Anda di halaman 1dari 7

Penerapan Full Day School di Sekolah Methodist-3

PRO
- Dapat membentuk karakter yang lebih baik untuk siswa.
- Pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin karena
waktu pendidikan anak di sekolah lebih lama.
- Dapat membentuk kepercayaan diri dalam bersosialisasi dengan cara bersosialisasi teman
sebaya.
- Kemampuan siswa dalam belajar lebih dapat dikembangkan dan menjadi lebih baik.
- Seluruh kegiatan siswa lebih terjadwal.
- Pemahaman siswa tentang materi pelajaran akan lebih mendalam, sehingga mengurangi
risiko siswa tidak naik kelas atau tertinggal dalam memahami materi.
- Siswa memiliki banyak waktu untuk menggali bakat dan kemampuannya melalui pelajaran
praktek.
- Mengurangi kecemasan orang tua (karena berbagai hal) yang tidak bisa mengawasi
aktivitas anak-anak saat mereka pulang sekolah.
- Jam pelajaran terakhir dimanfaatkan untuk aktivitas ekskul yang di beberapa sekolah
cenderung dipandang sebelah mata, berpeluang akan lebih aktif dan berfungsi maksimal
sebagai ajang penyaluran bakat dan ekspresi siswa.
- Siswa dapat mengerjakan PR di sekolah dan tersedia waktu untuk berkonsultasi pada guru
tentang materi yang tidak atau belum dipahami.
- Daya saing siswa pada saat sudah terjun ke masyarakat lebih tinggi karena kemampuan
siswa yang lebih baik.

Semakin berkembangnya dunia, pendidikan saat ini mulai beramai-ramai meningkatkan


kualitas sumber daya siswa dengan berbagai cara. Hal ini untuk berangkat dari banyaknya
“tuntutan” untuk menjadi manusia yang kaya ilmu serta diseimbangkan dengan skill yang
mumpuni.

Menurut mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang juga Menteri
Pendidikan Indonesia, Muhadjir Effendy, maksud dari full day school adalah pemberian jam
tambahan. Namun, pada jam tambahan ini, siswa tidak akan dihadapkan dengan mata pelajaran
yang membosankan. Kegiatan yang dilakukan seusai jam belajar-mengajar di kelas selesai
adalah ekstrakurikuler (ekskul). Dari kegiatan ekskul ini, diharapkan dapat melatih 18 karakter,
diantaranya jujur, toleransi, disiplin, hingga cinta tanah air.

“Usai belajar setengah hari, hendaknya para peserta didik (siswa) tidak langsung pulang ke
rumah, tetapi dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan dan membentuk
karakter, kepribadian, serta mengembangkan potensi mereka,” kata Muhadjir. Dengan
demikian, kemungkinan siswa ikut arus pergaulan negatif (misalnya penyalahgunaan narkoba,
tawuran, pergaulan bebas, dan sebagainya) akan sangat kecil karena berada di bawah
pengawasan sekolah.

Pertimbangan lainnya adalah faktor hubungan antara orangtua dan anak. Biasanya siswa sudah
pulang pukul 1. Tidak dipungkiri, di daerah perkotaan, umumnya para orangtua bekerja hingga
pukul 5 sore.

“Antara jam 1 sampai jam 5 kita tidak tahu siapa yang bertanggungjawab pada anak, karena
sekolah juga sudah melepas, sementara keluarga belum ada,” tambah Muhadjir

Program ini dianggap dapat membantu guru untuk mendapatkan durasi jam mengajar sebanyak
24 jam/minggu. Ini merupakan salah satu syarat untuk lolos proses sertifikasi guru.

“Guru yang mencari tambahan jam belajar di sekolah nanti akan mendapatkan tambahan jam
itu dari program ini,” tambahnya

Kalau pada akhirnya diterapkan, dalam sepekan sekolah akan libur dua hari, yakni Sabtu dan
Minggu. Sehingga, ini akan memberikan kesempatan bagi siswa bisa berkumpul lebih lama
dengan keluarga.
“Peran orangtua juga tetap penting. Di hari Sabtu, dapat menjadi waktu keluarga. Dengan
begitu, komunikasi antara orangtua dan anak tetap terjaga dan ikatan emosional juga tetap
terjaga,” ujar Muhadjir

Agar program ini dapat berjalan lancar harus didukung dengan suasana lingkungan sekolah
yang menyenangkan. Jadi penerapannya adalah belajar formal sampai setengah hari, selebihnya
diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler.

Kak Seto sebagai Ketua Dewan Pembina Komnas Anak turut mengemukakan pendapatnya.
“Saya mendukung rencana tersebut selama tidak memasung hak anak, seperti hak bermain, hak
beristirahat, dan hak berekreasi. Sebab pada prinsipnya, sekolah harus ramah anak demi yang
terbaik untuk mereka,” ujar beliau.

Sesuai dengan pesan dari Presiden Jokowi, bahwa kondisi ideal pendidikan di Indonesia adalah
ketika dua aspek pendidikan bagi siswa terpenuhi. Untuk jenjang SD, 80% pendidikan karakter
dan 20% untuk pengetahuan umum. Sedangkan SMP, bobot pendidikan karakter adalah 60%
dan 40% untuk pengetahuan umum.

Sebelumnya, sudah ada beberapa negara yang menerapkan full day school. Justru konsep ini
diusung oleh negara-negara maju. Ada Singapura, Korea Selatan, Cina, Jepang, Taiwan,
Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Spanyol, dan Jerman.

Di Singapura anak SD bersekolah mulai pukul 07.30 hingga 13.00. Sementara untuk anak SMP
dan SMA mereka masuk pukul 07.30 dan pulang pukul 16.00. Bahkan mereka bisa pulang
hingga pukul 18.00 jika ada kegiatan ekstrakulikuler.

Korea Selatan sejak dulu dikenal sebagai negara yang cukup keras dalam hal pendidikan. Untuk
anak SD diwajibkan bersekolah dari pukul 08.00 hingga 13.00, sedangkan SMP mulai dari
08.00 - 16.30. Anak SMA lebih lama lagi karena harus mempersiapkan ujian masuk universitas.
Siswa SMA di sana baru bisa pulang pukul 21.00.
Di negeri tirai bambu ini malah justru lebih keras. Anak SD saja sekolah dari pukul 06.30
hingga 15.00. Sementara anak SMP sama masuknya namun pulang pukul 17.00. Sedangkan
untuk anak SMA jauh lebih panjang karena ada kelas tambahan dan baru bisa pulang sekitar
pukul 22.00.

Terkenal sebagai negara yang disiplin dalam waktu dan bekerja, Jepang juga menerapkan
sistem sekolah hingga sore hari, kecuali untuk SD yang pulang pukul 13.00. Sedangkan untuk
anak SMP pulang pukul 15.30 dan SMA pukul 19.00. Makanya jangan heran jika kamu main
ke Jepang malam hari akan banyak menemui siswa-siswa SMA masih memakai seragam.

Sistem pendidikan di Inggris sedikit berbeda dengan di Indonesia. Untuk anak first school
(umur 4-9 tahun) mereka bersekolah dari pukul 09.00 hingga 15.00. Sedangkan untuk Middle
School (umur 9-13) mulai belajar pukul 08.40 hingga 15.30. Sementara itu, Upper School
(umur 13-16) belajar hingga 15.15.

Pendidikan di Amerika dimulai dari SD yang masuk pukul 08.40 hingga 15.15. Untuk anak
SMP mereka memulainya pukul 07.50 hingga 14.50. Terakhir anak SMA masuk pukul 08.15
dan pulang 15.15.

Taiwan sama seperti China, Jepang dan Korea. Anak SD di sana masuk pukul 08.00 dan baru
pulang 15.30. Sedangkan anak SMP pulangnya 17.00. Bahkan untuk anak SMA harus
mengikuti kelas tambahan hingga pukul 19.50.
KONTRA
- Fasilitas sekolah kurang memadai.
- Kurangnya tenaga pengajar/guru.
- Membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama untuk mengubah sistem sekolah menjadi
full day school.
- Siswa siswi cenderung akan menjadi mudah lelah dan sulit untuk berkonsentrasi saat jam
pelajaran berlangsung.
- Anak akan merasa tertekan dan stress karena terlalu lama di sekolah.
- Biaya uang sekolah yang lebih mahal.
- Biaya yang harus dikeluarkan sekolah lebih besar untuk memfasilitasi hal-hal yang
diperlukan dalam sistem full day school.
- Tidak semua anak mampu menyerap pelajaran dengan baik selama 8 jam penuh seperti
yang diindikasikan Kemendikbud.
- Akan menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah daripada waktu untuk bersantai dengan
keluarga.
- Siswa siswi akan merasa bosan atau jenuh. Jadwal kegiatan pembelajaran yang padat dan
penerapan sanksi yang konsisten dalam batas tertentu akan menyebabkan siswa menjadi
jenuh.
- Membuka kemungkinan yang lebih besar untuk siswa bolos dan merasa sangat sulit atau
terpaksa untuk bersekolah. Pada saat ini murid yang bersekolah saja sudah sering
melakukan bolos atau izin karena malas untuk sekolah padahal jam belajar hanya 5-6 jam.
- Interaksi anak akan lingkungan sosialnya di luar sekolah menjadi berkurang.
- Komunikasi anak dengan orang tua menjadi berkurang akibat banyaknya waktu yang
mereka habiskan bersama orang-orang di sekolahnya.
- Guru yang mengajar juga memiliki kegiatan lain selain mengajar, sehingga tidak bisa selalu
berada di sekolah selama satu hari penuh.

