Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangunan bentang lebar telah lama muncul di dunia ini bahkan sejak zaman Romawi kuno
telah ada. Bagunan-bangunan tersebut rata-rata memiliki tingkat yang rendah namun memiliki
bentangan yang luas. Perkembangan teknologi selanjutnya menghasilkan sistem struktur yang
juga mengalami kemajuan dimana telah dikembangkan prinsip-prinsip struktur yang ada seiring
dengan perkembangan teknologi bahan bangunan. perkembangant eknologi ini dpat memenuhi
asirasi rancangan seorang arsitek. Menurur Tanggoro, dkk (2006) bentangan adalah suatu jarak
antara dua tumpuan sebagai penyangga beban yang harus ditumpu dan disalurkan ke pondasi
sebagai tempat pendukung akhir suatu bangunan. bentangan ini mempunyai kriteria pembagian
yaitu bentang pendek (jarak tumpuan <10 m), bentang sedang (jarak tumpuan 10-20 m) dan
bentang lebar (jarak tumpuan >20m).
Bangunan bentang lebar juga dapat diartikan sebagai bangunan yang memungkinkan
penggunaan ruang bebas kolom yang selebar dan sepanjang mungkin. Bangunan bentang lebar
biasanya digolongkan secara umum menjadi 2 yaitu bentang lebar sederhana dan bentang lebar
kompleks. Bentang lebar sederhana berarti bahwa konstruksi bentang lebar yang ada
dipergunakan langsung pada bangunan berdasarkan teori dasar dan tidak dilakukan modikasi
pada bentuk yang ada. Sedangkan bentang lebar kompleks merupakan bentuk struktur bentang
lebar yang melakukan modikasi dari bentuk dasar, bahkan kadang dilakukan penggabungan
terhadap beberapa sistem struktur bentang lebar (Sadono, 2009)
Bangunan bentang lebar ini hampir kebanyakan digunakan untuk untuk bangunan umum
yang memerlukan suatu lahan yang luas dan tidak terhalang adanya tiang/kolom sehingga lebih
banyak penekanannya pada suatu sistem struktur atap dengan bentang lebar. Makalah ini
bertujuan untuk menganalisis pemilihan sistem struktur bangunan Large Building yang telah
dibangun, baik di Indonesia maupun luar negeri, dengan mempertimbangkan beberapa faktor
seperti pertimbangan ekonomi, kecepatan membangun, bentuk geometri, rasio antara lebar dan
tinggi, konfigurasi spasial, jenis pembebanan dan kondisi tanah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana analisis pemilihan sistem struktur
bangunan Large Building (nama Bangunan), dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti
pertimbangan ekonomi, kecepatan membangun, bentuk geometri, rasio antara lebar dan tinggi,
konfigurasi spasial, jenis pembebanan dan kondisi tanah?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menganalisis pemilihan sistem struktur bangunan
Large Building (nama Bangunan), dengan mempertimbangkan beberapa factor, yaitu:
1. Pertimbangan ekonomi
2. Kecepatan membangun
3. Bentuk geometri
4. Rasio antara lebar dan tinggi
5. Konfigurasi spasial
6. Jenis pembebanan
7. Kondisi tanah.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mahasiswa mampu lebih memahami analisis pemilihan sistem struktur bangunan Large
Building yang telah dibangun, baik di Indonesia maupun luar negeri, dengan
mempertimbangkan beberapa faktor seperti pertimbangan ekonomi, kecepatan membangun,
bentuk geometri, rasio antara lebar dan tinggi, konfigurasi spasial, jenis pembebanan dan
kondisi tanah.
2. Menambah pengetahuan pembaca tentang Struktur Large Building.

BAB II
TINJAUAN
A. Struktur Bentang Lebar
Menurut Tanggoro (2006), bangunan menurut bentangannya dapat dikategorikan sebagai
berikut.
1. Bentang pendek, jika jarak tumpuan kurang dari 10.00 m
2. Bentang sedang, jika bentangan sesudah mencapai jarak antara 10.00-20.00 m
3. Bentang lebar (bentang panjang), jika bentangan sudah mencapai jarak lebih dari 20.00 m
Bangunan bentang lebar biasanya digunakan untuk bangunan umum yang memerlukan suatu
lahan yang luas dan tidak terhalang adanya tiang/kolom sehingga lebih banyak penekanannya
pada suatu sistem struktur apat dengan bentang lebar. Tuntutan kebutuhan akan sistem struktur
yang dapat menyelesaikan masalah bentangan yang lebar, cukup banyak caranya. Sistem struktur
bangunan bentangan lebar disusun sebagai berikut:
1. Struktur padat (solid structure)
2. Struktur bidang (Surface structure)
3. Struktur rangka (skeleton)

4. Struktur biomorfik

B. Jenis Struktur Bentang Lebar


Struktur bentang lebar terdiri atas beberapa jenis, yaitu rangka batang dan rangka ruang,
struktur furnikular (kabel dan pelengkung), struktur plan dan grid, struktur membran (meliputi
struktur pneumatic, struktur tent/tenda dan net/jaring ) dan struktur cangkang
1. Struktur Rangka Batang dan Rangka Ruang
Sistem struktur rangka adalah sistem struktur yang terdiri dari batang-batang yang
panjangnya jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran penampangnya. Kontruksi
rangka yang modern adalah hasil penggunaan baja dan beton secara rasional dalam
bangunan. Kerangka ini terdiri atas komposisi dari kolom-kolom dan balok-balok. Unsur
vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah, sedangkan balok
yang termasuk unsur horizontal berfungsi sebagai pemegang dan media pembagian
lentur. Kemudian kebutuhan-kebutuhan terhadap lantai, dinding, dan sebagainya dapat
diletakkan dan ditempelkan pada kedua elemen rangka bangunan tersebut.
Struktur rangka batang adalah struktur yang tersusun atas batang-batang yang dihubungkan
dan digabungkan membentuk pola-pola segitiga atau kombinasi pola segitiga. Struktur
rangka batang jika dabaikan tebalnya dianggap sebagai dua dimensi.
Gambar 1. Rangka Batang
Prinsip-prinsip umum struktur rangka batang antara lain adalah sebagai berikut.
a. Pembentukan Segitiga (Triangulasi)
Rangka batang adalah susunan elemen-elemen linear yang membentuk segitiga atau
kombinasi segitiga, sehingga menjadi bentuk rangka yang tidak dapat berubah bentuk
apabila diberi beban eksternal tanpa adanya perubahan bentuk pada satu atau lebih
batangnya. Setiap elemen tersebut secara khas dianggap tergabung pada titik hubung
sendi. Batang-batang disusun sedemikian rupa sehingga semua beban dan reaksi hanya
terjadi pada titik hubungan tersebut.
b. Konfigurasi
Karena susunan segitiga dari batang-batang adalah bentuk yang stbil, maka semua
susunan segitiga juga membentuk struktur stabil dan kaku. Ide ini merupakan prinsip
dasar penggunaan rangka batang pada gedung karena bentuk kaku yang lebih besar untuk
sembarang geometri dapat dibuat dengan memperbesar segitiga-segitiga tersebut. Sekali
lagi, untuk rangka batang yang hanya memikul beban vertikal, pada batang tepi atas
umumnya timbul gaya tekan, dan pada bidang tepi bawah umumnya timbul gaya tarik.
Gaya tarik dan tekan ini dapat timbul pada setiap batang, yang mungkin saja terjadi pola
berganti-ganti tarik dan tekan.
Hal yang amat penting pada rangka batang adalah bahwa struktur tersebut hanya dibebani
oleh beban-beban terpusat. Apabila beban-beban tersebut bekerja langsung pada batang,
maka akan timbul tegangan lentur pada batang tersebut, selain juga tegangan aksial tekan
atau tarik yang umum ada pada rangka batang. Sebagai akibatnya desain bentang tersebut
menjadi rumit, dan efisiensi keseluruhan babtang menjadi berkurang.
c. Gaya Batang

Salah satu cara untuk menentukan gaya dalam batang pada rangka batang dalam
menggambarkan bentuk berdeformasi yang mungkin dari struktur yang ada. Dengan
demikian sifat gaya (tarik atau tekan) batang itu dapat diketahui berdasarkan analisis
mengenai pencegahan deformasi tersebut.

Struktur rangka ruang merupakan rangka batang yang dikembangkan ke arah tiga dimensi.
Struktur rangka ruang merupakan komposisi dari batang-batang yang masing-masing berdiri
sendiri memikul gaya tekan yang sentris dan dikaitkan satu sama lain dengan sistem dalam
tiga dimensi atau ruang. Sistem konstruksi rangka ruang menggunakan sistem sambungan
antara batang satu sama lain yang menggunakan bola/ball joint sebagai sendi
penyambungan dalam bentuk modul-modul segitiga. Sistem truktur ini pada umumnya
digunakan pada atap bangunan dan dapat meminimalisir penggunaan kolom. Modul unit
ruang yang digunakan dalam menyusun rangka space frame adalah sebagai berikut.
a. Unit segitiga horizontal dengan tiga bidang segitiga miring

Gambar 2. Unit segitiga horizontal dengan tiga bidang miring


b. Unit segiempat horizontal dengan empat bidang segitiga miring
Gambar 3. Unit segiempat forizontal dan empat bidang miring
c. Unit segienam horizontal dengan enam bidang segitiga miring
Menurut Hariyanto, dkk (2014) struktur rangka ruang memiliki kelebihan sebagai berikut.
a. Struktur dibangun dengan bahan baja dan bahan aluminium yang relatif ringan
b. Menggunakan sistem modular
c. Hemat tenaga kerja dan material struktur
d. Memiliki nilai esteika sendiri
e. Umur relative pnjang (50-100 tahun)
f. Pembagian beban merata
g. Kemudahan dalam pemasangan utilitas
h. Memiliki ketahanan tinggi
i. Bentuk geometri yang teratur, sehingga dapat dikesploitasi secara arsitektural untuk
menghadirkan beberapa efek dalam penerapannya.
Sedangkan kekurangan dari sistem rangka ruang menurut Hariyanto, dkk (2014) adalah
sebagai berikut.
a. Relatif mahal karena elemennya dipesan dari pabrik
b. Tidak tahan api dikarenakan material yang digunakan adalah logam yang dapat meleleh
pada suhu tinggi
c. Tenaga ahli terbatas
Gambar 4. Rangka ruang
2. Struktur Furnikular (Kabel dan Pelengkung)
Struktur furnikular merupakan struktur yang hanya mendapatkan gaya tarik atau gaya tekan
saja. Besar gaya yang timbul pada pelengkung ataupun kabel tergantung pada tinggi
relatif bentuk funicular dibandingkan dengan panjangnya. Selain itu, besarnya juga
tergantung pada lokasi dan besar beban yang bekerja. Semakin tinggi pelengkung atau kabel,
berarti semakin kecil gaya yang akan timbul pada struktur, begitu pula sebaliknya.
Pada struktur funicular, bentuk strukturnya selalu berubah tergantung pada beban eksternal.
Apabila dibebani maka struktur tersebut akan tetap lurus. Bentuk funicular yang cocok untuk
beban kontinu juga harus berubah secara kontinu. Dengan cara yang sama, apabila bentuk
struktur berubah tanpa adanya perubahan beban, maka lentur akan terjadi. Struktur furnikular
terbagi menjadi dua yaitu struktur kabel dan pelengkung.
a. Struktur Kabel
Struktur kabel merupakan salah satu bentuk struktur furnikular yang bekerja berdasarrkan
gaya tarik saja. Pada masa sekarang struktur kabel banyak dipakai untuk menyelesaikan
kasus-kasus bangunan dengan bentang lebar. Pada sistem struktur dituntut sistem yang
stabil dengan kabel yang tegang. (Schodek, 1998)
Gambar 5. Contoh penggunaan struktur kabel pada bangunan

Sistem struktur kabel mempunyi desain sebagai berikut.


1) Kabel Gantung Sederhana
Sistem kabel gantung dapat mempunyai bentang sangat besar. Untuk kondisi
pembebanan dan bentang yang diberikan, masalah desain paling utama adalah
penentuan proporsi geometri kabel yang dinyatakan dalam rasio (perbandingan) sag
banding bentang. Gaya-gaya kabel panjang dan diameter tergantung pada rasio ini.
Gaya-gaya pada struktur penutupan kabel, juga ukurannya dipengaruhi rasio tersebut.
Sistem kabel gantung sederhana peka terhadap getaran akibat angin, yang di
masa silam telah menyebabkan gagalnya beberapa struktur kabel. Gaya-gaya
kabel pada struktur, juga ukurannya, sangat tergantung pada besar sag
(simpangan) atau tinggi relatif terhadap bentang struktur. Penentuan sag pada kabel
atau tinggi pada pelengkung merupakan masalah optimisasi. Apabila h maks
bertambah, gaya pada kabel berkurang sehingga luas penampang yang diperlukan
juga berkurang. Sekalipun demikian, sag atau peninggian selalu tergantung pada
kandungan menyeluruh seperti kabel itu ketika digunakan (meliputi juga desain
struktur penumpunya). Kebanyakan struktur kabel yang digunakan dalam gedung
mempunyai perbandingan sag/bentang antara 1:8 dan 1:10.

2) Sistem Kabel Ganda


Suatu struktur kabel ganda umumnya terdiri atas dua pasang kabel struktur dan
elemen tekan atau tarik yang berperan bersama dalam memikul gaya eksternal.
Pada sistem cekung ganda, pemberian pratarik dilakukan dengan melalui kabel tie-
back. Pada sistem cembung, kabel atas dan bawah diberi pratarik secara internal.
Frekuensi alami sistem kabel itu berkaitan dengan kombinasi setiap frekuensi
kabel, dan nilainya lebih besar dari nilai setiap frekuensi. Apabila frekuensi
kombinasi ini dapat dijadikan sedemikian besar dengan desain yang benar, maka
akan timbul efek peredam yang dapat meredam getaran akibat angin tanpa
terjadi bahaya sedikit pun pada sistem struktur.
3) Struktur Cable-stayed
Struktur cable-stayed adalah struktur yang mempunyai sederetan kabel linier dan
memikul elemen horizontal kaku (misalnya balok atau rangka batang). Pada struktur
cable-stayed, beban eksternal dipikul bersama oleh sistem kabel dan elemen primer
yang membentang dan berfungsi sebagai balok atau rangka batang. Jumlah kabel
yang digunakan tergantung pada ukuran dan kekakuan batang yang terbentang.
Kabel dapat berjarak dekat, sehingga balok atau rangka batang yang digunakan
dapat berukuran relatif kecil. Atau, jarak antara kabel tersebut lebih jauh sehingga
balok atau rangka batang yang lebih besar dan lebih kaku harus digunakan.
Umumnya, struktur cable-stayed. digunakan apabila bentang yang ada melebihi
yang mungkin untuk pemakaian balok atau rangka batang dalam memikul berat
sendiri. Pendekatan awal yang berguna untuk mendesain kabel dan sistem
penyangga adalah dengan mengabaikan kekakuan balok atau rangka batang dan
menganggap sistem kabel yang memikul seluruh beban. Sudut yang dibentuk antara
kabel dan arah beban memegang peranan penting. Sudut yang dangkal perlu
dihindari karena kabel tidak memberikan kekakuan yang cukup dalam memikul
balok, dan gaya yang timbul dalam kabel akan menjadi sangat besar.
b. Struktur Pelengkung
Analogi umum pelengkung adalah kabel terbalik yang berarti struktur pelengkung
tersebut adalah kabel terbaik. Struktur pelengkung telah dunakan sejak zaman dahulu
dengan memanfaatkan material bata. Akan tetapi bentuk pelengkung bata jarang yang
benar-benar mengikuti bentuk funikularnya (parabolik) karena pada umumnya bata
memiliki bentuk setengah lingkaran. Hal ini menyebabkan terjadinya lentur beserta
perubahan bentuk pada struktur dan pada gilirannya menimbulkan tegangan tarik, dan
akhirnya retak. Dengan adanya bahan baja dan beton bertulang, kekakuan elemen
bahan tersebut memungkinkan adanya pelengkung dengan bentuk yang beraneka
ragam dan dapat memikul beban tak terduga tanpa runtuh. Pelengkung kaku modern
sering dibentuk berdasarkan responsnya terhadap kondisi pembebanan dan memikul
beban secara tekan apabila beban tersebut benar-benar bekerja. Pelengkung kaku sangat
berbeda dengan kabel fleksibel. Untuk kondisi beban terdistribusi merata, bentuk
pelengkung kaku idealnya adalah parabolik. Jenis kondisi tumpuan yang ada (sendi
atau jepit) juga sangat mempengaruhi besar lentur yang terjadi. Pelengkung jepit
menimbulkan momen lentur di tumpuan yang relatif sulit dihitung besarnya.
3. Struktur Plat dan Grid
a. Struktur Plat
Plat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolit yang
tinaainya kecil dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya. Beban yang bekerja pada
plat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Plat dapat ditumpu pada semua tepinya
atau hanya pada titik tertentu (misalnya oleh kolom) atau campuran antara tumpuan
menerus dan dan titik.
b. Struktur Grid
Struktur grid bidang secara khas terdiri atas elemen-elemen linear kaku panjang seperti
balok atau rangka batang yang batang-batang tepi atas dan bawahnya sejajar. Titik
hubungan grid bersifat kaku. Jenis struktur ini lebih baik dalam memikul sederetan beban
terpusat.
4. Struktur Membran
Membran adalah struktur permukaan fleksibel tipis yang memikul beban dengan
mengalami tegangan tarik. Struktur membran adalah sebuah alternatif untuk struktur bentang
lebar yang dapat diterapkan untuk penutup atap bangunan. Dasar mekanisme pikul beban
pada struktur membran adalah tarik. Membran yang memikul beban tegak lurus terhadap
permukaannya dapat mengalami deformasi secara tiga dimensi (bergantung pada
kondisi tumpuan dan pembebanannya). Sistem membran pada bangunan bentang lebar
biasanya masih harus dibantu oleh struktur lainnya seperti kabel atau space frame,
karena sistem membran bila terkena gaya dari angin maka harus ada daya tarik
menuju tumpuan (pondasinya). Struktur membran terbagi menjadi dua yaitu struktur
membran tenda dan struktur membran pneumatis.
a. Struktur Membran Tenda
Struktur tenda merupakan struktur yang menggunakan bidang tenda sebagai
pembentuk ruang dengan tali sebagai elemen penarik dan perentang tenda. Tenda dan
tali berfungsi sebagai penahan gaya tarikan. Struktur jaring merupakan struktur yang
menggunakan jaring dari tali-tali/kabel-kabel sebagai struktur dan pembentuk ruang
dilengkapi dengan bahan penutup ruang (misal tekstil, kaca, fiber). Struktur ini
memiliki bentuk kurva dan banyak dipakai oleh perancang karena memiliki nilai estetika.

