Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK DRAMA

Guna Memenuhi Tugas Pengkajian Drama

Disusun oleh :

Ihdy Khafida Zahra A310160144

Nabilatul Inayah A310160145

Tika Putri Setyaningrum A310160146

Vedrix Yoga P. A310160147

Kelas 5D

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata – mata
sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada
hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan
tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya,
berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra
lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan
eksistensi dirinya. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif,
pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk
mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra,
pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk
mengungkapkan eksistensi dirinya.Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah
geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel
cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Drama ialah sebuah jenis karya sastra yang menerangkan kehidupan manusia
dengan gerak. Drama menggambarkan realita kehidupan, watak, serta tingkah laku
manusia melalui peran dan dialog yang ditampilkan. Kisah dan cerita dalam drama
menempatkan konflik dan emosi yang secara khusus ditujukan untuk pementasan
teater.
Seperti karya-karya sastra lainnya yang mempunyai ciri khas atau
karakteristik, drama juga mempunyai karakteristik tersendiri yang membedekan
dengan karya seni lainnya. Dalam drama identik dengan naskah yang berisi
percakapan pelaku dan tindakan yang harus dilakukan oleh sang tokoh. Selain itu
berisi peralatan yang dibutuhkan, penataan pentas atau panggung, music pengiring
dan lain-lain.Ciri khas dari drama adalah, naskahnya berbentuk percakapan atau
dialog. Dalam menyusun dialog, pengarang harus memperhatikan pembicaraan tokoh-
tokoh dalam kehidupan sehari-hari dan pantasuntuk diucapkan di atas panggung.
Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif
dan bukan ragambahasa tulis, melaiknkan bahasa tutur. Pilihan kata (diksi) pun dipilih
sesuai dengan dramatic action dariplat out. Diksi berhubungan dengan irama lakon,
artinya panjang pendeknya kata-kata dalam dialog berpengaruh terhadap konflik yang
dibawakan lakon, karena pada dasarnya seni drama dan seni teater tidak hanya
berhenti sebagai sebuah permainan atau seni pertunjukan, tetapi berlanjut dengan
menunjukan kiprah fungsinya dalam kehidupan masyarakat yang lebih kompleks dan
serius.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka ditarik sebuah
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja karakteristik dalam drama?
2. Apa saja batasan mengenai drama?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membantu mahasiswa dalam


mengetahui karakteristik dalam drama, sehingga dapat membedakan karya sastra
drama dengan karya sastra lainnya. Selain itu dengan mengetahui karakteristik drama,
diharapkan dapat mementaskan drama dengan baik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Drama

Selain pengertian drama di atas istilah drama juga dapat mengandung dua
pengertian. Pertama yaitu drama sebagi text play atau repertoire (naskah), yang
kedua, drama sebagai theatre atau performance. Sebagai sebuah genre sastra, drama
dibangun dan dibentuk oleh unsur-unsur seperti dalam genre sastra, terutama fiksi.
Secara umum sebagaimana fiksi, di dalam drama juga terdapat unsur-unsur yang
membentuk dan membangun sastra dari dalam karya itu sendiri (intrisik) dan unsur-
unsur yang mempengaruhi penciptaan karya yang tentunya berasal dari luar karya
(ekstrisik). Dengan demikian, kapasitas drama sebagai karya sastra harus dipahami
bahwa drama tidak hadir begitu saja. Sebagai karya kreatif, dapat dipastikan
kemunculannya disebabkan banyak hal. Kekreativitasan pengarang dan unsur realitas
objektif (kenyataan semesta) sebagai unsur-unsur ekstrisik mempengaruhi penciptaan
drama.

Secara instrisik cerita dibentuk oleh unsur-unsur penokohan, alur, cerita, latar,
konflik, tema, amanat dan aspek gaya bahasa. Drama dalam kapasitas sebagai seni
pertunjukan hanya dibentuk dan dibangun oleh unsur-unsur yang menyebabkan suatu
unsur pertunjukan terlaksana dan terselenggara. Menurut Damono (dalam Dewojati,
2012: 12) ada tiga unsur yang merupakan satu kesatuan yang menyebabkan drama itu
dapat dipertunjukan. Unsur itu berupa unsur naskah, unsur pementasan dan unsur
penonton. Kehilangan salah satu diantaranya mustahil drama akan menjadi suatu
pertunjukan. Pada unsur pementasan terurai lagi atas beberapa bagian misalnya,
komposisi pentas, tata busana (kostum), tata rias, pencahayaan, dan tata suara. Selain
itu masih ada unsur sutradara dan unsur pemain.

Menurut Tambajong Cerita drama terdiri atas dua isyarat penafsiran, yaitu
pada wawancang (percakapan dalam drama) dan kramagung ( tertulis dalam tanda
kurung). Wawancang adalah Dicetak lepas, artinya bukan yang dalam kurung. Ini
percakapan yang harus dihafal aktor. Sedangkan kramagung Adalah petunjuk atau
perintah yang menyuruh aktor berbuat hal-hal yang bersifat lahir, biasa dicetak dalam
kurung. Bahasa yang digunakan dalam drama adalah Bahasa sastra bersifat denotatif
erat dengan pemakaian lambang/kiasan. Irama pemakaian kata yang khas dalam
bentuk dialog yang lebih cair. Mewakili potret kehidupan dan berorientasi pada dialog
yang ada dalam masyarakat. Menghafal wawancang sekaligus menciptakan intonasi
yang tepat. Untuk itu, diperlukan vokal yang baik, bagaimana menggucapkan diksi
dan artikulasi secara tepat. Dalam wawancang terkandung semua perasaan: marah,
jengkel, bimbang, riang, sedih, takut, dan bangga. Dalam bahasa Inggrisnya stage
direction atau business. Bagaimana mewujudkan secara lahir yang bersumber dari
lubuk batin, agar sajian drama menjadi suatu gambaran-gambaran yang hidup.

Untuk membicarakan drama harus dipahami terlebih dahulu dari sisi apa
drama tersebut akan dibicarakan. Drama dapat dibicarakan dari dimensi sastranya,
seni pertunjukannya atau keduanya sebagai kepaduan karya drama. Untuk
kepentingan analisis, masing-masing dimensi itu dapat dibicarakan secara terpisah.
Adapun tolok ukur penilaian masing masing dimensi tersebut telah ada. Selanjutnya,
satu hal yang harus disadari oleh peneliti bahwa keberhasilan drama pada suatu
dimensi belum menjamin kebehasilan ada dimensi yang lain, sebagai contoh, jika
suatu pementasan mencapai kualitas baik dan terbilang suskse, belum tentu tks drama
yang dipentaskan tersebut juga baik dari kualitas sastranya. Sebaliknya sebuah drama
yang baik kualitas sastranya belum menjamin jika dipetaskan akan menjadi sebuah
seni pertunjukan yang sukses. Oleh karena itu, menurut Damono (dalam Dewojati,
2012:13) untuk pemahaman totalitas terhadap suatu drama diperlukan pengetahuan
tentang dimensi drama sebagai genre sastra drama sebagi seni pertunjukan.

Haryawan menyebutkan karakteristik drama ada lima yaitu, Karakteristik


sebuah drama meliputi; (1) Terdapat pengalaman hidup manusia (tiruan/mimetik), (2)
Dipentaskan/dipertunjukkan, (3) Berbentuk dialog, (4) Di hadapan orang banyak, (5)
Di atas panggung. Hakikat drama sebagai karya sastra dua dimensi tersebut akan
meyebabkan ketika teks drama itu ditulis, pengarangnya sudah memikirkan
kemungkinan-kemungkinan pementasan, sedangkan sewaktu pementasan sitradara
tidak mungkin menghindar begitu saja dari ketentuan-ketentuan yang terdapat di
dalam teks drama. Pada saat inilah dirasakan bahwa sebenrnya dimensi sastra dan seni
pertujukan pada karya drama merupakan suatu hal yang padu dan totalitas.
Artinya ketika seorang peneliti akan menganalisis sebuah teks drama,
sebaiknya ia harus mampu menghadirkan panggung imajiner dalam proses
pembacaannya. Dengan demikian, seorang peneliti akan mampu menghayati sebuah
teks drama lengkap dengan kemungkinan pementasannya. Pembaca dan peneliti
drama mempunyai fungsi sebagao spectactor, yakni pengamat yang mampu “melihat”
pementasan dalam sebuah teks drama.

Lain halnya dengan Atar semi berpendapat bahwa karakteristik drama terdiri
dari tiga yaitu, drama mempunyai tiga dimensi, yakni (1) dimensi sastra, gerakan,
dan ujaran; (2) drama memberikan pengaruh emosi yg lebih kuat dibanding karya
sastra yg lain; (3) pengalaman yang dapat diingat dengan menonton drama lebih
lama diingat dibanding sastra. Ia juga berpendapat bahwa drama terdiri dari dua aspek
yaitu: aspek cerita sebagai bagian dari sastra, aspek kedua adalah aspek pementasan
yang berhubungan dengan seni lakon atau seni teater.

Drama sendiri mempunyai banyak keterbatasan dibanding karya sastra


lain, sprt keterbatasan untuk memunculkan suatu objek sesuai dengan imajinasi yang
diinginkan, dan sebagainya yang berhubungan dengan pementasan khususnya.
Henry Guntur Tarigan Memberikan beberapa batasan mengenai drama, yakni: (1)
drama adalah salah satu cabang seni sastra ; (2) drama dapat berbentuk prosa atau
puisi; (3) drama mementingkan dialog, gerak, perbuatan;; (4) drama adalah suatu
lakon yang dipentaskan di atas penggung; (5) drama adalah seni yang menggarap
lakon-lakon mulai sejak penulisan hingga pementasanya; (6) drama membutuhkan
ruang, waktu dan audiens; (7) drama adalah hidup yang disajikan dalam gerak; (8)
drama adalah sejumlah kejadian yang memikat dan menarik hati.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Secara instrisik cerita dibentuk oleh unsur-unsur penokohan, alur, cerita, latar,
konflik, tema, amanat dan aspek gaya bahasa. Menurut Damono (dalam Dewojati,
2012: 12) ada tiga unsur yang merupakan satu kesatuan yang menyebabkan drama
itu dapat dipertunjukan. Unsur itu berupa unsur naskah, unsur pementasan dan
unsur penonton. Unsur pementasan terurai lagi atas beberapa bagian misalnya,
komposisi pentas, tata busana (kostum), tata rias, pencahayaan, dan tata suara.
Selain itu masih ada unsur sutradara dan unsur pemain. Menurut Tambajong
Cerita drama terdiri atas dua isyarat penafsiran, yaitu pada wawancang
(percakapan dalam drama) dan kramagung ( tertulis dalam tanda kurung).
Haryawan menyebutkan karakteristik drama ada lima yaitu, Karakteristik sebuah
drama meliputi; (1) Terdapat pengalaman hidup manusia (tiruan/mimetik), (2)
Dipentaskan/dipertunjukkan, (3) Berbentuk dialog, (4) Di hadapan orang banyak,
(5) Di atas panggung. Atar semi berpendapat bahwa karakteristik drama terdiri
dari tiga yaitu, drama mempunyai tiga dimensi, yakni (1) dimensi sastra,
gerakan, dan ujaran; (2) drama memberikan pengaruh emosi yg lebih kuat
dibanding karya sastra yg lain; (3) pengalaman yang dapat diingat dengan
menonton drama lebih lama diingat dibanding sastra.
2. Henry Guntur Tarigan Memberikan beberapa batasan mengenai drama, yakni: (1)
drama adalah salah satu cabang seni sastra ; (2) drama dapat berbentuk prosa
atau puisi; (3) drama mementingkan dialog, gerak, perbuatan;; (4) drama adalah
suatu lakon yang dipentaskan di atas penggung; (5) drama adalah seni yang
menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisan hingga pementasanya; (6) drama
membutuhkan ruang, waktu dan audiens; (7) drama adalah hidup yang disajikan
dalam gerak; (8) drama adalah sejumlah kejadian yang memikat dan menarik
hati.
DAFTAR PUSTAKA

Al-maruf, Ali Imron dan Farida Nugrahani. 2017. Pengkajian Sastra: Teori dan Aplikasi.
Surakarta: Djiwa Amarta Press.
Dewojati, Cahyaningrum. 2012. Drama: Sejarah, Teori dan Penerapannya. Yogyakarta:
Javakarsa Media.
http://danamutiaradana.blogspot.com/2015/06/pengertian-drama-fungsi-drama.html (diakses,
10 Oktober 2018)

Anda mungkin juga menyukai