Anda di halaman 1dari 54

Hipertensi dalam

Kehamilan
dr. Taufik Rahman, SpOG
taufikrahman@gmail.com
TUJUAN UMUM
Mampu untuk melakukan penilaian klinik,
klasifikasi dan penatalaksanaan serta
mencegah komplikasi hipertensi karena
kehamilan.
TUJUAN KHUSUS
 Mengenali gejala dan tanda hipertensi karena
kehamilan dan menentukan diagnosis yang
paling mungkin dalam hubungan dengan
hipertensi yang dipicu oleh kehamilan
(pregnancy induced hypertension) dan
hipertensi kronik pada ibu hamil.
 Melakukan penatalaksanaan Preeklampsia /
Eklampsia dan Hipertensi kronik pada ibu hamil
 Melakukan pemberian obat anti kejang
(Magnesium sulfat dan Diasepam) serta obat
anti hipertensi dalam penatalaksanaan
Preeklampsia Berat dan Eklampsia
pendahuluan
 Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia
karena eklampsia (Duley,1994). Insidens eklampsia di
negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai 1:1700
(Crowther, 1985), karena itu kejadian kejang ini harus
dihindarkan.
kasus
1. Wanita hamil atau baru melahirkan mengeluh
nyeri kepala hebat atau penglihatan kabur
2. Wanita hamil atau baru melahirkan menderita
kejang atau kehilangan kesadaran/ koma
PENANGANAN UMUM
Segera rawat
Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum, sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
Jika pasien tidak bernafas:
oBebaskan jalan nafas
oBerikan O2 dengan sungkup
oLakukan intubasi jika diperlukan
Jika pasien kehilangan kesadaran / koma:
oBebaskan jalan nafas
oBaringkan pada satu sisi
oUkur suhu
oPeriksa apakah ada kaku kuduk
Jika pasien syok Penanganan Syok
Jika terdapat perdarahan  Penanganan Perdarahan
Jika pasien kejang (eklampsia)

Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah


kepala ditinggikan sedikit untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi sekret,
muntahan atau darah
Bebaskan jalan nafas
Pasang spatel lidah untuk menghindari
tergigitnya lidah
Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari
tempat tidur
GEJALA DAN TANDA
Tekanan darah diastolik merupakan indikator
dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan,
oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan
perifer dan tidak tergantung pada keadaan
emosional pasien
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1
jam atau lebih
Hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi karena kehamilan: hipertensi terjadi


pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu,
selama persalinan dan/atau dalam 48 jam
post partum
Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum
kehamilan 20 minggu
HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN
Lebih sering terjadi pada primigravida.
Keadaan patologis terjadi sejak implantasi, sehingga timbul
iskemia plasenta yang diikuti sindroma inflamasi.

 Risiko meningkat pada:


 Masa plasenta besar (gemelli, penyakit trofoblast)
Hidramnion
Diabetes melitus
Isoimunisasi rhesus
Faktor herediter
Autoimun: SLE
Hipertensi karena kehamilan

Hipertensi tanpa proteinuria atau edema


Preeklampsia ringan
Preeklampsia berat
Eklampsia

Hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia ringan


sering ditemukan tanpa gejala, kecuali peningkatan
tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk
dengan terdapatnya proteinuria. Edema tidak lagi
menjadi suatu tanda yang sahih untuk preeklampsia.
preeklampsia berat
 Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
 Proteinuria ≥ 2+
 Oliguria < 400 ml per 24 jam
 Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi
 Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut
 Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang berkabut
 Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetika biasa
 Hiperrefleksia
 Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina
 Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP
 Pertumbuhan janin terhambat
 Otak: edema serebri
 Jantung: gagal jantung
eklampsia
 Preeklampsia berat dan kejang
 Kejang, tidak tergantung pada beratnya hipertensi
 Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang
pada epilepsy grand mal
 Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung
lama (beberapa jam)
 Kejang dan koma

DD: epilepsi, malaria serebral, trauma kepala, penyakit


serebrovaskuler, intoksikasi (alkohol, obat, racun),
kelainan metabolisme (asidosis), meningitis,
ensefalitis, ensefalopati, intoksikasi air, histeria
HIPERTENSI KRONIK

Hipertensi kronik dideteksi sebelum usia kehamilan 20


minggu
Superimposed preeclampsia adalah hipertensi kronik dan
preeklampsia

Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak


diketahui, akan sulit untuk membedakan antara
preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal demikian,
tangani sebagai hipertensi karena kehamilan.
Proteinuria

 Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi


urin, sehingga terdapat proteinuria
Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan
infeksi
Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah jantung dan
partus lama juga dapat menyebabkan proteinuria
Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat
menghasilkan proteinuria positif palsu
KOMPLIKASI

1. Iskemia uteroplasenter
Pertumbuhan janin terhambat
Kematian janin
Persalinan prematur
Solusio plasenta
KOMPLIKASI

2. Spasme arteriolar
Perdarahan serebral
Gagal jantung, ginjal dan hati
Ablasio retina
Thromboemboli
Gangguan pembekuan darah
Buta kortikal
KOMPLIKASI

3. Kejang dan koma


Trauma karena kejang
 Aspirasi cairan, darah, muntahan
dengan akibat gangguan pernafasan
KOMPLIKASI

4. Penanganan tidak tepat


Edema paru
Infeksi saluran kemih
Kelebihan cairan
Komplikasi anestesi atau tindakan
obstetri
PENCEGAHAN
Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam
tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan,
bahkan membahayakan janin
Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam
mencegah hipertensi karena kehamilan belum
sepenuhnya terbukti
Deteksi dini dan penanganan cepat-tepat.
Konseling, Informasi dan Edukasi harus melibatkan
keluarga
Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan
edema paru
PENGELOLAAN
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TANPA P
PROTEINURIA E
 Jika kehamilan < 37 minggu, lakukan pengelolaan N
rawat jalan: G
 Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria E
dan kondisi janin setiap minggu
L
Jika tekanan darah meningkat, kelola sebagai O
preeklampsia
L
Jika kondisi janin memburuk atau terjadi A
pertumbuhan janin yang terhambat, rawat dan
A
pertimbangkan terminasi kehamilan
N
PREEKLAMPSIA RINGAN
P
 Kehamilan < 37 minggu dan terdapat tanda perbaikan, lakukan penilaian 2
kali seminggu secara rawat jalan: E
 pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin N
 Lebih banyak istirahat G
 Diet biasa
E
 Tidak perlu pemberian obat
 Jika tidak memungkinkan, rawat di rumah sakit: L
Diet biasa O
Pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 L
kali sehari A
Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat A
edema paru, dekompensasi jantung atau gagal ginjal
N
akut
PREEKLAMPSIA RINGAN
P
 Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien
E
dapat dipulangkan:
 Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda preeklampsia berat
N
 Periksa ulang 2 kali seminggu G
 Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
E
 Jika tidak terdapat tanda perbaikan  tetap L
dirawat
O
 Jika terdapat tanda pertumbuhan janin
L
terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan
A
 Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai
A
preeklampsia berat
N
PREEKLAMPSIA RINGAN
P
E
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan
N
terminasi kehamilan
G
Jika serviks matang, lakukan induksi dengan
E
Oksitosin 5 IU dalam 500 ml Ringer
Laktat/Dekstrose 5% IV 10 tetes/menit atau L
dengan prostaglandin O
Jika serviks belum matang, berikan L
prostaglandin, misoprostol atau kateter Foley, A
atau lakukan terminasi dengan bedah Caesar A
N
PREEKLAMPSIA BERAT DAN
EKLAMPSIA

Penanganan preeklampsia berat dan


eklampsia sama, kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 6
jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia
Pengelolaan kejang:
Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
Perlengkapan untuk penanganan kejang
(jalan nafas, penghisap lendir, masker oksigen,
oksigen)
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
Aspirasi mulut dan tenggorokan
Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi
Trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi
Berikan O2 4-6 liter/menit
Pengelolaan umum

Berikan antihipertensi sampai Tdiastolik


antara 90-100 mmHg
Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum
besar no.16 atau lebih
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai
terjadi overload
Kateterisasi urin untuk pengukuran volume
dan pemeriksaan proteinuria
Infus cairan dipertahankan 1.5 - 2 liter/24 jam
Pengelolaan umum

Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai


aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan
janin
Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung
janin setiap 1 jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru.
Adanya krepitasi merupakan tanda adanya edema
paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian
cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika
pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit,
kemungkinan terdapat koagulopati
ANTI KONVULSAN

Magnesium sulfat ,obat pilihan untuk


mencegah dan mengatasi kejang
pada preeklampsia dan eklampsia.
Alternatif Diazepam, risiko terjadinya
depresi neonatal.
SYARAT PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT

1. REFLEK PATELLA POSITIF


2. FREKUENSI NAFAS > 16 x/ MENIT
3. URINE OUTPUT > 0,5 cc/ KgBB/jam
4. TERSEDIA ANTIDOTUM ( Kalsium glukonas )

Jelaskan pada pasien , Pasien akan merasa


agak panas pada saat pemberian MgSO4
Kemasan magnesium sulfat

Tersedia kemasan 25 ml larutan magnesium


sulfat 40% dan 20%.
Magnesium Sulfat 40%,  dalam 100 ml
larutan magnesium sulfat, terdapat zat aktif
magnesium sulfat sebanyak 40g.

40%  10g
20%  5g
MAGNESIUM SULFAT UNTUK
PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Dosis awal (Alternatif I )
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 20% selama
10 menit

Dosis Pemeliharaan
MgSO4 1 g / jam melalui infus NaCl/ Ringer
Asetat/ Ringer Laktat yang diberikan sampai
24 jam postpartum
MAGNESIUM SULFAT UNTUK
PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

Dosis awal (Alternatif II)


MgSO4 8g IM sebagai larutan 40%, dengan 1 ml
Lignokain (dalam semprit yang sama), diberikan
pada musculus gluteus kanan dan kiri, masing2 4g

Dosis pemeliharaan
Diikuti dengan MgSO4 (40%) 4g IM dengan 1 ml
Lignokain (dalam semprit yang sama) setiap 6 jam
sampai dengan 24 jam postpartum.
Perhatikan !!
 Pasien akan merasa panas saat pemberian MgSO4
 Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (20%) 2
g IV selama 5 menit

 Sebelum pemberian MgSO4 ulangan, lakukan pemeriksaan:


 Refleks patella (+)
 Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
 Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit

 Hentikan pemberian MgSO4, jika:


 Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
 Siapkan antidotum (Kalsium glukonas 1 g, 20 ml dalam larutan 10%)
Perhatikan !!
Jika terjadi henti nafas:
Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml
dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan
sampai pernafasan mulai lagi
DIASEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN
EKLAMPSIA
Dosis awal
 Diasepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
 Jika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai dosis awal

Dosis pemeliharaan
 Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer laktat melalui
infus
 Depresi pernafasan ibu baru mungkin akan terjadi bila dosis
> 30 mg/jam
 Jangan berikan melebihi 100 mg/jam
DIASEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN
EKLAMPSIA

Pemberian per rektal :


Dosis awal 20 mg dlm semprit 10 ml tanpa
jarum
Berulang dlm 10 menit tambahkan 10 mg/jam
atau > tergantung berat badan pasien dan
respon klinik.
Anti Hipertensi

Indikasi : tekanan diastolic 110 mmHg atau


lebih
 Tujuan :
mempertahankan tekanan diastolic antara 90-
110 mmHg & mencegah perdarahan cerebral
 Terapi :
Anti hipertensi
Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10
mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam.
Evaluasi dalam 30 menit.
Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik
setelah 10 menit, berikan lagi Labetolol 20 mg oral.
ATAU
1. Hidralazin 5 mg i.v
2. Metildopa 3x250-500 mg/hari
Persalinan
Nilai Bishop skor
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi
dalam 24 jam, sedangkan pada eklampsia dalam
6 jam sejak gejala eklampsia timbul
Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak
dapat terjadi dalam 12 jam (pada eklampsia),
lakukan bedah Caesar
Persalinan
Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan
bahwa:
Tidak terdapat koagulopati. (koagulopati merupakan
kontra indikasi anestesi spinal).
Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum
untuk eklampsia dan spinal untuk PEB. Dilakukan
anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi.
Jika serviks telah mengalami pematangan,
lakukan induksi dengan Oksitosin 5 IU dalam 500 ml
Dekstrose, mulai 10 tetes/menit s.d HIS adekuat
Bishop skor

< 6: induksi dengan prostaglandin


> 6: induksi dengan oksitosin
Perawatan post partum

Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam


postpartum atau kejang yang terakhir
Teruskan terapi hipertensi jika tekanan
diastolik masih > 90 mmHg
Lakukan pemantauan jumlah urin
Rujuk, jika

 Terdapat oliguria (< 400 ml/24 jam)


 Terdapat sindroma HELLP atau tanda
koagulopati
 Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah
kejang
Perhatikan ..

Jangan berikan ergometrin pada ibu dgn


preeklampsia, eklampsia atau hipertensi
karena dapat meningkatkan resiko kejang
dan gangguan serebrovaskuler
HIPERTENSI KRONIK

Jika pasien sebelum hamil sudah


mendapatkan pengobatan dengan obat anti
hipertensi dan terpantau dengan baik,
lanjutkan pengobatan tersebut
Jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg atau
tekanan sistolik ≥ 160 mmHg, berikan anti
hipertensi
Jika terdapat proteinuria, pikirkan
superimposed preeclampsia
Tata laksana HIPERTENSI KRONIK

 Istirahat
 Lakukan pemantauan pertumbuhan dan kondisi janin
 Jika tidak terdapat komplikasi, tunggu persalinan sampai
aterm
 Jika terdapat preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat
atau gawat janin, lakukan:
 Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 2-5 IU dalam
500 ml Dekstrose melalui infus 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.
 Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau
kateter Foley
 Observasi komplikasi seperti solusio plasenta atau
superimposed preeklampsia.
TUGAS BERSAMA
Satu kelas, Membuat soal pilihan tunggal sebanyak
100 soal mengenai materi diatas, di emailkan ke
taufikrahman@gmail.com, maksimal 7 hari setelah
perkuliahan berakhir.
Koordinator harus memastikan Soal tidak boleh ada
yang sama.
no soal jawaban
1 dikatakan hipertensi dalam kehamilan jika E
tekanan darah sistoel dan diastole ?
a. <120 / 80 MmHg
b. <130 / 70 MmHg
c. =120 / 70 Mmhg
d. <110 / 80 MmHg
e. >130 / 90 MmHg

Anda mungkin juga menyukai