Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang

terus menjadi perhatian masyarakat dunia.World Health Organization (WHO)

memperkirakan 565.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi

kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman. Sekitar satu

perempuan meninggal setiap menit (WHO,2004).

Memasuki abad ke dua puluh satu, 189 negara menyerukan

Millennium Declaration dan menyepakati Millennium Development

Goals.Salah satu Tujuan Pembangunan Millennium (MDG) 2015 adalah

perbaikan kesehatan maternal.Kematian maternal dijadikan ukuran

keberhasilan terhadap pencapaian tujuan tersebut.Dengan demikian, akses

dan kualitas pelayanan; memerangi kemiskinan; pendidikan dan

pemberdayaan perempuan atau perimbangan gender menjadi persoalan

penting untuk dikelola dan diwujudkan. Millennium Declaration

menempatkan kematian maternal sebagai prioritas utama yang harus

ditanggulangi melalui upaya sistematik dan tindakan yang nyata untuk

meminimalisasi risiko kematian, menjamin reproduksi sehat dan

meningkatkan kualitas hidup ibu atau kaum perempuan (George Adriaansz,

2005)

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini menjadi

permasalahan yang sangat serius dan masih tertinggi di Asia. AKI Indonesia
tahun 2007 adalah 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Dengan

perhitungan ini, diperkirakan setiap jam dua orang perempuan mengalami

kematian karena hamil atau melahirkan akibat komplikasi pada masa hamil

atau persalinan. AKI pada proses persalinan dan kehamilan cukup tinggi.

Bahkan target dari Millennium Development Goals (MDGs) adalah

menurunkan AKI di Indonesia sebanyak 75 persen pada 2015. Dengan

demikian, ditargetkan penurunan hingga 102/100.000 kelahiran hidup pada

2015.

Hasil SDKI 2009 menunjukan bahwa secara nasional AKI di

indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup dan AKB untuk Indonesia

adalah 34/1000 kelahiran hidup. Disebutkan juga Angka kematian Neonatal

untuk Indonesia adalah 20/1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKI untuk

propinsi NTB adalah 72/1000 kelahiran hidup dan Angka 1

Dengan memperhatikan Angka Kematian Ibu ini dapat dikemukakan

bahwa sebagian besar terjadi pada saat pertolongan persalinan dan masih

dapat dicegah.Bidan memegang peranan penting untuk meningkatkan

pelayanan yang menyeluruh dan bermutu di masyarakat.

Sedangkan pada neonatal penyebab tidak langsung kematian neonatal

dan bayi adalah kondisi kesehatan ibu saat hamil/ibu saat menyususi, prilaku

keluarga dan masyarakat yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan /

pendidikan, sosial budaya dan ekonomi (Depkes R1, 2009).

Faktor dasar yang mempengaruhi tingginya AKI adalah status ibu,

tingkat pendidikan, pekerjaan, kemandirian sosial, status keluarga kaitannya

dalam operan gender dan tingkat ekonomi rendah, serta status kesehatan
lingkungan. Tingginya AKI dan AKB di Provinsi NTB saat ini sangat

dipengaruhi oleh:

a. Persalinan masih ada yang ditolong oleh dukun dan dilakukan diluar

fasilitas pelayanan kesehatan

b. Maternal dan Neonatal resiko tinggi merupakan penyumbang terbanyak

kematian ibu dan anak (Kemenkes RI,2009)

Selanjutnya kompetensi dan keterampilan dari bidan-bidan dalam

memberikan asuhan yang tepat pada saat Persalinan juga turut andil dalam

mengurangi angka kematian Ibu. Manajeman dan asuhan yang tepat dapat

memberikan hasil yang maksimal bagi derajat kesehatan ibu dan bayi.

Dengan demikian bagi para calon bidan perlu adanya persiapan dan latihan

yang maksimal dalam memberikan asuhan pada persalinan.

Alasan – alasan tersebutlah yang medorong saya sehingga tertarik

mengangkat judul kasus yaitu ”Asuhan Kebidanan pada Ny ”K” dengan

Abortus Incomplit tanggal 22 Februari 2017”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Bidan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin

dengan persalinan normal dengan pendekatan manajemen kebidananan 7

langkah Varney.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data

secara subyektif dan obyektif pada Ny “K”

b. Bidan dapat merumuskan diagnosa kebidanan pada Ny”K”


c. Bidan dapat mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial

Ny”K”

d. Bidan dapat mengantisipasi terhadap tindakan segera pada Ny”K”

e. Bidan dapat menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan

diagnose pada Ny”K”

f. Bidan dapat melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan rencana

asuhan pada Ny”K”

g. Bidan dapat melaksanakan tindakan dan evaluasi pada Ny”K”

C. Manfaat Penulisan

a. Bagi Bidan

Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan Bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada persalinan patologi menurut 7

langkah Varney di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

b. Bagi Lahan Praktek

Sebagai masukan bagi institusi pelayanan kesehatan tentang

kendala dan masalah–masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat,

khususnya masalah yang terkait dengan kebidanan, sehingga dapat

mempertahankan pelayanan yang telah di berikan.

c. Bagi Pasien

Diharapkan bagi pasien atau khususnya ibu untuk dapat

menerapkan ilmu yang diberikan padanya untuk kesehatannya dan

kesehatan bayinya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Abortus

1. Definisi Abortus

a. Proses pengakhiran hasil konsepsi dengan cara apapun sebelum

berumur 20 minggu atau beratnya kurang dari 500gram

(winjosastro,2009).

b. Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu

(winjosastro,2009).

c. Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

diluar kandungan (winjosastro,2009).

dibawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang

abortus.

1) Eastman : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan

dimana fetus sebelum sanggup hidup sendiri di luar uterus.

Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak

antara 400 – 1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28

minggu.

2) Jeffcoat : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi

sebelum usia kehamilan 28 minggu,yaitu fetus belum viable by

law.

3) Holmer : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum 16

minggu.dimana proses plasentasi belum selesai.


4) Monro : Fetus dengan berat 397 gram dapat hidup terus jadi

definisi tersebut diatas tidaklah mutlak.sungguhpun bayi dengan

BB 700-800 gram dapat hidup, tapi hal ini dianggap sebagai

suatu keajaiban.makin tinggi BB anak waktu lahir makin besar

kemungkinannya untuk dapat hidup terus.

2. Jenis-jenis Abortus :

Menurut Williams (2006)

a. Abortus Spontan

Penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia

kehamilan 22 minggu). Tahap-tahap abortus spontan meliputi:

1) abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut)

2) abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan

berkembang menjadi abortus inkomplit/komplit)

3) abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan)

4) abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan)

b. Abortus yang di sengaja

Suatuu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai

viabilitas.

c. Abortus tindakan

suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak

berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar

medis minimal atau keduanya.


d. Abortus septik

Abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi. Sepsis

dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran

kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman.

Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau

terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis

merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman

dengan menggunakan peralatan.

3. Etiologi

a. Kelainan hasil konsepsi : blighted ovum dan kelainan kromosom.

b. Kelainan penyakit uterus, misalnya: kelainan congenital,tumor

uterus, inkompetensi serviks.

c. Penyakit-penyakit ibu ,misalnya : hipertensi,infeksi,kurang gizi.

4. Komplikasi

a. Perdarahan : dapat menyebabkan syok dan anemia

b. Infeksi : abortus infeksiosus,sepsis sampai syok septic.

5. Gejala Klinis dan Penatalaksanaanya

a. Abortus imminens

1) Gejala klinis :

a) tanda-tanda hamil muda

b) perdarahan pervaginam (biasanya tidak banyak)

c) periksa dalam vagina : ostium uteri tertutup

d) hasil konsepsi masih hidup


2) Penatalaksanaan :

a) tirah baring

b) tokolitik

c) roboransia

d) antiprostaglandin

e) terapi terhadap kausa

b. Abortus insipiens

1) Gejala klinis :

a) Perdarahan pervaginam lebih banyak

b) Nyeri perut (akibat kontraksi uterus)

c) Periksa dalam vagina : ostium uteri internum mulai teeraba.

2) Penatalaksanaan :

a) Rawat inap

b) Bila perdarahan banyak atau syok perbaiki keadaan umum

c) Bila pembukaan cukup, curet.

d) Bila pembukaan belum cukup drip uterotonika (oksitosin)

e) Antibiotik

c. Abortus inkomplit

Adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri

dan masih tertinggal.

1) Gejala klinis :

a) Perdarahan pervaginam: bila perdarahan benyak dapat

terjadi syok

b) Ostium uteri terbuka dan teraba sisa jaringan kehamilan


2) Penatalasaksanaan :

a) Curet

b) Bila syok sebelum curet, perbaiki keadaan umum

c) Antibiotic

d) Bila kontraksi uterus kurang atau tidak baik beri

uterotonika.

d. Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal

dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi

selruhnya masih tertahan dalam kandungan (sarwono,2009)

1) Gejala klinis :

a) Hasil konsepsi atau tidak ada tanda-tanda kehidupan

b) Perdarahan pervaginam

c) Besar uterus tidaksesuai dengan usia kehamilan

(menetap/lebih kecil)

d) Ostium uteri tertutup

2) Penatalaksanaan:

a) Rawat inap

b) Persiapan pengosongan cavum uteri

c) Pemeriksaan laboratorium (faal hemostatis)

d) Bila ada kelainan faal hemostatis,terapi bila perlu konsul

penyakit dalam.
e. Abortus Infeksiosus

1) Gejala klinis :

a) Perdarahan pervaginam

b) Badan panas

c) Pemeriksaan dalam vagina: Nyeri raba pada uterus,adneksa

porsio keluar secret berbau busuk

2) Penatalaksanaan :

a) Perbaiki keadaan umum

b) Antibiotika

c) Antipiretika

d) Kuret setelah 6 jam pemberian antibiotika / kecuali

perdarahan banyak dan aktif dilakukan pengosongan kavum

uteri dengan tang abortus.

e) Uterotonika

B. Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi vakum atau suction aspiration adalah tehnik aspirasi untuk

mengeluarkan isi uterus melalui servik. Tehnik ini biasanya digunakan pada:

1. kasus abortus provokatus

2. Prosedur terapi pada abortus inkompletus

3. Pengambilan sediaan endometrium ( endometrial biopsy )

Angka kejadian infeksi lebih rendah dibandingkan prosedur

pembedahan intra uterine lain.Tehnik ini seringkali disebut sebagai ‘dilatation

and evacuatiuon’ , dilatation and curettage.


Keuntungan dibandingkan dilatasi dan kuretase konvensional

Dilation and curettage , dikenal pula sebagai tindakan kuretase tajam

sebagai standard tindakan evakuasi uterus. Namun terdapat sejumlah

keuntungan atas penggunaan vakum

Aspirasi vakum sebelumnya dikenal dalam lingkup persalinan sebelum

digunakan untuk maksud kuratse. Tindakan aspirasi vakum manual dilakukan

pada kehamilan kurang dari 6 minggu dengan komplikasi yang lebih rendagh

dibandingkan tindakan dilatasi dan kuretase umumnya,Aspirasi vakum –

khususnya aspirasi vakum manual peralatan yang digunakan jauh lebih murah

dibandingkan peralatan untuk tindakan D&C

Tindakan dapat dilakukan tanpa anestesi dan secara poliklinis tanpa

rawat inap.Tindakan aspirasi vakum manual dapat dikerjakan oleh dokter,

bidan dan tidak perlu seorang ahli obstetri ginekologi. Aspirasi manual vakum

tidak memerlukan tenaga listrik sehingga dapat digunakan di tempat terpencil

sekalipun.
1. Prosedur tindakan aspirasi vakum manual

Tindakan ini memerlukan waktu 5 - 15 menit, Dapat dilakukan

dengan anestesi lokal dan menggunakan NSAID (ibuprofen)/

a. Prosedur tindakan :

1) Posisi pasien dimeja operasi berbaring telentang seperti pada

pemeriksaan ginekolgi.

