Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

PPKN

MAKALAH SEJARAH KEBERAGAMAN SUKU AGAMA RAS


DAN ANTAR GOLONGAN

Oleh:
AHMAD TAUFIQ
KELAS VII.C

Guru Pembimbing:
AFRINALDI, S.Pd

SMP NEGERI 3 LUBUK BASUNG


TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini, dengan judul “Sejarah Keberagaman Suku Agama Ras
Dan Antar Golongan”.
Makalah ini berisikan tentang keberagaman budaya di Indonesia, Membahas
pengertian keberagaman budaya dalam masyarakat, faktor - faktor yang mempengaruhi
terjadinya keberagaman budaya di Indonesia, serta solusi singkat beberapa masalah
akibat keanekaragaman budaya,
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun penguasaan materi, mengingat akan kemampuan
penulis yang tebatas Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak - pihak
yang telahmembantu dalam menyelesaikan penelitian ini,

Lubuk Basung, Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Keberagaman Suku Bangsa 4
2.2 Keberagaman Bahasa 5
2.3 Keberagaman Agama 6
2.4 Keberagaman Seni dan Tradisi 7
2.5 Masalah Yang Muncul Akibat Kebeagaman Agama 9
2.6 Alternatif Pemecahan Masalah 11
2.7 Peran Masyarakat Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya 12
2.8 Peran Pemerintah Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya 13
BAB III PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang
majemuk. Hal ini tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman
suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat, kesenian,
kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku – suku bangsa
yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku – suku
itu juga memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan,
dan kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.
Dalam setiap suku bangsa terdapat kebudayaan yang berbeda-beda.selain
itu masing-masing suku bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat
masyarakat di dalamnya agar ta’at dan melakukan segala yang tertera
didalamnya. Setiap suku bangsa di indonesia memiliki norma-norma sosial yang
berbeda-beda. Dalam hal cara pandang terhadap suatu masalah atau tingkah
laku memiliki perbedaan. Ketika terjadi pertentangan antar individu atau
masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda,mereka akan
mengelompok menurut asal-usul daerah dan suku bangsanya (primodialisme).
Itu menyebabkanpertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu negara
(disintegrasi). Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya
ditandai oleh perbedaan-perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai
pada perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga
terdapat perbedaan vertikal, berupa capaian yang diperoleh melalui prestasi
(achievement). Indikasi perbedaan-perbedaan tersebut tampak dalam strata
sosial ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan, kualitas pekerjaan dan
kondisi permukiman.
Sedangkan perbedaan horisontal diterima sebagai warisan, yang diketahui
kemudian bukan faktor utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan
antarsuku. Suku tertentu bukan dilahirkan untuk memusuhi suku lainnya.
Bahkan tidak pernah terungkap dalam doktrin ajaran mana pun di Indonesia
yang secara absolut menanamkan permusuhan etnik.

1
Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal
yang berpotensi sebagai sumber konflik, antara lain perebutan sumberdaya, alat-
alat produksi dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan
kepentingan kekuasaan, politik dan ideologi, serta perluasan batas-batas
identitas sosial budaya dari sekelompok etnik. Untuk menghindari diperlukan
adanya konsolidasi antar masyarakat yang mengalami perbedaan.
Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya dengan hal tersebut. Untuk menuju
integritas nasional yaitu keseimbangan antar suku bangsa diperlukan toleransi
antar masyarakat yang berbeda asal-usul kedaerahan. Selain itu faktor sejarah
lah yang mempersatukan ratusan suku bangsa ini. Mereka merasa mempunyai
nasib dan kenyataan yang sama di masa lalu. Kita mempunyai semboyan
Bhineka Tunggal Ika. Yaitu walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi
memiliki tujuan hidup yang sama. Selain itu,pancasila sebagai idiologi yang
menjadi poros dan tujuan bersama untuk menuju integrasi,kedaulatan dan
kemakmuran bersama.

1.2 Perumusan Masalah


a. Keberagaman suku bangsa ?
b. Keberagaman bahasa ?
c. Keberagaman agama ?
d. Keberagaman kesenian dan tradisi ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengumpulkan nilai tugas PPKN,
b. Mengetahui cara membuat makalah yang benar,
c. Menambah pengalaman dalam menyusun makalah sesuai aturan.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Mendapat nilai tugas mata pelajaran PPKN dalam membuat makalah,
b. Mempelajari tentang keberagaman budaya di Indonesia,
c. Mengerti bagaimana menyikapi keberagaman,
d. Tahu bagaimana menghormati keberagaman budaya,
e. Membagi pengalaman dengan pembaca tentang keberagaman budaya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keberagaman Suku Bangsa


Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang
majemuk. Hal ini tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman
suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat, kesenian,
kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-suku bangsa yang
ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga
memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan
kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.
Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
identitas akan kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam satu suku
bangsa tertentu, pastilah mempunyai kesadaran dan identitas diri terhadap
kebudayaan suku bangsanya, misalnya dalam penggunaan bahasa daerah serta
mencintai kesenian dan adat istiadat. Suku – suku bangsa yang tersebar di
Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa, persebaran suku bangsa
dipengaruhi oleh factor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para
penjajah di Indonesia. perbedaan suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain
di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini :
a. Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut,
b. Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa
Madura,
c. Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara
kematian,
d. Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele, dan
Tari Saudati,
e. Kekerabatan, misalnya patrilineal dan matrilineal,
f. Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.
Cara menyikapi keberagaman suku bangsa di Indonesia seperti berikut ini :
a. Menerima suku bangsa lain dalam pergaulan sehari – hari.

3
b. Menambah pengetahuan kita tentang suku – suku lain. Mempelajari suku
lain tidak harus datang ke daerah tempat tinggal mereka.
c. Tidak menjelek-jelekkan, menghina, dan merendahkan suku-suku bangsa
lain. Kita, manusia yang diciptakan Tuhan dengan harkat dan martabat yang
sama.

2.2 Keberagaman Bahasa


Secara historis, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari
bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama
atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik
dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa
Indonesia baru dianggap “lahir” atau diterima keberadaannya pada tanggal 28
Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia
secara resmi diakui keberadaannya. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.
Indonesia dengan luas kawasan 1.904.556 km² dan menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat yang dikeluarkan
tanggal 20 Julai 2007 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah
sekitar 222 juta jiwa yang berasal dari berbagai etnis. Dengan keragaman etnis
dan suku, di Indonesia terdapat sekitar 706 bahasa daerah yang digunakan sebagai
bahasa daerah khususnya dalam berkomunikasi tidak resmi dengan ahli keluarga
maupun masyarakat.
Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya
dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara
(Bapak Pendidikan Indonesia) dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di
Solo, Jawa Tengah, “jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe
jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang
soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan
alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh
Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe
haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam
kebangsaan Indonesia”, atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa
Indonesia II 1954 di Medan, Sumatera Utara, “…bahwa asal bahasa Indonesia

4
ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang
disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia”. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan
kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah
dan asing.
Menurut Bambang Kaswanti Purwo, laju kepunahan bahasa di Indonesia
sebagai negara kedua di dunia yang memiliki bahasa paling banyak yaitu 706
bahasa setelah Papua Nugini yaitu 867 bahasa cukup memprihatinkan. Dari
jumlah tersebut, ada 109 bahasa (di luar Papua) yang punya penutur kurang dari
100.000 orang, seperti Tondano di Sulawesi, Tanimbar di Nusa Tenggara, Ogan
di Sumatera Selatan, serta Buru di Maluku.
“Malahan ada satu bahasa di Nusa Tenggara Timur, yakni Maku’a, yang
jumlah penuturnya tinggal 50 orang. Hampir separuh dari bahasa di Indonesia
tersebar di wilayah Papua dan sangat terancam kepunahannya karena jumlah
penutur terus berkurang.”
Sementara itu, berdasarkan data UNESCO, setiap tahun, ada 10 bahasa di
dunia yang punah dan di era yang serba modern ini diperkirakan laju kepunahan
bahasa akan lebih cepat lagi. Satu abad lalu, tercatat ada lebih dari 6.000 bahasa
di dunia. Kini hanya tinggal 600 hingga 3.000 bahasa, hampir separuhnya
memiliki penutur kurang dari 10.000 orang, dan seperempatnya lagi kurang dari
1.000 orang. “Padahal, salah satu syarat bagi upaya pelestarian bahasa adalah
jika penuturnya mencapai 100.000 orang.”

2.3 Keberagaman Agama


Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Sila pertama
Pancasila berbunyi “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Pada tahun 2010, kira-kira
85,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2%
Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha.
Berikut Adalah Enam (6) agama utama di Indonesia :
a. Islam
Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia,
dengan 85% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas
Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan
5
Sumatera. Pada abad ke-12, sebagian besar pedagang orang Islam dari India
tiba di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Hindu yang dominan beserta
kerajaan Buddha, seperti Majapahit dan Sriwijaya, mengalami kemunduran,
dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke Islam. Dalam jumlah yang
lebih kecil, banyak penganut Hindu yang berpindah ke Bali, sebagian Jawa
dan Sumatera.
b. Kristen Protestan
Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda
(VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mereformasi Katolik
dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di
Indonesia. Agama ini berkembang dengan sangat pesat pada abad ke-20,
yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa
wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua. Pada 1965, ketika
terjadi perebutan kekuasaan, orang-orang tidak beragama dianggap sebagai
orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hak-
haknya yang penuh sebagai warganegara. Sebagai hasilnya, gereja Protestan
mengalami suatu pertumbuhan anggota. Di Indonesia, terdapat tiga provinsi
yang mayoritas penduduknya adalah Protestan, yaitu Papua, Ambon,dan
Sulawesi Utara dengan 90%,91%,94% dari jumlah penduduk.
c. Hindu
Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad 1 M, bersamaan
waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan
sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit.
Kerajaan ini hidup hingga abad ke 16 M, ketika kerajaan Islam mulai
berkembang. Periode ini, dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan
selama 16 abad penuh.
d. Buddha
Buddha tiba di Indonesia pada abad 6 M. Sejarah Buddha di Indonesia
berhubungan erat dengan sejarah Hindu, sejumlah kerajaan Buddha telah
dibangun sekitar periode yang sama. Seperti kerajaan Sailendra, Sriwijaya
dan Mataram. Kedatangan agama Buddha telah dimulai dengan aktivitas
perdagangan yang mulai pada awal abad pertama melalui Jalur Sutra antara
India dan Indonesia. Sejumlah warisan dapat ditemukan di Indonesia,

6
mencakup candi Borobudur di Magelang dan patung atau prasasti dari
sejarah Kerajaan Buddha yang lebih awal.
e. Katolik
Awal mula: abad ke-14 sampai abad ke-18 Kristen Katolik tiba di Indonesia
saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol
yang berdagang rempah-rempah. Agama Katolik mulai berkembang di Jawa
Tengah ketika Frans van Lith menetap di Muntilan pada 1896 dan
menyebarkan iman Katolik kepada rakyat setempat.
f. Khonghucu
Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para
pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi,
orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang
lain, Konghucu lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang
individual, lepas daripada kode etik melakukannya, bukannya suatu agama
masyarakat yang terorganisir dengan baik, atau jalan hidup atau pergerakan
sosial.

2.4 Keberagaman Kesenian Dan Tradisi


Tuhan telah menciptakan berbagai jenis makhluk hidup berupa tumbuhan,
manusia, dan hewan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan telah diberi
karunia akal untuk berfikir, berkreasi, dan sebagainya. Dengan akal manusia
dapat mengembangkan berbagai kemampuan untuk menciptakan karya yang
bernilai tinggi. Salah satu karya manusia adalah seni. Tahukah anda apa yang
dimaksud dengan seni?
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, seni adalah kemampuan akal untuk
menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Dengan demikian seni adalah suatu
hasil karya manusia yang mempunyai keindahan dan dapat dinikmati serta
dirasakan oleh manusia.
Berikut ini merupakan contoh kesenian yang ada di Indonesia :
1. Banten : Debus
2. DKI Jakarta : Ondel-ondel, Lenong
3. Jawa Barat : Wayang Golek, Rudat, Banjet, Tarling, Degung
4. Jawa Tengah : Wayang Kulit, Kuda Lumping, Wayang Orang, Ketoprak,
5. Jawa Timur : Ludruk, Reog, Wayang Kulit
7
6. Bali : Wayang Kulit, Janger
7. Riau : Makyong
8. Kalimantan : Mamanda
Selain hasil kesenian yang sudah disebutkan di atas, suku – suku bangsa di
Indonesia juga mempunyai hasil karya seni dalam bentuk benda. Karya seni yang
dihasilkan oleh seniman-seniman dari berbagai suku bangsa yang ada di
Indonesia, antara lain seni lukis, seni pahat, seni ukir, patung, batik, anyaman,
dan lain-lain. Benda-benda karya seni yang terkenal, antara lain ukiran Bali dan
Jepara, Patung Asmat dan patung-patung Bali, anyaman dari suku-suku Dayak di
Kalimantan, dan lain-lain. Hasil kerajinan seni ini menjadi barang-barang cindera
mata yang sangat digemari turis mancanegara.
Tradisi dalam bahasa latin traditio yang berarti “diteruskan“ atau
kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah
dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat. Sedangkan pengertian keberagaman tradisi adalah Keanekaragaman
kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan
suatu kelompok masyarakat. Berikut ini merupakan contoh tradisi di Indonesia :
1. Tradisi ‘Siraman’ di Jawa
Upacara adat jawa bagi para calon pengantin untuk membersihkan diri dan
hati sehingga semakin mantap dalam melangsungkan pernikahan esok
harinya.
2. Tradisi ‘Balimau’ di Sumatra Barat
Tradisi untuk menyambut bulan suci rahmadan, balimau memiliki makna
mandi disertai keramas yang melambangkan pembersihan diri sebelum
berpuasa.

3. Tradisi ‘Pasola Sumba’ di Sumba


Upacara adat yang dilakukan untuk memohon restu kepada dewa agar
panen di tahun tersebut berhasil dengan baik.
4. Tradisi ‘Rambu Solo’ di Toraja
Upacara kematian sebagai tanda penghormatan terakir kepada mendiang
yang telah meninggal.

8
2.5 Masalah Yang Muncul Akibat Kebergaman Budaya
Keberagaman budaya itu merupakan tantangan sekaligus peluang bagi
masyarakat Indonesia. Merupakan tantangan karena apabila tidak dikelola dan
ditangani dengan baik maka keberagaman budaya akan dapat mendorong
timbulnya persaingan dan pertentangan sosial. Sebagai peluang, keragaman
budaya itu bila dibina dan diarahkan secara tepat, maka akan menjadi suatu
kekuatan atau potensi dalam melaksanakan pembangunan bangsa dan Negara
Indonesia. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan masalah-masalah yang
muncul sebagai akibat dari keberagaman budaya.
Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa keragaman suku bangsa yang
dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu,
keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki nilai tambah di mata dunia. Namun,
di sisi lain realitas keanekaragaman Indonesia berpotensi besar menimbulkan
konflik sosial berbau sara (suku, agama, ras, dan adat). Oleh karena itu,
kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa diperlukan guna mencegah
terjadinya perpecahan yang mengganggu kesatuan bangsa. Konflik-konflik yang
terjadi di Indonesia umumnya muncul sebagai akibat keanekaragaman etnis,
agama, ras, dan adat, seperti konflik antaretnis yang terjadi di Kalimantan Barat,
Sulawesi Tengah, Papua, dan lain-lain.
Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan
hukum terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan kekecewaan
yang mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk konflik
horizontal. Masyarakat Dayak yang termarginalisasi semakin terpinggirkan oleh
kebijakan-kebijakan yang diskriminatif. Sementara penegakan hukum terhadap
salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan di Poso,
Sulawesi Tengah konflik bernuansa sara mula-mula terjadi pada tanggal 24
Desember 1998 yang dipicu oleh seorang pemuda Kristen yang mabuk melukai
seorang pemuda Islam di dalam Masjid Sayo. Kemudian pada pertengahan April
2000, terjadi lagi konflik yang dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen
yang mabuk dengan pemuda Islam di terminal bus Kota Poso. Perkelahian ini
menyebabkanterbakarnya permukiman orang Pamona di Kelurahan Lambogia.
Selanjutnya, permukiman Kristen melakukan tindakan balasan.
Dari dua kasus tersebut terlihat betapa perbedaan mampu memicu
munculnya konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan antisipasi
9
justru akan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan banyak orang. Oleh
karena itu, bagaimana kita bersikap dalam keanekaragaman benar-benar perlu
diperhatikan.
Untuk lebih jelasnya kita akan menganalisis konflik etnis antara Dayak dan
Madura sebagai akibat keanekaragaman dan kekeliruan dalam menyikapi
keanekaragaman tersebut melalui bilik info di berikut ini.
Kita harus menyadari bahwa kehidupan masyarkat Indonesia sangat
majemuk dalam suku bangsa dan budaya. Keberagaman suku bangsa dan budaya
itu akan berdampak negatif, berupa timbulnya pertentangan antar budaya, jika
tidak benar-benar ditangani secara tepat. Kehidupan bangsa Indonesia yang
beragam suku bangsa dan budaya, kadang-kadang diwarnai oleh konflik antar
budaya. Hal itu terbukti dari timbulnya berbagai kerusakan sosial, seperti yang
terjadi di Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Situbondo, Ambon, Poso, Sambas,
Aceh, Papua (Irian Jaya), dan daerah-daerah lainnya.
Peristiwa Tasikmalaya merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh
kecemburuan Poso merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh perbedaan
agama antar umat Islam dengan umat Kristen. Peristiwa Sambas merupakan
contoh konflik dan yang disebabkan oleh perbedaan etnis / suku bangsa anara
suku Dayak (penduduk asli) dengan suku Madura (penduduk pendatang).
Peristiwa Aceh dan Papua (Irian Jaya) merupakan contoh konflik sosial yang
disebabkan perbedaan kepentingan politik antara pemerintah Pusat dengan
masyarakat daerah setempat.
Kerusakan sosial yang terjadi di ibukota Jakarta tentara suku bangsa Betawi
(penduduk asli) dengan suku bangsa Madura (penduduk pendatang) merupakan
akibat dari sentiment ke daerahan. Perubahan nilai-nilai budaya akibat pengaruh
globalisasi ternyata telah memicu timbulnya konflik sosial budaya dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Jakarta sebagai ibu kota Negara seringkali
diwarnai oleh peristiwa kerusuhan sosial, seperti peristiwa Tanjung Priuk dan
prasasti. Konflik sosial tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan harta yang
cukup banyak. Warga masyarakat yang tidak berdosa banyak yang menjadi
korban amuk massa. Konflik sosial akibat keberagaman budaya mempunyai
dampak negatif yang amat luas dan kompleks.
Pada era reformasi sekarang ini, dampak negatif akibat keberagaman sosial
budaya, antara lain sebagai berikut :
10
a. Menimbulkan krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan dan sulit
diatasi , menyebabkan naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok serta
rendahnya daya beli masyarakat;
b. Menimbulkan konflik antar elite dan golongan politik, sehingga
menghambat jalannya roda pemerintah dan pelaksanaan pembangunan;
c. Menimbulkan konflik ssantar suku bangsa, antar golongan, atau antar kelas
sosial, sehingga menyebabkan timbulnya perilaku anarkisme, terorisme,
sekularisme, primordialisme, separalisme, dan sebagainya;
d. Menimbulkan perubahan sosial dan budaya yang terlalu cepat, sehingga
terjadi perubahan nilai dan norma sosial, perubahan pranata dan lembaga
sosial, perubahan pandangn hidup, perubahan sistem dan struktur
pemerintahan, dan sebagainya.

2.6 Alternatif Pemecahan Masalah


Kita tahu bahwa keberagaman budaya dapat menimbulkan konflik dan
kerusuhan sosial. Sebenarnya, telah banyak upaya yang dilakukan oleh
pemerintah kita dalam mengatasi masalah sosial akibat keberagaman budaya.
Ahli-ahli ilmu sosial juga telah memberikan teori-teori pemecahan masalah akibat
konflik sosial budaya. Namun pengaruh pemecahan masalah tersebut, tidak
langsung dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Sungguh cerdas pujangga Mpu
Tantular. Sesaat setelah melihat keanekaragaman masyarakat yang ada di dalam
masyarakat Kerajaan Majapahit, ia membuat sebuah rumus sosial yang bisa
mempersatukan seluruh perbedaan yang ada di masyarakat. Bahkan, rumus yang
ia kemukakan itu bisa dijadikan acuan dalam menghadapi permasalahan yang
muncul sebagai akibat keanekaragaman.
Ia kemudian kita ketahui menulis sebuah kitab Sutasoma, yang di dalamnya
tertulis Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Kamu tentu
mengetahui apa arti dari kalimat ini. Tetapi pelajaran yang terpenting dari
potongan sejarah ini adalah bahwa keanekaragaman bukanlah merupakan
penghambat bagi tercapainya persatuan, kesatuan, dan kerukunan masyarakat.
Fakta sejarah memang membuktikan bahwa kehidupan agama di Kerajaan
Majapahit berjalan dengan sangat harmonis antara agama Hindu Siwa, Buddha,
dan lainnya, bahkan hingga masuknya pengaruh agama Islam. Sebagai bukti

11
adalah adanya kebijakan dari raja Majapahit saat membebaskan raja-raja bawahan
di pesisir pantai utara Jawa untuk menganut agama Islam.
Itu terjadi pada abad-abad yang silam. Bagaimana cara mengatasi
permasalahan yang muncul sebagai akibat dari keanekaragaman dan perubahan
kebudayaan yang ada di masyarakat? Setidaknya ada dua potensi yang bisa
dijadikan dasar pijakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
terjadi di masyarakat yang multikultural seperti Indonesia.
a. Menggunakan Kearifan Lokal
Ada sisi positif dan negatif dari kehadiran ratusan suku bangsa di Indonesia.
Selain bisa memperkaya khazanah kebudayaan nasional, juga menjadi
pemicu munculnya disintegrasi sosial. Sering kita dengar terjadinya perang
antarsuku atau konflik sosial antaretnis di Indonesia. Ada banyak alasan
yang mendasarinya. Tetapi, yang menarik adalah ternyata banyak suku
bangsa yang mempunyai mekanisme atau cara di dalam menyelesaikan
permasalahan itu. Kisah tentang kehidupan masyarakat di Lembah Baliem,
bisa jadi merupakan contoh kearifan lokal yang dapat kita jadikan referensi
dalam upaya mencarikan solusi atas permasalahan antaretnis atau antarsuku
bangsa di Indonesia.
b. Menggunakan Kearifan Nasional
Pada saat kita dihadapkan pada beragam konflik dan sengketa yang terjadi
di antara etnis atau suku bangsa yang ada di Indonesia, belajar dari sejarah
adalah cara yang paling tepat. Pada masa penjajahan Belanda kita
merasakan betapa sulit merangkai nilai persatuan untuk sama-sama
menghadapi bangsa penjajah. Hingga ketika kita mulai menyadarinya di
tahun 1928. Saat itu kita mengakui Indonesia sebagai identitas bersama,
yang mampu mengatasi sejumlah perbedaan kebudayaan di antara suku
bangsa yang ada. Nasionalisme Indonesia pun terbentuk dalam wujud
pengakuan bahasa, tanah air, dan kebangsaan. Dampaknya adalah
perjuangan menghadapi kolonialisme Belanda semakin menampakkan
hasilnya.
c. Puncak dari pencarian identitas itu ditemukan pada saat Pancasila
disepakati sebagai dasar negara dan petunjuk atau arah kehidupan bangsa.
Kompleksitas keragaman masyarakat dan budaya di Indonesia pun bisa
diakomodasi bersama. Dasar negara inilah yang digunakan oleh para
12
founding fathers kita pada saat mendirikan sebuah Negara nasional baru.
Disebut negara nasional karena negara Indonesia terdiri atas ratusan suku
bangsa yang bisa hidup berdampingan dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

2.7 Peran Masyarakat Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya


a. Melestarikan kebudayaan daerah
b. Mewariskan kebudayaan daerah
c. Tidak melupakan atau meninggalkan kebudayan daerah

2.8 Peran Pemerintah Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya


a. Memelihara Kebudayaan Nasional
b. Menghidupkan Budaya Nasional
c. Memoerkaya Budaya Nasional
d. Membina Ketahanan Kebudayaan Nasional
e. Menyebarluaskan Dan Memenfaatkan Kebudayaan Nasional

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keanekaragaman budaya jangan dijadikan sebagai perbedaan, tetapi hendaknya
dijadikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa Indonesia
mempunyai kewajiban untuk selalu melestarikan kebudayaan yang beraneka ragam
tersebut. Di samping itu, dengan mendalami kebudayaan yang beraneka ragam tersebut,
wawasan kita akan bertambah sehingga kita tidak akan menjadi bangsa yang kerdil.
Kita dapat menjadi bangsa yang mau dan mampu menghargai kekayaan yang kita
miliki, yang berupa keanekaragaman kebudayaan tersebut.

3.2 Saran
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar kebudayaan kita
yang terkenal tinggi nilainya itu tetap lestari, tidak terkena arus yang datang dari luar.
Melestarikan kebudayaan nasional harus didasari dengan rasa kesadaran yang tingi
tanpa adanya paksaan dari siapapun. Dalam rangka pembinaan kebudayaan nasional,
kebudayaan daerah perlu juga kita kembangkan, karena kebudayaan daerah mempunyai
kedudukan yang sangat penting.Untuk menyikapi keberagaman yang ada kita harus
saling menghormati antara satu denan yang lain agar tercipta kedamaian, tidak ada
perpecahan di antara kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia

http://aprilia180490.wordpress.com/2010/05/29/keanekaragaman-suku-bangsa-di-
indonesia/

http://robiartea.blogspot.com/2012/07/makalah-pkn-keanekaragaman-suku-bangsa.html

http://tugino230171.wordpress.com/2011/10/29/keragaman-suku-bangsa-di-indonesia/

http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/03/bahasa-indonesia-dan-keberagaman-bahasa/

http://ganiasmoro.blogspot.com/2011/10/fakta-keragaman-bahasa-indonesia.html

http://www.jpnn.com/read/2012/08/31/138263/Keragaman-Bahasa-Bisa-Picu-
Disintegritas-

http://apachemask.wordpress.com/2010/12/16/keberagaman-dan-perkembangan-seni-
di-indonesia/

http://coreei7.blogspot.com/2012/08/bab-v-keberagaman-budaya-di-indonesia.html

15

Anda mungkin juga menyukai