Phempigus Vulgaris PDF
Phempigus Vulgaris PDF
Febrina Rahmayanti
Department of Oral Medicine
Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia
Correspondence: Febrina Rahmayanti, Department of Oral Medicine Faculty of Dentistry Universitas Indonesia Jl. Salemba Raya No.4 Jakarta Pusat,
Phone/Fax: 021-2303257. e-mail: febrina_r@ui.ac.id
ABSTRACT
Background: Pemphigus vulgaris (PV) is a chronic autoimmune mucocutaneous disease. It often begins with blister formations
which easily rupture. Fifty percent to 70% of patients with PV have initial site of involvement in the oral mucosa, before extensive
extraoral or other mucosa lesion appear. Oral lesions are hallmark of PV. Purpose: The aim of this paper is sharing information with
general practitioner dentists to recognize clinical presentations, examination and adequate therapy for PV. CASE: This article
reports a case of PV in a 37 years old woman who had complained chronic aphthous without any skin lesion. Two years ago, she had
come to our clinic and diagnosed of Recurrent aphthous stomatitis (RAS). After that, she also had been diagnosed of Erythema
multiforme(EM). Clinical examinations had found desquamative gingivitis, multiple oral mucosa ulcerations and sloughing. Definitive
diagnosis made after biopsy of the oral mucosa, demonstrated suprabasal and intraepitel acantholysis, which is histopathology
characteristic of PV. Case Management: Patients treated with corticosteroid combined with Azathioprine and induce the clinical
remission. Conclusion: The conclusion are PV frequently affects oral mucosa initially and it must be distinguished from other oral
ulceration (RAS and EM), which can be the sole manifestation of PV, at least initially. A full history and examination, biopsy and
appropriate histopathology are indicated. Thus, establishment of definite diagnosis and adequate and comprehensive combination
treatment (corticosteroid and Azathioprine), could present clinical remission.
Iran memaparkan rata-rata usia pasien Pemphigus Lagha 5, diagnosis PV baru ditetapkan 4 bulan setelah
adalah 42 tahun.6 Pada kasus ini, PV terjadi pada simptom pertama muncul. Dinyatakan juga bahwa
pasien wanita usia 37 tahun, yaitu akhir dekade 3. hanya sekitar 57% PV oral yang terdiagnosis dalam
Angka kejadian PV adalah satu kasus per sejuta 6 bulan pertama. Sekitar 70% pasien mengunjungi
populasi, namun meningkat pada keturunan Yahudi, lebih dari 4 dokter sebelum diagnosis PV ditetapkan.
Timur Tengah serta Asia Selatan. Hal ini Pasien umumnya mengeluhkan adanya rasa
kemungkinan terkait erat dengan genetik dan ras, sakit yang persisten di mulut atau kadang disertai
yaitu pada HLA Class II alel (DRB1*0402, DRw14 dan rasa terbakar. Karakteristik klinis berupa ulserasi
DQB1*0503). 2-4,9 Sedangkan di Jepang terkait HLA superficial yang luas dan tepi ireguler pada mukosa
B-15(B*1507).2 Belum diketahui faktor etiologi atau oral.8 Pada kasus ini, pasien juga mengeluhkan
predisposisi PV. Namun, beberapa faktor dinyatakan adanya rasa nyeri, sehingga sulit makan dan minum,
berkontribusi, yaitu makanan, obat-obatan (captopril, dengan lesi ulserasi pada mukosa bukal, palatal,
penicillamine, rifampisin, diklofenak, dan ACE- dasar mulut, lidah dan bibir. Terdapat pula sloughing
inhibitor lainnya), keganasan, estrogen,2,4,9 serta infeksi di mukosa bukal dan palatum serta deskuamasi,
virus herpes dan pemakaian pestisida. 4 Pada kasus erosif pada gingiva. Ternyata mukosa bukal adalah
ini belum diketahui penyebab yang pasti terjadinya daerah predileksi lokasi lesi yang paling umum,
keadaan autoimun tersebut. diikuti lesi pada palatal dan bibir.2,3 Literatur lain
Lesi PV pada kasus ini hanya terdapat pada oral menyatakan lesi di daerah bukal (18%), gingival
tanpa adanya lesi di kulit atau di mukosa lainnya, (13%), palatum (3%), lidah (2%), lesi dasar mulut
walaupun kelainan sudah terjadi sekitar 2 tahun. Hal (0%), sementara lesi di beberapa tempat (6%).7 Lesi
ini mungkin disebabkan autoantibodi hanya PV dapat berupa ulserasi yang kronik, namun
menyerang desmoglein-3 (Dsg-3), yang dominan sembuh tanpa scar. Deskuamasi atau erosi pada
menjadi target dari autoantibodi pada tahap awal lesi gingiva merupakan gambaran yang umum terjadi,
PV oral. Pengujian enzyme-link immunosorbent essays demikian pula pada kasus ini. 4
(ELISA) saat ini dapat mendeteksi proporsi Dsg-1 Gambaran klinis PV yang kadang tidak spesifik
dan Dsg-3. Berdasarkan penelitian, pada 50% pasien pada tahap awal lesi menyebabkan lesi ulserasi
PV oral yang terdeteksi keterlibatan Dsg-1 memiliki mukosa oral didiagnosis dengan penyakit yang lain.
lesi PV oral yang lebih parah. Proporsi Dsg-1 dan Seperti halnya pada kasus ini yang didiagnosis awal
Dsg-3 berhubungan dengan keparahan dari PV.2,4 sebagai SAR atau ulserasi yang menyerupai
Namun pada kasus ini, tidak dilakukan pemeriksaan SAR(aphthous like ulcer). Suatu penelitian tentang PV
imunofluorecence ataupun ELISA karena pasien di Iran10 menyatakan bahwa 23% pasien PV memiliki
menolak dengan alasan tidak ada biaya. Namun hasil riwayat lesi menyerupai SAR, dengan 95% dari lesi
pemeriksaan histopatologis telah memberikan tersebut didiagnosis sebagai SAR. SAR merupakan
gambaran yang khas untuk PV. lesi ulserasi dangkal, soliter yang terbatas pada
Sekitar 80%-90% kasus PV memiliki lesi oral dan mukosa oral, berbentuk bulat atau oval, dasar ulser
pada 50%-60% kasus lesi oral merupakan lesi tertutup pseudomembran kuning keabu-abuan dan
pertama yang timbul sebelum adanya lesi di kulit, tepinya dikelilingi daerah eritematous. SAR
dan atau mengenai mukosa lainnnya (eosafagus, umumnya akan hilang dalam 4 – 14 hari.11 Pada
laring, faring, nasal, genital). Lesi oral PV dapat kasus ini, sejak awal sudah terjadi lesi pada daerah
merupakan lesi yang berdiri sendiri tanpa adanya palatum, hal ini patut diperhatikan, karena pada
lesi di tempat lain atau tanpa diikuti terjadinya lesi umumnya ulserasi SAR jarang di palatum. 11. Ulserasi
di tempat lain. 2,7 Di beberapa pusat penelitian seperti tersebut baru dipertimbangkan PV setelah persisten
di Bulgaria, frekuensi pasien PV dengan lesi oral dan terjadi progresivitas atau adanya lesi di kulit.10
adalah 66%, di Italia 83% dan di Israel 92%. Lesi oral Berdasarkan data yang ada, tahap awal kasus ini juga
yang merupakan lesi inisial dari PV seringkali memberikan gambaran klinis berupa ulserasi
menyebabkan penetapan diagnosis terlambat multipel di mukosa oral yang soliter, sehingga
ditegakkan.2 Hal ini karena lesi mukosa oral memiliki mengacu pada SAR. Pasien didiagnosis SAR sekitar
gambaran klinis yang tidak spesifik PV, sehingga 7 bulan sebelum didiagnosis PV.
dapat menyerupai penyakit lainnya. Seperti halnya Selain menyerupai SAR, lesi PV juga dapat mirip
pada kasus ini, diagnosis PV ditegakkan setelah dengan lesi Eritema Multiforme (EM). Pada kasus ini,
sekitar 1 tahun pasien mengeluhkan ulserasi yang pasien juga memiliki riwayat terdiagnosis Eritema
hilang timbul. Pada kasus yang dilaporkan oleh Multiforme, hal ini berdasarkan data anamnesa yang
Rahmayanti: Pemphigus vulgaris oral : Mengenali gambaran klinis awal dan tatalaksana (Laporan kasus)
Jurnal PDGI 60 (1) Hal. 29-34 © 2011
33
menyatakan pasien minum jamu godok untuk meminimalkannya dikombinasi dengan terapi
sariawan yang dialami sebelumnya, kemudian adjuvant(steroid-sparing).9,13 Adjuvant yang paling
ulserasinya menjadi mudah berdarah. Saat itu, lesi sering digunakan adalah imunosupresan, seperti
terdapat di mukosa oral dan bibir dengan gambaran Azathioprine dan cyclophosphamide. Selain
patognomonik untuk EM. Sirois dkk 7 menyatakan imunosupresan, adjuvant yang lain adalah anti
adanya PV yang didiagnosisbanding dengan EM, inflamasi, antimalaria dan terapi imunomodulator.2-4
selain dengan Pemphigoid, Lichen Planus(LP) 8, SAR Pemakaian Azathioprine memberikan hasil yang baik
dan lesi ulserasi lainnya.12 Adanya lesi ulserasi kronik pada kasus yang ringan, sehingga pada kasus ini
yang multipel perlu dipertimbangkan untuk digunakan Azathioprine dengan dosis 50 mg per
memikirkan kemungkinan diagnosis PV, Pemphigoid, hari.
dan LP erosif. 5 Namun pada kasus ini, adanya data Efek samping terapi yang dapat terjadi adalah
anamnesa pada penggunaan jamu godok dan lesi kandidiasis.6 Pada kasus ini, untuk menghindari
patognomonik EM menyebabkan adanya kandidiasis diberikan antifungal, nystatin oral
pertimbangan diagnosis EM. Pada PV, ulserasi kronik suspension. Infeksi kandida dapat terjadi karena
dapat mengesampingkan kemungkinan diagnosis pemakaian kortikosteroid dan imunosupresan
SAR, infeksi virus herpes simpleks atau EM. dapat meningkatkan terjadinya netropenia dan
Diagnosis PV pada kasus ini akhirnya menekan sistem imun seluler.14
dipertimbangkan, karena perjalanan penyakit Kontrol plak dan skaling secara rutin
ulserasi mukosa oral yang telah bersifat kronis, serta dilakukan pada kasus ini, untuk mencegah
setelah adanya gambaran sloughing pada daerah progresivitas dari PV dan kelainan periodontalnya,14
palatal dan mukosa bukal, serta lesi deskuamatif sehingga kualitas hidup pasien tidak bertambah
pada gingiva. Diagnosis definitif ditegakkan buruk. Sesi perawatan periodontal ini juga
berdasarkan biopsi dan pemeriksaan histopatologi. dilaporkan oleh Robinson dkk.9
Akantolisis terjadi karena reaksi autoimun yang Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa
merusak struktur desmosom (jembatan interseluler) PV dapat berupa lesi oral tanpa adanya lesi di
menyebabkan blister, serta ditemukannya sel tempat lain (kulit atau mukosa lainnya) yang tidak
keratinosit bulat (Tzanck cell).3,12 Selain dilakukan spesifik PV, dan dapat menyerupai lesi SAR dan EM.
anamnesa dan pemeriksaan klinis yang lengkap, dan Sehingga dokter gigi perlu mempertimbangkan
kemudian dilakukan biopsi, diagnosis juga kemungkinan diagnosis PV pada lesi ulserasi yang
dikonfirmasi dengan pemeriksaan immunostaining, sifatnya kronis dan progresif. Diagnosis pasti PV
yaitu pengujian titer serum antibody dengan indirect ditegakkan melalui pemeriksaan histopatologis
immunofluorecence (IIF). 2 dari biopsi. Terapi kombinasi steroid dan
Menurut Fellner & Sapadin5, terdapat 2 tahap Azathioprine memberikan hasil yang baik dalam
terapi PV, pertama adalah fase loading, yaitu untuk kasus ini.
mengontrol penyakit, dan kedua adalah fase
maintenance yang terdiri dari konsolidasi dan terapi
tapering. Terapi utama PV adalah kortikosteroid, DAFTAR PUSTAKA
yang digunakan sendiri atau dikombinasi dengan
1. Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burket’s oral
imunosupresan. 2,3,5,7 Tujuan terapi adalah menekan medicine. 11th ed. Ontorio: BC Decker Inc. 2008. p .
sirkulasi autoantibodi, sehingga tidak terjadi 62- 6.
akantolisis, atau hilangnya perlekatan antara 2. Black M, Mignogna MD, Scully C. Mucosal disease
suprabasal dengan lapisan dibawahnya. 9,12 series, number II: Pemphigus vulgaris. Oral Disease
Pemberian dosis awal, tergantung keparahan dan 2005. 11: 119-30.
lamanya (chronicity) lesi. Pemakaian prednison 3. Darling MR, Daley T. Blistering mucocutaneous
sistemik direkomendasikan 0,5-2 mg/kg berat disease of the oral mucosa-A review: Part
badan. 5 Pada kasus ini, terapi awal diberikan 2.Pemphigus vulgaris. J Can Dent Assoc 2006. 72(1):
prednison dengan dosis 60 mg/hari, kemudian 63-6.
diturunkan sesuai dengan respon terapi. 4. Scully C, Challacombe SJ. Pemphigus vulgaris:update
on etiopathogenesis, oral manifestations, and
Sedangkan Triamcinolone acetonide diaplikasikan
management. Crit Rev Oral Biol Med 2002. 13(5): 397-
untuk deskuamatif gingivitis. 408.
Kortikosteroid sistemik dapat memberikan
efek samping terapi, sehingga untuk
Rahmayanti: Pemphigus vulgaris oral : Mengenali gambaran klinis awal dan tatalaksana (Laporan kasus)
34 Jurnal PDGI 60 (1) Hal. 29-34 © 2011
5. Lagha NB, Poulesquen V, Roujeau JC, Alantar A, 11. Femiliano F, Gombos F, Nunziata M, Esposito V, Scully
Maman L. Pemphigus vulgaris: A case-based update. C. Pemphigus mimicking aphthous stomatitis. J Oral
J Can Dent Assoc 2005. 71(9):667-72. Pathol Med 2005. 34: 508-10.
6. Davatchi CC, Valikhani M, Daneshpazhooh M, Esmaili 12. Davenport S, Chen SY, Miller AS. Pemphigus vulgaris:
N, Balighi K, Hallaji Z, Barzegari M, Akhiani M, Ghodsi Clinicopathology review of 33 cases in the oral cavity.
Z, Mortazavi H, and Naraghi Z. Pemphigus: analysis Int J Periodontics Restorative Dent 2001. 21: 85-90.
of 1209 cases. International Journal of Dermatology 13. Olszewska M, Strasz ZK, Sulej J, Labecka H, Cwikla J,
2005. 44:470-76. Natarska U and Blaszzyk M. Efficacy and safety of
7. Sirois D, Leigh JE, Sollecito TP. Oral pemphigus cyclophosphamide, azathioprine, and cyclosporine
vulgaris preceding cutaneous lesions: recognition and (ciclosporin) as adjuvant drugs in pemphigus vulgaris.
diagnosis. JADA 2000. 131: 1156-60. Am J Clin Dermatol 2007. 8(2): 85-92.
8. Silva KD, Mandel L. Early manifestation of pemphigus 14. Akman A, Kacaroglu H, Yilmaz E, Alpsoy E.
vulgaris. NYSDJ 2007. 42-44. Periodontal status in patients with pemphigus vulgaris.
9. Robinson NA, Yeo JF, Lee YS. Oral pemphigus vulgaris: Oral Disease 2008. 14: 640-3.
a case report and literature update. Ann Acad Med
Singapore 2004. 33(Suppl): 63S-8S.
10. Daneshpazhooh M, Davatchi CC, Ramezani A,
Hernami MR. Abortive aphthous-like oral lesions: an
underreported initial presentation of pemphigus
vulgaris. Journal European Academy of Dermatology
and Venereology 2008. 23: 157-9.