Sebagian pihak yang kurang setuju berargumen bahwa tingkat konsentrasi setiap anak
berbeda-beda. Bisa dikatakan, jenjang SD masih tergolong anak-anak yang mudah bosan.
Selain itu, jika dilihat dari segi fisik juga kurang baik untuk kesehatan. Siswa masih butuh
istirahat yang cukup di rumah agar konsentrasi juga lebih maksimal.
Dari segi sosial dan geografis, daerah pelosok nampaknya belum cocok menjalankan
konsep sekolah ini. Kebanyakan orang tua siswa bermatapencaharian sebagai petani,
nelayan, buruh, dan sebagainya. Sehingga mereka mungkin tidak dapat sanggup untuk
membiayai uang sekolah anaknya yang cenderung memerlukan biaya yang mahal. Sekolah
di daerah pelosok saat ini banyak yang masih bernasib miris dan membutuhkan perhatian
pemerintah, karena fasilitas di sekolah-sekolah tersebut masih belum selengkap sekolah di
perkotaan, yang mana juga mungkin belum cukup memadai untuk dapat melaksanakan full
day school

Menurut Kak Seto, sistem seperti ini tidak bisa dipaksakan untuk semua sekolah di seluruh
Indonesia. Di beberapa sekolah yang telah menerapkan hal tersebut, banyak anak didik
yang stres karena cara pengemasannya yang tidak ramah.

Selain itu, banyak juga yang meresahkan kesejahteraan guru swasta di Indonesia. Gaji
masih jauh di bawah upah minimum. Bahkan karena hal tersebut, banyak yang bekerja
sambilan demi memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu juga mengejar jam pelajaran ke
sekolah-sekolah lain. Kalau full day school, otomatis guru juga ada di sekolah secara
penuh. Berarti harus ada perhatian khusus juga terkait penggajian untuk guru swasta.

Para pakar pendidikan menilai penerapan FDS ini merupakan sebuah bentuk kekeliruan
menyikapi pendidikan dan persekolahan. Seolah-olah pendidikan identik dengan
persekolahan, padahal pendidikan maknanya jauh lebih luas. Pendidikan dapat dilakukan
di rumah, sekolah, dan di lingkungan masyarakat. Dengan demikian, sekolah hanya salah
satu unsur dalam pendidikan. Banyak bukti menunjukkan bahwa orang-orang sukses bukan
hanya orang yang berprestasi secara akademik yang baik di sekolah, tetapi yang memiliki
life skill yang bagus. (Steve Jobs, Bill Gates, Mark Zuckerberg <ini keluar dr univ, bkn
sklh>

<ini yg keluar dr sklh>


Eka Tjipta Widjaja yang menduduki peringkat kedua sebagai orang terkaya di Indonesia,
adalah seorang bos Sinar Mas yang kekayaannya mencapai Rp 122 Trilliun. Masa kecil
beliau cukup keras dan beliau tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karena
beliau mau bekerja keras dan pantang menyerah, akhirnya beliau dapat menjadi orang yang
sukses.

Thomas A.Edison yang merupakan seorang penemu bola lampu, ternyata didrop out
setelah tiga bulan pendidikan formalnya dimulai menjadi orang sukses tanpa pendidikan
yang intensif.

Menurut orang tua siswa yang anaknya bersekolah di sekolah yang menerapkan FDS,
anaknya selalu disibukkan dengan full day school yang berdampak pada kelelahan secara
fisik. Setiap pulang sekolah, anaknya selalu tertidur pulas kelelahan dan hanya bangun
sebentar ketika hendak mandi serta makan malam. Selebihnya anaknya tidak memiliki
waktu luang untuk belajar ulang di rumah karena sudah terlalu lelah.

Hal-hal yang telah disebutkan diatas menyebabkan full day school tidak layak untuk
diterapkan di sekolah Methodist-3 karena akan menimbulkan banyak kerugian, baik untuk
para siswa, pihak sekolah, guru-guru, maupun juga orang tua siswa.

Anda mungkin juga menyukai