SERVICE MANUAL
IN LINE PUMPS
Description
Mei, 2008
Operation Section
4. GOVERNOR
4.1 FUNGSI GOVERNOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-36
4.2 TIPE - TIPE GOVERNOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-36
4.3 GARIS BESAR KONSTRUKSI DAN PENGOPERASIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-37
4.4 GOVERNOR TIPE RU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-39
4.5 GOVERNOR TIPE R721 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-46
4.6 GOVERNOR TIPE R722 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-60
4.7 GOVERNOR TIPE R811 DAN R812 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-67
4.8 GOVERNOR TIPE R801 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-68
4.9 GOVERNOR TIPE RSV . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-81
4.10 GOVERNOR TIPE KOMBINASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-90
4.11 PENURUNAN KECEPATAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-91
5. FEED PUMP
5.1 GARIS BESAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-92
5.2 TIPE PISTON SINGLE ACTION . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-93
5.3 FEED PUMP TIPE PISTON DOUBLE-ACTION . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-95
5.4 POMPA DASAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-96
5.5 STRAINER . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2-96
Table of Contents
Gbr. 1-2
Ekspansi
Tekanan (kg/cm2)
Kompresi Pembakaran
Pada formula (2-1), menunjukkan pada mesin dan bahan bakar , "i", "N", dan "r" akan tetap terlepas dari kondisi mesin. Jika
kecepatan mesin tetap, output mesin akan kurang lebih proporsional dengan volume injeksi. Oleh karena itu, meningkatkan
volume injeksi akan meningkatkan output, tetapi di atas titik @ pada gbr. 2-2, mesin akan mengeluarkan asap hitam, dan output
akan berkurang. Hal ini dikarenakan rasio bahan bakar terhadap udara meningkat, dan kurangnya oksigen menimbulkan
pembakaran yang tidak sempurna.
Oleh karena itu, dalam kondisi apapun, volume injeksi bahan bakar harus pada level di mana mesin tidak akan menghasilkan
asap hitam. Batas ini di sebut "smoke limit". Pompa injeksi bahan bakar di desain sehingga volume injeksi tidak akan
melampaui smoke limit. Walaupun pada mesin yang sama, smoke limit bervariasi karena jumlah udara dan pusaran yang
dihasilkan selama kompresi berfluktuasi sesuai kecepatan mesin.
Untuk alasan tersebut di atas, kita harus berhati-hati dalam menghadapi keluhan kurangnya tenaga dengan hanya menambah
volume injeksi. Karena hal ini hanya akan membuat mesin menghasilkan asap hitam dan berkurangnya tenaga.
Operation Section
2– 10
Gbr. 2-4 Pompa injeksi tipe In-line 1) Pompa injeksi tipe in-line, mempunyai jumlah mekanisme
kompresi bahan bakar yang sama dengan jumlah silinder,
pompa injeksi segaris bekerja sesuai dengan urutan injeksi
yang ditentukan camshaft
Gbr. 2-5 Pompa injeksi tipe distributor (pompa VE) 2) Pompa injeksi tipe distributor ( pompa VE, ) walaupun hanya
mempunyai satu mekanisme kompresi bahan bakar, distrib-
utor pompa injeksi memiliki mekanisme distribusi bahan
bakar yang akan mendistribusikan bahan bakar bertekanan
ke tiap silinder sesuai dengan urutan injeksi.
Operation Section
2– 11
Unit Pompa Terdiri dari kompresi bahan bakar / mekanisme supply, mekanisme pengatur volume
injeksi, camshaft untuk menggerakkan mekanisme - mekanisme tersebut, fungsi unit
pompa adalah untuk mengalirkan bahan bakar bertekanan ke tiap silinder sesuai
dengan urutan injeksi.
Governor Terhubung ke mekanisme pengatur volume injeksi dari unit pompa , fungsi governor
adalah untuk mengatur volume injeksi bahan bakar sesuai dengan beban mesin secara
otomatis , hingga mengatur kecepatan mesin sesuai keinginan pengemudi.
Timer Timer berfungsi untuk mengatur timing injeksi bahan bakar sesuai dengan kecepatan
mesin untuk mendapatkan kondisi pembakaran yang paling optimal. Timer terletak
diantara camshaft unit pompa dan drive shaft atau drive gear mesin.
Feed Pump Terletak pada unit pompa dan digerakkan oleh camshaft, feed pump berfungsi untuk
mengalirkan bahan bakar dari tangki bahan bakar ke pompa injeksi.
Coupling Menggerakkan pompa injeksi bahan bakar, coupling menghubungkan camshaft pompa
injeksi (atau timer) dengan shaft mesin.
Operation Section
2– 12
Gbr. 3-6 Konstruksi elemen pompa 1) Elemen pompa terdiri dari silinder dan plunger. Plunger
terdapat di dalam silinder. Melalui pengerjaan presisi tinggi,
celah di antara keduanya dibuat sangat kecil untuk
menghindari kebocoran saat injeksi bertekanan tinggi dan
kondisi kecepatan rendah. Namun karena plunger
membutuhkan bahan bakar untuk pelumasan, kebocoran
dalam jumlah kecil tidak dapat dihindari. Dengan alasan ini,
saat penggantian, plunger dan silinder harus diganti satu
set, tidak boleh salah satu saja. Terdapat alur control dan
lubang vertikal pada plunger sebagai tempat mengalirnya
bahan bakar
Gbr. 3-7 Silinder putaran stop 2) Silinder dari elemen pompa terpasang pada housing pompa
sehingga alur pada bagian luar silinder sesuai dengan pin
yang terpasang pada housing pompa. Hal ini digunakan
untuk menentukan posisi dan rotasi stop
Operation Section
2– 14
Gbr. 3-9 Jumlah injeksi kontrol mekanis 1) Penggerak plunger masuk ke dalam celah pada control
sleeve. Pinion control terpasang pada bagiat atas sleeve.
Gerigi dari rack control bertemu dengan pinion control.
Sehingga jika rack control bergerak maju mundur, gerakan-
nya akan diteruskan ke pinion control. Ini akan
menyebabkan sleeve control berputar. Plunger juga
berputar pada saat yang sama
Gbr. 3-12 Bagian luar potongan plungerdan expansi da- 1) Tipe plunger yang dikelompokkan berdasarkan bentuk alur
tar control adalah sebagai berikut: plunger alur control lurus, di-
mana alur kontrolnya berupa potongan lurus, seperti
ditunjukkan gbr. 3-12(1). Plunger alur lengkung, yang
helixnya berbentuk lengkung, seperti pada gbr. 3-12(2).
Bahan bakar di alur kontrol dapat mengalir ke dalam ruang
plunger melalui lubang vertiikal atau suling. Saat alur control
digambarkan kaitannya dengan kondisi plunger, alur kontrol
lurus digambarkan dalam garis lengkung dan alur lengkung
digambarkan dengan garis lurus. Sehingga, hubungan
antara posisi dari rack control dan volme injeksi akan
tergambar seperti dalan gbr. 3-1
Gbr. 3-13 Posisi Rack dan jumlah injeksi 2) Oleh karena itu, plunger dengan alur control lurus
menunjukkan karakteristik volume injeksi lengkung, seperti
pada gbr. 3-13(1). Karena itu, mengacu pada posisi rack
pada saat idle (ketika volume injeksi kecil), peningkatan rate
injeksi dijaga tetap kecil sesuai respon terhadap perubahan
posisi dari rack control. Hasilnya, pada saat idle, fluktuasi
volume injeksi dapat dikurangi. Sementara, karena alur
control lengkung dari plunger menunjukkan karakteristik
volume injeksi yang lurus, volume injeski akan tetap
walaupun posisi rack control berubah
Gbr. 3-14Tipe plunger orientasi sejenis 1) Gbr. 3-14 menunjukan dua jenis plunger yang dikelompok-
kan berdasarkan arah alur kontrol: plunger dengan alur
control ke kanan, dan plunger dengan alur control ke kiri.
Plunger yang ke kanan akan meningkatkan volume injeksi
saat ia berputar searah jarum jam. Sedangkan plunger yang
ke kiri akan menaikkan volume injeksi saat ia berputar
berlawanan dengan arah jarum jam.
Operation Section
2– 17
Gbr. 3-15 Tipe dari kontrol alur 1) Gbr. 3-15 menunjukkan tipe-tipe plunger yang dikelompok-
kan berdasarkan tipe alur kontrol. Pada plunger dengan alur
control normal gbr. 3-15(1), volume injeksi berubah pada
akhir proses pasokan bahan bakar oleh alur kontrol. Plunger
dengan potongan di bagian atas gbr. 3-15 (2), volume
injeksi dirubah pada permulaan proses injeksi oleh
potongan. Dengan adanya alur control dan potongan pada
plunger, volume injeksi dapat dirubah pada permulaan atau
akhir injeksi.
Gbr. 3-18 Delivery valve 1) Jika ruang plunger dan nozzel secara konstan saling
terbuka, waktu jeda antara elemen pompa mulai memompa
bahan bakar hingga nozzel mulai menyemprotkan bahan
bakar akan meningkat, dan akan mempengaruhi nozzel
dalam menghentikan semprotan bahan bakar saat injeksi
bahan bakar selesai
Operation Section
2– 19
Gbr. 3-19 Fungsi delivery valve 2) Sehingga pada saat yang sama pasokan bahan bakar
selesai, spring katup delivery akan menekan katup ke
bawah, menyebabkan katup bersentuhan dengan rumah
pompa. Pada akhirnya, pipa injeksi akan tertutup dari sisi
plunger.
Gbr. 3-20 Kenaikan volumtarik pada delivery valve 1) Katup bergerak lebih jauh ke bawah hingga kerucut katup
bersentuhan dengan rumah katup. Volume pipa baja
meningkat sesuai dengan pergerakan katup ke bawah. Ini
akan menyebabkan tekanan pada pipa baja berkurang dan
memperbaiki kemampuan nozzel dalam menghentikan
injeksi bahan bakar, sehingga mencegah nozzel menetes-
kan bahan bakar. Volume tarikan balik pada katup delivery
dapat bervariasi seperti pada Gbr. 3-20
(8) Camshaft
Gbr. 3-22 Camshaft 1) Camshaft mempunyai tonjolan yang menggerakkan plunger
secara vertikal sesuai dengan urutan injeksi, dan tonjolan
untuk menggerakkan feed pump. Camshaft digerakkan oleh
drive shaft mesin atau drive gear
(12) Tappet
Gbr. 3-28 Tappet 1) Bagian tappet yang bersentuhan dengan cam dilengkapi
dengan roller. Tappet roller dipasang pada tappet unit
melalui pin roller. Bagian kepala tappet dilengkapi dengan
mekanisme pengaturan yang digunakan untuk mengatur
interval anatar silinder.
Gbr. Control sleeve dan pinion 1) Control sleeve tempat dipasangnya control pinion terdapat
pada silinder. Ia dapat diputar dengan bebas di silinder.
Kipas penggerak plunger terdapat pada bagian bawah con-
trol sleeve. Saat digerakkan oleh putaran camshaft, plunger
bergerak secara vertical sesuai celah pada sleeve. Memutar
conrol pinion akan menyebabkan control sleeve berputar.
Dan plunger juga akan berputar di dalam silinder
Gbr. Plunger dan control sleeve 2) Control pinion dipasang pada bagian atas control sleeve
menggunakan baut clamp pinion. Ia dapat berputar bebas
pada silinder. Dikarenakan control pinion terkait dengan
gir rack control, control pinion merubah gerak linier menjadi
gerak rotasi pada control sleeve. Gerakan ini diteruskan
ke plunger.
Gbr. 3-33 Mekanisme putaran plunger 2) Gerakan rack kontrol diteruskan pinion control dan control
sleeve, dan akan memutar plunger. Ini akan menyebabkan
posisi plunger bergerak sesuai dengan silinder, hingga
merubah volume injeksi bahan bakar. Racj kontrol
terhubung dan digerakkan oleh governor.
Operation Section
2– 24
(1) Karakteristik
Berikut adalah karakteristik dari pompa tipe NB (EP-9)
• a. Dimensi dasarnya serupa dengan pompa tipe A, hingga membuat keduanya bisa dipertukarkan.
• b. Memiliki konstruksi yang tertutup penuh, hingga memiliki daya tahan yang baik terhadap air dan debu.
• c. Menggunakan rack kontrol berbentuk L (tipe link-fork) seperti pada pompa tipe P
• d. Menggunakan housing pompa yang sudah diperkuat camshaft dan bearing yang tahan terhadap tekanan tinggi.
• e. Service ability yang baik karena komponen - komponen fungsional seperti elemen pompa dan tappet dapat diganti
dari bagian atas pompa tanpa harus melepas camshaft.
(2) Konstruksi
Gbr. 3-34 menunjukkan secara garis besar konstruksi dari pompa tipe NB (EP-9).
Fungsi dari pompa housing yang terbuat dari alumunium adalah untuk mendukung dan melindungi komponen-komponennya.
Camshaft dipasang dengan bearing pada setiap ujungnya dan digerakkan oleh mesin untuk menggerakkan plunger dan feed
pump.
Elemen pompa yang terdiri dari sebuah plunger dan silinder,adalah bagian terpenting dari pompa. Digerakkan oleh cam melalui
tappet, plunger bergerak naik turun untuk memadatkan dan mengalirkan bahan bakar. Pada saat yang sama, gerakan rack
kontrol akan memutar plunger untuk mengatur volume injeksi. Valve delivery dan valve delivery holder dipasang pada silinder,
yang disatukan dengan element holder. Bagian pinggir silinder diletakkan pada dua baut stud, yang memperpanjang housing
pompa dan dikencangkan dengan menggunakan dua mur
Untuk mengatur pre-stroke plunger, digunakan shim yang terletak pada flange silinder. Sebagai tambahan, pada flange silinder
terdapat lubang untuk baut stud. Dengan begitu, volume injeksi dari elemen pompa setiap silindernya dapat diatur dengan
memutar flange
Cover elemen terpasang pada ruang bahan bakar di housing pompa. Tekanan bahan bakar yang relatif tinggi dilepaskan dari
lubang buangan saat plunger selesai melakukan proses pemasokan bahan bakar. Tekanan bahan bakar ini ditahan oleh cover
elemen untuk melindungi housing pompa dari kikisan. (Pada pompa tipe P, hal ini dilakukan oleh stop cover, yang terpasang
di luar silinder)
Operation Section
2– 26
Gbr. 3-35 Dudukan spring bawah 1) Karakteristik penting dari pompa tipe NB (EP-9) adalah
konstruksinya yang memungkinkan komponen untuk
dilepas dan dipasang dari bagian atas pompa, tanpa harus
melepas camshaft. Tanpa adanya bukaan pada bagian
depan dan bawah housing pompa, camshaft, housing
pompa dan bearing sudah diperkuat agar konstruksinya
dapat mengatasi tekanan pengoperasian injeksi yang lebih
tinggi. Seperti pada gbr. 3-35, dudukan spring bagian atas,
dikunci dengan menggunakan pin stopper, yang di pres
ke dalam housing pompa
Gbr. 3-36 Tempat plunger 2) Untuk mengakomodir penguraian dan perakitan plunger,
kipas plunger mempunyai dua bagian datar, Sehingga
setelah plunger dimasukkan ke dudukan bawah spring,
plunger harus berputar 90º untuk dapat bekerja
Gbr. 3-37Contoh elemen pompa 3) Alur kontrol terdapat pada salah satu sisi plunger, atau sisii
yang berlawanan. Lubang masuk terbuka menghadap
ruang bahan bakar dari sisi intake, dan lubang tumpahan
b terbuka menghadap ruang bahan bakar dari sisi tumpah-
an (overflow). Lubang masuk a dan lubang pembuangan
b ditempatkan sehingga mereka saling berhadapan secara
vertikal. Oleh karena itu, bahan bakar pada sisi
pembuangan yang dapat mengandung gelembung udara,
tidak langsung mengarah ke elemen pompa. Sehingga,
intake bahan bakar dan proses delivery dapat berjalan
dengan tepat. Silinder mempunyai alur berbentuk melingkar
dan jalur kembali yang kecil dan miring. Bahan bakar yang
tumpah dari atas akan melewati lubang balik untuk kembali
ke ruang bahan bakar (bertekanan rendah) sisi hisap
Operation Section
2– 27
Gbr. 3-38 Ruang bahan bakar pada rumah pompa 4) Sebagaimana pada gbr. 38, ruang bahan bakar housing
pompa dipisahkan menjadi intake dan sisi tumpahan.
Konstruksi ini meastikan bahwa tekanan tumpahan tidak
akan mempengaruhi pasokan bahan bakar
Gbr. 3-39 Fungsi aliran bahan bakar (masuk) 1) Pada titik mati bawah plunger, bahan bakar mengalir ke
ruang plunger melalui lubang masuk dari ruang bahan
bakar.
Gbr. 3-40 Fungsi aliran bahan bakar (mulai mengalir) 2) Seiring perputaran camshaft dan plunger yang bergerak
maju, bagian atas plunger akan sejajar dengan bagian atas
lubang masuk a. Pada titik ini, bahan bakar mulai
dipadatkan
Operation Section
2– 28
Gbr. 3-41 Fungsi aliran bahan bakar (process ) 3) Gerakan plunger ke atas menyebabkan tekanan bahan
bakar di ruang plunger mencapai tekanan opening delivery
valve. Kemudian, bahan bakar bertekanan tersebut akan
membuka delivery valve, melalui pipa injeksi dan mengalir
ke nozzel. Bahan bakar kemudian disemprotkan ke silinder
oleh nozzel.
Gbr. 3-42 Fungsi aliran bahan bakar (akhir) 4) Plunger bergerak lebih jauh ke depan, sehingga alur control
dan lubang buang b di sebelah kanan sejajar. Pada titik ini,
bahan bakar bertekanan tinggi di ruang plunger mengalir
dari alur diagonal melalui alur kontrol, dan kembali melalui
lubang buang b ke ruang bahan bakar pada sisi tumpahan.
Hingga akhirnya tekanan bahan bakar menurun dan
selesailah proses pasokan bahan bakar.
Gb. 3-43 Mekanisme kontrol volume injeksi 1) Konstruksi Mekanisme Pengaturan. Kipas penggerak
plunger masuk ke dalam potongan di control sleeve, dan
bagian bulat di sisi atas sleeve masuk ke dalam alur
berbentuk L pada rack kontrol. Sehingga control sleeve
berputar searah dengan gerak linier rack kontrol, dan
menyebabkan plunger juga berputar.
Stop cover yang terdapat pada bagian luar pompa silinder menangkap aliran balik bahan bakar dari lubang masuk, yang
terbentuk oleh elemen pompa selama pemasokan bahan bakar. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah housing pompa terkikis.
(Pada tipe A, fungsi ini dilakukan oleh mur adapter, yang terletak pada bagian atas housing pompa.)
Gbr. 3-46 Elemen pompa 1) Gbr. 3-46 menunjukkan contoh dari elemen pompa yang
digunakan oleh pompa tipe P. Posisi sejajarnya alur vertikal
plunger dengan lubang masuk adalah posisi no-injection.
Pasokan bahan bakar terjadi saat plunger berputar ke posisi
seperti di gbr. 3-46 (2).
Operation Section
2– 31
Gbr. 3-47 Rack dan control sleeve 2) Pada gbr. 3-47, rack control adalah tangkai berbentuk L
yang memiliki alur. Bagian bola dari sleeve control menyatu
dengan alur ini. Menggerakkan rack control ke kiri atau
kanan, akan memutar sleeve control. Pada saat yang
bersamaan, plunger berputar untuk mengatur volume
injeksi.
Gbr. 3-52 Rute pelumasan oli 2) Seperti pada gbr. 3-52, setelah melewati level tertentu, oli
kembali melalui nipel overflow (pada pompa tipe saddle
[PE]), atau melalui celah antara cover bearing dan cam-
shaft, yang tidak menggunakan seal oli (pada pompa tipe
flange [PES])
Operation Section
2– 34
Ketidaklurusan antara drive shaft mesin dan camshaft pompa tidak boleh di atas ketentuan pada gbr. 3-55.
Operation Section
2– 35
Drive coupling yang aus tidak boleh digunakan karena akan menunda timing dimulainya injeksi. Sedikit perbedaan diantara
crankshaft mesin dan camshaft pompa dapat diatasi oleh coupling. gbr. -56 menunjukkan laminate coupling.
4. GOVERNOR
Saat kendaraan bergerak menurun dengan posisi pedal konstan dikarenakan pengurangan beban pada mesin, kecepatan
mesin akan bertambah, menciptakan kevakuman yang besar di ruang vacuum. Karena gaya vacuum meningkat, diaphragma
(sebab itu rack contro) bergerak ke "pengurangan injeksi" hingga gaya vakuum dan gaya tekan spring utama seimbang. Kondisi
ini menggerakkan rack control ke posisi "bahan bakar yang lebih sedikit", hingga gaya vakum dan tekanan spring utama
seimbang. Saat beban pada mesin bertambah, seperti saat sedang mendaki, governor pneumatic bekerja dengan urutan
terbalik, sehingga memungkinkan mesin menjaga kecepatannya yang optimal. Untuk melakukan akselerasi pada kendaraan
yang digerakkan oleh kevacuumann yang konstan, pedal akselerator harus di tekan lebih dalam. Ini akan menyebabkan valve
throttle terbuka, yang akan menurunkan vakum dan menyebabkan diapraghma bergerak ke control rack pada posisi
"Peningkatan bahan bakar".Pada akhirnya, kecepatan mesin meningkat, dan resultan vacuum menyebabkan rack control
bergerak ke titik kesimbangan dulu. Untuk pengurangan kecepatan, governor penumatic bekerja dengan urutan yang
sebaliknya.
Operation Section
2– 38
Jika karena sesuatu hal kecepatan mesin turun pada saat idle, gaya sentrifugal pemberat berkurang, seperti gbr. 4-2 (1).
Kekuatan spring menjadi lebih besar dari pada gaya sentrifugal pemberat dan menekan block kontrol ke kiri. Gerakan ini
diteruskan melalui lever kontrol untuk menarik block kontrol ke posisi "pengurangan bahan bakar", sehingga mengurangi
volume injeksi bahan bakar. Pada akhirnya kecepatan mesin berkurang untuk mencegah mesin kelebihan putaran. Tekanan
spring yang menekan block konrol diciptakan oleh dua spring: spring lemah yang bekerja pada kecepatan rendah, dan spring
kuat yang menekan block kontrol ke kiri hingga mesin mencapai kecepatan maksimum yang diinginkan. Pada kecepatan
menengah, block kontrol tidak terpengaruh oleh pemberat.
Pada range kecepatan menengah, gerakan pedal akselerasi, yang terhubung dengan lever control akan mengatur volume
i njeksi. Pada gbr. 4-2 (2), dikarenakan rack kontrol tidak terpengaruh oleh pemberat pada kecepatan menengah, posisi titik
tumpu A lever kontrol tetap. Pada kondisi ini, jika pengemudi menekan pedal akselerasi, lever kontrol (pada titik tumpu A)
mendorong rack kontrol ke posisi "menambah bahan bakar", sehingga meningkatkan volume injeksi bahan bakar. Saat pedal
akselerasi dilepaskan, lever kontrol menarik kembali rack kontrol, sehingga mengurangi volume injeksi. Untuk mengatur output
mesin pada kecepatan mesin minimum dan maksimum, governor mekanis konvensional mengatur volume injeksi
menggunakan gaya sentrifugal yang dihasilkan pemberat. Dan pada range kecepatan menengah, ia bergantung pada gerakan
pedal akselerator.
Operation Section
2– 39
Governor digerakkan oleh drive gear (besar) governor, yang dipasang pada camshaft pompa injeksi. Drive gear governor
terhubung dengan drive gear kecil, yang terhubung dengan pemberat. Drive gear dipasang pada shaft governor, yang diposisi-
kan pada housing governor. Slp disc adalah bagian dari drive gear governor yang didesain untuk mengurangi getaran pompa
yang dapat menimbulkan kerusakan pada komponen governor. Slip disc memungkinkan gear governor untuk bergeser sesaat
pada bushing camshaft saat kecepatan campshaft pompa berubah dengan tiba-tiba. Ini memastikan pengoperasian pemberat
yang halus untuk meminimalisir keausan komponen governor.