Gamabr 6. Contoh penggunaan struktur tenda


Besar gaya prategang yang diberikan untuk menstabilkan tidak boleh menyebabkan
tegangan membran melebihi kapasitas material yang digunakan untuk struktur
berbentang besar, biasanya membran terdiri atasjaring kabel baja berjarak dekat
yang mampu memikul gaya prategang relatif besar. Masalah desain yang kritis pada
membran kulit bertegangan adalah kondisi tumpuan atau tepinya, penggunaan
tumpuan titik, misalnya dapat menyebabkan terjadinya teganggan lokal yang sangat
besar pada membran di titik pertemuan membran dan tumpuan.
b. Struktur Pneumatik
Struktur pneumatik merupakan salah satu sistem struktur yang termasuk dalam kelompok
Soft Shell. Struktur yang memiliki ciri khas semua gaya yang terjadi pada membran-
nya berupa gaya tarik. Pada Pneumatik, gaya tarik terjadi karena adanya perbedaan
tekanan udara di dalam struktur pneumatik dengan tekanan udara diluar struktur ini.
Struktur pneumatik pada mulanya hanya dikembangkan sebagai bidang penutup atap
dan untuk bangunan berbentang lebar, sekarang mulai dipikirkan untuk memikul
beban lantai pada bangunan bertingkat sedang (Medium Rise Building). Struktur
pneumatik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu Air Inslated Structure dan Air
Supported Structure.
1) Struktur yang ditumpu udara (air supported structure)
Air Suppoerted Structure disebut juga Single Membrane Structure karena hanya
menggunakan satu lapis membran dan membutuhkan tekanan udara yang rendah
(Low Pressure System). Ciri-ciri dari sistem Air Supported Structure ini adalah
membutuhkan sedikit perbedaan tekanan udara untuk mengangkat membran-nya.
Tekanan udara yang dibutuhkan sekitar 2-20 Psf (pon per feet) di atas tekanan
atmosfir. Besarnya tekanan udara ini direncanakan berdasar kondisi angin,
ukuran struktur, kekedapan udara (perembesan udara melalui membran, tipe dan
jumlah jendela/pintu, dsb). Tekanan udara pada sistem ini mempunyai pengaruh
terhadap geometri membran. Memperbesar radius kurvatur (lengkung) akan
menambah kekuatan membran, pengurangan kekuatan membran (membrane force)
dapat dilakukan dengan mereduksi kurvatur melalui penggunaan kabel atau
kolom tarik. umumnya Air Supported Structure ini dirancang untuk dapat
mengantisipasi pengaruh angin, mengingat beban angin paling besar
pengaruhnya, maka sedapat mungkin gaya kritis angin harus diketahui untuk
menentukan besaran tegangan membrane dan gaya pada angkutnya.

Gambar 7. air supported structure


2) Struktur yang digelembungkan udara (air inflated structure)
Air Inflated Structure disebut pula Double Membrane Structure dan membutuhkan
tekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan Air Supported Structure
sehingga sering disebut juga dengan nama High Pressure System. Tekanan udara
pada sistem ini hanya diberikan pada strukturnya bulan pada space
bangunannya, sehingga pemakai bangunan tidak berada dalam tekanan udara. Dari
sebab itu sistem ini lebih bebas dipakai sebagai penutup space, karena tidak
membutuhkan air lock dan peralatan lain agar struktur ini tetap berdiri. Elemen dari
sistem ini lebih berlaku sebagai elemen rigid (kaku), sehingga lebih tahan
terhadap tekuk maupun lendutan (momen) dibandingkan dengan sistem Air
Supported Structure. Sistem struktur ini membutuhkan tekanan udara sebesar 2-
100 Psi (0,2 – 7 Atm) besarnya sekitar 100 sampai 1000 kali dibandingkan sistem
Air Supported Structure. Karena membutuhkan tekanan udara yang besar, maka
dibutuhkan material membran yang kuat dan kedap udara. Secara prinsip dapat
digunakan untuk elemen batang (Tubular System) dan elemen bidang (Dual Wall
System), Perilaku struktur dengan sistem ini sangat kompleks, sehingga sampai
sekarang belum diketahui prosedur perancangan yang tepat.

Gambar 8. air inflated structure


5. Struktur Cangkang
Menurut Schodeck (1998), shell atau cangkang adalah bentuk struktural tiga dimensional
yang kaku dan tipis yang mempunyai permukaan lengkung. Permukaan cangkang dapat
mempunyai bentuk sembarang. Bentuk yang umum adalah permukaan yang berasal dari
kurva yang diputar terhadap satu sumbu, permukaan translasional yang dibentuk dengan
menggeserkan kurva bidang di atas kurva bidang lainnya (misalnya, permukaan
parabola eliptik dan silindris), permukaan yang dibentuk dengan menggeserkan dua ujung
segmen garis pada dua kurva bidang (permukaan hiperbolik paraboloid dan kinoid),
dan berbagai bentuk yang merupakan kombinasi dari yang telah disebutkan diatas.
Bentuk cangkang tidak harus selalu memenuhi persamaan matematis sederhana. Segala
bentuk cangkang mungkin saja digunakan untuk suatu struktur. Beban-beban yang bekerja
pada permukaan cangkang diteruskan ke tanah dengan menimbulkan tegangan geser,
tarik, dan tekan pada arah dalam bidang permukaan tersebut. Struktur cangkang tipis
khususnya cocok digunakan untuk memikul beban terbagi merata pada atap gedung.
Struktur ini tidak cocok untuk memikul beban terpusat.
Ada beberapa penggolongan cangkang. Sesuai dengan terjadinya bentuk shell, maka shell
digolongkan dalam tiga macam:
1. Rotasional Surface, diperoleh bilamana suatu garis lengkung yang datar diputar terhadap
suatu sumbu, dapat dibagi menjadi tiga yaitu spherical surface, elliptical surface,
parabolic surface.

Spherical Surface Elliptical Surface Parabolic Surface


2. Ruled Surface, bilamana ujung-ujung suatu garis lurus digeser pada dua bidang sejajar,
dapat dibagi menjadi dua yaitu cylindrical surface dan eliptic parabolic.

Cylindrical surface Elliptical surface

3. Translational Surface, diperoleh jika suatu garis lengkung yang datar digeser sejajar diri
sendiri terhadap garis lengkung yang datar lainnya, dapat dibagi menjadi dua yaitu
Hiperbolic paraboloid dan Conoid
Hiperbolic paraboloid Conoid

Sesuai dengan lengkung permukaan, dibagi menjadi:


1. Single Curved Shell, yang arah lengkungannya dalam satu arah serta permukaannya tidak
diputar/digeser, dan dibentuk oleh konus yang sama.

2. Double Curved Shell, yaitu shell dengan arah lengkungannya dalam dua arah, terdiri dari 2
macam yaitu Synclastic Shell dan Anticlastic Shell

Salah satu struktur cangkan adalah kubah atau “dome”. Kubah yang terdiri atas jarring-jaring
batang bersendi tak teratur pertama kali diperkenalkan pada tahun 1863 di Berlin oleh
Schwedler dengan bentang 48 m atau setara dengan 132 kaki. Kubah adalah suatu elemen
struktural dari arsitektur yang berbentuk atap tetapi memiliki rongga dan membentuk
seperti sebuah bola, tepatnya setengah lingkaran. Kubah merupakan struktur dengan
permukaan berbentuk bola, memiliki denah melingkar, terdiri dari tumpukan blok-blok,
material kaku yang kontinu seperti beton bertulang atau dari elemen-elemen linear pendek,
seperti kubah geodesic. Kubah menyerupai bentuk busur yang dirotasi kecuali bahwa gaya
tekan dikembangkan di dekat pusat dan gaya tarik di bagian bawah (Ching, 2001).
BAB III
ANALISIS DAN KONSEP
A. Wembley Stadium
Wembley Stadium adalah stadion sepakbola yang terletak di Wembley, daerah pinggiran kota
di sebelah Utara London, Inggris. Bangunan ini merupakan bangunan yang direnovasi kembali
pada awal tahun 2000 dan diresmikan pada tahun 2007. Setelah 20 tahun berdiri, pemerintah
Inggris merasakan stadion Wembley memiliki banyak keterbatasan. Mereka pun berusaha untuk
membuat suatu stadion yang akan menjadi pusat perhatian dunia yang dapat menjadi tempat
dilakukannya 3 cabang olahraga yaitu sepakbola, rugby dan atletik.

Tahap renovasi Wembley Stadium


Renovasi Wembley Stadium diserahkan pada Populous dan Fosters and Partner. Sementara
untuk konstruksi ditangani oleh Brookfield Multiplex sebuah perusahaan Australia. Wembley
Stadium memiliki bentang 315 m dengan keliling satu kilometer. Bangunan ini merupakan salah
satu stadion dengan biaya pembangunan tertinggi yaitu senilai £798. Gedung berkapasitas
90.000 penonton ini memiliki 2618 toilet, 688 Food and drink service point, 164 pagar, 98 dapur,
47 tempat thenan, 34 bar, 30 eskalator, 26 lift dan 8 restaurant. Renovasi bangunan sempat
tertunda karena masalah finansial. (Wembleystadium.com)
Proses pembangunan Wembley Stadium
B. Analisis
Wembley stadium merupakan bangunan bentang lebar yang menggunakan struktur furnikular
yaitu kabel dan pelengkung dan struktur truss.

Struktur Wembley Stadium


1. Pelengkung (Arch) dan Kabel
Bangunan ini memiliki pelengkung dengan tinggi 133 meter dari atas atap dan atap stadion
mencapai 52 meter. Pelengkung ini terbuat dari 500 pipa baja hasil fabrikasi (Mann, 2006).
Terdiri atas lattice arch, asymmetric cable net, stayed truss.
Pelengkung (Arch)
2. Kabel
Salah satu sisi terdapat 8 set kabel 150 mm stainless steel yang digantung dari pelengkung
untuk mendukung atap bagian utara yang terdepan, sementara kabel backstay di sisi lain
mengikat kepada tribun stadion. Kabel yang digunakan wembley stadion adalah kabel 150
mm stainless steel dengan tipe kabel full locked coil cables strand. Full locked coil cables
digunakan sebagai kabel utama pada berbagai konstruksi.digunakan pada wembley.

Struktur Wembley Stadium

3. Truss
Tribun penonton ditutupi oleh atap dengan menggunakan rangka batang dan rangka ruang.
Truss Wembley Stadium

Anda mungkin juga menyukai