Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit urolithiasis dikenal sejak zaman babilonia dan zaman

Mesir Kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah ditemukannya batu pada

kandung kemih seorang mumi. Di negara-negara berkembang banyak di

jumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak di

jumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas karena adanya

pengaruh status gizi dan aktivitas sehari- hari. Hal ini karena adanya

pengaruh status gizi dan aktifitas pasien sehari-hari. Penyakit ini

merupakan tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi

saluran kemih dan pembesaran prostat benigna. (Basuki, 2011)

Di dunia, penyakit ini termasuk dalam tiga penyakit terbanyak

di bidang urologi dengan rata-rata prevalensi 1-12% tahun. Prevalensi

di Amerika Serikat dan Eropa relatif sama dengan 5 - 10% sedangkan

20% terjadi di beberapa negara timur tengah seperti Arab Saudi.

(Basuki B, 2012; Wong et al, 2015).

Di Indonesia sendiri, angka kejadian batu saluran kemih

sesungguhnya masih belum dapat diketahui namun diperkirakan

terdapat 170.000 kasus setiap tahunnya. Hal ini bahwa penyakit

urolithiasis adalah penyakit yang tersering di sistem perkemihan

(Buntaram et al, 2014).


2

Berdasarkan data dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah

Haji Provinsi Sulawesi Selatan mencatat bahwa dalam tiga tahun terakhir

yakni 2015 sampai pada 2016 terdapat sebanyak 472 penderita, dengan

penderita laki-laki sebanyak 298 orang dan perempuan sebanyak 174

orang.

Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada

wanita. Hal ini karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama

pembentuk batu pada wanita lebih rendah daripada laki-laki dan kadar

sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada

wanita lebih tinggi daripada laki-laki. (Kimata, 2012)

Batu saluran kemih banyak dijumpai pada umur dewasa antara 30-

60 tahun. Umur terbanyak penderita batu saluran kemih di negara-negara

barat antara 20-50 tahun dan di Indonesia sendiri antara 30-60 tahun.

Kemungkinan besar keadaan ini disebabkan karena adanya perbedaan

faktor social ekonomi , budaya dan diet.

Peningkatan jumlah pasien dengan batu saluran kemih

berhubungan langsung dengan faktor-faktor pembentuk batu itu sendiri.

Faktor-faktor instrinsik seperti genetik, penyakit, jenis kelamin, ras dan

usia memegang peranan sekitar 25% sedangkan sebesar 75% dipengaruhi

oleh faktor ekstrinsik seperti iklim tempat tinggal, geografis, kebiasaan

menahan buang air kecil, kurang mengonsumsi air, diet tinggi oksalat dan

sumber air minum. (Rully, 2010)


2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu :

a. Apakah ada hubungan perilaku diet dengan kejadian penyakit

urolithiasis di RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan ?

b. Apakah ada hubungan obesitas dengan kejadian penyakit

urolithiasis di RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan ?

c. Apakah ada hubungan kebutuhan cairan dengan kejadian

penyakit urolithiasis di RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan ?

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

urolithiasis di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Provinsi Sulawesi

Selatan Tahun 2017

b. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku diet dengan

kejadian penyakit urolithiasis di Rumah Sakit Umum

Daerah Haji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017

b. Untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian

penyakit urolithiasis di Rumah Sakit Umum Daerah Haji

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017


4

c. Untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan cairan

dengan kejadian penyakit urolithiasis di Rumah Sakit

Umum Daerah Haji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017

4. Manfaat Penelitian

1. Instansi Rumah Sakit

Untuk dijadikan masukan bagi petugas medis dan tempat

pelayanan guna meningkatkan pengetahuan terkait dengan kejadian

penyakit urolitiasis

2. Institusi Pendidikan

Diharapkan bisa menjadi penyedia data dasar yang dapat

digunakan untuk meneliti lebih lanjut, khususnya mengenai

hubungan pengetahuan dengan kejadian penyakit urolithiasis.

3. Peneliti

Diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan

peneliti mengenai hubungan pengetahuan dengan kejadian penyakit

urolithiasis dengan kejadian penyakit urolithiasis, sehingga dapat

dijadiakan acuan dalam penelitian selanjutnya

5. Keaslian Penelitian

a. Muthia Arsil Buntaram, Siti Annisa Devi Trusda, dan Rio

Dananjaya ( 2014 ) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan

Angka Kejadian Batu Saluran Kemih pada Pasien Rawat jalan

Rumah Sakit Al-Islam tahun 2014”. Tujuan penelitian yaitu untuk

melihat angka kejadian pada batu saluran kemih dan infeksi saluran
kemih, serta hubungan antara batu saluran kemih dengan angka

kejadian infeksi saluranj kemih pada pasien rawat jalan di Rumah

Sakit Al-Islam Bandung Tahun 2014.

b. Hidayah ID, Nugroho.T, dan Widianto.A ( 2013 ) melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Batu Lokasi Ureter dengan

Manifestasi Klinis pada Pasien Urolithiasis di RSKB Nur

Yogyakarta”. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan

batu lokasi ureter dengan manifestasi yang muncul pada pasien

urolithiasis di Rumah Sakit Khusus Bedah An Nur Yogyakarta

c. Adhitya Irama Putra ( 2013 ) melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Diet dengan Indeks Massa Tubuh

( IMT ) Member Fitness Center “. Tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui tingkat pengetahuan diet,indeks massa tubuh ( IMT ),

dan hubungan tingkat pengetahuan diet dengan indeks massa tubuh

( IMT ) member fitness center di Gadjah Mada Medical Center

( GMC ) Health Center

d. Sandi Wahab, Onny Setiani, Tri Joko ( 2012 ) melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Kandungan Mineral Calcium,

Magnesium, Mangaan Dalam Sumber Air Dengan Kejadian Batu

Saluran Kemih Pada Penduduk Yang Tinggal di Kecamatan

Songgom Kabupaten Brebes

Anda mungkin juga menyukai