2) Membersihkan vulva dan vagina

3) Pemasangan spekulum vagina

4) (injeksi lokal anestesi pada servik)

5) Pemasangan sonde

6) Bila perlu, dilakukan dilatasi servik

7) Pemasangan kanula melalui servik masuk kedalam uterus

8) Kanula dihubungkan dengan alat penghisap

9) Dilakukan prosedur penghisapan.

b. Pasca Pembedahan

1) Bercak perdarahan sekitar 2 minggu

2) Nyeri mengejang beberapa jam pasca tindakan

3) Reaksi emosional
c. Tindakan pasca operasi :

1) Antibiotika

2) Isitrahat satu hari

3) Asetaminofen atau ibuprofen

4) Hindari sexual intercourse satu minggu

5) Segera awali dengan kontrasepsi

d. Komplikasi

Untuk maksud evakuasi uterus, keberhasilan aspirasi vakum

kira-kira 98% dan sisa produk konsepsi seringkali memerlukan

tindakan aspirasi berikutnya.Komplikasi lain antara lain :

perdarahan, cedera servik dan adhesi uterus.


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Hari/tanggal periksa :Senin,22-02-2017

Jam : 11.00 wib

Tempat :Teratai I

1. Pengumpulan Data

a. Data Subyektif

1) Identitas Istri Suami

Nama : NY”K” TN”N”

Umur : 34 th 42 th

Agama : Kristen kristen

Suku : Batak Batak

Pendidikan : SD SD

Pekerjaan : IRT Petani

Alamat : Pelalawan Pelalawan

Masuk Rumah Sakit: Tgl: 22-02-2019 jam:11.00 wib

2) Keluhan

Ibu mengatakan keluar darah berwarna merah segar dan

bergumpal-gumpal dari jalan lahir sejak pukul 06.00 wita (22-01-

2012), disertai rasa mules, warna darah merah segar dan

bergumpal.
3) Riwayat kehamilan sekarang :

o HPHT : lupa

o HTP : lupa

o UK : 2 Bulan

o Hamil ke : 5 (Lima)

o ANC : I kali di puskesmas

o Gerakan janin : belum dirasakan

o Imunisasi : I kali di puskesmas

o Keluhan selama hamil : mual, muntah, pusing

o Riwayat KB : Belum berKB

o Rencana KB : Suntik 3 bulan

4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :

Penyulit
Perkawinan NO

Kehamilan NO

Penolon BB JK Usia Hidup/Ma


UK JP Tempat KB KET
Persalinan
Kehamiln

Nifas

g (gr) Anak ti

1 1 I bln Ab - - - - - - - - sntk - -

incompl

it

1 2. 9 bln Spontan Pkm Bidan - - - 3000 lk 15 thn sntk Hidup Sehat.

gram

1 3 9 bln Spontan Pkm Bidan - - - 3000 p 9 thn pil Hidup Sehat

gram

1 4. 9 Sponta Pkm Bidan - - - 3600 p 4 thn pil Hidup Sehat.

bln n gram

1 ini - - - - - - - - - - - - -.
5) Riwayat kesehatan/penyakit yang pernah diderita :

o Peyakit cardiovaskular : tidak pernah

o Penyakit hipertensi : tidak pernah

o Penyakit diabetes : tidak pernah

o Penykit malaria : tidak pernah

o Penyakit kelamin/HIV/AIDS : tidak pernah

o Penyakit campak : tidak pernah

o Penyakit tuberculosis : tidak pernah

o Penyakit ginjal : tidak pernah

o Penyakit Anemia berat : tidak pernah

o Penyakit asma : tidak pernah

o Gangguan mental : tidak pernah

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan umum :

Kesadaran : compos mentis (CM)

BB sekarang : 50 kg

TB : 150 cm

Lila : 24 cm

Tanda-tanda vital

o TD : 120/70 mmHg

o N : 88 X/mnt

o R : 20 X/mnt

o S : 36,8 C
2) Pemeriksaan Fisik

a) Mata :Konjungtiva tidak pucat, dan sclera tidak

ikhterus

b) Abdomen :Bekas luka oprasi : tidak ada,TFU belum

teraba, nyeri tekan ada, distensi cairan (-)

c) Genetalia :

 inspeksi , vulva tidak oedema, keluar darah

segar dari vagina ± 10 cc

 VTØ 1 jari longgar, teraba jaringan, nyeri

goyang (-)

3) Pemeriksaan penunjang :

 Hb : 12,7 gr %

 Wbc : 14 mg/100 ml

 Golda :0

B. Interpretasi Data Dasar

Diagnosa :G5P3H3A1H3 uk 9-10 minggu dengan Abortus Inkomplit

Dasar :Ibu mengatakan keluar darah segar bergumpal-gumpal

sejak pukul 06.00 wib (22-02-2017) dari jalan lahir.

Inspeksi :keluar darah segar vagina ± 10 cc, VTØ 1 jari

longgar, teraba jaringan,nyeri goyang (-), perdarahan ± 10

cc

Masalah : Kecemasan
Dasar : Ibu mengeluh keluar darah bergumpal-gumpal dari jalan

lahir sejak pukul 06.00 wib, tanggal 22-02-2017

Kebutuhan :

 penjelasan mengenai kondisi yang di alami ibu.

 Beri dukungan moril pada ibu.

C. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial

Diagnosa / masalah potensial : Infeksi dan syok hipovolemik

D. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

1. Mandiri : pemenuhan kebutuhan cairan dengan pemasangan infus

RL, Observasi perdarahan

2. Kolaborasi : konsul dengan dokter untuk tindakan curretege dan

pemberiaan terapi

3. Rujukan : tidak ada

E. Rencana Tindakan

1. Informasikan mengenai hasil pemeriksaan pada ibu dan beri dukungan

moril

2. Pasang infus RL dan drip oxitocin 1 amp (20 tetes permenit)

3. Observasi keadaan umum ibu, perdarahan pervaginam

4. Kolaborasi dengan dokter

5. Lakukan KIE pada ibu dan suami atau keluarga lainnya tentang kondisi

dan apa yang dialami ibu saat ini.

6. Informed consent
F. Pelaksanaan Asuhan

( 22-02-2019 / jam 11.40 wib)

1. Mengimformasikan mengenai hasil pemeriksaan pada ibu dan

memberikan dukungan moril

2. Mengobservasi keadaan umum ibu, perdarahan pervaginam

3. Kolaborasi dengan dokter untuk kuretase

4. Advice dokter : Siapkan AVM dan terapi ( amoxsilin 3x 500 mg,SF 2x

60 mg dan asam mefenamat 3x500 mg)

5. Melakukan KIE pada ibu dan suami atau keluarga lainnya tentang

tindakan yang akan dilakukan.

6. Ibu,suami dan keluarga setuju untuk dilakukan AVM

7. Menyiapkan alat kuret AVM

a. Ranjang ginekologi dengan penopang kaki

b. Meja dorong / meja instrumen

c. Wadah instrumen khusus ( untuk prosedur AVM )

1) AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula)

2) Tenakulum (1)

3) Spekullum cocor bebek (1) dan SIMS/L (2) ukuran S/M/L

 Klem ovum/fenster (1)

 Cunam tampon (1)

 Mangkok logam

 Sonde uterus
 Dilatator

o Lampu sorot

o Kain atas bokong dan penutup perut.

o Larutan anti septik ( povidon iodin, kapas savlon)

o Tensimeter dan stetoskop

o Sarung tangan DTT dan alas kaki

o Kasa steril

o Larutan klorin 0.5 %

8. Menyiapkan pasien untuk kuret

a. Mempersilahkan ibu berkemih dan membersihkan perut bawah, lipat

paha, vulva, dan perinium dengan air dan sabun.

b. Membaringkan pasien dalam posisi litotomi

c. Memasang kain atas bokong dan penutup perut bawah

d. Memastikan alur cairan masuk pada tempatnya

e. Memasang tensimeter, infus set dan cairannya, menyiapkan

instrumen dan alat resusitasi,memberikan analgesia yaitu kaltropen

supp 1 tube/rectal).

f. Menyiapkan tekanan negatif di dalam tabung AVM dengan jalan

menutup klep atau pengatur katup (valve) ke depan bawah,

kemudian tarik tangkai toraks/plunger hingga ganjal kiri dan kanan

keluar dari tabung dan tertahan dengan baik di belakang tabung

(dilakukan setelah penolong menggunakan sarung tangan atau

disiapkan oleh asisten), letakkan kembali ke meja instrumen

g. Mencuci tangan dan lengan dengan sabun, di bawah air mengalir.


h. Mengeringkan tangan dan lengan dengan handuk bersih

i. Memakai secara benar sarung tangan DTT

j. Memasang adaptor pada kanula yang sesuai

9. Melakukan kuretase AVM pada pasien

 Memberitahu pasien bahwa prosedur akan dimulai

 Membersihkan vulva, perinium, dan lipat paha dengan air dan sabun.

 Melakukan tindakan aseptik-antiseptik pada dan sepertiga luar

vagina dengan kapas savlon

 Memasang spekulum L bawah secara halus dan benar, lalu

Memasang spekulum atas.

 Mengatur posisi spekulum atas dan bawah sedemikian rupa sehingga

dapat menampakkan dengan jelas, lumen vagina, serviks, dan

forniks. Meminta asisten mempertahankan posisi kedua spekulum

 Usap serviks dan dinding vagina dengan larutan antiseptik.

memperhatikan bukaan serviks, sumber perdarahan, jaringan, sekret

berbau atau trauma.

 Membersihkan darah dan gumpalannya, kemudian perhatikan

kembali bukaan ostium

 Menjepitkan tenakulum pada bibir atas serviks (posisi jam 01.00)

a. Memegang gagang tenakulum dengan satu tangan.

 Melepaskan spekulum atas (masukkan dalam larutan klorin 0,5%)

 Mengukur bukaan ostium dengan berbagai ukuran kanula yang

tersedia, tentukan ukuran yang sesuai.


o Memasukkan kanula bekas pengukur bukaan ostium (yang tidak

terpakai) ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%

 Melalui ostium memasukkan kanula (dengan gerakan rotasi)

kedalam kavum uteri

o Masukkan kanula bekas pengukur bukaan osium yang tidak

terpakai ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%

 Dengan perlahan menarik tenakulum hingga serviks dan uterus pada

posisi yang sesuai, kemudian mendorong kanula hingga mencapai

fundus.

o Memperhatikan kedalaman kavum uteri (melihat batas warna

pada kanula)

 Mempertahankan posisi ini, kemudian mengambil tabung AVM

yang sudah disisipkan

 Menarik sedikit ujung kanula dari fundus, memegang adaptor

dengan ibu jari dan telunjuk (jari-jari lain tetap memegang

tenakulum atau klem ovum/fenser)

 Dengan tangan yang lain, mengambil tabung AVM (yang telah

disisipkan)

o posisinya sedemikian rupa sehingga ibu jari dan telunjuk tangan

kanan memegang bahu tabung, menopang pada telapak tangan

dan lengan bawah

 menghubungkan adaptor dengan mulut tabung

 membuka katup pengtur tekanan denga jalan menekan katup

kebawah belakang
 memegang pangkal kanula, mendorong kanula hingga menyentuh

fundus kemudian lakukan evakuasi sisa konsepsi dengan gerakan

maju mundur sambil merotasikan kanula dari kiri ke kanan ( antara

jam 09.00-03.00 atau 180 derajat )

 Setelah semua permukaan dinding depan uterus dianggap cukup

bersih kemudian merotasikan mulut kanula kebelakang, gerakan

kanula maju-mundur sambil dirotasikan kearah kanan dan kiri

(09.00-03.00/180 derajat)

 melakukan secara sisitematik meliputi semua area dinding uterus

sehingga terasa mulut kanula mengenai permukan yang kasar (gritty

sensation atau seperti mengerok sabut kelapa atau sisik ikan) pada

umumnya suara kerokan didaerah kasar tersebut dapat didengar)

 melepaskan adaptor dari tabung.

 mengeluarkan isi tabung dalam tempat penampungan yang tersedia

(untuk memeriksa hasil evakuasi ) membuka pengatur klep dan

tekan pendorong (plunger)

 evakuasi selesai dilakukan.

 Melepaskan adaptor, kanula dan tabung, kemudian rendam dalam

wadah dekontaminasi.

 Membersihkan sisa darah dan jaringan dilumen vagina kemudian

mengusapkan larutan antiseptik pada serviks, forniks, dan dinding

vagina kemudian melepaskan jepitan tenakulum.

o menekan bekas jepitan dengan kasa kering atau steril hingga satu

menit hingga pendarahan berhenti.


 Memutar gagang spekulum bawah ke lateral (90 derajat)hingga lebar

bilah pada posisi vertikal kemudian spekulum tersebut keluar

 Memberitahukan bahwa prosedur evakuasi telah selesai,

 Mendekontaminasi alat dan cuci tangan pasca tindakan

 Memberikan terapi : amoksilin 3×500 gram, asam metafenamat

3×500 gram,SF 1×60 mg

 KIE KB

G. Evaluasi

Tanggal 22-02-2019 /pukul 12.00 wib

1. Sudah dilakukan AVM, keluar jaringan , perdarahan (+) ± 30

cc,perdarahan tidak aktif.

2. Keadaan umum ibu baik, TD : 120/70 mmHg, N :88 x/mnt, S :36.8 `C,

R :20x/mnt.

3. Ibu mau menggunakan KB.


BAB IV

PEMBAHASAN

Anamnesa di lahan telah dilakukan sesuai dengan pedoman anamnesa dan

telah mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan sebagai data dasar. Dari hasil

anamnesa dan pemeriksaan dapat ditegakkan diagnosa ibu dengan abortus

incomplit .Selanjutnya dilakukan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Dari hasil pengkajian data yang diperoleh baik dari data subjektif maupun data

objektif ditemukan masalah yang dialami oleh Ny “K” adalah masalah kecemasan

oleh karena ibu mengeluh keluar darah bergumpal-gumpal dari jalan lahir ,

dimana kecemasan tersebut merupakan salah satu masalah dan kebutuhan adalah

penjelasan mengenai kondisi ibu serta berikan dukungan moril pada ibu.

Pada kasus yang saya angkat ini, tahap pengkajian data sampai evaluasi dilakukan

sesuai dengan teori yang ada dan tidak ada penyimpangan antara kasus dan teori

dimana Ny “K” sudah di berikan asuhan sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat saya uraikan adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil evaluasi yang saya dapatkan pada kasus ini, saya dapat

memberikan asuhan kebidanan pada Ny “K” dengan Abortus Incomplit

berdasarkan manajemen 7 langkah Varney.

2. Dengan asuhan kebidanan yang telah diberikan tersebut, dapat menjaga

kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi

ibu melalui upaya yang terintegarsi dan lengkap dengan intervensi yang

seminimal mungkin sehingga prinsip keamanan, kualitas pelayanan dapat

terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).

3. Dari hasil identifikasi yang telah di lakukan tidak di temukan diagnosa

atau masalah potensial yang membutuhkan antisifasi penanganannya.

4. Berdasarkan kasus didapatkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara

tinjauan teori dan kasus. Pengkajian data di lahan telah dilakukan sesuai

dengan pengkajian data diteori.

B. Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan guna keberhasilan tersusunnya

Asuhan Kebidanan kedepannya adalah sebagai berikut :

1. Bagi Bidan disarankan untuk lebih aktif belajar dan berlatih guna

menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai persalinan normal

menurut manajemen 7 langkah Varney di RSUD Arifin Achmad


Pekanbaru sehingga dapat memberikan asuhan secara maksimal pada

ibu bersalin

2. Bagi Lahan Praktek disarankan untuk tetap mempertahankan kwalitas

pelayanan kebidanan khususnya asuhan pada abortus incomplit sesuai

dengan standar asuhan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai