Anda di halaman 1dari 88

PENERAPAN MANAJEMEN BERSIHAN JALAN NAPAS SEBAGAI

TERAPI UNTUK KEPATENAN JALAN NAPAS PADA PASIEN


PNEUMONIA DI RUANG LAMBU BARAKATI ANAK
RSU BAHTERAMAS KENDARI
2018

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan

Oleh :

TRI SUCI MELATI


NIM. P00320015048

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2017/2018

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Tri Suci Melati

NIM : P00320015048

Institusi Pendidikan : Politeknik Kesehatan Kendari / Jurusan Keperawatan

Judul KTI : PENERAPAN MANAJEMEN BERSIHAN JALAN


NAPAS SEBAGAI TERAPI UNTUK KEPATENAN
JALAN NAPAS PADA PASIEN PNEUMONIA DI RUANG
LAMBU BARAKATI ANAK RSU BAHTERAMAS
KENDARI 2018

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya

sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Kendari, 8 Agustus 2018


Yang membuat pernyataan,

TRI SUCI MELATI

iii
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Tri Suci Melati

2. Tempat/Tanggal Lahir : Landono, 17 Desember 1997

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia

6. Alamat : Desa Wonua Sangia, Kec. Landono,

Kab. Konawe Selatan

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN 1 Landono, Tamat Tahun 2009

2. SMPN 1 Landono, Tamat Tahun 2012

3. SMAN 11 Konawe Selatan, Tamat Tahun 2015

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Periode 2015-2018

iv
MOTTO

Don’t just make yourself beautiful


for people to see because of your face
But be smart and successful to be made right choice….

“Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke


atas kamu pedihya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa
Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain dia. Maka Allah
menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap
kepada-Nya.”
(Imam Syafi’i)

Karya ini kupersembahkan untuk Ayah, Ibu, saudara – saudaraku

tercinta juga keluarga besarku. Terimalah tetesan keringat

dan titisan ilmu meski terangkai sederhana namun bukti

baktiku bagi Agama, Almamater, dan Bangsaku

v
ABSTRAK

Tri Suci Melati, NIM : P00320015048 “Penerapan Manajemen Bersihan

Jalan Napas Sebagai Terapi Utuk Kepatenan Jalan Napas pada Pasien

Pneumonia Di Ruang Lambu Barakati Anak RSU Bahteramas Kendari

2018”. Di bombing oleh ibu Hj.Nurjannah, BSc., S.Pd., M.Kes dan ibu Fitri

Wijayati, S.Kep., Ns., M.Kep. Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan

paru. Gejala yang sering terlihat pada anak yang menderita pneumonia adalah

demam, batuk, kesulitan bernafas. Data di ruang rekam medik RSU Bahteramas

Kendari, penderita pneumonia pada anak-balita tahun 2015 sebanyak 305 kasus,

di tahun 2016 kasus sebanyak 324 kasus, 2017 sebanyak 301 kasus. Studi kasus

ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Manajemen Bersihan Jalan Napas

Sebagai terapi untuk kepatenan Jalan Napas dengan memberikan posisi semi

fowler. Rancangan studi kasus yang digunakan menggunakan studi kasus

deskriptif. Subjek pada studi kasus ini yaitu menggunakan satu orang pasien

sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Data diperoleh

dengan melakukan pengkajian secara langsung dan wawancara kepada pasien

serta dengan dokumen - dokumen yang ada di Rumah Sakit berakaitan dengan

data pasien tersebut. Hasil studi kasus diperoleh bahwa dengan adanya pemberian

posisi semi fowler yang di lakukan selama 3 hari memberikan pengaruh terhadap

kepatenan jalan napas klien dengan mengacu pada tujuan yang di capai.

Kata Kunci : Pasien Pneumonia dan Pemberian Posisi Semi Fowler

Pustaka : 20 (2000-2017)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat

dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “Penerapan Manajemen Bersihan jalan Napas Sebagai Terapi Untuk

Kepatenan Jalan Napas Pada Pasien Pneumonia Di Ruang Lambu Barakati Anak

RSU Bahteramas Kendari”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini saya mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.

2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kendari.

3. Ibu Hj. Nurjannah, BSc., S.Pd., M.Kes selaku Dosen pembimbing I dan Ibu

Fitri Wijayati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dosen pembimbing II yang telah

membimbing saya dengan sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis

Ilmiah ini.

4. Ibu Reni Deviyanti U, M.Kep.,Sp.KMB selaku Dosen penguji I, Bapak

Sahmad, S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai Dosen penguji II dan Ibu Nurfantri,

S.Kep.,Ns.,MSc selaku Dosen penguji III yang telah membimbing saya dan

vii
memberikan masukan-masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan

dengan sebaik-baiknya.

5. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama kuliah.

6. Yang teristimewa kedua orangtuaku, Bapak Juharudin, S.Si., M.Si dan Ibu

Marliani Kanjuma yang tada hentinya selalu memberikan support dukungan

dan menjadi inspirasi saya terimakasih atas doa yang tiada hentinya untukku.

7. Saudara-saudaraku yang selalu menjadi pendengar terbaik Eva Chandra

Wijayati, S.Si., MM dan Aldin Nurwijayanto, S.H telah memberikan begitu

banyak pelajaran mengenai bangku perkuliahan.

8. Serta sahabat saya Asnawati Nur, Nadia Desi Sekardanti dan Dina Septemziah

terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

9. Teman-teman mahasiswa Program studi DIII Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kendari dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu persatu,

yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik yang

telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini kiranya mendapat balasan dari Allah SWT, Amin.

Kendari, 13 Agustus 2018

Penulis.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KEASLIAN PENELITIAN ................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................. 4
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Pneumonia ................................................................... 6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ........................................ 17
C. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi .......................... 22

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Studi Kasus ............................................................ 38
B. Subyek Studi Kasus ................................................................. 38
C. Waktu dan Tempat Melakukan Studi kasus .............................. 38
D. Fokus Studi ............................................................................... 39
E. Definisi Operasional Fokus Studi ............................................ 39

ix
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ..................................... 40
G. Analisa Data dan Penyajian Data ............................................. 43
H. Etika Penelitian ........................................................................ 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Studi Kasus ..................................................................... 46
B. Pembahasan .............................................................................. 59

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 62
B. Saran ......................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN.

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisa Data

Table 4.2 Implementasi

Table 4.3 Status Pernapasan

xi
DAFTAR GAMBAR

1.1 Melakukan Pengkajian pada An. R

1.2 Melakukan Implementasi Pemberian Posisi Semi

fowler

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Pengkajian Sistem Pernapasan

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Lampiran 5. Surat Keterangan Kelayakan Etik Penelitian

Lampiran 6. Surat keterangan telah Melakukan Penelitian

Lampiran 7. Surat keterangan Bebas Administrasi

Lampiran 8. Surat keterangan Bebas Pustaka

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

penyebab kematian utama pada anak usia di bawah lima tahun (balita).

Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru oleh mikroorganisme,

merupakan infeksi saluran napas bagian bawah. Sebagian besar pneumonia di

sebabkan oleh bakteri, yang terjadi secara primer atau sekunder setelah

infeksi virus. Pneumonia lainnya di sebabkan oleh virus, misalnya influenza.

Anak-anak yang masih kecil sangat rentan terutama terhadap pneumonia

virus dan mereka yang mengalami gangguan kekebalan atau menderita

penyakit atau kondisi kelemahan lain. (Corwin, 2009).

Pneumonia, inflamasi parenkim paru, merupakan penyakit yang

sering terjadi pada masa kanak-kanak namun lebih sering terjadi pada masa

bayi dan masa kanak-kanak awal. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi

sebagai penyakit primer atau sebagai komplikasi dari penyakit lain.

Pneumonia virus lebih sering terjadi daripada pneumonia bakteri dan terjadi

pada semua kelompok usia anak. Pneumonia ini sering di kaitkan dengan ispa

virus, dan RSV yang berkontribusi terhadap presentase pneumonia terbesar

pada bayi. (Wong, 2009).

Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan

utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab

utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita).

1
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, kurang 2 juta

anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi

di Afrika dan Asia Tenggara. (Mardjanis Said, 2010).

Berdasakan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

menunjukan bahwa pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi (0-

11 bulan) sebesar 23,80% dan sebagai penyebab kedua kematian balita (1-4)

tahun yaitu 15,5% menempati urutan kedua setelah diare dari 10 besar

penyebab kematian. Rata-rata setiap 83 balita meninggal stiap hari akibat

pneumonia. (Riakesdas, 2013).

World Health Organization (WHO) menyatakan pneumonia tetap

menjadi penyebab utama kematian yang menular pada anak-anak balita,

menyebabkan kematian sekitar 2.400 anak setiap hari. Pneumonia

menyumbang sekitar 16% dari 5,6 juta kematian balita, memakan korban

sekitar 880.000 anak pada tahun 2016. Sebagian besar korbannya berusia 2

tahun, serta diare (14%), infeksi lain (9%), malaria (8%), dan

noncomunicable disiase (4%). (UNICEF, 2018).

Data dan profil kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indobesia

tahun 2016, menemukan penderita pneumonia pada balita di indonesia

tercatat 503.738 jiwa (57,84%) dan jumlah kematian 551 jiwa (0,11%). Di

Sulawesi Tenggara penderita pneumonia pada balita mencapai 3.106 jiwa

(0,62%). (Kemenkes RI,2017).

Hasil rekapitulasi di ruang rekam medik RSU Bahteramas Kendari,

penderita pneumonia pada anak-balita tahun 2015 sebanyak 305 kasus, di

2
tahun 2016 kasus pneumonia pada anak-balita sebanyak 324 kasus, tahun

2017 sebanyak 301 kasus pneumonia pada anak-balita. (Laporan tahunan

RSU Bahteramas Kendari tahun 2018).

Pneumonia merupakan terjadinya penumpukan cairan eksudat dan

pirulen pada dinding alveoli dan menyebabkan terjadinya obstruksi pada

saluran napas sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk membersihkan

sekresi karena terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan napas dan perlunya

tindakan komprehensif.

Berdasarkan dari data permasalahan yang telah dijelaskan diatas

maka perlunya rencana tindakan yang komprehensif yang akan di lakukan

untuk membantu mengatasi atau mengurangi masalah pada bersihan jalan

napas.

Berdasarkan data-data yang di peroleh di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan Manajemen Bersihan Jalan

Napas Sebagai Terapi Untuk Kepatenan Jalan Napas Pada Pasien Di Ruang

Mawar Anak Rsu Bahteramas Kendari 2018”

B. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang yang di kemukakan di atas maka masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Penerapan Manajemen Bersihan Jalan

Napas Sebagai Pemberian Terapi Untuk kepatenan Jalan Napas di Ruang

Lambu Barakati Anak RSU Bahteramas Kendari Tahun 2018”

3
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penerapan Manajemen Bersihan Jalan Napas Sebagai terapi untuk

kepatenan Jalan Napas.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sebelum di lakukan Penerapan Manajemen

Bersihan Jalan Napas sebagai terapi untuk kepatenan jalan napas.

b. Untuk mengetahui setelah di lakukan Penerapan Manajemen Bersihan

Jalan Napas sebagai Terapi untuk kepatenan jalan napas.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

peneliti tentang Penerapan Manajemen Bersihan Jalan Napas Sebagai

Terapi Untuk Kepatenan Jalan Napas Pada pasien Pneumonia di Ruang

Mawar RSU Bahteramas.

2. Bagi Pelayanaan kesehatan

Penelitian ini di harapkan dapat membantu meningkatkan pelayanan

kesehatan pada anak yang mengalami Pneumonia.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat khususnya kepada orangtua anak tentang bahaya Pneumonia

apabila tidak di tangani dengan baik.

4
4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai data dasar atau pembanding bagi peneliti lain untuk

melakukan penelitian selanjutnya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pneumonia

a. Definisi

Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus

terisi dengan cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

radang ke dalam dinding dinding alveoli dan rongga interstisium yang

ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak

usia balita (Ridha,2014; Pudiastuti, 2011).

Menurut WHO (2014), pneumonia adalah bentuk infeksi

pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru, dimana alveoli

paruparuterisi dengan cairan sehingga membuat asupan oksigen terbatas

untuk bernafas.

b. Etiologi

Berdasarkan studi mikrobiologik penyebab utama pneumonia

anak balita adalah streptococcus pneumoniae/ pneumococcus (30-50%)

dan hemophilus influenzae type b/ Hib (10-30%), diikuti staphylococcus

aureus dan klebsiela pneumoniae pada kasus berat. Bakteri lain seperti

mycoplasma pneumonia, chlamydia spp, pseudomonas spp, escherichia

coli. Pneumonia pada neonatus banyak disebabkan bakteri gram negatif

seperti klebsiella spp dan bakteri gram positif seperti S. Pneumoniae, S.

Aureus. Penyebab pneumonia karena virus disebabkan respiratory

syncytial virus (RSV), diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza,

6
human metapneumovirus dan adenovirus. Pneumonia dapat juga

disebabkan oleh bahan-bahan lain misal bahan kimia (aspirasi

makan/susu atau keracunan hidrokarbon pada minyak tanah atau bensin)

(Said, 2010).

c. Patofisiologi

a) Adanya gangguan pada terminal jalan napas dan alveoli oleh

mikroorganisme patogen yaitu virus dan staphylococcus aurens, H.

Influenza dan streptococcus pneumoniae bakteri.

b) Adanya infiltran yang biasanya yang mengenai pada multiple lobus.

Terjadinya distruksi sel dengan menanggalkan debris cellular ke

dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan

jalan nafas.

c) Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik misalnya; AIDS, cystic

fibrosis, aspirasi benda asing dan conginetal yang dapat

meningkatkan resiko pneumoniae. (Suriadi&Rita, 2010).

d. Manifestasi klinis

Gejala yang sering terlihat pada anak yang menderita pneumonia

adalah demam, batuk, kesulitan bernafas, terlihat adanya retraksi

interkostal, nyeri dada, penurunan bunyi nafas, pernafasan cuping

hidung, sianosis, batuk kering kemudian berlanjut ke batuk produktif

dengan adanya ronkhi basah, frekuensi nafas > 50 kali per menit (Marni,

2014). Pada pemeriksaan kardiovaskuler akan didapatkan gejala takikardi

7
dan pada pemeriksaan neurologis terdapat nyeri kepala, gelisah, susah

tidur.

e. Jenis pneumonia/ klasifikasi pneumonia

Menurut Hidayat (2008), pneumonia dibagi antara lain :

1) Pneumonia lobaris yaitu peradangan yang terjadi pada seluruh atau

satu bagian besar dari lobus paru.

2) Pneumonia interstisial yaitu perdangan yang terjadi di dalam dinding

alveolar dan jaringan peribronkhial dan interlobaris.

3) Bronkhopneumonia yaitu peradangan yang terjadi pada ujung akhir

bronkhiolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen dapat

membentuk bercak konsolidasi dalam lobus. Menurut Depkes RI

(2008), klasifikasi pneumonia berdasarkan Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS) sebagai berikut :

a) Pneumonia Berat dengan tanda gejala : terdapat tanda bahaya

umum, atau terdapat tarikan dinding dada ke dalam, atau

terdengar bunyi stridor.

b) Pneumonia dengan tanda gejala : nafas cepat dengan batasan

(anak usia 2 bulan - < 12 bulan, frekuensi nafas 50 kali/menit

atau lebih dan anak usia 1 tahun - < 5 tahun frekuensi nafas 40

kali/menit atau lebih).

c) Batuk bukan Pneumonia apabila tidak ada tanda yang mengarah

ke pneumonia, atau pneumonia berat.

8
f. Pencegahan

Pencegahan pneumonia selain menghindarkan atau mengurangi

faktor resiko, dapat juga dengan pendekatan di komunitas dengan

meningkatkan pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan petugas

kesehatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan yang benar dan efektif.

Upaya pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan

pneumonia pada anak terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan

nonimunisasi. Imunisasi terhadap patogen yang bertanggung jawab

terhadap pneumonia merupakan strategi pencegahan spesifik

(Kartasasmita, 2010). Dari beberapa studi vaksin (vaccine probe)

diperkirakan vaksin pneumokokus konjungasi dapat mencegah penyakit

dan kematian kasus pneumonia pneumokokus 20-35% dan vaksin Hib

mencegah penyakit dan kematian kasus pneumonia Hib 15-30%.

Sekarang ini di negara berkembang direkomendasikan vaksin Hib untuk

diintegrasikan ke dalam program imunisasi rutin dan vaksin

pneumokokus konjugasi direkomendasikan sebagai vaksin yang

dianjurkan (Said, 2010).

Pemberian zink dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak,

meskipun apabila digunakan untuk terapi zink kurang bermanfaat.

Pemberian zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap

pemulihan demam, sesak nafas dan laju pernafasan (Marni, 2014).

