Teknik Drainase Handout 1a
Teknik Drainase Handout 1a
Berwawasan Lingkungan
Oleh:
Sunjoto Dr. Ir. Dip.HE, DEA.
1. Pendahuluan
a. Infrastruktur
Yang dimaksud Infrastruktur atau Prasarana dan Sarana mnrt (Grigg,
1998), Kwiatkowski (1996), Associated General Contractors of America (1982)
yang menjelaskan dengan keywords : fasilitas fisik milik negara, swasta atau
public works.
• Kelompok keairan
• Kelompok jalan
• Kelompok energi
• Kelompok telekomunikasi.
• pengolahan (treatment)
• mengalirkan (delivery)
• distribusi (distribution)
• mengalirkan (delivery)
• mengolah (treatment)
• membuang (disposal)
• mengalirkan (delivery)
• membagi (distribution)
c. Drainase Perkotaan
1). Terminologi: drainage (ing, fra) yang secara umum berarti mengalirkan,
menguras, membuang atau mengalihkan air.
2). Excess water:
• permukaan tanah (surface)
• Riollering
Bedakan:
• Drainasi
• drainase
a. Terminology:
b. Historis
c. Dampak fisik
• Luas bidang infiltrasi berkurang
WATER RESOURCES
PROBLEMS URBAN CLIMATE
CHANGES
a. Aspek Teknis
1). Genangan
• Lokasi
• Luas
• Lama
• Frekuensi
• Tinggi
• Kerugian
2). Topography
• Arah buangan
• Hydrolika
• Lokasi bangunan
3). Hidrologi
• durasi hujan
• time of concentration
• Batas persil
• Kepemilikan
• Nilai asset
b. Aspek Ekonomis
• Klas bangunan
• Penyesuaian konstruksi
• Material tersedia
• Efisiensi
c. Aspek Lingkungan
• Nyamuk
• Mikroba
• E-Colli
d. Aspek Legalitas
• Tata ruang
• Idzin
• Kepemilikan
• Persepsi masyarakat
• Partisipasi
f. Aspek Kelembagaan
• Pemeliharaan dan biaya operasional
b. Pro Lingkungan
Recharge System dibantu Biopori
b. Air terbuang
Volume = 0,95x30x(2,58-1,25)x1.000.000 =
37,90.106 m3/thn
Volume air terbuang akibat sistem drainasi konvensional adalah setara dengan
jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air domestik.
a. Aspek Fisik
C = Q s C s + Q pC p (1)
Qs + Qp
dengan:
C : konsentrasi final
Qs : debit air bersih
Qp : debit air tercemar
Cs : konsentrasi air bersih
Cp : konsentrasi air tercemar
Dengan kata lain untuk daerah payau akan meperbaiki kualitas air
tanah.
a c
a b
h u j a n
Permukaan tanah
Permukaan air tanah
hf hs
Gambar 3. Skema tampang suatu pulau dengan tanah homogen dan isotropis.
Titik A terletak pada bidang batas antara air asin (s) dan air tawar (f)
p A = ρ s.g.hs (2)
p A = ρ f .g.h f (3)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Jawa & 132.187 2,58 1,25 1,33 175.809 43.952 91,269 481,57
Madura x106 x106 x106 x106
(1985)
2 Jawa & 132.187 2,58 1,25 1,33 175.809 43.952 109,443 401,30
Madura x106 x106 x106 x106
(1993)
3 Jawa & 132.187 2,58 1,25 1,33 175.809 43.952 128,292 342,2
Madura x106 x106 x106 x106
(2000)
Sumber:Direktorat Bina Program Pengairan Departemen Pekerjaan Umum
(1984)
• Halaman terbendung
• Kepercayaan masyarakat
H = AIT − As KT (5)
As + PKT
Pada SNI T=06=1990 F hanya ada formula (5) tanpa penurunan formula dan
oleh Sunjoto, formula ini dirunut penurunannya sbb:
H = AIT − As KT (6)
As
dengan:
H : tinggi muka air dalam sumur (m)
I : intensitas hujan (m/j)
2
A : luas atap (m )
2
As : luas tampang sumur (m )
P : keliling sumur (m)
K : koefisien permeabilitas tanah (m/j)
T : durasi hujan/pengaliran (j)
Catatan:
a. Tiga kelas permeabilitas tanah:
1). Permeabilitas tanah sedang (geluh/lanau K = 2,0 – 6,5 cm/j
2). Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus K = 6,5 – 12,5 cm/j)
3). Permeabiltas tanah cepat (pasir kasar > 12,5 cm/j)
b. Intensitas hujan I = 87 mm/j
c. Durasi hujan T = 5 jam
d. Kedalaman sumur H = 3 m
Analisis:
a. Asas analisis dimensi
b. Bila I = 0, H ?
⎧⎛ ⎞ ⎫
A.0,7.0,9.R 24 j − ⎪⎨⎜⎜ π .d ⎟⎟.⎜⎜179 ⎟⎟. 1 ⎪⎬
2 ⎞⎛
⎪⎩⎝ 4 ⎠ ⎝ p ⎠ 6 ⎪⎭
H= (7)
⎛ π .d 2 ⎞
⎜ ⎟.1000
⎜ 4 ⎟
⎝ ⎠
dengan:
H : tinggi muka air dalam sumur (m)
2
A : luas atap (m )
d : diameter sumur (0,80 s/d 1,40 m)
p : faktor perkolasi (mnt/cm)
R24j : curah hujan terbesar dlm 24 jam (mm/hr)
0,70 : limpsan prmkaan yg hrs diresapkan (Horton)
0,90 : angka distribusi hujan (V. Breen)
1/6 : factor konversi dr 24 jam ke 4 jam (V. Breen)
P Ep
R = 70 %
= 30 % I
Gambar 4. Skema keseimbangan air di permukaan tanah secara natural
(Horton)
Analisis:
a. Asas analisis dimensi
b. Bila R24j = 0, H ?
c. Faktor perkolasi (mnt/cm)
(1). Mononobe
I = {( R/24 )( 24/tc )2/3 (9)
dengan :
R : curah hujan terbesar harian (mm)
tc : time travel (j)
I : intensitas hujan (mm/j)
Note:
Disampaikan sebagai handout kuliah di JTS-FT-UGM 21/65
I (m3 / s / km2 ) = 10.000 xI (m / j ) (12)
36
Q = KB. H − h
2 2
(13)
2L
2πKB(h2 − h1 )
Q= (15)
⎛r ⎞
ln⎜⎜ 2 ⎟⎟
r
⎝ 1⎠
Q = 2πKBH (16)
⎛ ⎞
ln⎜⎜ B ⎟⎟
⎝r⎠
Analisis:
1. (H) fungsi waktu.
2. Steady flow.
3. Data potentiometric head hasil akhir
4. ln(B/r) scienitific reasoning ?
5. Bila B = r maka ln 1 = 0 ⇒ Q = ∞ (tak berhingga)
6. Bila B < r ⇒ Q < 1 (negatif)
Qi = 0
dt dh
h1
t1
t h
t2 h2
Qo = F K h
dQo = As dh ..................................................(17)
dt
dengan As = π R2 maka:
K = πR ln h2
2
(19)
F (t2 − t1 ) h1
dengan:
K : koefisien permeabilitas tanah (m/j)
R : radius sumur (m)
F : faktor geometrik (m) F = 4 R (Forchheimer, 1930)
t1 : waktu awal pengukuran (j)
t2 : waktu akhir pengukuran (j)
h1 : tinggi muka air awal pengukuran (m)
h2 : tinggi muka air akhir pengukuran (m)
As : luas tampang sumur (m2 , As = π R2)
(1). Debit air masuk kedalam sumur diasumsikan konstan sama dengan Q. Hal
ini sesuai dengan keadaan fisik yaitu dalam suatu durasi hujan akan ada debit
dari atap yang masuk kedalam sumur.
(2). Debit keluar (meresap) adalah sama dengan faktor geometrik kali koefisien
permeabilitas fungsi ketinggian air dalam sumur Qo = F K h (Forchheimer,
1930).
Qi = Q
dt dh
H
t2 h2
h
t
X
t1 h1
Y
Qo = F K h
dVol t = ( Q - Qo ) dt = ( Q - F K h ) dt (20)
dVol t = As dh (21)
Note: ∫ dx = x ; ∫ dx = ln x so:
x
When t2 - t1 = T so:
Note: ln a−lnb=ln⎛⎜ a /b ⎞⎟
⎝ ⎠
Note: exp ln x = x
dengan As = π R2 maka:
dengan:
H : tinggi muka air dalam sumur (m)
Q : debit air masuk (m3/j)
F : faktor geometrik (m)
K : koefisien permeabilitas tanah (m/j)
T : durasi dominan hujan (j)
R : radius sumur (m)
As : luas tampang sumur ( m2; As = π R2)
H (m)
A B C D
T (jam)
Analisis:
a. Azas analisis dimensi
b. Bila I = 0, H ?
Q = CIA (23)
P Ep
R = 70 %
I = 30 %
• Intensitas hujan
IDC: Intencity Duration Curve
• Luas atap
Atap, aspal, parkir, paving block, concrete slab
28
Sunjoto
Case 6b
24
Recommended Curve
By Olson & Daniel (1981)
Sunjoto
Case 5b
1
20
2 3
Shape Factor F
16
12 5
8
NOTE :
1. Wilkinson (1968)
6 2. Al-Dhahir & Morgenstern (1969)
3. Hvorslev (1951)
4 4. Luthian & Kirkham (1949)
5. Raymond & Azzouz (1969)
6. Smiles & Youngs (1965)
0
0 2 4 6 8 10
L/D
1
2πL
Sunjoto (1989) 0
ln⎛⎜ 2(L + 2 R ) / R + (2 L / R )2 + 1 ⎞⎟
⎝ ⎠
2a
Samsioe (1931)
4πR Dachler (1936) 12,566
Aravin (1965)
2b
3a
Samsioe (1931)
2πR Dachler (1936) 6,283
Aravin (1965)
3b
Forchheimer (1930)
4R Dachler (1936) 4,000
Aravin (1965)
4b Harza (1935)
5.5 R Taylor (1948) 5,500
Hvorslev (1951)
4b
5a
2πL + π 2 R ln 2
Sunjoto (2002) 6,227
ln⎛⎜ (L + 2 R ) / R + (L / R )2 + 1 ⎞⎟
⎝ ⎠
5b 2πL
Dachler (1936) 0/0
ln⎛⎜ L / R + (L / R )2 + 1 ⎞⎟
⎝ ⎠
5b
2πL + 2πR ln 2
Sunjoto (2002) 3,964
ln⎛⎜ (L + 2 R ) / R + (L / R )2 + 1 ⎞⎟
⎝ ⎠
6a
2πL + π 2 R ln 2
Sunjoto (2002) 9,870
ln⎛⎜ (L + 2 R ) / 2 R + (L / 2 R )2 + 1 ⎞⎟
⎝ ⎠
6b 2πL
Dachler (1936) 0/0
ln⎛⎜ L / 2 R + (L / 2 R )2 + 1 ⎞⎟
⎝ ⎠
6b
2πL + 2πR ln 2
Sunjoto (2002) 6,283
ln⎛⎜ (L + 2 R ) / 2 R + (L / 2 R )2 + 1 ⎞⎟
⎝ ⎠
7b
2πH + 2πR ln 2
ln⎛⎜ (H + 2 R ) / 3R + (H / 3R )2 + 1 ⎞⎟ Sunjoto (2002) 8,525
⎝ ⎠
4b Harza (1935)
5.5 R Taylor (1948) 5,500
Hvorslev (1951)
4b
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
0 0/0 3,964 ?
0,000001 6,283 3,964 -
0,0001 6,283 3,965 -
0,001 6,283 3,969 -
0,01 6,283 4,009 -36,192
0,5 6,529 5,830 -10,706
0,964 7,079 7,079 0
1 7,129 7,165 0.504
5 13,586 14,348 5,608
10 20,956 21,720 3,645
25 40,149 40,853 1,753
50 68,217 68,867 0,952
100 118,588 119,186 0,504
1000 826,637 827,101 0,056
10000 6.344,417 6.344,793 0,005
100000 433.064,548 433.064,818 0,0000
Catatan: Harga ini dihitung dengan L = variable dan R=1.
0 0/0 6,283 ?
0,0000 12,566 6,283 -
0,0001 12,566 6,284 -
0,001 12,566 6,290 -
0,01 12,566 6,351 -
0,5 12,695 9,092 -28,381
1 13,057 11,054 -15,340
2,713 15,323 15,323 0
5 19,072 19,618 2,862
10 27,171 27,915 2,738
25 48,775 49,525 1,537
50 80,298 81,001 0,867
100 136,435 137,084 0,475
1000 909,584 910,083 0,054
10000 6.821,882 6.822,281 0,005
100000 454.792,118 454.792,400 0,0000
Catatan: Harga ini dihitung dengan L = variable dan R = 1.
Gambar
1) HMTL-ITB (1990)
0.70× 0.90× 6× AR 24 j p
Abr = (24)
128
dengan:
Abr : luas bidang resapan (m2)
A : luas atap (m2)
R24j : curah hujan terbesar dlm 24 jam (mm/hr)
p : faktor perkolasi (menit/cm)
2) Sunjoto (2008)
H dh dt
T
h2
t2
h t
h1 t1
Qo
b
Gambar 9. Sketch of water balance on the trench
As dh = FKh ⇒ As ∫ dh = FK ∫ dt
dt h
B= − fKT (27)
⎧ ⎛ ⎞⎫
b⎨ln⎜⎜1−
⎪ ⎜ fKH ⎟⎪
⎬
⎪⎩ ⎝ Q ⎟⎟⎠⎪⎭
where,
B : length of trench (L)
b : width of trench (L)
f : shape factor of trench (L)
K : coefficient of permeability (L/T)
H : depth of water on trench (L)
T : dominant duration of precipitation (T)
Q : inflow discharge (L3/T) and Q = CIA
C : runoff coefficient of roof (-)
I : precipitation intensity (L/T)
A : area of roof (L2)
b 4L 2.980 3.367
⎛
( )
ln ⎜ L + 4 bB / 2 bB + (L / 2 bB )2 + 1 ⎞⎟
⎝ ⎠
2a
12.566
b 8 bB 16.000
2b
b 14.137
9 bB 18.000
3a
b
6.283
4 bB 8,000
3b
b
4.000
8 / π bB 5.093
4a
b
9.870
2π bB 12.566
4b b
4 bB 6.283 8.000
⎝ ⎠
5b
b
4 L + 4 bB ln 2
3.964
L ⎛
( )
ln⎜ L + 4 bB / 2 bB + (L / 2 bB )2 + 1 ⎞⎟ 5.048
⎝ ⎠
6a
b 4 L + 2π bB ln 2
9.870
L
⎛
ln⎜ (L + 4 bB )/ 4 bB + (L / 4 bB ) 2 ⎞
+ 1⎟
12.566
⎝ ⎠
6b b
4 L + 4 bB ln 2
6.283
L ⎛
ln⎜ (L + 4 bB )/ 4 bB + (L / 4 bB ) 2 ⎞
+ 1⎟
8.000
⎝ ⎠
7a
b 4 H + 2π bB ln 2
13.392
⎛
ln⎜ (H + 4 bB )/ 6 bB + (H / 6 bB ) 2 ⎞
+ 1⎟
17.050
⎝ ⎠
7b
b
4 H + 4 bB ln 2 8.525
⎛
(
ln⎜ H + 4 bB / 6 bB +) (H / 6 bB ) 2
+ 1⎟
⎞ 10.856
⎝ ⎠
Berwawasan Lingkungan
5 – 10 cm
CARA PEMBUATAN
LUBANG RESAPAN BIOPORI
Oleh:
Kamir R. Brata
Lubang resapan biopori (LBR) adalah lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan
diameter 10 – 30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau jangan melebihi kedalaman muka air tanah.
Lubang diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori. Biopori adalah pori berbentuk
liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
Manfaat LBR adalah untuk meningkatkan laju peresapan air hujan ke dalam tanah, sehingga
tidak terbuang mengalir dipermukaan yang dapat menyebabkan banjir pada musim hujan dan
Disampaikan sebagai handout kuliah di JTS-FT-UGM 47/65
kekeringan pada musim kemarau; serta menghindari terjadinya genangan air yang menyebabkan
merebaknya penyakit yang dibawa oleh nyamuk seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria
dsb. Pemanfaatan sampah organik juga dapat membantu mengatasi masalah pembuangan sampah
yang sering kali mengakibatkan pencemaran dan tersumbatnya saluran-saluran drainase serta
bersarangnya lalat, tikus yang menjadi pembawa bibit penyakit seperti typus. Kompos yang
dihasilkan dalam lubang selain dapat memantapkan dinding LBR dan meningkatkan laju peresapan
air, juga dapat diambil untuk menyuburkan tanah yang ditanami.
Sebagai contoh untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju
peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak
(50 x 100): 180 = 28 lubang.
Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm kedalaman 100 cm, setiap lubang dapat menampung 7,8
liter sampah organik, berarti tiap lubang dapat diisi sampah organik dapur 2-3 hari. Dengan
demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi sampah organik yang dihasilkan selama 56 – 84 hari,
dimana dalam kurun waktu tersebut lubang perlu diisi kembali.
Saran:
Hingga biopori hanya dapat membantu fungsi Recharge Yard namun tak dapat
mengambil alih fungsi Recharge Well maupun Recharge Trench yang fungsi
utamanya menampung dan meresapkan air dari atap atau perkerasan lainnya.
B= − fKT
⎧ ⎛ ⎞⎫
b⎪⎨ln⎜⎜⎜1− fKH ⎟⎟⎟⎪⎬
⎪⎩ ⎝ Q ⎠⎪⎭
Impermeable
Impermeable
• Methode Pengukuran
Qr = Qi – Qo - Qe (28)
Dengan:
Qr : debit air meresap
Qi : debit air masuk
Qo : debit air keluar
Qe : debit air menguap
Q1 = f1KH (29)
4L
f1 = (Sunjoto, 2008)
(
⎛
)
ln⎜⎜ L + 4 bB / 2 bB + (L / 2 bB )
2 ⎞
+ 1 ⎟⎟
⎝ ⎠
Q2 = f2KH (30)
4 L + 4 bB ln 2
f2 = (Sunjoto, 2008)
(
⎛
)
ln⎜⎜ L + 4 bB / 2 bB + (L / 2 bB ) 2 ⎞
+ 1 ⎟⎟
⎝ ⎠
dengan
Q : debit (L3/T)
F : factor geometric parit/kolam (L)
K : koefisien permeabilitas tanah (L/T)
H : tinggi tekanan air (L)
L : ketebelan aquifer (L)
P= Q γ
2
kgm/s (33)
ηFK
dengan:
P : daya pompa ( kgm/s)
► 1 KW = 75 x 1,34 kg m/s
► 1 HP = 0,746 KW
3
Q : debit air (m /s)
F : faktor geometrik sumur (m)
K : koefisien permeabilitas tanah (m/s)
γ : massa jenis air (kg/m3)
η : efisiensi pompa (0,60 - 0,75)
1. Moritz (1913)
0.5
⎡ ⎧ 0.5 ⎫⎤
⎢Q ⎪ 2⎛⎜ Z 2 +1⎞⎟ − Z ⎪⎥
S = 0.0116× C ⎢ ⎪⎨ N + Z 0.5 + ⎝( ⎠ ) ⎪⎥
⎬ (34)
⎢V ⎪
⎢ ⎪ N + Z 0 .5
⎪⎥
⎪⎭⎥⎦
( )
⎣ ⎩
dengan :
S : kehilangan air di saluran (m3/s/km)
C : kehilangan air harian (m/hr) ⇒ table
Q : debit saluran (m3/s)
V : kecepatan air (m/s)
N : rasio dasar saluran dgn kedalaman air
Z : kemiringan tebing.( Z = h, bila v = 1)
dengan :
Hw Dw
Condition A K
Wb Seepage flow
Dp
L
Permeable
Ws
Hw Dw
Condition B K
Wb Seepage flow
Di
L
Impermeable
Ws
Hw
Condition A’
Wb
Dw
Dp K
Permeable
3 C u r v e p a r a m e te r
Dp / W b f o r co n d . A
Di /W b f o r c o n d . B
0,25
0,5 Conditio n A’
2
Is/ K
1 2 3 5
Conditio n A
1
5
Conditio n B
3
2
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Dw /Wb
dengan:
dengan:
A. Sebelum dibangun
Air diresapkan sebesar:
B. Sesudah dibangun
1. Tanpa Recharge System
a. Dari Atap & perkerasan
VB1a = 24.000 x (1- 0,95) x (2,58 – 1,20) = 1.650 m3/th
b. Dari Taman
VB1b = 6.000 x (1- 0,32) x (2,58 – 1,20) = 5.630 m3/th
b. Dari Taman
VB2b = 6.000 x (1- 0,05) x (2,58 – 1,20) = 7.866 m3/th
c. Dari Jalan
VB2c = 10.000 x (1- 0,05) x (2,58 – 40 % x 1,20) = 19.950 m3/th