Keberhasilan SDGs tidak dapat dilepaskan dari peranan penting pemerintah daerah.
Pasalnya pemerintah kota dan kabupaten berada lebih dekat dengan warganya, memiliki
wewenang dan dana, dapat melakukan berbagai inovasi, serta ujung tombak penyedia
layanan publik dan berbagai kebijakan serta program pemerintah.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada 2025 adalah meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur Harapan Hidup,
menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya
prevalensi gizi kurang pada balita. Tujuan Renstra Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-
2019, yaitu :
Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua siklus kehidupan, mulai dari
bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.
Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai adalah:
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010), 346
menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012)
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat,
serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
Pada 2006, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, merupakan salah satu kabupaten
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terburuk di Provinsi Sulawesi Selatan. Di
kabupaten ini, rasio kematian ibu masih sangat tinggi, yaitu sebesar 300 per 100.000
kelahiran hidup. Salah satu penyebab tingginya AKI diduga akibat proses persalinan
tradisional yang hanya ditolong oleh dukun bayi atau dukun beranak yang tidak terlatih.
Tiga tahun kemudian, program KBD diperkuat melalui payung hukum Peraturan
Daerah No.2/2010. Adanya jaminan hukum melalui peraturan daerah, secara perlahan ikut
mendorong bidan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Sementara itu, dukun tetap
tidak kehilangan pekerjaan, bahkan mendapatkan tambahan penghasilan. Sebagai hasilnya,
indikator–indikator seperti K1 (kunjungan antenatal trimester pertama) naik lima kali lipat,
dari 23 persen (2006) menjadi 105 persen (2012), K4 (kunjungan antenatal trimester
keempat) naik dari 25,37 persen (2006) menjadi 97 persen (2012) dan persalinan ditolong
tenaga kesehatan meningkat menjadi 96,4 persen pada tahun 2011. Upaya tersebut juga telah
membuat angka kematian ibu di Takalar menurun hingga 0 pada kurun waktu 2009 – 2010.
Pada tahun 2012, di Kabupaten Takalar tidak ditemui lagi insiden kematian ibu.
Dari berbagai contoh kasus di atas, terlihat bahwa peran pemerintah daerah sangat
menentukan keberhasilan dalam upaya penurunan AKI. Semakin responsif/ tanggap suatu
pemerintah daerah makan penurunan AKI akan semakin mudah dicapai. Tentunya hal ini
juga diperngaruhi dengan sistem informasi/ pencatatan kejadian kematian ibu yang baik,
sehingga dapat membantu pemerintah dalam menentukan langkah atau kebijakan yang sesuai
dengan masalah yang ada dan target penurunan AKI bisa tercapai.
Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan kesehatan anak
dan ibu, khususnya untuk menurunkan angka kematian anak dan ibu, diantaranya sebagai
berikut:
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerintah pelayanan kesehatan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerintahan pelayanan kesehatan yang ada
di masyarakat telah di lakukan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan meletakkan
dasar pelayanan kesehatan pada sektor pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat dilakukan di
perpustakaaan induk, perpustakaan pembantu,posyandu,serta unit-unit yang berkaitan di
masyarakat. Bentuk pelayanan tersebut dilakukan ndalam rangka jangkauan pemerataan
pelayanan kesehatan. Upaya pemerataan tersebut dapat dilakukan dengan penyabaran bidan
desa, perawat komuniksi, fasilitas balai kesehatan, pos kesehatan, desa, dan puskesmas
keliling.