MODUL
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU
INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2015
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul Penyusunan Rencana Terpadu
Infrastruktur Kawasan Perkotaan ini. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
peserta pendidikan dan pelatihan di bidang pengembangan infrastruktur wilayah
yang berasal dari kalangan pegawai pemerintah daerah dan Aparatur Sipil Negara
(ASN).
Akhirmya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim
penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan pedoman ini.
Penyempurnaan maupun perubahan pedoman di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain pedoman ini dapat
memberikan manfaat.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 7
A. Deskripsi 7
B. Persyaratan 7
BAB 1 PENDAHULUAN 10
1.1. Deskripsi Singkat 10
1.2. Kompetensi dasar 10
1.3. Indikator keberhasilan 10
1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 10
1.5. Estimasi Waktu 11
BAB 2 KEGIATAN BELAJAR 1 12
HAKEKAT PENYUSUNAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN
PERKOTAAN 12
2.1. Latar Belakang 12
2.2. Pengertian 15
2.3. Kedudukan Perencanaan 18
2.4. Sistem Perencanaan Pengembangan Infrastruktur 21
2.5. Rangkuman 24
2.6. Latihan 27
BAB 3 KEGIATAN BELAJAR 2 28
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERPADU BERBASIS PENGEMBANGAN
KAWASAN PERKOTAAN 28
Indikator Keberhasilan 28
3.1. Sistem Perencanan Pembangunan Nasional 28
3.2. Alur Perencanaan dan Penganggaran 31
3.3. Analisa Pengembangan Kawasan Sektor 37
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
3.4. Rangkuman 39
3.5. Latihan 39
BAB 4 KEGIATAN BELAJAR 3 40
ANALISA KEBUTUHAN RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN
PERKOTAAN 40
Indikator Keberhasilan 40
4.1. Analisa Kebutuhan Pembangunan Jaringan Jalan 41
4.2. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Pengendalian Banjir 47
4.3.
Analis
is Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Pembangunan Drainase 48
4.4. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Pembangunan Air Minum,
Limbah, dan Persampahan 49
4.5. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Perumahan dan
Permukiman 55
4.6. Latihan 56
BAB 5 PENUTUP 57
5.1. Tindak Lanjut 57
DAFTAR PUSTAKA 58
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
DAFTAR TABEL
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional..................................................... 18
Gambar 2 Sistem Jaringan Jalan Primer ...................................................................... 43
Gambar 3 Sistem Jaringan Jalan Sekunder .................................................................. 43
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A. Deskripsi
Modul Penyusunan Program Investasi Infrastruktur untuk kawasan perkotaan ini
terdeiri dari tiga kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas
hakekat penyusunan program investasi pembangunan infrastruktur kawasan
perkotaan, yang membahas pengertian, dasar hukum rencana terpadu infrastruktur
kawasan perkotaan, serta sistem perencanaan pembangunan di Indonesia. Materi
kedua membahas analisa rencana pembangunan infrastruktur terpadu berbasis
pengembangan kawasan perkotaan. Materi ketiga adalah analisa kebutuhan
pembangunan jaringan jalan kawasan perkotaan.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini sangat diperlukan karena materi ini
menjadi dasar pemahaman sebelum mengikuti pembelajaran modul-modul
berikutnya. Hal ini diperlukan karena masing-masing modul saling berkaitan. Setiap
kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi. Latihan atau evaluasi ini
menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah mempelajari materi
dalam modul ini.
B. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat dilengkapi dengan peraturan
perundangan yang terkait dengan materi dalam modul ini, yang terkait dengan
penataan ruang antara lain:
a. Undang-Undang no 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang
b. Undang-undang no. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
c. Undang-undang no. 38 tahun 2004 tentang Jalan
d. Peraturan Pemerintah no 34 tahun 2006, tentang Jalan
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri 54/2010 tentang Pelaksanaan PP No 8 tahun
2008 tentang tahapan, tatacara penyusunan, pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
f. Peraturan Menteri PU no. 18/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
SPAM
g. Peraturan Menteri PU no. 12/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan
h. Peraturan Menteri PU no. 3/2012, tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan
dan Status jalan
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
MODUL 2
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
BAB 1
PENDAHULUAN
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
a. Rencana Pembangunan Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan
b. Rencana Pembangunan Pengendalian Banjir
c. Rencana Pembangunan Drainase Perkotaan
d. Rencana Pembangunan Air Bersih/ Limbah Perkotaan
e. Rencana Pembangunan Persampahan Perkotaan
3. Analisa Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perkotaan
a. Analisa Kebutuhan Pembangunan Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan
b. Analisa kebutuhan Pengendalian Banjir
c. Analisa Kebutuhan Pembangunan Drainase Perkotaan
d. Analisa Kebutuhan Pembangunan Air Bersih/ Limbah Perkotaan
e. Analisa Kebutuhan Program Pembangunan Persampahan Perkotaan
1.5. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata diklat “Penyusunan Rencana Terpadu Infrastruktur Kawasan Perkotaan” pada
peserta adalah 8 (delapan) jam pelajaran.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
BAB 2
KEGIATAN BELAJAR 1
HAKEKAT PENYUSUNAN PROGRAM
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
KAWASAN PERKOTAAN
Indikator :
Setelah peserta mempelajari bab Hakekat Penyusunan Kebutuhan Pembangunan
Infrastruktur pada Kawasan Perkotaan ini, diharapkan peserta dapat menjelaskan
latar belakang, pengertian, dasar hukum, dan sistem perencanaan pembangunan
infrastruktur.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
kesenjangan pertumbuhan antar daerah, antar sektor serta antar kota dan desa,
atau antar lingkungan/ kawasan.
Masalah lingkungan dan sosial ini akan menghambat produktifitas sektor ekonomi.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan pembangunan infrastruktur terpadu agar
dapat meningkatkan produktifitas perkotaan secara berkelanjutan.
Terpadu berarti ada unsur-unsur yang dipadukan. Setiap unsur tentu memiliki
keunikan, tetapi ada bagian yang dapat disamakan atau disetarakan dengan unsur
lainnya. Disebut terpadu karena setiap unsur bermuara pada suatu tujuan yang
sama. Oleh karena itu pernyataan tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam
pendekatan perencanaan terpadu. Perencanaan terpadu tidak selalu terkait dengan
multi-pemangku kepentingan. Apabila seseorang memiliki tujuan tertentu, dan
tujuan tersebut hanya dapat dicapai dengan baik apabila orang tersebut mampu
mensinergikan berbagai sumber daya yang dimilikinya, maka ia perlu melakukan
pendekatan perencanaan terpadu.
Tujuannya adalah untuk mengkaji semua biaya dan manfaat ekonomi, sosial, dan
lingkungan, dalam rangka menentukan pilihan yang paling tepat, dan merencanakan
program/rencana tindak yang tepat/sesuai.
Ronald Hudson (1997; 3) menyatakan bahwa keberhasilan dan masyarakat
tergantung pada infrastruktur fisik untuk pendistribusian sumber daya dan
pelayanan publik. Kua1itas dan efisiensi infrastruktur mempengaruhi kualitas hidup
kesehatan sistem sosial dan keberkelanjutan kegiatan perekonomian dan bisnis.
Infrastruktur telah dinyatakan dengan berbagai definisi.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Grigg (1988) dalam Hudson menyebutkan: "semua fasilitas fisik yang sering disebut
dengan pekerjaan umum".
Wilayah kota pada hakekatnya merupakan pusat kegiatan ekonomi yang dapat
melayani wilayah kota itu sendiri maupun wilayah sekitarnya. Untuk dapat
mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya, kota perlu dikelola
secara optimal melalui suatu proses penataan ruang.
Sesuai Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 11 ayat (2),
pemerintah daerah kota mempunyai wewenang dalam pelaksanaan penataan ruang
wilayah kota yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah kota, pemanfaatan
ruang wilayah kota dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
Perencanaan tata ruang wilayah kota meliputi proses dan prosedur penyusunan
serta penetapan rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota. Penyusunan RTRW kota
dilakukan dengan berasaskan pada kaidah-kaidah perencanaan yang mencakup asas
keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian, keberlanjutan serta keterkaitan
antarwilayah baik di dalam kota itu sendiri maupun dengan kota sekitarnya.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
berkewajiban untuk mendukung hal tersebut melalui pelaksanaan pembangunan
yang terpadu, efektif dan efisien dengan memperhatikan pengarusutamaan
pembangunan yang berkelanjutan, gender serta berlandaskan tata kelola
pemerintahan yang baik dalam proses pencapaian tujuan pembangunan nasional.
2.2. Pengertian
1. Perencanaan Terpadu: Terpadu berarti ada unsur-unsur yang dipadukan. Setiap
unsur tentu memiliki keunikan, tetapi ada bagian yang dapat disamakan atau
disetarakan dengan unsur lainnya. Disebut terpadu karena setiap unsur
bermuara pada suatu tujuan yang sama.
2. Infra Struktur: Ronald Hudson (1997; 3) menyatakan bahwa keberhasilan dan
masyarakat tergantung pada infrastruktur fisik untuk pendistribusian sumber
daya dan pelayanan publik. Kualitas dan efisiensi infrastruktur mempengaruhi
kualitas hidup kesehatan sistem sosial dan keber1anjutan kegiatan
perekonomian dan bisnis. Infrastruktur telah dinyatakan dengan berbagai
definisi. Grigg (1988) dalam Hudson menyebutkan: "semua fasilitas fisik yang
sering disebut dengan pekerjaan umum".
3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW
provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kota, rencana struktur ruang wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota,
penetapan kawasan strategis kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota,
dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
4. Tujuan penataan ruang wilayah kota adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah
daerah kota yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan
jangka panjang kota pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung
terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
5. Kebijakan penataan ruang wilayah kota adalah arahan pengembangan wilayah
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna mencapai tujuan penataan
ruang wilayah kota dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
6. Strategi penataan ruang wilayah kota adalah penjabaran kebijakan penataan
ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang
menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah kota.
7. Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana yang mencakup rencana
sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah
kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan lainnya.
8. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.
9. Subpusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani sub wilayah kota.
10. Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi
lingkungan kota.
11. Rencana pola ruang wilayah kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang
wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi
daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kota yang
memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga 20 (dua puluh)
tahun mendatang.
12. Kawasan lindung kota adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan
satu ekosistem yang terletak pada wilayah kota, kawasan lindung yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di
wilayah kota, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan
pemerintah daerah kota.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
13. Kawasan budi daya kota adalah kawasan di wilayah kota yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
14. Kawasan strategis kota adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, serta pendayagunaan sumber
daya alam dan teknologi.
15. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota adalah arahan pengembangan wilayah
untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kota sesuai dengan
RTRW kota melalui penyusunan dan pelaksanaan program
penataan/pengembangan kota beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan kota yang berisi rencana
program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu
pelaksanaan.
16. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk yang
memuat usulan program utama penataan/pengembangan kota, perkiraan
pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan,
dalam rangka mewujudkan ruang kota yang sesuai dengan rencana tata ruang.
17. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota adalah ketentuan-
ketentuan yang dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan
ruang wilayah kota agar sesuai dengan RTRW kota yang berbentuk ketentuan
umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kota.
18. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kota adalah ketentuan umum yang
mengatur pemanfaatan ruang/penataan kota dan unsur-unsur pengendalian
pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi
ruang sesuai dengan RTRW kota.
19. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah kota sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap
pihak sebelum pemanfaatan ruang, dan digunakan sebagai alat dalam
melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana
tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.
20. Ketentuan sanksi adalah ketentuan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja
yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang yang berlaku.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2.3. Kedudukan Perencanaan
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Kedudukan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota dalam sistem penataan ruang dan
sistem perencanaan pembangunan nasional dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
RTR Pulau
RPJP Nasional RTRW Nasional
RTR Kawasan Strategis Nasional
RPJM Nasional
RPJM Propinsi
RDTR Kabupaten
RTRW Kabupaten
RTR Kawasan Strategis
Kabupaten
RPJP
Kabupaten/Kota
RDTR Kota
RPJM RTRW Kota RTR Kawasan Strategis Kota
Kabupaten/Kota
Gambar 1 Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarki terdiri
atas RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW kabupaten/kota.
Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas nasional,
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar sector, serta
keharmonisan antar lingkungan alam dengan lingkungan buatan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari RTRW
Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, melalui optimasi
pemanfaatan sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi lintas
wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian peran dan fungsi
kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.
Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci
tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau
kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat mencakup hingga penetapan
blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam
pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan
sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci
tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail
tata ruang.
Rencana tata ruang kawasan strategis tidak mengulang hal-hal yang sudah diatur
atau menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada pada jenjang
diatasnya maupun dibawahnya.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Rencana detail tata ruang merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu kawasan
terbatas, ke dalam rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki dimensi fisik
mengikat dan bersifat operasional. Rencana detail tata ruang berfungsi sebagai
instrumen perwujudan ruang khususnya sebagai acuan dalam permberian advise
planning dalam pengaturan bangunan setempat dan rencana tata bangunan dan
lingkungan.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Pada tahap perumusan konsepsi RTRW kota, masyarakat terlibat secara aktif dan
bersifat dialogis/komunikasi dua arah. Dialog dilakukan antara lain melalui konsultasi
publik, workshop, FGD, seminar, dan bentuk komunikasi dua arah lainnya.
Pada kondisi keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang telah
lebih aktif, maka dalam penyusunan RTRW kota dapat memanfaatkan
lembaga/forum yang telah ada seperti:
a) satuan kerja (task force/technical advisory committee);
b) steering committee;
c) forum delegasi; dan/atau
d) forum pertemuan antar pemangku kepentingan.
Proses dan prosedur penetapan RTRW kota merupakan tindak lanjut dari proses dan
prosedur penyusunan RTRW kota sebagai satu kesatuan sistem perencanaan tata
ruang wilayah kota. Proses dan prosedur penetapannya diatur berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara garis besar proses dan prosedur
penetapan RTRW kota meliputi tahapan sebagai berikut:
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
raperda kota disetujui bersama antara pemerintah daerah kota dengan DPRD
kota;
d. penyampaian raperda tentang RTRW kota kepada gubernur untuk dievaluasi
setelah disetujui bersama antara pemerintah daerah kota dengan DPRD kota;
dan
e. penetapan raperda kota tentang RTRW kota oleh Sekretariat Daerah kota.
Pengembangan Wilayah
Potensi setiap daerah y ang berbeda-beda, seperti potensi SDA
Alasan-alasan ekologi : planning for habitability
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Tabel 1 Infrastruktur
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2.5. Rangkuman
RTRW Kota merupakan landasan penting penyusunan kebijakan dan strategi
pembangunan kota. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota disusun untuk
memberikan arahan bagi pelaksanaan pembangunan wilayah kota dan solusi
terhadap penanganan isu serta permasalahan kota yang berkembang termasuk
topik-topik pembangunan terkait tantangan, ekspektasi pengembangan wilayah di
masa yang akan datang.
Informasi yang terangkum dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota merupakan
perencanaan kota dalam bentuk rencana pola ruang dan rencana struktur ruang,
yang perwujudannya dilakukan melalui pelaksanaan indikasi program, hal ini
merupakan hasil analisis statistik, analisis kualitatif, dan analisis-analisis kebutuhan
lainnya yang lebih rinci terhadap aspek perkotaan. Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Kota selain menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan wilayah kota juga
berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja dan arahan pengembangan kota.
Muatan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota mencakup: 1) Tujuan, Kebijakan dan
Strategi penataan ruang wilayah Kota; 2) Rencana Struktur Ruang Wilayah kota, 3)
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota; 4) Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kota; 5)
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota serta 6) Ketentuan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota.
Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah
kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
3) sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kota.
Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan
internal kota dan jaringan infrastruktur kota sampai akhir masa perencanaan, yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan
yang ada/direncanakan dalam wilayah kota pada skala kota, yang merupakan satu
kesatuan dari sistem regional, kota, nasional bahkan internasional.
Sedangkan pola ruang kota secara umum dikelompokkan menjadi kawasan lindung
dan kawasan budi daya. Rencana pola ruang wilayah kota merupakan arahan bentuk
pemanfaatan ruang wilayah kota yang akan dituju hingga akhir tahun perencanaan
yang menggambarkan lokasi, ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan
atau kegiatan alam.
Rencana pola ruang wilayah kota meliputi ruang daratan serta ruang laut dalam
batas 4 mil laut dari daratan terjauh di kota atau sampai batas negara yang
disepakati secara internasional apabila kota yang disusun RTRW nya berbatasan laut
dengan negara lain.
Kawasan strategis kota perlu digambarkan dalam peta penetapan kawasan strategis.
Penentuan batasan fisik kawasan strategis kota pada RTRW kota lebih bersifat
indikatif.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah sesuai
pertimbangan aspek strategis masing-masing kota. Kawasan strategis yang ada di
kota memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional dan provinsi. Penetapan
kawasan strategis kota didasarkan pada kesepakatan para pemangku kepentingan
dan kebijakan yang ditetapkan.
Muatan dasar dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah kota meliputi indikasi
program utama, disertai perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi yang
terlibat dalam pelaksanaannya serta waktu dan tahapan pelaksanaannya yang
disusun dengan memperhatikan kurun waktu perencanaan dan tahap
operasionalisasinya mengacu pada rencana tata ruang.
Bab terakhir menguraikan tentang proses dan prosedur penyusunan RTRW kota
yang meliputi tahapan sebagai berikut:
Proses Penyusunan RTRW Kota
1. persiapan penyusunan RTRW kota;
2. pengumpulan data yang dibutuhkan
3. pengolahan dan analisis data;
4. perumusan konsep RTRW kota; dan
5. penyusunan raperda tentang RTRW kota.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2.6. Latihan
1. Jelaskan definisi sendiri berdasarkan teori yang sudah ada apa itu
perencanaan terpadu dan pernacanaan infrastruktur terpadu kawasan
perkotaan?
2. Jelaskan beberapa istilah terkait dengan Pemahaman Penyusunan Rencana
Terpadu Infrastruktur Kawasan Perkotaan berikut:
a. Rencana Terpadu
b. Kawasan Perkotaan
c. Infrastruktur dalam arti luas.
d. Jaringan Jalan
e. Kawasan Rawan Banjir dan Drainase Perkotaan
f. Air Bersih
g. Limbah dan Persampahan
3. Jelaskan Kedudukan modul di dalam sistem Rencana Terpadu Program Dan
Investasi Infrastruktur Pada Kawasan Perkotaan dengan RTRW.
4. Jelaskan prinsip perencanaan terpadu serta kedudukan dan hubungannya
pada sistem perencanaan pembangunan nasional?
5. Bagaimana Pengaruh Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi dan/atau Kabupaten terhadap program pembangunan infrastruktur
Kawasan Perkotaan?
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
BAB 3
KEGIATAN BELAJAR 2
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR TERPADU BERBASIS
PENGEMBANGAN KAWASAN
PERKOTAAN
Indikator Keberhasilan
Dengan mempelajari bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan:
a. Kebutuhan pembangunan jaringan jalan
b. Prinsip-prinsip perencanaan pengendalian banjir
c. Prinsip-prinsip perencanaan program pembangunan drainase
d. Prinsip-prinsip perencanaan program pembangunan air minum, limbah
dan persampahan
e. Prinsip-prinsip perencanaan program perumahan dan permukiman
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
masyarakat, sebagiamana amanat UUD 1945. Rencana program jangka panjang
merupakan pedoman dalam penyusunan RPJM untuk setiap kementerian dan
lembaga pemerintah pusat maupun RPJM Daerah. Disisi lain RPJP juga merupakan
pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah yang disesuaikan dengan visi, misi, dan
program kepala daerah.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah memuat visi, misi, dan arah
pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
c. Strategi Pembangunan Daerah;
d. Kebijakan Umum Pembangunan Daerah;
e. Program SKPD;
f. Program Lintas SKPD;
g. Program Kewilayahan;
h. Rencana Kerja dalam kerangka regulasi yang bersifat indikatif;
i. Rencana Kerja dalam kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Muatan RKP:
a. Prioritas Pembangunan dan Kerangka Ekonomi Makro
b. Program Kemeterian/Lembaga, Lintas Kementerian/Lembaga, dan
Kewilayahan ( 1 tahun)
Muatan Renstra-KL:
a. Visi dan Misi Pembangunan Kementerian/Lembaga
b. Tujuan, Strategi, dan Kebijakan Pembangunan Kementerian/Lembaga
c. Program dan Kegiatan Pembangunan Kementerian/Lembaga (5 tahun)
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Dalam menyusun rencana terpadu infrastruktur di kawasan pekotaan diperlukan
analisis yang mempertimbangkan rencana-rencana yang telah dibuat sebelumnya
agar terjadi integrasi dan singkronasi penyusunan rencana.
KEBIJAKAN
KEBUTUHAN SEKTORAL PROGRAM
PEMBANGUNAN
RPJM NASIONAL
INFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTUR
SPM
RPJM PROVINSI
RPJM KAB./KOTA
RENSTRA KL/SKPD
MASTER PLAN
Visi dan Misi
SEKTOR/RENCANA
INDUK SISTEM Tujuan, Strategi, Kebijakan
(RIS)
Rencana Program Kegiatan
(5 tahun)
Dalam penyusunan RKAKL selain mengacu pada RKP dan Renstra K/L, penyusunan
RKAKL juga harus mengacu pada pagu sementara dan definitif yang ditetapkan
melalui Peraturan Menteri Keuangan, hasil kesepakatan yang dilakukan oleh
kementerian/lembaga terkait dengan DPR, serta tidak boleh keluar dari tupoksi unit
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
organisasi kementerian/lembaga yang bersangkutan. Selain itu, banyak rambu-
rambu yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan RKAKL agar tercapai
anggaran berbasis kinerja seperti memperhatikan alur perencanaan dan
penganggaran sebagaimana dicantumkan pada bagian selanjutnya dari booklet ini.
1. KEWILAYAHAN
Prinsip kewilayahan merupakan pendekatan yang tidak sektoral tetapi objeknya
adalah entitas wilayah/kawasan strategis yang akan didorong dan mendorong
terciptanya stuktur ruang yang efektif dan efisien. Prinsip kewilayahan
memperhatikan potensi wilayah sekaligus menjaga wilayah yang perlu mendapatkan
perlindungan. Infrastruktur direncanakan dengan memperhatikan potensi wilayah
tersebut dikaitkan dengan lokasi pasar potensi tersebut berada yang dihubungkan
dengan infrastruktur.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2. KETERPADUAN
Prinsip keterpaduan merupakan integrasi dalam perencanaan dan sinkronisasi dalam
pemrograman pembangunan yang saling terkait untuk mengisi kekurangan dan
kebutuhan masing-masing. Sinergitas dari fungsi infrastruktur yang terpadu akan
mendorong dab mempercepat pertumbuhan wilayah secara menyuluruh untuk
semua sektor. Selain itu dengan keterpaduan pembangunan infrastruktur akan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendanaan infrastruktur di kawasan
perkotaan.
3. KEBERLANJUTAN
Prinsip keberlanjutan merupakan pendekatan dalam pemrograman investasi
infrastruktur ke-PU-an jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dengan
memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Dikaitkan
dengan prinsip kwilayahan makan pembangunan infrastruktur diarahkan untuk tidak
menganggu kawasan yang membutuhkan perlindungan, termasuk didalamnya
kawasan rawan bencana. Dengan demikian innvestasi pembangunan infrastruktur
tidak menjadi sia-sia akibat dari bencana yang terjadi dikaasan perkotaan, serta
kawasan yang perlu mendapatkan perlindungan dapat menjalankan fungsinya.
4. KOORDINASI
Prinsip koordinasi merupakan pendekatan dalam penyelenggaraan pembangunan
infrastruktur ke-PU-an yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik
Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat/dunia usaha, sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing. Pada kawasan perkotaan prinsip kordinasi menjadi
penting mengingat kompleksitas yang dihadapi baik secara sosial, ekonomi, dan
lingkungan . untuk kawasan metropolitan urgensi kordinasi menjadi lebih tinggi
karena kompleksitas kawasan metropolitan melebihi kawasan perkotaan lainnya.
Kordinasi yang dimaksud adalah seluruh pemangku kepentingan termasuk
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat yang berada pada kawasan perkotaan
tersebut.
5. OPTIMALISASI SUMBERDAYA
Prinsip optimalisasi sumberdaya merupakan pendekatan dalam pemanfaatan
sumberdaya yang sesuai dengan kewenangan dan kapasitas pendanaan untuk tujuan
pengembangan kawasan/wilayah melalui pembangunan infrastruktur ke-PU-an.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Dalam pembangunan infrastruktur terpadu efisiensi sumberdaya akan terjadi karena
keterbatasan sumberdaya dituntut untuk dioptimalkan pendayagunaanya dalam
rangka memenuhi pembangunan infrastruktur pada kawasan tersebut secara
terpadu.
RTRW yang mempunyai muatan struktur ruang merupakan arahan bagi pemerintah
kabupaten/kota menyusun program lima tahunan selama 20 tahun masa rencana.
Untuk pola ruang yang memiliki potensi perlu dikembangkan dalam mendukung
pengembangan kawasan perkotaan melalui kegiatan yang diprogramkan dan
dituangkan dalam indikasi program utama pada RTRW. Rencana pola ruang tersebut
dapat berupa
a. Kawasan Industri
b. Kawasan Perdagangan dan Jasa
c. Kawasan Pariwisata
d. Kawasan Perumahan
e. Kawasan Perkantoran
Indikasi program utama sebagai salah satu muatan dalam RTRW merupakan materi
dasar dalam penyusunan RPJP daerah yang selanjutnya akan diolah dianalisa untuk
menghasilkan RPJMDaerah. Dalam tabel indikasi program yang sudah diuraikan
diatasseluruh infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyattertuang
dalam tabel tersebut. dalam melakukan analisa dalam membuat RPJP daerah,
potensi kawasan dan kawasan yangperlu mendapatkan perlindungan menjadi salah
satu proses analisis untuk menyusun lebih akurat rencana pembangunan
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
infrastruktur kawasan bidang PU-PR. Infrastruktur bidang PU-PR yang dimaksud
adalah:
1. Bidang bina marga jalan dan jembatan
2. Bidang Cipta Karya
a. Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) antara lain drainase, sampah,
dan limbah
b. Permukiman antara lain RTBL dan RTH
c. Air Minum
3. Bidang Perumahan Rakyat dibawahnya bidang penyediaan perumahan
4. Bidang Sumber Daya Air (SDA)
a. Bendungan
b. Irigasi
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Renstra Pedom Renja - Pedom Rincian
RKA-KL
KL an KL an APBN
Peme
rintah
Pusat
Pedoma Diacu
n
UU SPPN
MODUL 2 UU KN
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN 36
3.3. Analisa Pengembangan Kawasan Sektor
Tahapan Analisa Pengembangan kawasan sektor ekonomi dan sosial adalah
sebagai berikut (dikaitkan dengan pengembangan kawasan perkotaan lihat skema
ya)
a. Kajian terhadap peran dan fungsi kawasan perkotaan didalam Wilayah
Pengembangan Strategis (WPS), RTRW Nasional, RTRW Provinsi, RTRW
Kabupaten
b. Analisa Daya Dukung Lahan Fisik dan Lingkungan
c. Analisa Potensi Pengembangan Kawasan Aspek Ekonomi ( Masukin yang
PDRB dan LQ, analisis ekonomi potensial)
d. Perumusan Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan
e. Perumusan Rencana Pengembangan Kawasan Sektor Ekonomi dan Sosial
pada Kawasan Perkotaan
1. Analisis spasial
Tujuan dari analisis spasial adalah untuk menjamin bahwa rencana tata ruang
dan pemanfaatan ruang berdasarkan pada kesadaran akan: kendala ruang,
masalah, peluang, trend, dan pola ruang; sesuai kebutuhan akan pengaturan
kembali akan ruang; memperhatikan land reform; dan dimensi ruang dan isu-
isu pembangunan.
2. Analisis ekonomi
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Fokus dari analisis ini utamanya adalah pada pertumbuhan ekonomi wilayah
atau kawasan. Analisis ini dibutuhkan sebagai basis untuk menyusun strategi
pembangunan terkait kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi.
Tujuan dari analisis ekonomi ini adalah untuk menjamin agar strategi
pembangunan dan proyek-proyek yang akan dibangun sesuai dengan potensi
ekonomi saat ini dan berbagai kendala menjadi pertimbangan.
3. Analisis sosial
Fokus utama dari analisis ini adalah pada kondisi sosial yang menjadi masalah,
seperti kemiskinan, kesehatan, dan masyarakat. Analisis sosial dibutuhkan agar
pembangunan wilayah atau kawasan dapat mengurangi tingkat kemiskinan
dan kesehatan masyarakat. Tujuan dari analisis sosial adalah untuk menjamin
strategi pembangunan dapat menjawab berbagai permasalahan sosial, seperti
kemiskinan dan kesehatan masyarakat.
Persyaratan minimal untuk melakukan analisis sosial adalah data sosial yang
mendasar seperti IPM, tingkat kriminalitas, isu persamaan gender, isu terkait
perilaku masyarakat, dan lain-lain.
4. Analisis institusi
5. Analisis lingkungan
Tujuan dari analisis lingkungan adalah untuk menjamin bahwa program dan
proyek memperhatikan masalah-masalah lingkungan dan memperhitungkan
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
asset alam yang harus dilindungi atau dilakukan pengendalian lingkungan
secara ketat. Untuk melakukan analisis lingkungan, diperlukan data mengenai
masalah lingkungan yang ada saat ini (lengkap dengan deskripsi ringkas untuk
setiap masalah, lokasinya, berapa yang terpapar, magnitude masalah, dan
penyebab masalah). Data-data tersebut merupakan informasi krusial dan
mendasar bagipembahasan pada tingkat wilayah atau kawasan.
3.4. Rangkuman
Pentahapan penyusunan program pembangunan infrastruktur PUPR di kawasan
perdesaan adalah sebagai berikut:
3.5. Latihan
1. Jelaskan apa yang menjadi pedoman dalam kita Mengembangkan
Infrastruktur di Wilayah Perkotaan.
2. Jelaskan Prinsip-prinsip perencanaan Jaringan jalan.
3. Jelaskan Prinsip Perencanaan Pengendalian Banjir.
4. Apa pula yang dimaksud dengan Drainase Perkotaan
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
BAB 4
KEGIATAN BELAJAR 3
ANALISA KEBUTUHAN RENCANA
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
KAWASAN PERKOTAAN
Indikator Keberhasilan
Dengan mempelajari materi Analisa Kebutuhan Rencana Pembangunan
Infrastruktur Kawasan Perkotaan ini, peserta diharapkan akan mampu
menjelaskan:
a. Analisa kebutuhan pembangunan jaringan jalan
b. Analisa prinsip perencanaan Pengendalian banjir.
c. Analisa prinsip perencanaan program pembangunan drainase
d. Analisa pembiayaan pembangunan drainase
e. Analisa prinsip perencanaan program pembangunan air bersih,limbah
dan persampahan
Sebagai kelanjutan dari pembelajaran sebelumnya tentang analisa rencana
pembangunan infrastruktur berbasis pengembangan kawasan perkotaan, maka
diperlukan pembelajaran bagian ke 3 yaitu pembelajaran tentang Analisa Kebutuhan
Rencana Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perkotaan dimana dalam pembelajaran
tersebut intinya akan dipelajari bagaimana cara menghitung besaran kebutuhan
pembangunan infrastruktur di bidang PU-PR dalam rangka mendukung pembangunan
kawasan perkotaan yang akan dikembangkan.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Ruang lingkup dari pembelajaran bagian 3 ini meliputi pembangunan infrastruktur
yang menjadi tugas dan wewenang Kementrian PU-PR yang dalam pelaksanaannya
memperhatikan peraturan dan perundangan yang mengatur pembagian kewenangan
dalam urusan pemerintahan di bidang PU-PRan. Jenis-jenis Infrastruktur tersebut
meliputi sistem jaringan jalan perkotaan, pengendalian banjir perkotaan,drainase
perkotaan,air bersih/air minum perkotaan, air limbah, persampahan , perumahan,
penataan bangunan dan lingkungan termasuk ruang terbuka hijau.Dalam setiap jenis
infrastruktur tersebut akan di jelaskan beberapa materi pembelajaran tentang: peran
dan manfaat sistem infrastruktur; prinsip sistem pelayanan,pengertian dan klasifikasi
infrastruktur; Kebijakan dan target pembangunan ; standar pelayanan minimal dan
metode perhitungan kebutuhan infrastruktur.Dengan ruang lingkup seperti tersebut
diatas diharapkan peserta dapat memahami dan mampu menghitung besaran
kebutuhan pembangunan setiap jenis infrastruktur yang diperlukan guna mendukung
pengembangan kawasan di perkotaan. Selain itu peserta juga dapat memahami
bagaimana prinsip dan sistem pelayanan setiap jenis infrastruktur termasuk
bagaimana kebijakan dan standar pelayanan minimalnya.
Pengertian Jalan adalah suatu prasarana darat dalam bentuk apapun, meliputi segala
jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu
lintas yang berada pada permukaan tanah,diatas permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan/ atau air,serta diatas permukaan air kecuali jalan kereta api,
jalan lori dan Jalan kabel ,(undang-undang no 38 tahun 2004). Sistem Jaringan Jalan
adalah satu kesatuan jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat
pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hirakis.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Salah satu kebijakan pembangunan infrastruktur jalan adalah bahwa pembangunan
jalan harus sejalan dengan strategi pembangunan ekonomi nasional dan lingkungan
yaitu: pro growth,pro jobs,pro poor dan pro green artinya pembangunan infrastruktur
jalan harus memperhatikan secara bersamaan kondisi ekonomi,social dan lingkungan
dari kawasan yang dikembangkan termasuk daerah perkotaan disekitarnya.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Gambar 3 Sistem Jaringan Jalan Primer
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Gambar 4 Sistem Jaringan Jalan Sekunder
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
jalan yang masuk klasifikasi jalan kabupaten adalah jalan kolektor primer 4 yang
tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi; jalan lokal primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,ibukota kabupaten
dengan pusat desa,antar ibu kota kecamatan,antardesa dan antara ibu kota
kecamatan dan desa; jalan sekunder yang tidak termasuk jalan propinsi dan jalan
sekinder dalam kota; jalan strategis kabupaten yaitu jalan yang diprioritaskan
untuk melayani kepentingn kabupaten berdasarkan pertimbangan untuk
membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan keamanan kabupaten.
Jalan Kota adalah jaringan jalan sekunder didalam kota. Jalan desa adalah jalan
lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk jalan kabupaten
didalam kawasan perdesaan, dan merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan /atau antar permukiman didalam desa. Jalan Khusus adalah jalan
yang dibangun dan dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani kepentingan
sendiri seperti antara lain:jalan perkebunan, jalan pertanian,jalan kehutanan,jalan
inspeksi saluran, jalan sementara pelaksanaan konstruksi, jalan kawasan
industry,pelabuhan dan kawasan berikat ,dan jalan kawasan permukiman yang
belum diserahkan kepada penyelenggara jalan umum.
Klasifikasi jalan menurut Kelas Jalan meliputi jalan kelas I yaitu jalan dengan
kekuatan konstruksi yang bisa menahan beban dengan muatan sumbu terberat
lebih besar 8 ton; jalan kelas II adalah jalan yang kekuatan konstruksi yang bisa
menahan beban dengan muatan sumbu terberat 10 ton. Jalan kelas III A,B dan C
adalah jalan yang kekuatan konstruksinya bisa menahan beban muatan sumbu
terberat 8 ton. Pengklasifikasian kelas jalan juga di hubungkan dengan fungsi jalan
yang penjelasannya dapat dilihat pada tabeL berikut:
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Kelas jalan Persyaratan Teknis Minimum
Lebar badan jalan > 9m
Kapasitas > volume lalu lintas rata-rata
Kecepatan > 15 km/jam
Jalan lingkungan primer
Lebar badan jalan > 6.5 meter
Kecepatan > 20 km/jam
Jalan kolektor sekunder Lebar badan jalan > 9m
Kapasitas > volume lalu lintas rata-rata
Kecepatan > 10 km/jam
Jalan lingkungan sekunder
Lebar badan jalan > 6.5 meter
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
untuk menghubungkan kedua kawasan tersebut diperlukan jalan baru atau dengan
peningkatan kapasitas jalan yang telah ada. Untuk merencanakan kebutuhan jalan
pada kawasan strategis pada kawasan perkotaan maka perlu dilihat eksisting
jaringan kawasan perkotaan yang telah ada dan eksisting sistem jaringan jalan
didalam kawasan strategis tersebut termasuk sistem transportasi kota dan sistem
transportasi lokal kawasan. Untuk kebutuhan jalan dalam kawasan strategis kota
diperlukan pembangunan jalan khusus. Untuk kebutuhan jalan kota diperlukan
pengembangan jaringan jalan kota dan untuk meningkatkan kelancaran hubungan
dengan kawasan diluar kawasan perkotaan perlu dikembangkan pembangunan
jalan berdasarkan klasifikasi fungsi dan kelas jalan.
Banjir adalah kondisi debit pada saluran / sungai atau genangan yang melebihi
kondisi normal yang umumnya terjadi sehingga terjadi luapan air dari
sungai/saluran ke lahan yang biasanya kering.Predeksi kondisi debit ini untuk
keperluan perencanaan pengendalian banjir dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu:
klasifikasi perencanaan banjir 10 tahun,klasifikasi perencanaan banjir 25 tahunan
dan klasifikasi perencanaan banjir 50 tahunan.
Belajar banjir kita perlu mengetahui siklus hidrologi dimana hujan terbentuk dari
pengembunan uap air laut dan air lainnya.Hujan jatuh ke bumi ada tiga lanjutannya
yaitu pertama air kembali menguap dari permukaan bumi, kedua air meresap
kedalam tanah dan ketiga air mengalir melalui badan air seperti saluran atau
sungai menuju kelaut. Pada daerah perdesaan dimana belum banyak perkerasan/
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
pembetonan lahan maka air yang terserap kedalam tanah lebih besar dari volume
air yang mengalir melalui badan air. Sebaliknya untuk daerah perkotaan air hujan
yang meresap kedalam tanah volumenya lebih kecil dari volume air yang masuk
kebadan air (saluran/sungai).
Tujuan pengendalian banjir kota adalah untuk mengatasi banjir yang terjadi
dikawasan perkotaan yang disebabkan oleh meluapnya air sungai dimana daya
tampung badan sungai sudah tidak mampu lagi menampung debit air yang
mengalir didalamnya.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
2. Banyaknya perkerasan lahan dengan pembetonan sehingga mengurangi
luas daerah resapan air sehingga volume air hujan dipermukaan tanah
semakin besar yang tidak dapat tertampung dengan saluran drainase yang
ada.
3. Tersumbatnya saluran drainase akibat banyaknya sampah yang masuk
dalam jaringan saluran drainase perkotaan yang mengganggu aliran air.
4. Terjadinya pasang air laut yang menghambat arus air kelaut khusus pada
daerah perkotaan yang lokasinya berbatasan dengan laut.
5. Banyaknya situ atau kolam-kolam retensi yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga menambah debit air hujan yang mengalir
pada saluran drainase.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
dan non domestik yaitu kebutuhan untuk industry,pariwisata,tempat
ibadah,tempat sosial dan tempa-tempat komersial atau tempat umum lainnya.
Kinerja pelayanan air bersih/air minum perkotaan merupakan salah satu parameter
penilaian sebuah kota selain sampah,kawasan kumuh dan kemacetan.
Secara lebih detail menghitung kebutuhan air bersih/air minum untuk kebutuhan
domestik (rumah tangga) perlu dihitung jumlah penduduk,prosentase jumlah
penduduk yang akan dilayani,cara pelayanan air, konsumsi pemakaian air
(liter/orang/hari).Untuk konsumsi pemakaian air bersih domestik ditentukan untuk
sambungan rumah sebesar 120 liter/detik dan sambungan (kran) umum 30 l/detik.
Jumlah jiwa persambungan rumah dihitung berdasarkan jumlah rata-rata untuk
sambungan rumah sebesar 5 jiwa/sambungan dan kran umum sebesar 100
jiwa/sambungan. Untuk kebutuhan air bersih/ air minum diluar pemakaian untuk
rumah tangga seperti kebutuhan untuk niaga, kesehatan ,sosial,
perkantoran,pendidikan dan peribadatan diperkirakan lebih kurang 20 % dari
kebutuhan air domestik.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
jaringan perpipaan terlindungi sebesar 70%. Target dalam RPJMN menyebutkan
bahwa pelayanan air minum harus dapat memberikan akses air minum yang aman
melalui sistem penyediaan air minum dengan jaringan perpipaan dan bukan
jaringan pepipaan terlindungi sebesar 100% dengan penerapan efisiensi konsumsi
air minum sebesar 10l/orang/hari.
Permasalahan dalam penyediaan air minum yaitu kurangnya sumber air baku yang
memadai pada area pengembangan kawasan sector ekonomi (baik air permukaan
maupun air tanah). Permasalahan daya dukung fisik lahan (tanah
rawa,gambut,tanah berbatu dll).
1. Perlu dilihat rencana induk sistem atau masterplan air minum apabila
dokumennya telah tersedia.
2. Perlu sinkronisasi dengan program pengembangan air baku.
3. Perlu diperhatikan fluktuasi pemakaian air pada pada waktu hari
maksimum. (selama setahun ada hari-hari tertentu dimana pemakaian air
lebih tinggi dari pemakaian air perhari rata-rata, pemakaian inilah yang
disebut pemakaian air pada hari maksimum).Hari maksimum
4. Perlu diperhatikan Fluktuasi pemakaian air pada saat jam puncak ( selama
sehari ada jam-jam tertentu dimana penggunaan air bersih lebih tinggi dari
pemakaian per jam rata-rata. Pemakaian air pada jam tertinggi inilah yang
disebut sebagai pemakaian jam puncak,yang biasa terjadi pada pagi dan
sore hari ).Jam puncak = 1,75 x kebutuhan rata-rata.
5. Perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas sistem
seperti:kebocoran air,Kapasitas pengambilan air baku,fluktuasi kebutuhan
air bersih,jaringan pipa transmisi, kapasitas reservoir distribusi,jaringan
pipa induk distribusi,kapasitas aliran dalam pipa dan koefisien kekasaran
pipa.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
produksi dengan memanfaatkan sumber air baku yang ada beserta program
pemanfaatan kapasitas terpasang. Prioritas ke tiga adalah program pembangunan
baru dengan sumber air baku yang baru.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
4. Perlu diperhatikan kebijakan standar pelayanan minimal pelayanan air limbah
yaitu untuk pelayanan setempat sebesar 60% dari jumlah rumah tangga
perkotaan dan 5% dari kawasan komunitas wilayah perkotaan dengan sistem
terpusat.
5. Perlu diperhatikan target RPJMN untuk pelayanan air limbah baik dengan
sitem setempat maupun sistem terpusat sebesar 100%.
Dalam perencanaan sistem pelayanan air limbah non domestik seperti kawasan
industri perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
Pelayanan persampahan perkotaan mengikuti proses mulai dari pewadahan,
proses pengumpulan, pengangkutan,proses penampungan sementara, proses
pengakutan sampai proses pembuangan akhir. Pelayanan persampahan perkotaan
dapat dibedakan pertama, pelayanan persampahan sistem setempat yaitu proses
pelayanan persampahan perkotaan sedekat mungkin dari sumbernya artinya mulai
dari pewadahan,pengumpulan sampai dengan pemusnahan sampah di dekat
sumbernya.Kedua, pelayanan persampahan sistem terpusat adalah sistem
pelayananan persampahan skala kawasan perkotaan mulai dari pewadahan,
pengumpulan, penampungan, pengangkutan sampai dengan pembuangan akhir .
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
4.5. Analisis Prinsip-Prinsip Perencanaan Program Perumahan dan Permukiman
Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan.
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
kumuh dengan mengurangi arus urbanisasi kekawasan perkotaan melalui kerja
sama antar daerah sekitar.
4.6. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan analisis yang digunakan untuk merencanakan
kebutuhan pembangunan infrastruktur kawasan perkotaan?
2. Jelaskan hubungan dan keterkaitan analisa yang digunakan untuk
menghasilkan kebutuhan pembangunan infrastruktur kawasan perkotaan
terhadap proses perencanaan terpadu?
3. Peran masyarakat dalam penataan Wilayah Perkotaan terhadap Perencanaan
dan Pemeliharaan Infrastruktur, terutama terkait dengan drainase, air bersih,
sanitasi dan persampahan
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
BAB 5
PENUTUP
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri PU no. 3/2012, tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan
Status jalan
MODUL 2
PENYUSUNAN RENCANA TERPADU INFRASTRUKTUR KAWASAN PERKOTAAN