Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. BENCANA
Bencana (disaster) merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-
komponen pemicu (trigger), ancaman (hazard), dan kerentanan (vulnerability)
bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya resiko (risk)
pada komunitas. Beberapa contoh dari bencana diantaranya adalah bencana yang
disebabkan oleh gejala-gejala alam seperti banjir, angin ribut, longsor, gempa
bumi, gelombang pasang, tsunami, dan lain sebagainya.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, penyebab
terjadinya bencana dapat disebabkan oleh tiga faktor. Faktor tersebut yaitu : 1)
bencana dapat terjadi karena fenomena alam seperti Tsunami, letusan gunung
berapi, gempa bumi, kekeringan, penyakit pada tanaman atau hewan peliharaan,
dan seterusnya, 2) bencana dapat terjadi karena perbuatan manusia terhadap
lingkungannya, seperti banjir, tanah longsor, wabah penyebab virus, dan
seterusnya, dan 3) bencana dapat terjadi akibat tindakan manusia atau
hubungannya terhadap lingkungan sosialnya, seperti konflik agama, kerusuhan
politik yang kacau balau, dan konflik suku bangsa (Susanto, 2006: 2-3).
5) Timbulnya penyakit-penyakit
6) Menghambat transportasi darat
d. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Banjir
Untuk mengantisipasi bencana banjir banyak hal yang harus dilakukan,
diantaranya adalah :
1) Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran air
sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
2) Mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk menambah daya
tampung air.
3) Membangun rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru, sistem-
sistem pipa) sehingga dapat mencegah beban yang berlebihan.
4) Tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi daerah
lokasi penyerapan air.
5) Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul akan
sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus menerus
air tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan menggerus
tanah, hal ini pula dapat menyebabkan tanah longsor.
6) Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di sepanjang
sungai, tembok-tembok laut di sepanjang pantai-pantai dapat menjaga
tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke dalam daratan.
2. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah kebakaran yang diakibatkan oleh faktor alam
seperti samba-ran petir, kekeringan yang berkepanjangan, leleran lahar, dan
lain sebagainya. Kebakaran hutan menyebabkan dampak yang luas akibat asap
kebakaran yang menyebar ke daerah di sekitarnya. Hutan yangterbakar juga
bisa sampai ke pemukiman warga sehingga bisa membakar habis bangunan
yang ada.
a. Penyebab Kebakaran Hutan
Penyebab kebakaran hutan disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1) Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang
panjang.
2) Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara
sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
3) Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan
gunung berapi.
4
4) Mencatat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi
gempa bumi.
5) Perabotan (lemari, kabinet, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding
(dipaku/diikat dan lain-lain) untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser
pada saat terjadi gempa bumi.
6) Menyimpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah
pecah, agar terhindar dari kebakaran.
7) Selalu mematikan air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan.
8) Penyebab celaka yang paling banyak pada saat gempa bumi adalah akibat
kejatuhan material.
9) Alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K (Senter/lampu batrai,
Radio, Makanan suplemen dan Air).
4. Tsunami
Tsunami adalah ombak yang sangat besar yang menyapu daratan akibat
adanya gempa bumi di laut, tumbukan benda besar/cepat di laut, angin ribut,
dan lain sebagainya. Tsunami sangat berbahaya karena bisa menyapu bersih
pemukiman warga dan menyeret segala isinya ke laut lepas yang dalam.
Tsunami yang besar bisa membunuh banyak manusia dan makhluk hidup yang
terkena dampak tsunami.
a. Penyebab Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika ada gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa
bumi,longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami
adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari
garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa
beberapa kilometer.Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau
sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng
samudera menelusup ke bawah lempeng benua. Tanah longsor yang terjadi di
dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air
6
5. Gunung Meletus
Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari
dalam bumi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas,
lahar dingin, magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa
diprediksi waktunya sehingga korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu
yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang
keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu
dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya
bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
a. Upaya Pengurangan Resiko Terhadap Bencana Gunung Merapi
1) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah
aliran lahar.
7
2) Di tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
3) Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
4) Kenakan pakaian yang melindungi tubuh seperti, baju lengan panjang,
celana panjang, topi dan lainnya.
5) Jangan memakai lensa kontak.
6) Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
7) Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua
belah tangan.
6. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah tanah yang turun atau jatuh dari tempat yang tinggi
ke tempat yang lebih rendah. Masalahnya jika ada orang atau pemukiman di
atas tanah yang longsor atau di bawah tanah yang jatuh maka sangat
berbahaya. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah
faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang
mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya
yang turut berpengaruh : Erosi yang disebabkan sungai-sungai atau gelombang
laut yang menciptakan lereng-lereng yang terlalu curam lereng dari bebatuan
dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat gempa
bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
yang lemah gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan
lebat dan aliran debu-debu getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-
bahan peledak, dan bahkan petir berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari
berkumpulnya hujan atau salju.
a. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Tanah Longsor
Upaya pencegahan untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor
antara lain sebagai berikut :
8
1) Kenali daerah tempat tinggal kita sehingga jika terdapat ciri-ciri daerah
rawan longsor kita dapat menghindar.
2) Perbaiki tata air dan tata guna lahan daerah lereng.
3) Tanami daerah lereng dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam
(akar tunggang).
4) Tutup retakan-retakan yang timbul di atas tebing dengan material lempung
untuk mencegah air masuk ke dalam tanah
5) Selalu waspada pada saat musim hujan terutama pada saat curah hujan
yang tinggi dalam waktu lama.
6) Waspada terhadap mata air/rembesan dan kejadian longsor skala kecil di
sepanjang lereng.
3. MITIGASI BENCANA
Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi
dampak dari bencana, baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun
gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Dalam konteks
bencana, dikenal dua macam yaitu pertama bencana alam yang merupakan suatu
serangkaian peristiwa bencana yang disebabkan oleh faktor alam, yaitu berupa
gempa, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor,
dan lainnya. Kedua, bencana sosial merupakan suatu bencana yang diakibatkan
oleh manusia, seperti konflik social, penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi
bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak
utama dari manajemen bencana.
Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :
1. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana.
2. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul.
4. Pengauran dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman
bencana.
9
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik
yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai
akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).
1. Jenis-Jenis Mitigasi Bencana
Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam
mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Mitigasi struktural berhubungan
dengan usaha-usaha pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi non
struktural antara lain meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan dengan
kerentanan wilayahnya dan memberlakukan peraturan (law enforcement)
pembangunan. Dalam kaitan itu pula, kebijakan nasional harus lebih memberikan
keleluasan secara substansial kepada daerah-daerah untuk mengembangkan sistem
mitigasi bencana yang dianggap paling tepat dan paling efektif-efisien untuk
daerahnya.
a. Mitigasi Struktural
Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana
yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan
menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk
pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang
bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk
memprediksi terjadinya gelombang tsunami.
b. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain
dari upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan
seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang Penanggulangan
Bencana adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini.