Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA

SKRIPSI MAHASISWA FIK


(FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN)

NAMA MAHASISWA : 1. FEBRINA AZURA (2181111029)


2. FERI HIDAYAT PURBA (2182111002)
3. ISRIN RAMADHANI (2181111013)
4. LISA KIRANTI (2181111007)
5. RISKA WAHYUNI LUBIS (2183111038)
DOSEN PENGAMPU : DRS. SANGGUP BARUS, M.PD.
MATA KULIAH : KETERAMPILAN BAHASA PRODUKTIF

PROGRAM STUDI S1
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelasaikan laporan mini riset ini. Alasan kami menyelasaikan
tugas wajib ini dari 6 tugas pokok KKNI karena untuk memenuhi penyelesaian tugas dari
mata kuliah Keterampilan Bahasa Produktif. Semoga hasil laporan ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam menyelesaikan laporan mini riset ini, kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada kedua orang tua kami yang selalu mendoakan, dan dosen pengampu yang telah
membimbing mata kuliah ini.

Kami menyadari bahwa laporan mini riset ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami meminta maaf dan mengharapkan kritik serta
saran agar ke depannya kami mampu menyempurnakan tugas ini untuk lebih baik lagi. Akhir
kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Medan, 30 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan ejaan
bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas ejaan-ejaan yang pernah berlaku di
Indonesia. Secara umum, orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan
bahasa. Hal itu terjadi karena orang terikat pada kata atau nama itu.

Di dalam bahasa, sebetulnya ejaan berhubungan dengan ragam bahasa tulis. Ejaan adalah
cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca. Di
dalam perkembangannya, bahasa Indonesia pernah menggunakan beberapa macam ejaan.
Mulai tahun 1901, penulisan bahasa Indonesia (waktu itu masih bernama bahasa Melayu)
dengan abjad Latin mengikuti aturan ejaan yang disebut Ejaan van Ophusyen. Peraturan
ejaan itu digunakan sampai bulan Maret 1947, yaitu ketika dikeluarkan peraturan ejaan yang
baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, Mr. Soewandi- dengan Surat
Keputusan No. 264/Bhg. A. tanggal 19 Maret 1947 (kemudian diperbaharui dengan lampiran
pada Surat Keputusan tanggal 1 April 1947, No. 345/Bhg. A). Peraturan ejaan yang baru itu
disebut Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan
ejaan yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mulai Agustus 1972, setelah
diresmikan di dalam pidato kenegaraan Presiden Suharto pada tanggal 16 Agustus 1972.
Penjelasan lebih lanjut mengenai aturan ejaan itu dimuat dalam (Pedoman Umum) Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan dilampirkan pada Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 0196?U/1975, tanggal 27 Agustus 1975. Di dalam pedoman
itu diatur hal-hal mengenai (1) Pemakaian huruf, (2) Penulisan huruf, (3) Penulisan kata, (4)
Penulisan unsur serapan. Berikut ini disajikan Beberapa segi yang dirasakan belum mantap
mengenai penerapan aturan ejaan seperti yang dikemukakan di dalam pedoman itu, yaitu
beberapa hal yang menyangkut pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata dan
penulisan unsur serapan.

Berdasarkan hal di atas adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya,
melainkan ejannya yakni tata cara penulisan yang baku. Selama ini belum semua orang
mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD, baik karena belum tahu, enggan mematuhi
atau karena ada pedoman yang mereka pegang selama ini yang mereka anggap pedoman itu
sudah tepat. Tindakan seperti ini jelas dapat mengacaukan perkembangan bahasa Indonesia.
Padahal dengan diberlakukannya EYD, seharusnya setiap warga negara Indonesia, termasuk
warga pengadilan sebagai pemakai bahasa Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi kaidah-
kaidah yang tercantum di dalamnya. Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia
yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah
bahasa Indonesia meliputi ejaan, kaidah pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda,
dan penulisan unsur serapan yang semua itu harus sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang
telah disempurnakan (EYD).

B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Masih banyak kesalahan pada penggunaan ejaan yang benar sesuai kaidah EYD.
2. Mahasiswa dituntut untuk menerapkan ejaan yang benar sesuai kaidah EYD.
3. Kesalahan ejaan termasuk salah satu jenis kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bentuk kesalahan pemakaian huruf pada skripsi mahasiswa FIK?
2. Bagaimana bentuk penulisan kata yang terdapat pada skripsi mahasiswa FIK?
3. Bagaimana bentuk kesalahan penulisan tanda baca yang terdapat pada skripsi
mahasiswa FIK?
D. TUJUAN
1. Mendeskripsikan kesalahan pemakaian huruf pada skripsi mahasiswa FIK?
2. Mendeskripsikan kesalahan penulisan kata pada skripsi mahasiswa FIK?
3. Mendeskripsikan kesalahan penulisan tanda baca pada skripsi mahasiswa FIK?
E. MANFAAT
1. Teoretik
Secara teoretik manfaat penelitian ini dapat memperkaya teori-teori yang
berkaitan dengan penulisan yang benar dengan memperhatikan ejaan sesuai dengan
EYD yang berlaku.
2. Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan para mahasiswa agar
lebih teliti dan cermat dalam menulis apapun terutama dalam menulis tugas akhir
skripsi dengan memperhatikan ejaan sesuai dengan kaidah EYD. Bagi peneliti sebagai
landasan untuk dijadikan tuntutan dalam kegiatan menulis sesuai dengan ejaan dengan
berpedoman pada EYD.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN EJAAN

Dapat dinyatakan bahwa ejaan adalah cara normatif menuliskan bahasa. Dalam Kamus
Bahasa Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, “ejaan adalah cara atau aturan menuliskan kata-
kata dengan huruf” (Poerwadarminta, 1976: 266).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan, “ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan senagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-
huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca” (Depdiknas, 2005: 285).

Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an.
Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari bahasa lisan.
Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa lisan terutama yang tidak baku, sangat
simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara digunakan huruf arab untuk menulis bahasa
melayu. Pada 1901 pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini
dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen.

Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-
bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf,
kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan
berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau
kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan merupakan kaidah
yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama
dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan
makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus
dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur.

Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD mulai
diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan dalam sejarah bahasa Indonesia ini
memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua
puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan
K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan
huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai
tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata
bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk
membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

B. PEMAKAIAN HURUF
Pemakaian Huruf
a. Huruf abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.
Nama huruf disertakan di sebelahnya.

HURUF NAMA HURUF NAMA HURUF NAMA


A a a J j je S s es
B b be K k ka T t te
C c ce L Lisa el U u u
D d de M m em V v ve
E e e N n en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H H ha Q q ki Z z zet
I i i R R Er
b. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan
u. Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan
keraguan.

c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b,
c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

d. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Contohnya :

 aula (diftong  boikot (diftong  pandai (diftong


diawal ditengah) diakhir)

e. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan


konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Contohnya:

 khusus (diawal)  senang (diakhir)


 nyata (diawal)  isyarat (ditengah)

f. Huruf Kapital
 Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.

g. Huruf Miring
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah atau surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata atau sekelompok kata.
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang
bukan bahasa Indonesia
b. ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai bahasa Indonesia.

h. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks dan lampiran.
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf , bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan
huruf miring. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan lema dan
sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.

Penulisan Kata

a. Kata Dasar Kata


yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
b. Kata Turunan Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Jika bentuk kata dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Jika bentuk dasar yang
berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsure gabungan kata
itu ditulis serangkai. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
c. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
d. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsure-
unsurnya ditulis terpisah.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur
yang bersangkutan.
e. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan
nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
f. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
g. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
h. Partikel Partikel –lah, -kah, dan –tah
Ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Partikel pun ditulis terpisah dari
kata yang mendahuluinya. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis
terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
i. Singkatan dan Akronim
 Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari atas satu huruf atau
lebih.
 Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata
j. Angka dan Lambang
 Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakanangka Arab atau angka Romawi.
 Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.
 Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas.
 Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
 Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an.
 Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
 Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
 Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
 Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Jika bilangan
dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Pemakaian Tanda Baca

a. Tanda Titik (.) 1)


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan ikhtisar, atau
daftar.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
6. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
7. Tanda titik tidak dipakai dibelakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2)
nama dan alamat surat. b)
b. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi,
lagipula, meskipun begitu, akan tetapi.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o,ya, wah, aduh, kasihan, dari
kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
9. Tanda koma dipakai di bagian-bagian dalam catatan kaki. 10)
10. Koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
11. Tanda koma dipakai dimuka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan lansung dari bagian kalimat
yang mengirinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
c. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan lansung dari bagian kalimat
yang mengirinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
2. Tanda titik koma sebagai pengganti kata pengubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk.
d. Tanda Titik Dua
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
atau pemerian.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
4. Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomer dan halaman, (ii) di antara bab
dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
e. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata didepannya pada pergantian baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka “2” sebagai tanda
ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks
karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tunggal.
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian kata atau
ungkapan dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan
rangkap.
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa Asing.
f. Tanda Pisah ( )
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luar bangunan kalimat.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
3. Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai ke’
atau ‘sampai dengan’.
g. Tanda Elipsis (…)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan.
h. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
i. Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
j. Tanda kurung ((…))
1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
k. Tanda kurung siku ([…])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
l. Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain.
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat.
m. Tanda Petik Tunggal ('...')
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing
n. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
o. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Penulisan unsur serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa,


baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis,
Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de
l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara
pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang
penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu,
diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga
agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kata seperti
standarisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh disamping kata standar,
implemen, dan objek.
BAB III

METODE SURVEY
BAB IV

PEMBAHASAN
Menurut hasil analisis kami terhadap penggunaan ejaan dalam skripsi Mahasiswa
FIK, masih terdapat banyak kesalahan baik dalam penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca. Namun, yang paling menonjol adalah kesalahan dalam pemakaian
tanda baca.

Berikut ini adalah kesalahan yang terdapat dalam skripsi tersebut:

 Tanda hubung dipakai untuk merangkai ke- dengan angka.


 Penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai EYD dan tidak tepat.

BAB V

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai