Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pernafasan terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. insprasi akan mengekspansikan rongga
dada, menurunkan tekanan didalam alveoli paru sehingga tekanan atmosfer dapat
memaksa udara masuk.ekpirasi menekan alveoli untuk memaksa udara keluar didalam
pernafasan biasaya terjadi suatu masalah pernafasab seperti gagal nafas.

Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi
hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis.

Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-
paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida
dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)

Salah satu penyebab gagal nafas yang sering muncul yaitu disebabkan adanya benda
asing yang menyumbat saluran jalan pernafasan. Saluran pernafasan atas dapat tersumbat
oleh benda – benda asing yang terjebak dilaring, yang superior terhadap pita suara.
Penderita menjdi sulit untuk bernapas dan akan menjadi sianosis,khususnya diwajah dan
leher.

Karena pengenalan diri obstruksi jalan pernafasan merupakan kunci penatalaksanaan


yang berhasil, penting membedakan kedaruratan ini dari pingsan akibat stroke, serangan
jantung, epilepsy, kelebihan obat atau keadaan lain yang menyebabkan kegagalan
pernafasan mendadak.Obstruksi jalan pernafasan farsial maupun lengkap dapat
disebabkan oleh benda asing. Pada obstruksi saluran pernafasan farsial penderita dapat
mengeluarkan partikel ini dengan batuk jika ada pertukaran udara yang baik. Jika
pertukaran udara buruk, tandanya akan merupakan batuk lemah tak efektif , bunyi
bernada tinggi pada inspirasi, peningkatan kesulitan pernafasan, dan kemungkinan
siaonis. Pada obstruksi saluran pernfasan yang lengkap, pasien tidak sanggup berbicara,
bernafas atau batuk ia bisa menggengam lehernya. Untuk menghilangkan obstruksi benda
asing digunakan tiga prasat manual : mereka meliputi pukulan dari belakang, dorongan

1
manual, dan rogohan jari.Pukulan dari belakang merupakan rangkaian cepat, empat
pukulan tajam yang dilakukan,tepi tangan diatas vertebra dan diantara dua bahu. Dapat
dilakukan penderita yang sedang duduk, berdiri atau berbaring dan harus dilakukan kuat –
kuat dalam urutan yang cepat, bila mungkin, kepala penderita harus lebih rendah, dari
pada dadanya untuk menggunakan efek gravitasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan di bahas didalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi tentang gagal napas ?
2. Bagaimana manifestasi klinis pada gagal napas ?
3. Apa saja etiologi mengenai gagal napas ?
4. Bagaimana patofisiologi gagal napas ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada gagal napas ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada gagal napas ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi gagal napas
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis gagal napas
3. Untuk mengetahui etiologi gagal napas
4. Untuk mengetahui patofisiologi gagal napas
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gagal napas
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gagal napas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Gagal napas akut adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi
hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis
(Corwin, 2009).
Gagal napas akut adalah memburuknya proses pertukaran gas paru yang
mendadak dan mengancam jiwa, menyebabkan retensi karbon dioksida dan oksigen
yang tidak adekuat (Morton, 2011).
Urden, Stacy dan Lough mendifinisikan gagal napas akut sebagai suatu
keadaan klinis yaitu sistem pulmonal tidak mampu mempertahankan pertukaran gas
yang adekuat (Chang, 2009).
Gagal nafas adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi
hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbondioksida arteri) dan asidosis.

B. MANIFESTASI KLINIS
Tanda
1) Gagal nafas totalAliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
a) Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta
tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
b) Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
2) Gagal nafas parsial
a) Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
b) Ada retraksi dada
Gejala
1) Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
2) Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

C. ETIOLOGI
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang
menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)
sehingga pernafasan lambat dan dangkal.

3
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke
saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti
gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular
yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi
paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit
pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan
dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah
pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang
mendasar
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia
diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang
bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah
beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

D. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural
maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik
adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik,
emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara). Pasien
mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara
bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya.
Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.

4
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi,
cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi
lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan
tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang
dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau
dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

5
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hb : dibawah 12 gr %
2. Analisa gas darah :
a) pH dibawah 7,35 atau di atas 7,45
b) paO2 Hipoksemiaringan : PaO2 < 80 mmHg
c) Hipoksemiasedang : PaO2 < 60 mmHg
d) Hipoksemiaberat : PaO2 < 40 mmHg
e) pCO2 di bawah 35 atau di atas 45 mmHg
f) BE di bawah -2 atau di atas +2
3. Saturasi O2 kurang dari 90 %
4. Ro” : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan , dapat terlihat perpindahan letak
mediastinum
5. EKG mungkin memperhatikan bukti- bukti regangan jantung di sisi kanan
distritmia.
6. Radiografi dada
7. Pemeriksaan sputum
8. Pemeriksaan fungsi paru
9. Angiografi
10. Pemindaian ventilasi perfusi
11. CT
12. Skrinning toksikologi
13. Hitung darah lengkap
14. Elektrolit serum
15. Sitology
16. Urinalisis
17. Bronkogram
18. Bronkoskopii
19. Ekokardiografi

F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
a) Airway

6
Peningkatan sekresi pernapasan
Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b) Breathing
Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/ bradipneu, retraksi.
Menggunakan otot aksesori pernapasan
Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
Papil edema
Penurunan haluaran urine
Kapiler refill
Sianosis.

Pengkajian Sekunder
a) Pemeriksaan fisik head to toe.
b) Pemeriksaan keadaanumum dan kesadaran
c) Eliminasi : Kaji haluaran urin, diare /konstipasi.
d) Makanan/ cairan : Penambahan BB yang signifikan, pembengkakan
ekstrimitas oedema pada bagiant ubuh.
e) Nyeri/ kenyamanan : Nyeripadasatusisi, ekspresimeringis.
f) Neurosensori : Kelemahan :perubahan kesadaran.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
produksi secret.
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan di permukaan
alveoli, alveolar hipoventilasi.
c) Ketidakefektifan pola nafas berhubungandengan kelelahan, pengesetan
ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang ETT

3. INTERVENSI

7
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan Tujuan : Klien akan Airway suction
bersihan jalan napas memperlihatkan kemampuan 1. Pastikan kebutuhan oral/
meningkatkan dan tracheal suctioning
berhubungan dengan
mempertahankan keefektifan 2. Auskultasi suara nafas
peningkatan produksi jalan nafas sebelum dan sesudah
Kriteria hasil : suctioning
secret.
1. Bunyi nafas bersih 3. Informasikan kepada
klien dan keluarga tentang
2. Ronchi (-)
suctioning
3. Tracheal tube bebas 4. Berikan O2 dgn
sumbatan menggunakan nasal untuk
memfasilitasikan suction
nasotrakeal
5. Anjurkan alat yang steril
setiap melakukan tindakan
6. Monitor status oksigen
pasien
2 Gangguan pertukaran Tujuan : Klien akan Air way management
gas berhubungan dengan memperlihatkan kemampuan 1. Buka jalan nafas
pertukaran gas yang kembali 2. Posisikan pasien untuk
sekresi tertahan di
normal memaksimalkan ventilasi
permukaan alveoli, Kriteria hasil : 3. Pasang mayo bila perlu
1. Hasil analisa gas darah 4. Lakukan suction pada
alveolar hipoventilasi.
normal : mayo
5. Auskultasi suara nafas,
PH (7,35 – 7,45)
catat adanya suatu
PO2 (80 – 100 mmHg)
tambahan
PCO2 ( 35 – 45 mmHg)
6. Monitor konsentrasi dan
BE ( -2 - +2)
status O2
2. Tidak cyanosis

3 Ketidakefektifan pola Tujuan : Klien akan Manajemen jalan napas buatan


nafas berhubungan mempertahankan pola nafas 1. Lakukan pemeriksaan
dengan kelelahan, yang efektif ventilator tiap 1-2 jam
pengesetan ventilator Kriteria hasil : 2. Evaluasi semua alarm dan
yang tidak tepat, 1. Nafas sesuai dengan tentukan penyebabnya
obstruksi selang ETT irama ventilator 3. Pertahankan alat resusitasi
2. Volume nafas adekuat manual (bag & mask) pada
3. Alarm tidak berbunyi posisi tempat tidur
sepanjang waktu
4. Monitor selang/cubbing
ventilator dari terlepas,
terlipat, bocor atau
tersumbat

8
5. Evaluasi tekanan atau
kebocoran balon cuff
6. Masukkan penahan gigi
(pada pemasangan ETT
lewat oral)
7. Amankan selang ETT
dengan fiksasi yang baik
8. Monitor suara nafas dan
pergerakan ada secara
teratur

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan


oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang
adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997).
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran
oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan gangguan pada
kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001).

Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-
paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida
dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).

Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi
hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis.

B. SARAN

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan kita lebih memahami dan mengetahui tentang
gagal nafas, serta penatalaksanaan yang dapat diberikan pada klien dengan masalah gagal
napas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Ester, 2009, Patofisiologi: aplikasi pada praktik keperawatan,

EGC: Jakarta

Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisibahasa Indonesia,

EGC: Jakarta

Muttaqin, Arif, 2012, Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan

EGC: Salemba Medika

Morton, Patricia Gonce, 2011, Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Kep. Holistik, Ed.

8,Egc: Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai