Kedudukan Wali Hakim
Kedudukan Wali Hakim
ABSTRAK
Kepala KUA Kecamatan adalah sosok yang paling bertanggung jawab
dalam masalah Nikah dan Rujuk. Beradasarkan KMA Nomor 30 tahun 2005
tentang wali Hakim, pasal 1 ayat (2) Menteri Agama RI menunjuk Kepala
KUA Kecamatan untuk menjadi wali hakim bagi mereka yang mempunyai
wali. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam pasal 23 ayat (2)
menyatakan bahwa seorang wali hakim baru bisa bertindak sebagai wali
nikah apabila wali nasab tidak ada, atau tidak mungkin menghadirkanya atau
tidak diketahui tempat tinggalnya atau walinya ghoib dan atau adhal
(enggan). Bagaimana cara menetapkan wali nikah dengan wali hakim?,
Apakah cukup dengan pengakuan calon pengantin perempuan atau
keluarganya bahwa walinya tidak bisa hadir, gha ib atau enggan menikahkan.
Ternyata tidak cukup dengan pengakuan saja. Kepala KUA Kecamatan yang
notabene sebagai penghulu yang diberikan tugas tugas tambahan mereka
harus berhati-hati untuk menyelidiki kebernaran fakta yang
sesungguhnyabahwa seorang wali nasab tidak bisa melaksanakan
perwalianya. Maka seorang petugas ketika akan menetapkan nikah dengan
wali hakim harus berhati-hati dan penuh pertimbangan dari sisi hukum
Syari’iyah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar
pernikahan yang dilakukan sah dalam tataran agama dan tercatat menurut
undang-undang.Disamping itu untuk menghindari tuntutan dikemudian hari.
Diera saat ini berbagai cara masyarakat untuk mengelabuhi petugas dengan
berbagai upaya yang penting bisa nikah.
Pendahuluan
Perkawinan adalah perjanjian sakral, oleh karena itu institusi perkawinan harus
dihormati, dilaksanakan dan dilestarikan oleh umat Islam sebagai bentuk
pengejawantahan rasa cinta umatnya terhadap sunnah Nabi Muhammad SAW.
Sebagai Institusi yang sakral, perkawinan dalam ajaran Islam sarat dengan aturan
aturan syariat yang sudah baku , yang terdiri dariu syarat-syarat dan rukun nikah yang
telah diajarkan oleh Rasulullah SAW , yang harus diikuti dan dipedimani oleh setiap
mengaku dirinya muslim.
D. Penutup
Pernikahan adalah suatu peristiwa yang suci dan sakral, oleh karena itu
pernikahan dalam Islam merupakan cara untuk mengesahkan hubungan suami istri
yang akan hidup berumah tangga. Dalam fiqh munakahad seseorang yang akan
nikah harus memenuhi syarat dan rukunnya, termasuk di dalamnya pernikahan wali
hakim. Pernikahan wali hakim ada 2 (dua) pertama wali hakim adhal dan kedua
wali hakim lain adhal. Pernikahan wali hakim adhal merupakan pernikahan yang
walinya enggan menikahkan oleh karena itu kepala KUA sebagai wali hakim bisa
melaksanakan setelah ada keputusan dari Pengadilan Agama. Sedangkan
pernikahan wali hakim adhal yang menentukan adalah Penghulu/Kepala KUA oleh
karena itu harus cermat dan berhati-hati dalam menentukannya. Tetapi apabila
terjadi kesalahan dalam menetapkan maka akan berakibat fatal sehingga
pernikahannya tidak sah.
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga / 2001. (t.t.). Diambil 9 November 2018,
darihttps://perpustakaan.bapeten.go.id/opac//index.php?p=show_detail&id=5667
Kamus kontemporer Arab-Indonesia / penyusun, Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor |
OPAC Perpustakaan Nasional RI. (t.t.). Diambil 14 November 2018, dari
http://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=74385
PMA 30 TAHUN 2005 TENTANG WALI HAKIM.pdf - Kantor Urusan Agama. (t.t.).
Diambil 14 November 2018, dari
http://kuakecamatan.blogspot.com/2013/04/pma-30-tahun-2005-tentang-wali-
hakimpdf.html