Anda di halaman 1dari 21

THEORY CHRONIC SORROW

Disusun untuk memenuhi tugas matrikulasi falsafah keperawatan,


dosen pengampu Elisa, Skep, Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :

1. Pradnya Hesti P1337420617126


2. Hartawan Wahyu Utomo P1337420617110
3. Rasika Wiguna P1337420617128
4. Nur Elisa Apriliani P1337420617124
5. Yunita P1337420617138
6. Pratama Indriyani S. P1337420617127

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN ALIH JENJANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
limpahan rahmat dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan penyusunan makalan ini
dengan baik dan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Chronic Sorrow Theory” disusun untuk
memenuhi tugas Falsafah Keperawatan tahun ajaran 2017/2018.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tanpa adanya
bimbingan, dorongan, motivasi, dan doa, makalah ini tidak akan terwujud. Untuk
itu penulis mengucapakan terimakasih kepada :

1. Ibu Elisa, Skep,Ns., M.Kep.


2. Semua pihak yang telah membantu penulis untukmenyelesaikan makalah
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan, baik dalam
penulisan maupun informasi yang terkandung dalam makalah ini, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi perbaikan dan
kesempurnaandimasa yang akan datang.

Semarang, 07 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang ......................................................................... 1

B Rumusan Masalah .................................................................... 3

C Tujuan Penulisan ...................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Sejarah Teori ............................................................................ 4

B. Sumber Teori ............................................................................ 5

C. Penggunaan Bukti Empiris....................................................... 6

D. Model Teori Chronic Sorrow ................................................... 7

E. Asumsi Utama .......................................................................... 7

F. Konsep Utama .......................................................................... 8

G. Asumsi Teori ............................................................................ 10

H. Contoh Kasus ........................................................................... 14

I. Kesimpulan ............................................................................. 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 16

B. Saran ......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori Middle Range merupakan level kedua dari teori keperawatan


yang abstraknya pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup
terbatas yang memiliki sejumlah varibel terbatas dan dapat diuji secara
langsung. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan
penelitian dan praktik.Hubungan antara penelitian dan praktik menurut
Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam
disiplin praktik.Selain itu Walker dan Avant (1995) mempertahankan bahwa
mid-range theories menyeimbangkan kespesifikasiannya dengan konsep
ekonomi secara normal yang nampak dalam grand teori. Akibatnya mid-range
teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam praktik
dan cukup abstrak secara ilmiah.Chinn dan Kramer (1995:216) mengatakan
bahwa mid-range teori sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas
tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan
masalah pada disiplin ilmu.Contoh yang mewakili mid-range teori adalah
teori meredakan nyeri dalam keperawatan.Teori ini lebih luas dari theory
neural conduction terhadap rangsangan nyeri tetapi lebih sempit dari tujuan
mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.Jadi fenomena nyeri terkait
pada konsep mid-range pada keperawatan, karena nyeri adalah salah satu dari
fenomena yang terdiri dari konsep global suatu disiplin.
Mid-range theories berfokus pada konsep peminatan perawat dan
mencakup nyeri, empati, berduka, konsep diri, harapan, kenyamanan,
martabat dan kualitas hidup. Contoh dalam keperawatan middle range
theories adalah : Rogers’s Theory dari akselerasi perubahan, Roy’s Theory
dari teori adaptasi, King’s Theory dari pencapaian tujuan.
Teori chronic sorrow merupakan teori mid-range karena dalam teori
ini membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah
yang timbul dari penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan,

iv
faktor pencetus dan metoda manajemennya. Karena kespesifikan teori
tersebut, maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini
terkait dengan penyakit kronik seperti pada pasien multiple sklerosis, diabetes
mellitus pada anak, anemia sickle cell pada anak, epilepsy, sindrom down,
spina bifida, dan lain-lain.
Penyakit kronis dapat didefinisikan sebagai kondisi sakit
yangmenimbulkan berkurang atau hilangnya fungsi sehari-hari lebih dari 3
bulandalam 1 tahun atau mengalami hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam 1
tahun(Hockenberry, 2007). Hal ini menjadikan individu/anak dengan
penyakit kronikmengalami berbagai masalah keterbatasan sehingga individu/
anak tersebutmempunyai kebutuhan akan perawatan khusus, komprehensif
dan berkelanjutan.
Penyakit kronik memberikan efek yang penting bagi berjalannya
fungsi keluarga. Salah satunya adalah efek yang substansial pada fungsi
keluarga dimana keluarga akan mendapatkan tugas keluarga yang lebih
kompleks, tanggung jawab yang lebih besar, perhatian yang lebih besar, tugas
identifikasi kebutuhan anak seperti kebutuhan akan alat bantu, akses
pendidikan yang sesuai, pembiayaan, ketidakpastian masa depan, kehilangan
secara emosional, reaksi terhadap stigma dalam masyarakat, isolasi sosial,
dan kehilangan kesempatan dalam bermasyarakat secara normal. Berdasarkan
hal ini orang tua menjadi orang yang sangat terpengaruh dengan kondisi yang
terjadi pada anak.
Salah satu pengaruh yang besar pada orang tua adalah perasaan
berduka atau kehilangan disebabkan karena orang tua mempersepsikan
adanya perbedaan anaknya dengan anak normal lain. Perasaan berduka atau
kehilangan ini akan muncul dalam respon emosional seperti putus asa,
menyesal, tidak percaya, menyalahkan diri sendiri, permusuhan, cemas, ragu-
ragu, disorientasi dan perasaan terisolasi. Keadaan ini berlangsung lama
disebabkan respon emosional itu akan selalu muncul pada saat-saat dimana
terjadi kejadian-kejadian yang memicu keadaan yang mengkhawatirkan dan
managemen emosional yang tidak efektif.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamanakah gambaran konsep dasar teori keperawatan chronic sorrow
dan bagaimanakah penerapan teori tersebut dalam asuhan keperawatan?
2. Apakah yang dimaksud dengan konsep dasar teori keperawatan chronic
sorrowdan apakah tujuan dari teori keperawatan chronic sorrow?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
gambaran konsep dasar teori keperawatan chronic sorrow dan
penerapannya pada asuhan keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Khusus :
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
Mengetahui konsep dasar teori keperawatan chronic sorrow dan tujuan
teori keperawatan chronic sorrow.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah
1. Georgene Gaskill Eakes
Georgene Gaskill Eakes lahir di New Bern, North Carolina. Dia
menerima Diploma keperawatan dari sekolah keperawatan rumah sakit
Watts di Durham, North Carolina 1966 dan pada tahun 1977 dia lulus
Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina Agricultural
dan Technical State University. Eakes melanjutkan M.S.N pada
University or North Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed D
dari North Carolina State University pada tahun 1988. Eakes menerima
penghargaan utnuk studi masternya dan dari North Carolina League untuk
studi doktoralnya. Dia dilantiik dalam Sigma Theta Tau International
Honor Society or Nurses pada 1979 dan Phi Kappa Phi Honor Society
1988.
Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke untuk mengeksplorasi
kemungkinan penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi mereka,
mereka menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu
Margaret A. Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth.
2. Mary Lermann Burke
Dilahirkan di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah
elementary dan secondary. Dia menerima penghargaan untuk pertama
kalinya saat diplima dari Good Samaritan Hospital school of Nursing di
Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti sertifikat post graduate dari
Children’s Medical Center di District Columbia. Setelah beberapa tahun
bekerja di keperawatan pediatric,Burke lulus dengan Summa Cumlaude
dari Rhode island college Providence dengan bachelor degree. Pada tahun
1982 dia menerima master degree pada parent-child nursing dari Boston
University. Dan selama program ini dia juga menerima penghargaan
sertifikat dalam Parent-cild nursing dan Interdisciplinary Training in
Development Center of Rhode Island Hospital and the Section on

4
Reproductive and Developmental Medicine, Brown university. Burke
tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program masternya.
Thesisnya berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool Children with
Myelomeningocele’, yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang
mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan
Burke Chronic sorrow Questionaire, ‘Chronic sorrow in mothers of
school-age with myelomeningocele’
3. Margaret A. Hainsworth
Lahir di Brockville, Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan
dasar dan sekundernya di tempat kelahirannya. Dia masuk diploma
sekolah keperawatan di Brockville General Hospital dan lulus tahun 1953.
Tahun 1959 dia pindah ke united State dan menerima diploma
keperawatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1974 dia melanjutkan
pendidikan di Salve Regina College dan menerima bacalaurate dalam
bidang keperawatan tahun 1973 dan master dibidang keperawatan
kesehatan mental psikiatrik dari Boston College tahun1974. Dia
menerima program doctor dari University Connecticut tahun 1986.
Tahun1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik dalam
keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik. Hainsworth berminat pada
penyakit kronik dan yang berhubungan dengan dukacita dimulai saat dia
sebagai fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan
multiple sklerosis.

B. Sumber Teori
Nursing Concorcium Reseach Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat
berdasarkan middle range teori keperawatan mengenai kesedihan kronis
(chronic sorrow). Kemudian untuk membentuk dasar konseptualisasi
mengenai koping individu terhadap kesedihan kronis digunakanlah model
stress dan adaptasi milik Lazarus dan Folkman (1984). Konsep kesedihan
kronis berasal dari teori oleh Olshansky (1962). Para teoris NCRCS
mengintip observasi Olshansky mengenai orang tua dengan anak-anak
retardasi mental yang mengalami kesedihan yang terus berulang dan mereka

5
menyebutkan dengan kesedihan kronis. Selain itu Bowlby dan Lindemann
dalam Lindgsen (1992) membuat konsep berduka sebagai proses yang akan
selesai seiring dengan perjalanan waktu dan jika tidak selesai berduka
dikatakan sebagai abnormal.
Kebalikan dengan teori yang terikat waktu milik Bowlby tersebut,
Wilker et al mengatakan bahwa kesedihan yang berulang merupakan
peristiwa normal (Lindgsen, 1992). Sedangkan Burke dalam studinya pada
anak-anak dengan spina bifida mendefinisikan kesedihan kronis sebagai
kesedihan menetap yang permanen, periodik dan progresif dan bersifat alami
(Hainsworth, Eakes, Burke, 1994).
NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar
metode manejemen yang efektif gabi model yang mereka gunakan.Adanya
perbedaan atau inkonsistensi dan respon terhadap duka yang berulang
merangsang mekanisme koping individu.

C. Penggunaan Bukti Empiris


Studi NCRCS (The Nursing Consortium for Research on Chronic
Sorrow) ini meliputi :
1. Individu dengan kanker (Eakes, 1993), infertility (Eakes et al., 1998),
Multiple Sclerosis (Hainsworth, Burke, Lindgren, & Eakes, 1993;
Hainsworth, 1994) dan Penyakit Parkinson (Lindgren, 1996).
2. Spouse caregivers/individu yang memiliki pasangan hidup dengan
penyakit mental kronik (Hainsworth, Busch, Eakes, & Burke, 1995),
Multiple Sclerosis (Hainsworth, 1995) dan Penyakit Parkinson (Lindgren,
1996).
3. Parent caregivers/orang tua yang memiliki anak dewasa dengan penyakit
mental kronik (Eakes, 1995).
Studi kemudian dikembangkan kepada para individu yang mengalami
kehilangan (berduka) pada keadaan diri sendiri. Dinyatakan dalam studi ini
bahwa populasi ini juga terus menerus mengalami kesedihan kronis.
Berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut maka dinyatakan bahwa definisi
kesedihan kronis sama dengan kesedihan menetap yang bersifat periodic

6
dalam waktu permanen, atau perasaan terkait sedih lainnya secara terus
menerus yang terjadi karena pengalaman kehilangan (Eakes et al, 1998).

D. Model Teori Chronic Sorrow


Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi
kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu kejadian.
Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan
antara yang diharapkan dengan kenyataan. Kejadian tersebut dapat memicu
timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan/mendalam yang potensial
progresif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanent. Individu
dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan metode
management dalam mengatasinya. Metode managemen dapat berasal dari
internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang
berharga maupun tim kesehatan). Jika metode manageman yang digunakan
efektif maka individu akan meningkat perasaan kenyamanannya. Tetapi jika
tidak efektif akan terjadi hal sebaliknya.

E. Asumsi Utama
1. Keperawatan
Diagnosis penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai dengan
lingkup praktik keperawatan, perawat dapat memberikan antisipasi
berduka pada individu yang beresiko. Peran utama perawat meliputi
menunjukan rasa empati, ahli/profesional, caring dan pemberi asuhan
keperawatan yang kompeten.
2. Manusia
Manusia mempunyai persepsi yang idealis pada proses kehidupan dan
kesehatan. Orang membandingkan pengalamanya dengan kedua kenyataan
tadi sepanjang kehidupannya. Walaupun setiap orang mempunyai
pengalaman dengan kehilangan adalah unik dan umumnya kehilangan
dapat diramalkan atau diketahui sehingga dapat diantisipasi reaksi dari
kehilangan tersebut.

7
3. Kesehatan
Kesehatan adalah bila seseorang berfungsi normal, kesehatan seseorang
tergantung atas bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kehilangan.
Koping yang efektif akan menghasilkan respon yang normal akibat dari
kehilangan.
4. Lingkungan
Interaksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana meliputi
lingkungan keluarga, sosial, lingkungan kerja dan lingkungan perawatan
kesehatan. Respon individu di kaji berdasarkan hasil interaksi individu
terhadap norma-norma sosial (Eakes, Burke, & Hainsworth, 1998).

F. Konsep Utama
1. Berduka Kronis (Cronic Sorrow)
Penderitaan atau dukacita kronis adalah suatu perbedaan yang
berkelanjutan sebagai hasil dari suatu kehilangan, dengan karakteristik
dapat menyebar dan bisa juga menetap. Gejala berduka berulang pada
waktu tertentu dan gejala ini berpotensi progresif.
2. Kehilangan (Loss)
Kehilangan terjadi akibat dari perbedaan antara suatu “ideal” atau harapan
dan situasi nyata atau pengalaman. Kehilangan (Loss) adalah situasi aktual
atau potensial dimana seseorang atau objek yang dihargai tidak dapat
dicapai atau diganti sehingga dirasakan tidak berharga seperti semula
3. Peristiwa Pencetus (Triger Events)
Peristiwa pencetus adalah situasi, keadaan dan kondisi-kondisi berbeda
atau perasaan kehilangan yang berulang (kambuh)atau baru mulai yang
memperburuk perasaan berduka
4. Metode Manajemen
Metode manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima
penderitaan kronis. Bisa secara internal (strategi koping individu) atau
eksternal (bantuan tenaga kesehatan atau intervensi orang lain).
Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah bila efektif
dalam mengatur perasaan, bisa secara internal maupun ekternal. Strategi

8
manajemen perawatan diri diatur melalui strategi koping internal. NCRCS
ditunjuk lebih lanjut untuk mengatur strategi koping internal seperti
tindakan, kognitif, interpersonal dan emosional.
5. Inefektif Manajemen
Strategi manajemen yang tidak efektif mengakibatkan meningkatnya
ketidaknyamanan individu atau menambah rasa duka yang mendalam.
6. Efektif manajemen
Strategi manajemen yang efektif berperan penting meningkatkan
kenyamanan perasaan individu secara efektif
7. Strategi Manajemen
NCRCS menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika
para individu dapat melakukan menejemen perasaan secara efektif.
Strategi tersebut adalah :
a. Strategi koping internal
1) Action (tindakan)
Mekanisme koping action individu baik yang bersangkutan
maupun pelaku rawatnya. Contohnya metode distraksi yang umum
digunakan untuk menghadapi nyeri.
2) Kognitif
Mekanisme koping ini juga sering digunakan, misalnya berpikir
positif, ikhlas menerima semua ini.
b. Interpersonal, mekanisme koping interpersonal misalnya dengan
berkonsultasi dengan ahli jiwa, bergabung dengan kelompok
pendukung, melakukan curhat.
c. Emosional, mekanisme koping emosional misalnya adalah menangis
dan mengekspresikan emosi.
Strategi menejemen ini semua dianggap efektif bila para pelaku atau
individu mengaku terbantu untuk menurunkan perasaan kembali
berduka (re-grief).

9
d. Strategi koping eksternal, dideskripsikan sebagai intervensi yang
dilakukan oleh professional kesehatan dengan cara meningkatkan rasa
nyaman para subyek dengan bersikap empati, memberi edukasi serta
merawat dan melakukan tindakan professional kompeten lainnya.

G. Skema Teori Chronic Sorrow

H. Asumsi Teori
1. Clarity (kejelasan)
Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi
pada area klinik ketika terjadi kehilangan. Konsep Mayor dan
hubungan antar konsep juga diartikan secara jelas hingga
menghasilkan pemahaman yang tepat. Sebagai contoh pemahaman
bahwa Chronnic sorrow memberikan kerangka berpikir dalam
menghadapi dan memahami individu yang sedang mengalami suatu
kehilangan atau berduka yang memanjang. Dalam konsep chronic

10
sorrow terdapat antecenden atau hal-hal yang mendahului , triger event
atau kejadian pemicu, dan metode-metode manajemen baik internal,
maupun eksternal. Metode-metode yang dipakai bisa direspon secara
efektif atau tidak efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kenyamanan. Apabila manajemen efektif, maka individu akan
mengalami kenyamanan dalam kondisi kroniknya dan sebaiknya
apabila manajemen tidak efektif, maka individu akan mengalami
ketidaknyamanan, jelas bahwa manajemen yang efektif baik internal
maupun eksternal akan menghasilkan kenyamanan dan sebaliknya
manajemen yang tidak efektif akan meningkatkan ketidaknyamanan
dan intensitas dari duka cita yang kronis.
Sebagai teori middle range, wilayah teori dibatasi pada
penjelasan atau fenomena yakni respon kehilangan dan hal ini sesuai
dengan pengalaman praktik klinik. Seperti yang dinyatakan oleh
Eakes, keunggulan middle range teori ini memberi penjelasan secara
benar bagi praktisi perawat sebagai bukti komunikasi yang
berkelanjutan secara nasional dan internasional (Alligood, 2014).
Salah satu aspek yang belum jelas dalam teori ini adalah
kurangnya pemaparan tentang mengapa tidak semua orang mengalami
berduka yang kronis. Tidak dijelaskan apakah karakteristik
kepribadian mempengaruhi perasaan berduka yang kronis. Konsep lain
yang perlu dilakukan klarifikasi adalah progresifitas dari berduka.
Meskipun dikatakan bahwa berduka kronis berpotensi untuk
berkembang, bagaimana perkembangannya dan patologi yang
berhubungan tidak jelas dipaparkan.
Teori ini memiliki kesamaan dengan teori lainnya, yakni
memandang bahwa focus dari perawatan adalah individu, keluarga
(caregiver), kelompok (peer group), hanya kurang memandang
masyarakat yang dalam kondisi berduka kronis ini bisa dijadikan
sebagai support system (manajemen eksternal), teori ini hanya
memandang profesi kesehatan sebangai sumber manajemen eksternal

11
untuk meningkatkan kenyamanan melalui peran empatik, pengajaran,
caring dan memberikan asuhan yang professional.
2. Simplicity (kesederahaan)
Kesederhanaan teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang
berorientasi pada fase berduka kronis. Teori berduka kronis (chronic
sorrow) memperjelas pemahaman hubungan antara variable dari
konsep mayor yang dipaparkan. Melalui model ini, jelas bahwa
berduka kronis adalah siklus alami, menyebar dan berpotensi
berkembang.
Teori ini juga secara sederhana menjelaskan subkonsep metode
manajemen internal versus metode manajemen eksternal. Selain itu
teori ini secara sederhana juga menjelaskan bahwa respon metode
manajemen yang dilakukan oleh pasien dan keluarga (primary
caregiver) menghasilkan respon manajemen inefektif versus
manajemen efektif.
Teori secara sederhana menjelaskan bahwa perawat harus
mampu mengidentifikasi dan memfasilitasi metode manajemen
internal dan eksternal pasien. Perawat dan kelompok pendukung
lainnya lebih banyak berperan pada metode menejemen yang efektif
untuk mencegah chronic sorrow menjadi progrsif.
Dengan jumlah variable yang terbatas, teori ini lebih mudah
dimengerti . sebagai kelompok middle rang teori ini berguna untuk
panduan praktik dan penelitian selanjutnya.
3. Generality ( Keumuman / generalisasi)
Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua
dengan anak yang mengalami gangguan fisik atau kognitif . melalui
pembuktian secara empiris, teori diperluas untuk memasukan berbagai
paengaruh aman dari kehilangan . teori ini menerapkan secara jelas
bagaimana rentang kehilangan dan dapat diaplikasikan untuk
mempengaruhi individu seperti halnya pemberian perawatan. Sebagai
tambahan, teori ini berguna untuk berbagai praktisi pelayanan
kesehatan . dengan konsep ini, keunikan yang alami dari pengalaman

12
digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu. Pemicu dan
manajemen unik pada setiap situasi individu dan bisa diaplikasikan
pada situasi yang lebih beragam.
Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus
asuhan keperawatan pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow.
Karena secara umum kesedihan atau berduka merupakan fase
fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori dapat diaplikasikan
pada semua tahapan usia kehidupan.
4. Empirical Precision (Presisi Empiris)
Karakteristik dari middle range teori, wilayahnya yang terbatas
akan lebih mudah bagi peneliti untuk mempelajari fenomena . dengan
jumlah variable yang terbatas, peneliti dapat melakukan generalisasi
hipotesa berhubungan dengan studi pada intervensi keperawatan yang
meingkatkan efektivitas strategi menejemen pada berduka kronis.
Hasil dari studi ini dapat menambah kekuatan dasar pada praktik
berdasarkan hasil pembuktian (evidence based practice).
Karena teori ini berasal dari pembuktian secara empiris, maka
kegunaannya jelas untuk penelitian lebih lanjut . Definisi yang jelas
bukan dari berduka kronis membuat hal ini dapat dipelajari pada
individu dengan kehilangan yang beragam dan situasi yang umumnya
menghasilkan berduka kronis. Melalui penelitian yang lebih lanjut,
peneliti dapat memikirkan alat pengkajian untuk perawat klinik.
5. Derivable Consequence (Konsekuensi yang Didapat)
Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa
dialami seseorang Karena adanya factor pencetus. Teori ini sangat
penting dalam aplikasi terutama pada kasus-kasus penyakit kronis dan
terminal. Aplikasi teori ini sangat membantu seseorang untuk
mengatasi kesedihan atau berduka yang dialami sehingga mencegah
chronic sorrow yang berkelanjutan.

13
Teori ini bermanfaat dalam menganalisis respon individu dengan
pengalaman yang berbeda berkaitan dengan penyakit kronis , tanggung
jawab pemberi pelayanan, hilangnya kesempurnaan dari anak atau
kesedihan (Alligood, 2014).

I. Contoh Kasus
1. Kasus
Nn. R, seorang perempuan usia 15 tahun mengalami leukimia stadium III
terdiagnosis sejak 2 tahun yang lalu. Nn. R adalah putri tunggal dari Ny.
Y, Ny. Y berperan sebagai pemberi asuhan utama (primary cargever)
bagi Nn. Z di rumah . Nn. R adalah anak yang sudah lama dirindukan
kehadirannya di dunia ini. Banyak informasi dari pihak atau keluarga
atau tetangga yang membuat orang tua semakin takut dan cemas tentang
kehidupan dan keselamatan putri tercintanya. Semenjak sakit anaknya
tidak mampu beraktivitas, lebih banyak mengurung diri dalam rumah
serta tidak sekolah.
2. Analisis
Orang tua dengan anak yang didiagnosa dengan
ketidakmampuan/disabilitas/ mengalami penyakit kronis, mulai belajar
proses yang disebut dengan kehilangan “loss” anak yang normal dan
peran orang tua dan peran serta aktivitas anak yang normal yang mereka
harapkan.
Profesiaonal perawatan kesehatan primer membutuhkan pemahaman
terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap kehidupan
keluarga dan masa depan orang tua. Saat didiagnosa adalah merupakan
waktu penuh emosional dan kebingungan yang sering juga adalah
kecemasan atau ketakutan yang berlebihan. Orangtua tidak akan pernah
siap untuk mendengar berita yang traumatic tentang anak mereka dan
pendapat anggota keluarga, teman, para kenalan dan laporan media yang
menambah kebingungan mereka

14
Chronic sorrow :
Kesedihan mendalam dirasakan ole keluarga Ny. Y Karena Nn. R adalah
putri tunggal yang telah lama mereka harapkan. Tetapi saat ini sang anak
mengalami penyakit kronis leukimia
Loss :
Kedua orangtua Nn. R menghadapi “Loss” atau kehilangan anak
normal/sempurna. Orangtua mengharapkan anak mereka bisa hidup dan
beraktivtas dengan normal seperti anak yang lain, tetapi kenyatan pada
usia remaja anak mereka terdiagnosa mengalami leukimia sehingga saat
ini mempunyai keterbatasan dan gangguan pada tumbuh kembangnya.
Triger events :
Nn. R sebagai anak tunggal yang mengalami pemyakit kronis
ostesarcoma dan kehidupan remajanya tidak sesuai harapan (kondisi
ideal). Nn. R tidak mampu beraktivitas seperti remaja umumnya dan
lebih banyak mengurung diri dirumah.
Management method :
Secara internal kedua orang tua dan anak berusaha menggunakan strategi
koping untuk mengidentifikasi proses berduka . Secara eksternal didapat
dari dukungan keluarga lain atau perawat serta tetangga . Perawat
sebaiknya juga dapat membantu mengidentifikasi strategi koping secara
personal.

15
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Penyakit kronis dapat didefinisikan sebagai kondisi sakit yang
menimbulkan berkurang atau hilangnya fungsi sehari-hari lebih dari 3 bulan
dalam 1 tahun atau mengalami hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam 1 tahun.
(Hockenberry, 2007). Hal ini menjadikan individu/anak dengan penyakit
kronik mengalami berbagai masalah keterbatasan sehingga individu/anak
tersebut mempunyai kebutuhan akan perawatan khusus, komprehensif dan
berkelanjutan.
Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah bila efektif
dalam mengatur perasaan bisa secara internal maupun ekternal. Strategi
manajemen perawatan diri diatur melalui strategi koping internal. NCRCS
ditunjuk lebih lanjut untuk mengatur strategi koping internal seperti tindakan,
kognitif, interpersonal dan emosional.
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu
dengan kondisi kronis dan pemberi perawatannya (Eakes , 1993, 1995, Eakes
at al., 1993, 1999; Hainsworth et al., 1995; Lindgren, 1996).Strategi
emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya (Eakes, et al.,
1998; Hainsworth, 1995).Manajemen eksternal adalah intervensi yang
diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et al., 1998).Pelayanan kesehatan
yang diberikan secara profesional dapat membantu memberikan rasa nyaman
bagi mereka, caring dan tenaga profesional yang kompeten lainnya.

16
B. Saran
1. Bagi pelayanan
Bagi perawat yang melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit kronik maupun gangguan jiwa, hendaknya melakukan pengkajian
secara menyeluruh dan lebih difokuskan pada kebutuhan fisiologis,
koping, dan support sistem
.
2. Bagi Pendidikan
Dalam bidang pendidikan keperawatan, saran yang bisa diberikan yaitu
harus ada pembagian kewenangan yang jelas sesuai kompetensi untuk
perawat pada setiap level pendidikan sehingga perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronis sesuai dengan
kompetensinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile. (2014). Nursing theorists and their works, eds. 8.
Amerika : Elesevier

Kozier, B & Erb. (2000). Fundamental of Nursing. St Louis Toronto : Mosby


Company.

Nursing outcomes classification (NOC).(2004). Editors Sue Moorhead, Marion


Johnson, Meridean Maas. Ed 3rd. Mosby Inc: St Louis Missiouri.

Nursing interventions classification (NIC).(2004). Editors, Joanne McCloskey


Dochterman, Gloria M. Bulechek. Ed 4th. Mosby Inc. St. Louis Missiouri.

Patricia, AP & Anne, GP.(1996). Fundamental of Nursing. St. Louis Toronto :


Mosby Company.

Perry & Potter, (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik,
Edisi 4 Volume 1, EGC : Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai