Anda di halaman 1dari 6

Pasien marasmus berat dirawat inap dengan pengobatan rutin sebagai berikut: 1,2,3,4

1. Atasi/cegah hipoglikemia

Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35°C, atau suhu rektal 35,5°C). Bila
kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, maka berikan:

 50 ml bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa (1 sendok teh gula dalam 5 sendok makan air)
secara oral atau sonde/pipa nasogastrik.
 Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼
bagian dari jatah untuk 2 jam).
 Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam.

1. Atasi/cegah hipotermia

 Bila suhu rektal < 35,5°C, hangatkan anak dengan pakaian atau selimut, atau letakkan dekat
lampu atau pemanas.
 Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5°C.

1. Atasi/cegah dehidrasi

 Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali. Jika anak
masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberikan minum anak 5
ml/kgBB setiap 30 menit cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP.
 Jika tidak ada cairan khusus untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit. Jika
anak tidak dapat minum maka dilakukan rehidrasi intravena dengan cairan Ringer
Laktat/Glukosa 5% dan NaCl 0,9%.

1. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP berat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya:

 Kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium plasma rendah.


 Defisiensi kalium dan magnesium. Ketidakseimbangan ini diterapi dengan memberikan:

ü K 2 – 4 meq/kgBB/hari (150 – 300 mg KCL/kgBB/hari).

ü Mg 0,3 – 0,6 meq/kgBB/hari (7,5 – 15 MgCl2/kgBB/hari).

1. Obati/cegah infeksi

Pada KEP berat, tanda yang umumnya menunjukan adanya infeksi seperti demam, seringkali tidak
nampak, oleh karena itu pada semua KEP berat secara rutin diberikan:
 Antibiotika spektrum luas, bila tanpa komplikasi: kontrimoksazol 5 ml suspensi pediatri secara
oral, 2 kali sehari selama 5 hari (2,5 ml bila BB < 4 kg).
 Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, infeksi
kulit, infeksi saluran napas atau saluran kencing) beri ampisilin 50 mg/kgBB IM atau IV setiap
6 jam selama 2 hari, kemudian secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam, selama 5
hari.
 Bila amoksisilin tidak ada, maka teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam secara oral, atau
gentamisin 7,5 mg/kgBB/IM atau IV sekali sehari selama 7 hari.
 Bila dalam 48 jam tidak ada kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25 mg/kgBB/IM atau
IV setiap 6 jam selama 5 hari.
 Bila terdeteksi kuman spesifik, beri pengobatan spesifik. Bila anoreksia menetap selama 5 hari
pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian hingga 10 hari.
 Vaksinasi campak bila umur anak > 6 bulan dan belum pernah diimunisasi.

1. Koreksi defisiensi nutrien mikro

Berikan setiap hari:

 Tambahan multivitamin.
 Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
 Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari.
 Bila berat badan mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferosus 10 mg/kgBB/hari.
 Vitamin A oral pada hari 1, 2 dan 14. Untuk umur > 1 tahun 200.000 SI, umur 6 – 12 bulan
100.000 SI, dan umur 0 – 5 bulan 50.000 SI.

1. Mulai pemberian makanan

Pemberian diet dibagi dalam 3 fase, yaitu: fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi.

 Fase Stabilisasi (2 – 7 hari)

Fase dimulainya pemberian makanan segera setelah anak dirawat sehingga energi dan protein cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal tubuh.

Prinsif pemberian nutrisi pada fase inisial/stabilisasi adalah sebagai berikut:

ü Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa.

ü Oral atau nasogastrik.

ü Kalori 100 kkal/kgBB/hari

ü Protein 1 – 1,5 gr/kgBB/hari.

ü Cairan 130 ml/kgBB/hari.


 Fase Transisi (Minggu ke-2)

Fase pemberian makanan secara perlahan-lahan untuk menghindari resiko gagal jantung dan
intoleransi saluran cerna bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

ü Kalori 150 kkal/kgBB/hari

ü Protein 2 – 3 gr/kgBB/hari

ü Cairan 150 ml/kgBB/hari.

 Fase Rehabilitasi (Minggu ke-3 – 7)

Pada masa pemulihan, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai asupan makanan
yang tinggi dan pertambahan BB > 10 gr/kgBB/hari. Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya
selera makan, biasanya 1 – 2 minggu setelah dirawat.

Setelah masa transisi dilampaui, anak diberi:

ü Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering.

ü Energi 150 – 220 kkal/kgBB/hari.

ü Protein 4 – 6 gr/kgBB/hari

ü Bila anak masih mendapat ASI, teruskan tetapi beri formula lebih dulu karena energi dan protein
ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar.

1. Fasilitasi tumbuh kejar

Untuk mengejar pertumbuhan yang tertinggal, anak diberi asupan makanan seperti pada fase-fase
tersebut di atas. Untuk itu harus tersedia jumlah asupan makanan yang memadai seperti pada
tahapan fase-fase di atas.

1. Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental.

10. Siapkan follow up setelah sembuh

Bila berat badan sudah mencapai 80% BB/U dapat dikatakan anak sembuh. Pola pemberian makan
yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah penderita dipulangkan. Kepada
orang tua disarankan:

 Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur.


 Pemberian suntikan/imunisasi ulang (booster).
 Pemberian vitamin A setiap 6 bulan.
Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu:

 Defisiensi vitamin A.
 Dermatosis.
 Penyakit karena parasit/cacing.
 Diare berlanjut.
 Tuberkulosis, obati sesuai dengan pedoman tuberkulosis.

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)

Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima
makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi
masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.

2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini anak harus
dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya
lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas.

3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP dengan dehidrasi adalah :

· Ada riwayat diare sebelumnya

· Anak sangat kehausan

· Mata cekung

· Nadi lemah

· Tangan dan kaki teraba dingin

· Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

· Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa berhenti. Jika
anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok
makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal.

· Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakan oralit yang
diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer
Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan 1:1.

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit


Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit.Ketidakseimbangan
elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu
paling sedikit 2 minggu.

Berikan :

- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam

- bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn,
Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak

5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam
seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara rutin diberikan
antibiotik spektrum luas.

6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk

Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, fase stabilisasi, fase transisi, dan fase
rehabilitasi

a. Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faal anak sangat
lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.

b. Fase Transisi (minggu ke 2)

Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk menghindari risiko gagal
jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

c. Fase Rehabilitasi (minggu ke 3-7)

· Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.

· Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari

· Protein 4-6 gram/kg bb/hari

· Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO 100/Pengganti/Modisco 1,
karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)

Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi

a. Fase transisi:

i. Frekuensi nafas

ii. Frekuensi denyut nadi

iii. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan


b. Pemantauan fase rehabilitasi

i. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

ii. Setiap minggu kenaikan berat badan dihitung.

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro

Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa
terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan berat
badannya mulai naik (biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat
memperburuk keadaan infeksinya.

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional

Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya
berikan :

i. Kasih sayang

ii. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

iii. Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

iv. Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

v. Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah

Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan dipantau
oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi
harus tetap dilanjutkan dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan.

Anda mungkin juga menyukai