Pencegahan non imunisasi sebagai upaya pencegahan nonspesifik

merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak kegiatan yang

9
dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan kepada berbagai

komponen masyarakat, terutama pada ibu anak balita tentang besarnya

masalah pneumonia dan pengaruhnya terhadap kematian anak, perilaku

preventif sederhana misalnya kebiasaan mencuci tangan dan hidup

bersih, perbaikan gizi dengan pola maka nan sehat; penurunan faktor

risiko lain seperti mencegah berat badan lahir rendah, menerapkan ASI

eksklusif, mencegah polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan

bakar rumah tangga dan perokok pasif di lingkungan rumah (Said, 2010).

g. Penanganan

Pemberian antibiotika segera pada anak yang terinfeksi

pneumonia dapat mencegah kematian. Antibiotik yang dianjurkan untuk

pneumonia adalah antibiotik sederhana, tidak mahal seperti

kotrimoksazol atau amoksisilin yang diberikan secara oral. Dosis

amoksisilin 25 mg/kg BB dan kotrimoksazol (4 mg trimetoprim: 20 mg

sulfometoksazol) /kgBB. Penerapan Pedoman Tatalaksana Baku

Pneumonia termasuk pemberian antibiotik oral sesegera mungkin dapat

menurunkan 13-55% mortalitas pneumonia (20% mortalitas bayi dan

24% mortalitas anak balita). (Said, 2010).

h. Pengkajian Pada Pneumonia

1. Identitas Klien

Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya,

yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir,

alamat, agama, tanggal pengkajian.

10
2. Keluhan Utama

Sering menjadi alasan klein untuk meminta pertolongan

kesehatan adalah Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala,

dan kelemahan

3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas,

batuk dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah,

ujung jari terasa dingin.

4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)

Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk

rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit

sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan

riwayat merokok.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)

Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga

yang lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.

6. Data Dasar pengkajian pasien

a) Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : latergi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

b) Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya /GJK kronis

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

11
c) Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes

mellitus

Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,

penampilan kakeksia (malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.

d) Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)

e) Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk),

imralgia, artralgia, nyeri dada substernal (influenza).

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit

untuk membatasi gerakan).

f) Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),

dispnea Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal,

penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.

Tanda :

Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.

Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.

Premitus: taktil dan vocal bertahap meningkat dengan

konsolidasi

Gesekan friksi pleural.

12
Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas

bronkial.

Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.

g) Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS,

penggunaan steroid, kemoterapi, institusionalitasi, ketidak

mampuan umum, demam.

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan

mungkin ada pada kasus rubeola, atau varisela.

h) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol

kronis Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama - lama

dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan

perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin

diperlukan, bila ada kondisi pencetus.

i) Pemeriksaan Penunjang

1) Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal:

lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses) luas

/infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau

terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi

nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma,

sinar x dada mungkin bersih.

13
2) GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi,

tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru

yang ada.

3) Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat

diambil biosi jarum, aspirasi transtrakea,bronkoskofi

fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi

organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri

yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos,

aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV.

Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan semua

organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan

bakteremia semtara

4) JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih

rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun

seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia

bakterial.

5) Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau

legionella,aglutinin dingin. membantu dalam membedakan

diagnosis organisme khusus.

6) Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun

(kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin

meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan

(hipoksemia).

14
7) Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah

8) Bilirubin : Mungkin meningkat.

9) Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat

menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan

sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa (rubela) )

j) Proritas Keperawatan

1) Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan

2) Mencegah komplikasi

3) Mendukung proses penyembuhan

4) Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan

pengobatan.

7. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Pada Pneumonia

a) Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan

peningkatan produksi sputum.

b) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru.

c) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya

sekresi dan akumulasi eksudat.

8. Intervensi Keperawatan

a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

obstruksi jalan napas : mucus berlebihan.

NOC: Status pernapasan : Kepatenan Jalan napas

15
Tujuan : setelah di lakukan pemberian asuhan keperawatan di

harapkan bersihan jalan napas efektif.

Kriteria Hasil:

1) Tidak ada dispneu

2) Suara napas tambahan berkurang atau tidak ada

3) Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan

4) Secret berkurang atau tidak ada

5) Batuk produktif berkurang atau tidak ada

NIC : Manajemen Jalan Napas

Intervensi:

1) Monitor status pernapasan

Rasional: untuk mengetahui irama napas, frekuensi napas

dalam batas normal serta tanda sianosis yang terjadi pada

klien.

2) Atur posisi klien dengan posisi fowler/semi fowler

Rasional : untuk meringankan sesak yang terjadi pada klien.

3) Lakukan fisioterapi dada jika memungkinkan

Rasional: membantu memgeluarkan lendir atau secret pada

jalan napas..

4) Anjurkan untuk melakukan batuk efektif

Rasional: membantu membersihkan secret pada jalan napas.

16
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan

asuahan keperawatan profesional, baik untuk individu,

kelompok,keluarga,dan komunitas ( Kozier,2011).

Menurut Craven dan Hirnle,proses keperawatan memiliki enam fase,yaitu

pengkajian,diagnosis,tujuan,rencana tindakan,implementasi,dan evaluasi.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untu mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien.Pengkajian keperawatan adalah

tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer,et.al.,1995).

Berikut ini data yang diperoleh ketika melakukan pengkajian pada klien :

a. Data Dasar

Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan

klien.Data dasar ini meliputi data umum,data demografi,riwayat

keperawatan,pola fungsi kesehatan,dan pemeriksaan.

b. Data Fokus

Data fokus adalah informasi tentang status kesehatan klien yang

menyimpang dari keadaan normal.Data fokus dapat berupa

17
ungkapan klien maupun hasil pemeriksaan langsung sebagai seorang

perawat.

c. Data Subjektif

Data yang merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung

dari klien maupun tidak langsung melalui orang lain yang

mengetahui keadaan klien secara langsung dan menyampaikan

masalah yang terjadi kepada perawat berdasarkan keadaan yang

terjadi pada klien.

d. Data Objektif

Data yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan

pemeriksaan pada klien.Data objektif harus dapat diukur dan

diobservasi,bukan merupakan interpretasi atau asumsi dari perawat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang

menggambarkam respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok tempat kita

secara legal mengidentifikasi dan kita dapat memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk

mengurangi,menyingkirkan,atau mencegah perubahan.Dengan kata lain

diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons

individu,keluarga,atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab.

18
Tujuan diagnosis keperawatan adalah memungkinkan kita sebagai

perawat untuk menganalisis dan menyintesis data yang telah

dikelompokkan.

Tipe diagnosis keperawatan

a. Diagnosis Keperawatan Aktual

Diagnosis yang menjelaskan masalah yang nyata terjadi saat ini.

b. Diagnosis Keperawatan Risiko/Risiko Tinggi

Diagnosis keputusan klinis bahwa individu dan keluarga atau

komunitas sangat rentan untuk mengalami masalah pada situasi yang

sama atau hampir sama.

c. Diagnosis Keperawatan Kemungkinan

Diagnosis pertanyaan tentang masalah yang diduga akan terjadi atau

masih memerlukan data tambahan.

d. Diagnosis Keperawatan Sindrom

Diagnosis yang terdiri atas kelompok diagnosis keperawatan aktual

atau risiko/risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu

kejadian atau situasi tertentu.

e. Diagnosis Keperawatan sejahtera

Diagnosis keputusan klinis yang divalidasi oleh ungkapan yang

subjektif yang positif ketika pola fungsi dalam keadaan afektif.

19
3. Tujuan Keperawatan

a. Tujuan Adsministrasi

Adsministrasi mengidentifikasi fokus keperawatan.Fokus intervensi

keperawatan dapat diidentifikasi melalui rencana keperawatan yang

disusun.

b. Tujuan Klinik

Merupakan penunjuk dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

4. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah,mengurangi,dan megatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan.Kegiatan dalam tahap

perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan.

b. Menetapkan Tujuan Dan Kriteria Hasil.

c. Menetapkan Kriteria Hasil.

d. Merumuskan Rencana Tindakan Keperawatan.

e. Menetapkan Rasional Rencana Tindakan Keperawatan.

5. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan,mengobservasi respons klien selama

dan sesudah pelaksanaan tindakan,serta menilai data yang

20
baru.Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan antara lain

sebagai berikut :

a. Keterampilan Kognitif

Keterampilan kognitif mencakup pengetahuan keperawatan yang

menyeluruh.

b. Keterampilam Interpersonal

Keterampilan interpersonal penting untuk tindakan keperawatan

yang efektifseperti berkomunikasi pada klien,keluarga,dan anggota

tim keperawatan kesehatan lainnya.

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

di buat pada tahap perencanaan.

Tujuan evaluasi antara lain mengakhiri rencana tindakan

keperawatan,memodifikasi rencana tindakan keperawatan,serta

meneruskan rencana tindakan keperawatan.

Macam-macam evaluasi:

a. Evaluasi Proses (Formatif)

Evaluasi yang dilakukan setelah selesai tindakan,berorientasi pada

etiologi,dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah

ditentukan tercapai.

21
b. Evaluasi Hasil (Sumatif)

Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan eperawatan secara

paripurna.Berorientasi pada masalah keperawatan,menjelaskan

keberhasilan/ketidakberhasilan,rekapitulasi,dan kesimpulan status

kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

C. Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

1. Pengkajian Keperawatan

a. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan

oksigenasi meliputi: ada atau tidak adanya riwayat gangguan pernapasan

(gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epitaksis (kondisi akibat

luka/kecelakaan,penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,

gangguan pada system peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal

(kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza),

dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernpasan. Pada tahap

pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah

infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan

nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhutubuh hingga 38,5 derajat celcius,

sakit kepala, lemas, sakit perut hingga munth-muntah (pada anak-anak),

faring berwarna merah, dan adanya edema.

b. Pengkajian Fisik

Inspeksi

Pengkajian ini meliputi:

22
1) Pertama; penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas

spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang

endotrakeal atau tracheostomi, kemudian menentukan status kondisi

seperti kebersihan, ada atau tidaknya secret, perdarahan, bengkak,

atau obstruksi mekanik;

2) Kedua; penghitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit

(umumnya, wanita bernapas sedikit lebih cepat. Apabila kurang dari

10 kali per menit pada orang dewasa, kurang dari 20 kali per menit

pada anak-anak, atau kurang dari 30 kali per menit pada bayi, maka

disebut sebagai bradipnea atau pernapasan lambat. Pada pasien

pneumonia gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk,

takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air

hunger, merintih, dan sianosis di temukan pada pasien pneumonia.

(Arief Mansjoer. et al, 2000).

3) Ketiga; pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abnormal, atau

kombinasi keduanya (pernapasn torakal atau dada adalah

mengembang dan pengempisannya rongga toraks sesuai dengan

irama inspirasi dan ekspirasi. Pernapasan abdominal atau perut

adalah seirama inspirasi dengan mengembanganya perut dan

ekspirasinya dengan mengempisnya perut. Selain itu, mengembang

dan mengempisnya paru juga diatur oleh pergerakan diagfagma.

Pernapasan pada laki-laki adalah neonates, sedangkan pada anak

adalah abdominal atau tarokoabdominal, karena otot interkostal pada

23
neontus masih lemah, untuk kemudian berkembang. Pada wanita

pernapasan yang umum adalah pernapasan torakal.

4) Keempat; pengkajian irama pernapasan, yaitu dengan menelaah

masa inspirasi dan ekspirasi (pada orang dewasa sehat, irama

pernapasannya teratur dan menjadi cepat jika terjadi pengeluaran

tenaga dalam keadaan terangsang atau emosi, kemudian yang perlu

diperhatikan pada irama pernapasan adalah perbandingan antara

inspirasi dan ekspirasi. Pada keadaan normal, ekspirasi lebih lama

dari pada orang yang mengalami sesak napas. Keadaan normal,

perbandingan antara frekuensi pernapasan dengan frekuensi nadi

adalah 1:1, sedangkan pada pasien pneumonia manifestasi

nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,

iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan

gastrointestinal. (Arief Mansjoer. et al, 2000).

5) Kelima; pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan (pada

pernapasan yang dangkal, dinding toraks tampak hamper tidak

bergerak. Gejala ini timbul jika terdapat empisema atau pergerakan

dinding toraks terjadi proses desak ruang, seperti penimbunan cairan

dalam rongga pleura dan pericardium serta konsolidasi yang dangkal

dan lambat.

c. Palpasi

Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan, seperti nyeri tekan

yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor

24
ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Palpasi

dilakukan untuk menentukan besar, konsistensi, suhu, apakah dapat atau

tidak dipergerakan dari dasarnya. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan

dinding toraks pada saat inspirasi dan ekspirasi terjadi. Cara ini juga dpat

dilakukan dari belakang dengan meletakan kedua tangan pada kedua sisi

tulang belakang. Jika pada puncak paru terdapat fibrosis, proses

tuberculosis, atau suatu tumor, maka tidak akan ditemukan

pengembangan bagian atas pada toraks. Kelainan pada paru, seperti

getaran suara atau fremitu vocal, dapat dideteksi bila terdapat getaran

sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya pada dada pasien ketika ia

berbicara. Fremitus vocal yang jelas mengeras dapat disebabkan oaleh

konsolidari paru seperti pada pneumonia lobaris, tuberculosis kaseosa

pulmonum, tumor paru, atelektasis, atau kolaps paru dengan bronkus

yang utuh dan tidak tersumbat, kavitasi yang letaknya dekat permukaan

paru. Fremitus vocal menjadi lemah tau hilang sama sekali jika rongga

pleura berisi air, darah, nanah atau udara, bahkan jaringan pleura menjadi

tebal, bronkus tersumbat, jaringan paru tidak lagi elastis (emfisema), paru

menjadi fibrosis, dan terdapat kaverna dalam paru yang letaknya jauh

dari permukaan. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga

ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu

inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran antara kedu membran pleura

pada pleuritis.

25
d. Perkusi

Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya suara

perkusi paru. Suara perkusi normal dalah suara perkusi sonor, yang

bunyinya seperti kata “dug-dug”. Suara perkusi lain yang dianggap tidak

normal adalah redup, seperti pada infiltrate, konsolidasi, dan efusi pleura.

Pekak, seperti suara yang terdengar bila kita memperkusi paha kita,

terdapat pada rongga pleura yang terisi oleh cairan nanah, tumor pada

permukaan paru, atau fibrosis paru dengan penebalan pleura. Hipersonor,

bila udara relative lebih padat, ditemukan pada enfisema, kavitas besar

yang letaknya perifer, dan pneumotoraks. Timpani, bunyinya seperti

“dang-dang-dang”. Suara ini menunjukkan bahwa di bawah tempat yang

diperkusi terdapat penimbunan udara, seperti pada pneumotoraks dan

kavitas dekat dengan permukaan paru. Batas atas paru dapat ditentukan

dengan perkusi pada supraklavikularis kedua sisi. Bila didapat suara

perkusi yang kurang sonor, maka kita harus menafsirkan bahwa bagian

atas paru tidak berfungsi lagi dan berarti batas paru yang sehat terletak

lebih bawah dari biasa. Pada umumnya, hal ini menunjukkan proses

tuberculosis di puncak paru. Dari belakang, apeks paru dapat diperkusi di

daerah otot trpezius antara otot leher dan pergelangan bahu yang akan

memperdengarkan seperti sonor. Batas bawah paru dapat ditentukan

dengan perkusi, dimana suara sonor pada orang sehat dapat didengar

sampai iga keenam garis midksilaris, iga kedelapan garis midksilaris, dan

iga kesepuluh garis skapularis. Batas bawah paru pada orang tua agak

26
lebih rendah, sedangkan pada anak-anak agak lebih tinggi. Batas bahwa

meninggi pada proses fibrosis paru, konsolidasi, efusi pleura dan asites

tumor ina abdominal. Turunnya batas bawah paru didapati pada

emfisema dan pneumotoraks.

e. Auskultasi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara napas, di

antaranya suara napas dasar dan suara napas tambahan. Suara napas dasar

adalah suara napas pada orang dengan paru yang sehat, seperti;

1) Pertama; suara vasikuler, ketika suara inspirasi lebih keras dan lebih

tinggi nadanya. Bunyi napas vasikuler yang disertai ekspirasi

memanjang terjadi pada emfisema. Suara vesikuler dapat didengar

pada bagian paru-pru

2) Kedua; suara bronchial, yaitu suara yang bisa kita dengar pada waktu

inspirasi dan ekspirasi, bunyinya bisa sama atau lebih panjang,

antara inspirasi dan ekspirasi terdengar jarak pause (jeda) yang jelas.

Suara bronchial terdengar didaerah trakea dekat bronkus, dalam

keadaan tidak normal bisa terdengar seluruh area paru

3) Ketiga; bronkovasikular, yaitu suara yang terdengar antara vesikuler

dan bronchial, ketika ekspirasi menjadi lebih panjang, hingga hampir

menyamai inspirasi. Suara ini lebih jelas terdengar pada manubrium

sterni. Pada ke adaan tidak normal juga terdengar pada daerah lain

dari paru.

27
Suara napas tambahan, yaitu suara yang terdengar pada dinding

toraks berasal dari kelainan dalam paru, termasuk bronkus, alveoli,

dan pleura. Suara napas tambahan seperti suara ronkhi, yaitu suara

yang terjadi dalam bronkhi karena penyempitan lumen bronkus. Sura

mengi (wheezing), yaitu ronkhi kering yang tinggi, terputus nadanya,

dan panjang, terjadi pada asma. Suara ronkhi basah, yaitu suara

berisik yang terputus akibat aliran udara yang melewati cairan

(ronkhi basah, halus sedang, atau ksar tergantung pada besarnya

bronkusyang terkena pada umumnya terdengar pada inspirasi).

Sedangkan suara krepitasi adalah suara seperti hujan rintik-rintik

yang berasal dari bronkus, alveoli, atau kavitas yang mengandung

cairan. Suara ini dapat ditiru dengan jalan menggeser-geserkan

rambut dengan ibu jari dan telunjuk dekat telinga. Krepitasi halus

menandakan adanya eksudat dalam alveoli yang membuat alveoli

saling berkaitan, misalnya pada stadium dini pneumonia. Krepitasi

kasar, terdengar seperti suara yang timbul bila kita meniup dalam air.

Suara ini terdengar selama inspirasi dan ekspirasi. Gejala ini

dijumpai pada bronchitis (Alimul, 2009).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah

kebutuhan oksigenasi di antaranya adalah:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

28
Definisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan sekret

sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernapasan dengan tujuan

mempertahankan saluran pernapasan.

Kemungkinan berhubungan dengan:

1) Menurunnya energi dan kelelahan.

2) Infeksi trakeobronkial.

3) Trauma.

4) Bedah thoraks.

Kemungkinan data yang di temukan:

1) Suara napas tidak normal.

2) Perubahan jumlah pernapasan.

3) Batuk.

4) Sianosis.

5) Demam.

6) Kesulitan bernapas (dispnea).

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

1) Sindrom gagal napas akut, cystic fibrosis.

2) Pneumonia, injuri dada.

3) Kanker paru, gangguan neuromuskular.

4) Penyakit obstruksi pernapasan kronis.

NOC : Status pernapasan : Kepatenan Jalan Napas

Tujuan : setelah dilakukan pemberian tindakan keperawatan di

harapkan bersihan jalan napas efektif.

29
Kriteria hasil:

1) Dyspneu tidak ada

2) Suara napas tambahan berkurang atau tidak ada

3) Tidak ada penggunaan otot bantuan napas

4) Secret berkurang atau tidak ada

5) Batuk produktif berkurang atau tidak ada

NIC: Manajemen Jalan Napas

Aktivitas keperawatan:

1) Identifikasi kebutuhan atual/potensial klien untuk mmasukkan alat

membuka jalan nafas

2) Monitor status pernapasan

3) Atur posisi dengan fowler/semi fowler

4) Lakukan fisioterapi dada

5) Anjurkan untuk melakukan batuk efektif

6) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler

7) Lakukan penyedotan melaluoi endotrakea atau nasotrakea

NIC : Peningkatan (Manajemen) Batuk

Aktivitas keperawatan:

1) Monitor fungsi paru

2) Dukung pasien menarik nafas dalam berkali-kali

3) Dukung hidrasi cairan yang sistemik, sesuai dengan kebutuhan

4) Minta klien untuk batuk di lanjutkan dengan beberapa periode

nafas dalam

30
NIC: Monitor Pernapasan

Aktivitas keperawatan:

1) Monitor kecepatan, kedalaman dan kesulitan bernafas

2) Monitor suara nafas tambahan

3) Moitor pola nafas

4) Monitor saturasi oksigen

5) Monitor kelelahan otot-otoot bantu pernafasan

b. Ketidakefektifan pola napas

Definisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan pola

inhalasi dan ekshalasi karena adanya gangguan fungsi paru.

Kemungkinan berhubungan dengan:

1) Obstruksi trakeal.

2) Perdarahan aktif.

3) Menurun nya ekspansi paru.

4) Infeksi paru.

5) Depresi pusat pernapasan.

6) Kelemahan otot pernapasan.

Kemungkinan data yang di temukan:

1) Perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasan.

2) Dispnea.

3) Penggunaan otot tambahan pernapasan.

4) Suara pernapasan tidak normal.

5) Batuk di sertai dahak.

31
6) Menurun nya kapasitas vital.

7) Kecemasan.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

1) Penyakit kanker, infeksi pada dada.

2) Penggunaan obat dan keracunan alkohol.

3) Trauma dada.

4) Myasthenia gravis, guillian barre syndrome.

NOC: Status Pernapasan

Tujuan: setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan pola

napas kembali efektif.

Kriteria hasil:

1) Frekuensi pernapasan normal

2) Pernapasan cuping hidung tidak ada

3) Tidak ada suara napas tambahan

4) Dyspneu tidak ada

5) Pengembangan paru normal

6) Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada

NIC: Manajemen jalan napas

1) Identifikasi kebutuhan aktual/potensial klien untuk mmasukkan

alat membuka jalan nafas

2) Monitor status pernapasan

3) Atur posisi dengan fowler/semi fowler

4) Lakukan fisioterapi dada

32
5) Anjurkan untuk melakukan batuk efektif

6) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler

7) Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea

NIC: Manajemen Asma

Aktivitas keperawatan:

1) Monitor reaksi asma

2) Ajarkan teknik yang tepat untuk menggunakan pengobatan dan alat

(misalnya, inhaler, nebulizer, peak flow meter).

NIC: Monitor Pernapasan

Aktivitas keperawatan:

1) Monitor kecepatan, kedalaman dan kesulitan bernafas

2) Monitor suara nafas tambahan

3) Monitor pola nafas

4) Monitor saturasi oksigen

5) Monitor kelelahan otot-otot bantu pernafasan

c. Gangguan pertukaran gas

Definisi: Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan

pengiriman oksigen dan karbon dioksida di antara alveoli paru dan

sistem vaskuler.

Kemungkinan berhubungan dengan:

1) Penumpukan cairan dalam paru.

2) Gangguan pasokan oksigen.

3) Obstruksi saluran pernapasan.

33
4) Bronkospasme.

5) Atelektasis.

6) Edema paru.

7) Pembedahan paru.

Kemungkinan data yang ditemukan:

1) Sesak napas.

2) Penurunan kesadaran.

3) Nilai AGD tidak normal.

4) Perubahan tanda vital.

5) Sianosis/takikardia.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

1) Penyakit obstruksi pernapasan kronis.

2) Gagal jantung.

3) Asma.

4) Pneumonia.

NOC: Status Pernapasan: Pertukaran Gas

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan

pertukaran gas maksimal.

Kriteria hasil:

1) Dyspneu tidak ada

2) Frekuensi pernapasan normal

3) Saturasi oksigen normal

4) PaO2 normal pada GDA

34
5) PaCO2 normal

6) Sianosis tidak ada

7) Frekuensi nadi normal

NIC: Manajemen Jalan Napas

Aktivitas keperawatan:

1) Identifikasi kebutuhan aktual/potensial klien untuk mmasukkan

alat membuka jalan nafas

2) Monitor status pernapasan

3) Atur posisi dengan fowler/semi fowler

4) Lakukan fisioterapi dada

5) Anjurkan untuk melakukan batuk efektif

6) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler

7) Lakukan penyedotan melaluoi endotrakea atau nasotrakea

NIC: Terapi Oksigen

Aktivitas keperawatan:

1) Kaji ulang alergi pasien, meliputi alergi pada lateks

2) Berikan oksigen dengan tepat

3) Monitor oksigenasi

4) Monitor suhu

5) Monitor kualitas dan jumlah pernapasan

NIC: Monitor Pernapasan

Aktivitas keperawatan:

1) Monitor kecepatan, kedalaman dan kesulitan bernafas

35
2) Monitor suara nafas tambahan

3) Monitor pola nafas

4) Monitor saturasi oksigen

5) Monitor kelelahan otot-otot bantu pernafasan

4. Implementasi Keperawatan

a. Memonitor status pernapasan meliputi irama nafas, frekuensi nafas,

sura nafas tambahan dan tanda sianosis.

b. Mengatur posisi klien dengan posisi fowler dan semi fowler untuk

meringankan sesak.

c. Melakukan fisioterapi dada pada klien.

d. Menganjurkan klien untuk melakukan batuk efektif.

5. Evaluasi

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigenasi secara umum

dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam:

1. Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukkan dengan

adanya kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada

sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta tidak

ditemukan adanya tanda hiposia.

2. Mempertahankan pola pernapasan secara efektif yang ditunjukkan

dengan adanya kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan

kedalam napas normal, tidak ditemukan adanya tanda hipoksia, serta

kemampuan paru berkembang dengan baik

36
3. Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukkan

denganadanya kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dispnea

pada usaha napas, inspirasi, dan ekspirasi dalam batas normal, serta

siturasi oksigen dan pCO2 dalam keadaan normal. (Alimul, 2009)

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi

kasus dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian drngan

studi kasus.penelitian ini di tunjukan untuk memberikan gambaran

bagaimana penerapan manajemen bersihan jalan napas sebagai terapi pada

klien dengan pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

B. Subjek Studi Kasus

Pada penelitian ini, peneliti mengambil satu klien untuk dijadikan

subyek studi kasus, yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Kriteria inklusi yaitu batasan karakteristik umum subyek studi

kasus dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Individu penderita pneumonia di Lambu Barakati anak RS

Bahteramas Kendari

b. Anak dan balita

c. Bersedia menjadi subjek study dan mengisi informed consent.

C. Waktu dan Tempat Melakukan Studi Kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di RS. Bahteramas Kota Kendari, dan

studi kasus dilakukan setelah ujian proposal dilaksanakan, yaitu pada

bulan juli 2018.

38
D. Fokus Studi Kasus

Fokus studi dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada pasien dengan pneumonia di ruang Lambu Barakati Anak

RSU Bahteramas Kendari.

E. Defenisi operasional

1. Pneumonia yang di maksud dalam studi kasus ini adalah anak balita

yang di diagnosis oleh dengan gangguan pneumonia sesuai catatan

medic pasien.

2. Bersihan jalan napas merupakan kemampuan klien untuk mengeluarkan

untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. Dengan kriteria objektif:

a. Frekuensi pernafasan

1) Normal: > 30-40x/menit

2) Takipnea: frekuensi nafas teratur namun cepat secara tidak

normal >24x/menit.

3) Bradipnea: frekuensi nafas teratur namun lambat secara

tidak normal <12x/menit.

b. Irama pernafasan

1) Teratur

2) Tidak teratur

3. Tindakan keperawatan yang dilakukan peneliti dalam perawatan klien

pneumonia yaitu dengan memberikan terapi manajemen jalan nafas

yang merupakan fasilitas kepatenan jalan nafas. Yang terdiri dari:

39
a. Memonitor status pernapasan meliputi irama nafas, frekuensi

nafas, sura nafas tambahan dan tanda sianosis.

b. Mengatur posisi klien dengan posisi fowler dan semi fowler

untuk meringankan sesak.

c. Melakukan fisioterapi dada pada klien.

d. Menganjurkan klien untuk melakukan batuk efektif

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan pada studi kasus ini yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian

terhadap responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-

dokumen yang ada di RS. Bahteramas Kota Kendari

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer ini

diperoleh melalui dua cara, yaitu :

a. Wawancara

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan

dari seorang responden atau sasaran peneliti, atau bercakap-cakap

dan berhadapan muka dengan orang tersebut untuk mendapatkan

data tentang data klien serta keluhan yang di rasakan klien .

b. Observasi

Prosedur terencana meliputi : melihat, mencatat jumlah data,seperti

data objektif terkait frekuensi napas, irama napas,serta suara napas

40
tambahan lainnya. Serta syarat-syarat tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.

1) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien

a) inspeksi

Proses observasi yang dilakukan dengan menggunakan

indera penglihatan, pandangan dan penciuman sebagai alat

untuk mengumpulkan data.

b) palpasi

Pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat terabah

untuk mendeteksi adanya kelainan atau tidak

c) Perkusi

Mengetuk permukaan tubuh

d) auskultasi

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mendengarkan

menggunakan stetoskop.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek penelitian. Dara

sekunder dapat diperoleh dari :

a. studi dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang tidak merujuk langsung kepasien

melainkan ke dokumen

41
b. studi kepustakaan

pengumpulan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian sebelumnya

Adapun prosedur pengumpulan data, yaitu :

1. Persiapan

a. Mengajukan ijin pengambilan data awal di ruang Rawat Inap

Lambu Barakati Anak RS. Bahteramas

b. Memberikan surat ijin penelitian ke RS.Bahteramas Kendari

c. Menentukan responden yaitu orangtua anak/balita sebagai

subjek penelitian sesuai kriteria inklusi.

d. Memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud,

tujuan, dan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan

penelitian ini.

e. Memberikan informed consent (lembar persetujuan) kepada

responden.

2. Pelaksanaan

a. Peneliti dan subjek studi kasus menyiapkan tempat untuk

melakukan studi kasus.

b. Peneliti menjelaskan prosedur studi kasus kepada responden.

c. Menciptakan suasana yang akrab dengan subjek penelitian.

d. Peneliti melakukan wawancara dan observasi sesuai dengan

waktu yang telah disepakati bersama subyek studi kasus.

e. Pelaksanaan studi kasus ini dilakukan selama 3 hari.

42
3. Evaluasi

Peneliti melakukan pengolahan dengan data yang sudah

didapat selama pengambilan data saat penelitian.

G. Analisis data dan Penyajian Data

Data yang telah di peroleh dari informasi kemudian diolah dengan

cara content analysis (analisis isi) yang mengkaji dokumen dari data yang

telah dikumpulkan dan hasil wawancara serta diskusi yang telah dilakukan

peneliti dengan informan. Teknik analisa data ini dibagi menjadi tiga alur,

yaitu :

1. Reduksi data

Tahap ini merupakan proses pemulihan, pemutusan,

penyederhanaan dan transformasi data kasar yang ditemukan

2. Penyajian data

Menyajikan data yang telah direduksi pada alur pertama.

3. Penarikan kesimpulan dan verivikasi data

Penarikan kesimpulan dan verivikasi data yang dapat menjawab

rumusan masalah yang sudah dirumuskan dari awal.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah pedomana yang digunakan dalam setiap

penelitian atau studi kasus yang melibatkan berbagai pihak, yaitu pihak

peneliti dan pihak yang diteliti. dan masyarakat yang akan akan

memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Sebelum melakukan studi

kasus, terlebih dahulu peneliti mendapat rekomendasi dari institusi untuk

43
mengajukan permohon ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian.

Menurut Hidayat (2008), dalam melaksanakan penelitian ini penulis

menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Inforemed consent merupakan bentuk lembar pesetujuan yang

diberikan peneliti dan responden penelitian. Informed consent ini

diberikan sebelum studi kasus dilakukan Tujuan informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus,

mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,makan informed consent

tersebut harus ditanda tangani Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus

ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi responden,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain .

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara tidak

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil studi kasus

yang akan disajikan (Hidayat, 2008). Untuk menjaga kerahasiaan

subyek studi kasus, maka pada lembar yang telah diisi oleh responden,

44
penulis tidak mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup

mencantumkan nama inisial saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil studi

kasus, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, dan hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2008). Peneliti telah menjelaskan bahwa data yang diperoleh

akan dijaga kerahasiaannya. (Donsu J, 2016)

45
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

Nama Mahasiswa : Tri Suci Melati

Nim : P00320015048

No Rekam Medik :52-94-86

Ruangan/RS : Lambu Barakati Anak/RSU Bahteramas

Diagnosa Medis : Pneumonia

1. Pengkajian

a. Biodata

1) Identitas Klien

a) Nama /Nama Panggilan : An. R

b) Umur : 9 Bulan

c) Jenis Kelamin : Laki-Laki

d) Agama : Islam

e) Pendidikan :-

f) Alamat : Desa Tanea,Konda

g) Tanggal Masuk : 20 Juli 2018

h) Tanggal Pengkajian : 25 Juli 2018

i) Diagnosa Medis : Pneumonia

46
j) Rencana Terapi : pemberian posisi semi fowler

2) Identitas Orang Tua

a) Ayah b). Ibu

a) Nama : Tn M a). Nama : Ny S

b) Usia : 29 thn b). Usia : 27 thn

c) Pendidikan: SMA c). Pendidikan : SMA

d) Pekerjaan : Petani d). Pekerjaan : IRT

e) Agama : islam e). Agama : islam

1. Pengkajian Keperawatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama pasien yaitu klien mengalami sesak sejak 2 hari

yang lalu sebelum masuk di Rumah Sakit Umum Bahteramas

Kendari .

b. Keluhan Saat di kaji

Saat di lakukan pengkajian pada An. R pada hari rabu tanggal 24

juli 2018, keadaan pasien lemah, ibu klien mengatakan anaknya

sesak dan di sertai demam.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluaraga, ibu klien

mengatakan dalam keluarga klien tidak ada yang menderita

penyakit yang sama.

47
d. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum Klien

Saat ini klien terbaring dengan keadaan lemah dan kesadaran

composimentis dengan hasil GCS E:4, V=4, M=5.

2. Tanda- Tanda Vital

a. Pernapasan: 48x/Menit

b. Nadi : 136x/menit

c. Suhu : 37,8oC

3. Pengkajian Sistem pernapasan

1. Inspeksi

a. Bentuk dada: normal

b. Frekuensi pernapasan: 48x/menit

c. Irama pernapasan: ireguler

d. Dada simetris atau tidak: simetris

e. Pergerakan dan pengembangan waktu napas: pergerakan

dan pengembangan dada tidak maksimal

f. Pernapasan cuping hidung: terdapat pernapasan cuping

hidung

2. Palpasi

Terdapat nyeri tekan pada dada klien.

3. Perkusi

Cairan : terdapat cairan

Udara: tidak ada

48
4. Auskultasi

a. Inspirasi : inspirasi yang dalam dan cepat

b. Ekspirasi : ekspirasi yang dangkal dan cepat

c. Ronchi basah : Ya

d. Ronchi kering : Tidak ada

e. Krepitasi : Tidak Ada

f. Wheezing : Tidak Ada

e. Data Penunjang

Tanggal 25 juli 2018

Pada pemeriksaan radiologi hasil foto thoraks di dapatkan hasil:

Cor: besar dan tidak normal.

Pulmo : tampak patchy infiltrate dan parahiler parakardial paru

kanan.

Sinus : phrenico costalis kanan kiri tajam.

Kesan : Pnemonia

f. Terapi Pengobatan

Terapi pengobatan yang di berikan pada An. R, di berikan

ampicilin 4x125mg, gentamicin 2x16 mg, dexa 3x 1/3 amp, inhalasi

combivent ½ amp + Nacl per 8 jam, dan terapi cairan D5% NS

1500 Ml/24 jam.

2. Diagnose Keperawatan

49
A. Analisa Data

Table 4.1

Data Etiologi Masalah

Ds : Bakteri/virus Bersihan jalan

- ibu klien Napas tdak efektif

mengatakan anaknya Peradangan alveolus

sesak (parenkim paru)

-ibu klien mengatakan

anaknya batulk Ekstrapasasi cairan serosa ke

-ibu klien mengatakan dalam alveoli

anaknya demam

Do: Bersihan jalan napas tidak

-keadaan umum klien efektif

lemah

-klien Nampak sesak

-terdapat suara bunyi

napas tambahan

(ronkhi)

-irama napas klien

irregular

-terdapat nyeri dada

-TTV=

P: 48x/menit

50
N: 136x/menit

S: 37,8˚

-hasil foto rontgen

thoraks klien kesan :

Pneumonia

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data-data yang diperoleh maka peneliti

menegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

Bersihan Jalan napas tidak efektif b/d tertumpuknya secret pada

jalan napas.

C. Intervensi keperawatan

Adapun intervensi keperawatan yang akan diberikan yakni

manajemen bersihan jalan napas: Pemberian posisi semi

Fowler. Tindakan ini akan di lakukan peneliti selama 3 hari

2x24 jam. , untuk satu kali tindakan peniliti akan melakukanya

kurang lebih 10 sampai 15 menit dengan kriteria hasil:

a. Dyspneu tidak ada

b. Suara napas tambahan berkurang

c. Secret berkurang atau tidak ada

d. Irama napas normal

51
e. Frekuensi napas dalam batas normal

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan

yang telah dilakukan oleh peneliti sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan

tindakan keperawatan pada pasien. Implementasi pada diagnosa

keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak fektif yang di lakukan

mulai tangal 25 juli 2018 hingga 27 juli 2018.

52
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Table 4.2

Waktu Implementasi Evaluasi

Rabu, 25/7/18 Melakukan tindakan S: ibu klien

10.00 Pemberian Posisi mengatakan anaknya

Semi fowler sesak

O: -keadaan umum

klien lemah

-nampak sesak

-napas cuping hidung

-irama napas ireguler

-Terdengar suara bunyi

napas tambahan

(ronkhi)

-Ttv =P: 48x/menit

N: 136x/menit

S: 37,8˚C

A: Masalah belum

Teratasi

P: Intervensi di

lanjutkan

13.00 Memberikan Posisi S: ibu klie mengatakan

53
Semi Fowler anaknya sesak

O: -keadaan umum

klien lemah

-nampak sesak

-napas cuping hidung

-irama napas ireguler

-Terdengar suara bunyi

napas tambahan

(ronkhi)

-Ttv =P: 44x/menit

N: 125x/menit

S: 37,8˚C

A: Masalah belum

Teratasi

P: Intervensi di

lanjutkan

54
Kamis, 26/7/18 Memberikan Posisi S: ibu klie mengatakan

10. 00 Semi Fowler anaknya sesak

O: -keadaan umum

klien lemah

-nampak sesak

-irama napas ireguler

-Ttv =P: 42x/menit

N: 120x/menit

S: 36,6˚C

A: Masalah belum

Teratasi

P: Intervensi di

lanjutkan

13.00 Memberikan posisi S: ibu klie mengatakan

semi fowler sesak anaknya

berkurang

O: -keadaan umum

klien lemah

-irama napas teratur

-Ttv =P: 39x/menit

N: 115x/menit

S: 36,6˚C

55
A: Masalah belum

Teratasi

P: Intervensi di

lanjutkan

Jum’at, 27/7/18 Memberikan posisi S: ibu klien

10.00 semi fowler mengatakan anaknya

tidak sesak lagi

O: -keadaan umum

sedang

-irama napas teratur

-Ttv =P: 40x/menit

N: 120x/menit

S: 36,4˚C

A: Masalah Teratasi

P: Intervensi di

lanjutkan

13.00 Memberikan posisi S: ibu klie mengatakan

semi fowler sesak anaknya

56
berkurang

O: -keadaan umum

sedang

-irama napas teratur

-Ttv =P: 38x/menit

N: 115x/menit

S: 36,4˚C

A: Masalah teratasi

P: Intervensi di

lanjutkan oleh ibu

klien

E. Evaluasi

Evaluasi Penerapan pemberian posisi semi fowler di lakukan

selama 3 hari, dengan frekuensi latihan 2x dalam sehari.

Sebelum melakukan tindakan pemberian posisi, peneliti

sebelumnya melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada

pasien sebelum di lakukannya tindakan tersebut untuk

57
memastikan kondisi pasien. 1 jam setelahnya di lakukan

pengukuran, hasil yang di peroleh :

Table 4.3

STATUS PERNAPASAN

Hari-1 Hari- 2 Hari-3

Frekuensi Irama Frekuensi Irama Frekuensi Irama

napas napas napas napas napas napas

x/menit (T/TT) x/ menit (T/TT) x/menit (T/TT)

Sesi Sesi Sesi Sesi Sesi Sesi Sesi Sesi Sesi Sesi Sesi Sesi

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

48 44 TT TT 42 39 TT T 40 38 T T

Dari table di atas dapat di lihat pada saat di lakukan penerapan pemberian

posisi semi fowler di hari pertama frekuensi dan irama napas klien tidak

normal. Karena produksi secret yang berlebih pada jalan napas

mengakibatkan klien sesak. Setelah hari kedua dan ketiga pemberian

posisi semi fowler pada An. R frekuensi dan irama napas klien dalam batas

normal.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengkajian

a. Keluhan Utama

58
Berdasarkan keluhan utama pada An. R didapatkan data bahwa An.

R sesak. Menurut peneliti, keluhan utama pneumonia yang di

temukan pada An. R yaitu sesak sesuai dengan teori yang di

kemukakan oleh WHO (2014) dimana alveoli paru-paru terisi oleh

cairan sehingga membuat asupan oksigen terbatas karena infeksi

yang terjadi di paru-paru.

b. Keluhan Saat Dikaji

Keluhan yang di alami klien saat dikaji yaitu klien batuk dan sesak,

keadaan umum lemah dan ibu klien mengatakan An. R demam

Menurut peneliti, hasil pengkajian tersebut sesuai dengan teori

yang di kemukakan Marni (2014) bahwa pasien dengan pneumonia

dapat ditemukan demam, batuk, kesulitan bernafas, terlihat adanya

retraksi interkost, nyeri dada, penurunan bunyi nafas, pernafasan

cuping hidung, sianosis, batuk kering kemudian berlanjut ke batuk

produktif dengan adanya ronkhi basah.

2. Peneliti melakukan penelitian selama 3 hari dimana pemberian posisi

semifowler di lakukan selama 3 hari dengan 2 sesi di tiap harinya.

Dilakukan pengukuran 1 jam setelah di lakukan tindakan pemberian

posisi semi fowler . sesuai yang di jelaskan Wilkinson (Supadi, dkk

2008:98) bahwa posisi semifowler dimana kepala dan tubuh di naikkan

45˚ membuat oksigen di dalam paru-paru semakin meningkat sehingga

memperingan kesukaran nafas.

a. Frekuensi Pernapasan

59
Pada hari pertama di berikan posisi semi fowler, frekuensi napas

klien ada 48x/menit dengan napas yang dangkal dan sesak, seperti

yang di kemukakan oleh Arief Mansjoer (2000) pernapasan cuping

hidung, sesak napas di temukan pada pasien pneumonia. Karena

peradangan pada daerah paru sehingga menyebabkan gangguan

pada fungsi paru, seperti yang diketahui bahwa paru-paru

merupakan organ vital tempat pertukaran gas O2 dan CO2. Jika

terjadi gangguan pada fungsi paru maka, volume gas O2 yang

masuk dalam tubuh berkurang, tetapi kebutuhan O2 keseluruh

tubuh harus tetap terpenuhi untuk proses metabolisme, sehingga

sistem saraf pusat mengirim sinyal untuk meningkatkan frekuensi

pernafasan guna memenuhi kebutuhan O2 dalam tubuh. Frekuensi

napas klien tersebut dalam kategori tidak normal. Setelah di

lakukan pemberian posisi semi fowler selama 3 hari yang

dilakukan dengan 2 sesi, frekuensi napas klien kembali dalam batas

normal 38x/menit.

b. Irama pernapasan

Saat di lakukan pemberian posisi semi fowler di hari pertama,

irama napas klien ireguler karena saat terjadi sesak, irama napas

klien menjadi tidak teratur. Hal ini bukan merupakan suatu kondisi

yang baik untuk pasien, sehingga diupayakan agar irama

pernafasan pasien dapat teratur. Sehingga di lakukan tindakan

pemberian posisi semi fowler selama 3 hari dengan dua sesi untuk

60
mengoptimalkan penerapan peberian posisi semi fowler pada klien.

Di hari terakhir penelitian irama napas klien menjadi teratur

dengan sesak berkurang, sehingga dapat di katakana pemberian

pposisi semifowler dapat berpengaruh pada irama napas klien.

c. Kepatenan jalan napas

Di hari pertama di dapatkan frekuensi napas klien 48x/menit

dengan irama napas irregular, sesak, dan terdapat secret pada jalan

napas, terdapat suara napas tambahan ronkhi. Setelah dilakukan

pemberian posisi selama 3 hari. Sejak hari kedua suara napas

tambahan klien mulai tersamarkan, dengan berkurangnya secret

pada jalan napas, sesak berkurang dengan frekuensi napas normal

yaitu 38x/menit serta irama napas regular. Hingga hari terakhir di

lakukan pengukuran, jalan napas pasien paten.

61
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan manajemen bersihan

jalan napas dengan pemberian posisi semi fowler pada An. R

dengan diagnosis Pneumonia di ruang Lambu Barakati Anak

RSU Bahteramas Kota Kendari tahun 2018 peneliti mengambil

kesimpulan pemberian posisi semi fowler yang di lakukan

selama 3 hari dapat di buktikan sebagai berikut :

1. Pada hari pertama di lakukan pemberian posisi semi fowler

frekuensi napas dan irama napas klien tidak normal. Setelah

dilakukan pemberian posisi oleh peneliti selama 2x24 jam

dalam 3 hari, irama napas klien regular dengan frekuensi

napas 38x/menit dalam batas normal.

2. Pada penelitian ini walaupun di dapatkan hasil pengukuran

dengan mendapatkan kepatenan jalan napas, teknik

pemberian posisi semi fowler tidak efektif walaupun irama

dan frekuensi napas dalam batas normal. Pada hari pertama

frekuensi dan irama napas klien tidak normal walaupun

frekuensi napas berkurang , begitupun di hari kedua pada

sesi pertama. Sehingga mengharuskan perawat sebagai

pemberi asuhan keperawatan pada klien untuk mengatasi

62
sesak yang mempengaruhi klien, dengan memberikan

perawatan lainnya yang lebih komprehensif.

B. Saran

1. Bagi peneliti

Peneliti berharap agar hasil penelitian bagi profesi peneliti

dapat menambah pengetahuan da wawasan dalam

memberikan penerapan manajemen bersihan jalan napas

pada pasien pneumonia.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Peneliti berharap agar pelayanan kesehatan lainnya dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita

pneumonia.

3. Bagi masyarakat

Peneliti berharap agar masyarkat khususnya orangtua

paham dengan tanda dan gejala srta penanganan pada anak

yang menderita pneumonia.

4. Bagi peneliti lain

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat di jadikan acuan

atau bahkan di kembangkan lagi sesuai ilmu yang di

terapkan untuk kedepannya.

63
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Bulechek, Gloria M et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi


6. Singapore: Elsevier, Alih Bahasa Intisari Nurjannah & Roxsana Devi
Tumanggor

Corwin, Elizabeth. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Keperawatan. Jakarta: EGC

Donsu, J, D, T. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press

Hidayat, A. Alimul Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan asar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Alimul Aziz. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika

Kartasasmita, B. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita. Kemenkes RI: Buletin


Jendela pidemilogi Volume 3, Sepetember 2010. ISSN 2087-1546
Pneumonia Balita. Diperoleh 15 maret 2018,
http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/view4231.

Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia
2016. Diperoleh tanggal 13 maret 2018, http://www.google.com/html.

Kozier, Erb, Berman, & Snyder. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses &Praktik (edeisi 7 volume 1). Jakarta: EGC

Marni, S. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Pernapasan.


Yogyakarta: Gosyen Publishing

Moorhead, Sue et al. 2016. Nursing Outcomes Classification disi 5. Singapore:


Elsevier, Alih bahasa Intisri Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor.

64
Pudiastuti, R.. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha
Medika. Diperoleh tanggal 14 maret2018,
http://www.scribd.com/document/.

Ridha N. 2014. Buku Ajar keperawatan Pada anak. Jakarta: pustaka Pelajar.
Diperoleh tanggal 14 maret 2018. http://www.scribd.com/document.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian RI Tahun 2013. Diperoleh tanggal 14 maret
2018,
http://www.depkes.go.od/resources/download/general/hasil%20riskesda
s%202013.pdf.

RS.Bahteramas. 2018. Profil RS.Bahteramas. Kendari: Staff Rekam Medik


RS.bahteramas

Said, Mardjanis. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak . Edisi 1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI

Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta:
CV.Sagung Seto

Unicef. 2018. Pneumonia-UNICEF Data. Diperoleh tanggal 14 maret 2018,


http://data.unicef.org/topic/child-health/pneumonia/html.

Wilkinson, Judith M. Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC

Wong, DL et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, vol 2. Jakarta: EGC

65
Lampiran 1

PENGKAJIAN SISTEM PERNAPASAN

5. Inspeksi
g. Bentuk dada:
h. Frekuensi pernapasan:
i. Irama pernapasan:
j. Dada simetris atau tidak:
k. Pergerakan dan pengembangan waktu napas:
6. Palpasi
a. Fremitus vocal :
b. Massa / nyeri :
7. Perkusi
a. Cairan :
b. Udara :
c. Massa :
8. Auskultasi
g. Inspirasi :
h. Ekspirasi :
i. Ronchi basah :
j. Ronchi kering :
k. Krepitasi :
l. Wheezing :

66
Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN

1. Inisial pasien :
2. Jenis kelamin :
3. Umur / Tanggal Lahir :
4. Agama :
5. Suku Bangsa :
6. Pendidikan :
7. Alamat :

STATUS PERNAPASAN
Hari-1 Hari- 2 Hari-3
Frekuensi Irama Frekuensi Irama Frekuensi Irama
napas napas napas napas napas napas
x/menit (T/TT) x/ menit (T/TT) x/menit (T/TT)

67

Anda mungkin juga menyukai