Anda di halaman 1dari 10

KONSELING PADA IBU BERSALIN

A. Keluhan klien pada kala I


a. Fase Laten (Dilatasi serviks 0 – 3 cm)
Keluhan-keluhan pada fase laten:
 Ibu merasa seperti kram nyeri haid yang ringan
 Nyeri punggung bawah yang tumpul, sensasi rahim yang tegang
 Keluarnya mucus dan lendir berdarah sedikit
 Diare
 Kemungkinan ketuban pecah
 Ambulasi tanpa kesulitan
 Nyeri ringan sampai dengan sedang yang seiring dengan kontraksi rahim1

b. Fase Aktif (Dilatasi serviks 4 – 10 cm)


Keluhan-keluhan pada fase aktif:
 Akselerasi mulai banyak keluar lendir bercampur darah
 Kemungkinan ketuban pecah
 Nyeri punggung bawah persisten pada posisi oksiput AP
 Ambulasi tanpa kesulitan
 Slope-nyeri sedang sampai dengan berat yang seiring dengan kontraksi
Rahim1

B. Kondisi/Permasalahan klien
Klien akan merasakan rasa nyeri yang berlebihan dikarenakan rasa takut,
serta kecemasan akan bahaya persalinan.
Teknik dukungan untuk mengurangi rasa nyeri :
 Kehadiran pendamping selama masa persalinan, sentuhan penghiburan dan
dorongan orang yang mendukung berperan besar dalam proses persalinan.
 Perubahan posisi dan pergerakan, bantu klien untuk menemukan posisi
senyaman mungkin.
 Sentuhan dan massage, relaksasi sentuhan dari pasangan sangat membantu
ibu agar tetap tenang selama proses persalinan.
· Pengeluaran suara atau teknik pernafasan yang tepat dapat mengurangi
rasa sakit persalinan, minta klien untuk menarik nafas dalam-dalam dan
teratur dan keluarkan melalui mulut.2

C. Pengertian Persalinan
 Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri) .
 Persalinan merupakan proses alamiah, tetapi meskipun proses alamiah,
tidak semua ibu bersalin mampu beradaptasi dengan persalinan terutama
pada kala I (kala pembukaan) yang menimbulkan nyeri hebat bagi si ibu.
 Persalinan kala II adalah persalinan yang ditandai dengan gejala dan tanda
telah terjadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui
bukaan introitus vagina, ada rasa ingin mengedan saat kontraksi, ada
dorongan pada rektum atau vagina, perinium telihat menonjol, vulva dan
springter ani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.1,2

D. Tujuan Asuhan Persalinan


· Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi.
· Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. 1,2

E. Tanda-Tanda Persalinan
 Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat sering dan teratur.
 Keluarnya lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
 Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
 Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar, pembukaan telah ada dan
setresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).
 Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala janin turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida.
 Lightening pada multipara tidak begitu terlihat.
 Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
 Perasaan ingin sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
 Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus, kadang- kadang di sebut “false labor pains”.

F. Sebab-sebab Mulainya Persalinan


Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih merupakan
kumpulan teoritis yang kompleks, teori yang turut memberikan andil dalam
proses terjadinya persalinan antara lain: teori hormonal, prostaglandin,
struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi, hal inilah yang
diduga memberikan pengaruh sehingga partus dimulai.1,2
a. Penurunan Kadar Progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan,
terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di
dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun
sehingga timbulHIS.
b. Teori Oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
c. Peregangan Otot-Otot
Dengan majunya kehamilan, maka tereganglah otot-otot rahim
sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
d. Pengaruh Janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan
penting, oleh karena itu pada ancephalus kelahiran sering lebih
lama.
e. Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga
aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi
myometrium.1,2

G. Tahapan Persalinan (Kala I, II, III, IV)

 Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servik hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I
dibagi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan serviks kurang dari
4 cm, biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam.
Pada Fase Aktif Persalinan frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), serviks
membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam
hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian terbawah janin.1,2

 Kala II (Proses Lahirnya Janin)


Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak
bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat
kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina, perinium terlihat menonjol, vulva
dan springter ani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses
ini biasanya berlangsung 2 jam pada premi dan 1 jam pada multi. Pada kala
pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan,
karena tekanan pada rektum ibu rasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus
membuka. Pada waktu HIS kepal janin mulai kelihatan, vulva membuka, perinium
membuka, perinium meregang. Dengan adanya HIS ibu dipimpin untuk
mengedan,maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu: eklamsi,
kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung, penurunan kepala terhenti,
kelelahan ibu, persalinan lama, ruptur uteri, distosia karena kelainan letak, infeksi
intra partum, inersia uteri, tanda-tanda lilitan pusat.1,2

 Kala III
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya
proses pengeluaran plasenta tanda-tanda lepasnya plasenta: terjadi perubahan
bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur keluar
melalui vagina atau vulva, adanya semburan darah secara tiba-tiba. Kala
III berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras
dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi
lagi utnuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
menit sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan
pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat atonia uteri,
retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali pusat.1,2
 Kala IV
Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV: sub involusi dikarenakan
oleh uterus tidak berkontraksi, perdarahan yang di sebabkan oleh atoniauteri,
laserasi jalan lahir, sisa plasenta.

· Lamanya Persalinan
Lamanya persalinan tentu berlainan bagi primigravida dan
multigravida, untuk primigravida kala I : 12,5 jam, kala II : 80 menit, kala II : 10
menit, kala IV 14 jam sedangkan multigravida kala I : 7 jam 20 menit, kala II : 30
menit, kala III : 10 menit, kala IV : 8 jam.1,2

H. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi


Asuhan sayang ibu dan bayi adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Membayangkan asuhan sayang ibu/ASI
adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri “apakah asuhan seperti ini yang
saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil”. Salah satu prinsip asuhan
sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama persalinan.
Beberapa contoh penerapa asuhan sayang ibu saat persalinan adalah:
 Panggil ibu sesuai nama, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya
 Jelaskan asuhan yang akan diberikan sebelum memulai asuhan
 Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarga
 Anjurkan ibu bertanya, membicarakan rasa takut/khawatirnya
dan dengarkan
 Anjurkan ibu ditemani keluarga/suaminya
 Anjurkan suami dan keluarga bagaimana cara memperhatikan
dan mendukung ibu
 Lakukan praktik pencegahan infeksi/ PI yang baik secara
konsisten
 Ibu dipimpin meneran dalam posisi yang diinginkan
 Anjurkan ibu minum dan makan makanan ringan bila
menginginkan
 Hargai privacy ibu
 Hargai dan perbolehkan praktik tradisional yang tidak merugikan
 Hindari tindakan yang tidak ada indikasinya
 Bayi diberikan pada ibu untuk dipeluk segera setelah lahir
 Membantu memulaai pemberian ASI dalam ½ jam pertama
kelahiran
 Siapkan rencana rujukan (kalau perlu)
 Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi (bahan,
perlengkapan, dan obat) yang diperlukan dengan baik
 Ibu boleh berjalan-jalan sampai pembukaan lengkap
 Episiotomi pada janin gawat
 Bidan mengupayakan kenyamanan ibu selama proses persalinan
 Bayi ditaruh di atas perut ibu segera setelah lahir
 Tidak melakukan pengisapan lendir segera setelah bayi lahir
secara rutin
 Segera mengeringkan bayi setelah lahir
 Tidak langsung memandikan bayi segera setelah lahir
 Menutup kepala bayi segera setelah lahir dan dikeringkan1,2

I. Posisi Saat Meneran


a. Jongkok
Posisi ini dapat membantu mempercepat kemajuan persalinan kala dua
dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.

b. Merangkak atau miring ke kiri


Posisi ini seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu yang
mengalami nyeri punggung saat persalinan. Selain itu dapat membantu
bayi melakukan rotasi dan peregangan minimal pada perineum.
Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang baik bagi
ibu jika kelelahan karena ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara
kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi perineum.
c. Setengah duduk
Posisi ini seringkali nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat
dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan
dari posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi.1,2

J. Kebutuhan Ibu Selama kala II


 Kebersihan
Praktik terbaik pencegahan infeksi pada kala II persalinan diantaranya adalah
melakukan pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT).
Gunakan gulungan kapas atau kassa yang bersih, bersihkan mulai dari bagian atas
kearah bawah (dari bagian anterior vulva kearah rektum) untuk mencegah
kontaminasi tinja. Letakkan kain bersih dibawah bokong saat ibu mulai meneran.
Sediakan kain bersih cadangan didekatnya. Jika keluar tinja saat ibu meneran,
jelaskan bahwa hal itu biasa terjadi.2

 Pemberian Hidrasi
Selama dalam proses kelahiran ibu mengalami perubahan metabolisme, ibu
banyak mengeluarkan CO2 karena ibu menangis atau bernapas cepat, ibu juga
banyak mengeluarkan tenaga untuk mengedan sehingga ibu membutuhkan asupan
minum dan makan agar ibu mempunyai tenaga dalam mengedan dan mencegah
dehidrasi.1

 Mengosongkan Kandung Kemih


Anjurkan ibu berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika kandung kemih selalu
terasa penuh. Jika diperlukan, bantu ibu untuk kekamar mandi. Jika ibu dapat
berjalan kekamar mandi, bantu agar ibu dapat duduk dan berkemih diwadah
penampung urin.
Alasan: kandung kemih yang penuh mengganggu penurunan kepala bayi, selain itu
juga akan menambah rasa nyeri pada perut bawah, menghambat penatalaksanaan
distosia bahu, menghalangi lahirnya plasenta dan perdarahan pasca persalinan.
Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah
kelahiran bayi dan/atau plasenta.
Alasan: selain menyakitkan, kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi dan
trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu1,2.
 Membimbing Ibu Meneran
Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiah selama kontraksi,
jangan anjurkan untuk menahan napas pada saat meneran, anjurkan ibu ntuk
berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi, jika ibu berbaring miring atau
setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik
lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada, anjurkan ibu untuk tidak
mengangkat bokong saat meneran, jangan melakukan dorongan pada fundus untuk
membantu kelahiran bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan distosia bahu dan
ruptur uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan
pada fundus, dan memberikan dorongan berupa semangat ibu dalam meneran1.

K. Tanda-tanda Bahaya Persalinan


Tanda bahaya bagi janin
 Tachycardia
 Bradycardia
 Deselerasi
 Meconium staining
 Hiperaktif
 Asidosis
 Tanda bahaya bagi ibu
 Perubahan tekanan darah
 Abnormalitas nadi
 Abnormalitas kontraksi
 Cincin retraksi patologis
 Abnormalitas kontur perut bawah
 Gelisah atau kesakitan2

Referensi :

1. Asri Dwi H, dan Clervo Christine P. 2010. Asuhan Persalinan Normal Plus
Contoh Askeb dan Patologi Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
2. Yeyeh Ai Rukiyah., S.Si.T., dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan).
Jakarta:Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai