersedia.
2. Perlu sinkronisasi dengan program pengembangan air baku.
3. Perlu diperhatikan fluktuasi pemakaian air pada pada waktu hari
maksimum. (selama setahun ada hari-hari tertentu dimana pemakaian air
lebih tinggi dari pemakaian air perhari rata-rata, pemakaian inilah yang
disebut pemakaian air pada hari maksimum).Hari maksimum
4. Perlu diperhatikan Fluktuasi pemakaian air pada saat jam puncak ( selama
sehari ada jam-jam tertentu dimana penggunaan air bersih lebih tinggi dari
pemakaian per jam rata-rata. Pemakaian air pada jam tertinggi inilah yang
disebut sebagai pemakaian jam puncak,yang biasa terjadi pada pagi dan
sore hari ).Jam puncak = 1,75 x kebutuhan rata-rata.
5. Perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas sistem
seperti:kebocoran air,Kapasitas pengambilan air baku,fluktuasi kebutuhan
air bersih,jaringan pipa transmisi, kapasitas reservoir distribusi,jaringan
pipa induk distribusi,kapasitas aliran dalam pipa dan koefisien kekasaran
pipa.

Program Pembangunan prasarana air bersih/air minum terdiri dari pembangunan


bangunan penangkap air baku, pembangunan pipa atau saluran induk air
baku,bangunan pengolahan air minum,pembangunan pipa transmisi dan pipa
distribusi sampai dengan prasarana sambungan rumah.

Sebelum melakukan perencanaan pembangunan perlu dilihat kondisi pelayanan


penyediaan air minum/air bersih yang ada. Prioritas perencanaan pembangunan
air minum diutamakan pada pemanfaatan kapasitas terpasang, dan program
mengurangi kebocoran.Prioritas kedua adalah program peningkatan kapasitas

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
produksi dengan memanfaatkan sumber air baku yang ada beserta program
pemanfaatan kapasitas terpasang. Prioritas ke tiga adalah program pembangunan
baru dengan sumber air baku yang baru.

2. Sistem Air Limbah Perkotaan.


Air limbah Perkotaan berdasarkan sumber timbulan limbahnya dapat dibagi
menjadi dua yaitu pertama,air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
rumah tangga yang berupa air kotor dari dapur,cuci dan air kotor dari toilet; kedua,
air limbah non domestik adalah air limbah yang berasal bukan dari rumah tangga
tetapi berasal dari industri,komersial area dll.

Sistem pelayanan air limbah, berdasarkan lokasi/tempat pelayanannya terdapat


dua jenis pelayanan yaitu pertama,sistem pelayanan on site adalah sistem
pelayanan air limbah dimana penghasil limbah mengolah limbah tersebut secara
individu ditempat lokasi timbulnya limbah tersebut. Kedua, sistem Off-site adalah
sistem pelayanan dimana air limbah disalurkan melalui sewer (saluran pengumpul
air limbah) kemudian masuk ke instalasi pengolahan secara terpusat. Secara lebih
detail proses pelayanannya sebagai berikut: mulai dari produk masuk kedalam user
enterface kemudian masuk kedalam sarana pengumpulan,penampungan dan
pengolahan awal, kemudian diangkut ke instalasi pengolahan akhir secara terpusat
kemudian masuk ke saluran untuk didaur ulang atau saluran pembuangan akhir.

Dalam perencanaan kebutuhan pelayanan air limbah domestik perkotaan perlu


diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perlu dianalisa secara teknis geografis, topografis, dan geologis daerah


pelayanan air limbah mulai dari penyambungan, pengumpulan dan
pengolahan awal,pengangkutan,pengolahan akhir hingga pembuangan
akhir.Hal ini akan menentukan luasan daerah pelayanan,jalur-jalur pipa
pengakutan atau route armada pengakutan dan letak sarana pengolahan akhir
air limbah dan jalur pembuangan akhir.Dari analisa tersebut dapat dianalisa
daerah mana saja dari wilayah perkotaan yang akan dilayani secara on site
(setempat) dan luasan daerah wilayah kota yang akan dilayani dengan sistem
off-site atau terpusat.
2. Perlu dianalisa kemauan dan kemampuan masyarakat untuk menyambung
guna mendapatkan pelayanan air limbah.
3. Perlu dianalisa tarif yang akan diterapkan berdasarkan perhitungan untuk
operasi dan pemeliharaan, biaya operasional pelayanan serta jumlah estimasi
pelanggan.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
4. Perlu diperhatikan kebijakan standar pelayanan minimal pelayanan air limbah
yaitu untuk pelayanan setempat sebesar 60% dari jumlah rumah tangga
perkotaan dan 5% dari kawasan komunitas wilayah perkotaan dengan sistem
terpusat.
5. Perlu diperhatikan target RPJMN untuk pelayanan air limbah baik dengan
sitem setempat maupun sistem terpusat sebesar 100%.

Dalam perencanaan sistem pelayanan air limbah non domestik seperti kawasan
industri perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Diusahakan sedapat mungkin pelayanan air limbah non domestik dapat


diselesaikan pada kawasan tersebut artinya mulai dari pelayanan
mengumpulkan, menampung,pengangkutan, pengolahan akhir sampai dengan
pembuangan akhir berada dalam kawasan tersebut karena limbah non
domestik banyak mengandung bahan beracun yang berbahaya bagi
penduduk.
2. Diusahakan memenuhi persyaratan teknis dimana sebelum dibuang melalui
saluran atau badan air publik. Air limbah hasil olahan tersebut harus sudah
bebas dan aman terhadap bahan berbahaya/ beracun.
3. Perlu diperhatikan kebijakan untuk pelayanan kawasan industri,pelabuhan
dan kawasan ekonomi lainnya pada kawasan perkotaan perlu pelayanan
100%.

Dari uraian penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam


merencanakan pelayanan air limbah kawasan strategis (ekonomi) perkotaan perlu
menganalisa daerah pelayanan seluruh kawasan perkotaan tidak sekedar hanya
kawasan ekonomi/ strategis saja.Perlu ditentukan mana yang perlu pelayanan
domestik dan mana yang perlu pelayanan non domestik.Dari pelayanan domestik
mana yang perlu dilayani dengan sistem terpusat mana yang perlu dilayani dengan
sistem terpusat berdasarkan kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan
kawasan perkotaan.

3. Sistem Pelayanan Persampahan Perkotaan.


Sampah perkotaan berdasarkan pada sumber timbulan sampahnya dapat dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu pertama sampah domestik adalah sampah yang sumbernya
dari rumah tangga.Kedua, sampah non domestik adalah sampah yang sumbernya
bukan dari sampah rumah tangga seperti dari industri, komersial, daerah
pelabuhan dll.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Pelayanan persampahan perkotaan mengikuti proses mulai dari pewadahan,
proses pengumpulan, pengangkutan,proses penampungan sementara, proses
pengakutan sampai proses pembuangan akhir. Pelayanan persampahan perkotaan
dapat dibedakan pertama, pelayanan persampahan sistem setempat yaitu proses
pelayanan persampahan perkotaan sedekat mungkin dari sumbernya artinya mulai
dari pewadahan,pengumpulan sampai dengan pemusnahan sampah di dekat
sumbernya.Kedua, pelayanan persampahan sistem terpusat adalah sistem
pelayananan persampahan skala kawasan perkotaan mulai dari pewadahan,
pengumpulan, penampungan, pengangkutan sampai dengan pembuangan akhir .

Dalam perencanaan sistem persampahan perkotaan perlu memperhatikan prinsip-


prinsip sebagai berikut:

1. Penanganan persampahan pada prinsipnya harus diselesaikan sedekat


mungkin dengan sumbernya dengan tujuan mengurangi sebanyak mungkin
timbulan sampah yang akan dibuang ketempat pembuangan akhir.
2. Perlu peningkatan kesadaran dan pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan masalah sampah sehingga partisipasi masyarakat dapat
meningkat mulai dari usaha megurangi timbulan sampah,menyelesaikan
sampah pada tempatnya sampai memberika dukungan pada pelayanan secara
terpusat di kawasan perkotaan.
3. Perlu kerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk bisa memberikan
pelayanan persampahan secara terpadu dan terkoo rdinasikan khususnya
untuk masaklah manajemen tempat pembuangan akhir sampah.
4. Mengingat bahwa persoalan penanganan sampah adalah persoalan
manajemen persampahan maka perlu dianalisa dan dirumuskan sistem
manajemen persampahan yang paling efektif dan efisien karena manajemen
persampahan merupakan salah satu tolok ukur kinerja pemerintahan.
5. Secara teknis banyak cara untuk menangani persampahan perkotaan dengan
segala kelebihan dan kekurangannya seperti dengan menerapkan sistem 3R,
sistem pembakaran, sistem pembuangan dengan sanitary landfill atau dengan
open damping. Pelayanan sistem manajemen persampahan perlu
memperhatikan cara-cara tersebut di atas dengan memperhatikan efisiensi
dan efektifitas termasuk faktor dampak lingkungannya.
6. Perlu diperhatikan target RPJMN pelayanan perkotaan yang dapat melayani
100% dari timbulan sampah perkotaan yang ada.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
4.5. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Perumahan dan Permukiman
Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan.

Sebagai akibat perkembangan ekonomi perkotaan yang didukung oleh


berkembangan kawasan strategis ekonomi maka terjadi arus urbanisasi kekota
dimana daya tampung untuk tempat tinggal bagi arus penduduk kekota sangat
terbatas sehingga dengan tiadanya kemampuan ekonomi mereka maka timbulah
kawasan kumuh perkotaan yang banyak menimbulkan masalah dibidang
keamanan,sosial,pendidikan dan kesehatan masyarakat . Oleh sebab itu sudah
menjadi keajiban pemerintah untuk memerangi tumbuhnya kawasan kumuh
perkotaan.

Untuk merencanakan penanganan kawasan kumuh perkotaan perlu


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Melakukan perbaikan lingkungan permukiman pada kawasan kumuh dengan


memberikan sarana aksesibilitas kepada infrastruktur seperti jalan
lingkungan,prasarana air minum, prasarana pelayanan persampahan,air
limbah serta pemugaran rumah.
2. Mengatur kembali / mengurangi kepadatan bangunan dengan membuka
ruang terbuka hijau skala lingkungan dengan sikronisasi dengan program
pembanunan rumah susun.
3. Melakukan pemberdayaan masyarakat terutama dibidang ekonomi dan
ketrampilan agar masyarakat pada kawasan kumuh tersebut dapat
meningkatkan pendapatannya.
4. Menegakan peraturan yang berlaku termasuk peraturan dibidang pelaksanaan
perijinan.
5. Memperhatikan target pemerintah sesuai dengan janji pemerintah kepada
dunia bahwa pemerintah akan mengurangi separuh dari kawasan kumuh yang
ada pada tahun 2020.
6. Prioritas penanganan kawasan kumuh dilaksanakan pada kawasan kumuh
yang sangat padat dan mempunyai kesehatan lingkungan yang buruk seperti
bantaran sungai, daerah dekat kawasan pelabuhan,kawasan dekat kawasan
industri dll.

Penanganan kawasan kumuh perkotaan perlu dilakukan secara konprehensif selain


melalui program perbaikan lingkungan permukiman juga melalui program-program
yang sifatnya preventif yaitu program-program pencegahan timbulnya kawasan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
kumuh dengan mengurangi arus urbanisasi kekawasan perkotaan melalui kerja
sama antar daerah sekitar.

4.6. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan analisis yang digunakan untuk merencanakan
kebutuhan pembangunan infrastruktur kawasan perkotaan?
2. Jelaskan hubungan dan keterkaitan analisa yang digunakan untuk
menghasilkan kebutuhan pembangunan infrastruktur kawasan perkotaan
terhadap proses perencanaan terpadu?
3. Peran masyarakat dalam penataan Wilayah Perkotaan terhadap Perencanaan
dan Pemeliharaan Infrastruktur, terutama terkait dengan drainase, air bersih,
sanitasi dan persampahan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
BAB 5
PENUTUP

5.1. Tindak Lanjut


Penyusunan rencana terpadu yang mengacu kepada rencana tata ruang dan/atau
pengembangan wilayah perlu dipahami untuk diaplikasikan oleh seluruh aparat yang
menangani penyusunan rencana terpadu sehingga akan diperoleh hasil yang baik.

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang no 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang

Undang-undang no. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional

Undang-undang no. 38 tahun 2004 tentang Jalan

Peraturan Pemerintah no 34 tahun 2006, tentang Jalan

Peraturan Menteri Dalam Negeri 54/2010 tentang Pelaksanaan PP No 8 tahun 2008


tentang tahapan, tatacara penyusunan, pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah

Peraturan Menteri PU no. 18/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM

Peraturan Menteri PU no. 12/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase


Perkotaan

Peraturan Menteri PU no. 3/2012, tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan
Status jalan

MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN

Anda mungkin juga menyukai