Gear governor terdiri dari: bushing camshaft, yang dipasang menggunakan baut bulat pada camshaft pompa; slip disc,
menekan drive gear pada bushing camshaft, dan drive gear, yang terhubung dengan gear. Slip disc dipasang pada camshaft
menggunakan sirklip. Rasio antara drive gear dan driven gear 2.43:1, sehingga pemberat dan governor shaft berputar
sebanyak 2.43 kali kecepatan camshaft. Ini akan memberikan kontrol yang akurat pada semua kecepatan mesin.
Operation Section
2– 40
Saat pemberat berputar, gaya sentrifugal akan menggerakkan beban ke luar. Gaya ini juga akan menyebabkan lengan
pemberat bergerak membujur sahft governor dan sleeve assy akan bergerak ke belakang governor. Selama idle, bagian luar
dan dalam spring idle, yang terdapat pada sleeve governor, melawan gaya sentrifugal pemberat. spring kontrol yang
mempunyai tekanan yang kuat, dipasang pada cover governor. spring kontrol menekan dudukan spring terhadap bagian shaft
governor hingga kecepatan maksimum tercapai.
Governor sleeve yang dipasang pada shaft governor, memiliki slot di bagian belakang untuk dikaitkan dengan pin pivot floating
lever. Lengan pemberat akan menekan ball bearing thrust-face di bagian depan governor sleeve.
Sehingga, setiap gerakan dari governor sleeve akan diikuti oleh floating lever.
Bagian atas floating lever terhubung dengan rack kontrol melalui pengikat. Bagian bawah floating lever terhubung pada lever
penahan menggunakan pin penghubung. Lever penghubung terpasang tepat pada shaft lever walaupun tidak tehubung secara
langsung.
Lever penahan terhubung pada kontrol lever shaft melalui spring dan lengan pengaman. Untuk melindungi komponen governor,
spring pengaman didesain untuk menyerap beban jika floating lever terdorong ke belakang dengan tiba-tiba.
Karena adjusting lever (terhubung pada shaft lever kontrol) juga terhubung pada pedal akselerator, setiap gerakan adjusting
lever akan ikut menggerakkan lever penahan. Sehingga floating lever yang berputar pada bagian tengan lever penahan akan
menggerakkan rack kontrol.
spring start yang diletakkan di antara lengan dari pelindung lengan kontrol dan braket housing governor untuk memperkaya
campuran bahan bakar saat start.
spring damper, yang terletak pada bagian atas cover governor, mengurangi gerakan floating lever saat rack kontrol bergerak
ke belakang. spring damper di desain untuk mencegah mesin melambat dan berhenti ketika kecepatan mesin berkurang
dengan tiba-tiba di bawah kecepatan idle.
Lever stop, yang terdapat pada bagian atas housing governor, terhubung melalui shaft dengan lengan di dalam governor.
Dengan mendorong lever stop ke depan, pompa menggerakkan lengan ke belakang, menyebabkan rack kontrol bergerak ke
posisi penghentian bahan bakar.
Lever stop didesain agar saat lever dilepaskan, ia akan kembali ke posisi operasi normal seperti pada gbr. 4-4.
Pada gbr. 4-5, governor tipe RU memiliki sistem timing terdiri dari tanda timing yang diukir pada gear governor, dan pointer
timing di housing governor. Sistem ini memfasilitasi proses timing governor mekanis tipe PES pada mesin.
Untuk memeriksa timing, lepas tutup lubang timing dari governor housing. Putar camshaft pompa injeksi hingga tanda timing
pada gear governor sejajar dengan timing pointer. Ini adalah posisi di mana injeksi mulai dilakukan pada silinder no. 1.
Lever stop didesain agar saat lever dilepaskan, ia akan kembali ke posisi operasi normal seperti pada gbr. 4-4.
Pada gbr. 4-5, governor tipe RU memiliki sistem timing terdiri dari tanda timing yang diukir pada gear governor, dan pointer
timing di housing governor. Sistem ini memfasilitasi proses timing governor mekanis tipe PES pada mesin.
Untuk memeriksa timing, lepas tutup lubang timing dari governor housing. Putar camshaft pompa injeksi hingga tanda timing
pada gear governor sejajar dengan timing pointer. Ini adalah posisi di mana injeksi mulai dilakukan pada silinder no. 1.
Operation Section
2– 41
Gbr. 4-7 Idling 2) Pengaturan Idle. Jika mesin sudah hidup, pengemudi me-
lepaskan pedal gas, dan adjusting lever bergerak ke posisi
idle. Floating lever, yang berputar di pin A, menarik rack
kontrol ke arah "mengurangi bahan bakar". Mesin akan
melambat dan gaya sentrifugal yang cipatakan oleh pem-
berat aka berkurang. Pada akhirnya, gabungan antara te-
kanan spring idle melampaui gaya sentrifugal pemberat dan
menggerakkan govenor sleeve ke kiri. Kemudian pemberat
bergerak ke dalam, mengakibatkan rack kontrol bergerak ke
posisi di mana gaya sentrifugal pemberat dan gabungan te-
kanan spring idle dan spring start seimbang, dan menghasil-
kan idle yang halus. Jika kecepatan mesin melebihi rpm idle
yang ditentukan, gaya sentrifugal pemberat meningkat, dan
mengakibatkan governor sleeve menekan spring idle luar
dan dalam. Folating lever kemudian bergerak ke belakang,
da rack kontrol bergerak ke arah "mengrangi bahan bakar".
spring damper tidak bersentuhan dengan floating lever saat
idle mesin stabil. Walaupun begitu, jika kecepatan mesin
tiba-tiba turun dari kecepatan tinggi, ini akan mengakibatkan
rack kontrol bergerak melewati posisi idle di "mengurangi
bahan bakar"., spring damper menghalangi pergerakan un-
tuk mencegah mesin mati
Gbr. 4-8 Kecepatan menengah 3) Pengaturan kecepatan menengah. Ketika pedal gas ditekan
bertahap, mengakibatkan adjusting lever bergerak ke posisi
beban penuh, folating lever yang bertumpu pada pin A,
menggerakkan rack konrol ke posisi "menambah bahan
bakar". Seiring dengan peningkatan kecepatan mesin,
sleeve governor bergerak ke kanan. Bagian dalam dan luar
dari spring idle membantu pengatur kecepatan governor
hingga sleeve governor bersentuhan dengan dudukan
spring. Ketika sleeve governor bersentuhan dengan dudu-
kan spring, titik A akan menjadi titik tumpu tetap. Ini
dikarenakan gaya yang besar dari spring kontrol menekan
dudukan spring pada bagian governor shaft. Sehingga agar
pengemudi dapat mengendalikan kecepatan mesin sesuai
dengan beban mesin, setiap pergerakan adjusting lever
langsung mengatur pasokan bahn bakar. Pada tahap ini,
governor tidak mengatur kecepatan
Operation Section
2– 43
Gbr. 4-9 Kecepatan penuh 4) Pengaturan kecepatan penuh. Saat adjusting lever pada po-
sisi beban penuh, jika beban mesin berkurang dengan tiba-
tiba, kecepatan mesin juga akan meningkat dengan tiba-ti-
ba. Kemudian, gaya sentrifugal pemberat akan melampaui
tekanan spring kontrol, mengakibatkan sleeve governor
dan dudukan spring bergerak ke kanan. Kemudian, floating
lever, yang bertumpu pada titik B, menarik rack kontrol ke
posisi "mengurangi bahan bakar", untuk mencegah mesin
kelebihan putaran
Gbr. 4-10 Spring pengaman 5) spring pengaman. Pada umumnya, ketika kendaraan menu-
runi bukit, pengemudi menurunkan posisi transmisi dan me-
lepaskan pedal gas, dan menggunakan engine break untuk
mencegah kendaraan melaju terlalu cepat. Walaupun begi-
tu, ketika mesin menggunakan transmisi yang lebih rendah,
kendaraan cenderung bertambah cepat, dan mengakibat-
kan kecepatan mesin meningkat dengan cepat. Peningka-
tan kecepatan mesin akan meningkatkan gaya sentrifugal
pada pemberat, menyebabkan rack kontrol menekan spring
damper dengan penuh. Pada tahap ini, floating lever terkun-
ci di bagian atas dan bawah. Jika gaya sentrifugal yang be-
sar menekan floating lever secara langsung, ia akan
merusak rack kontrol dan floating lever. Untuk mencegah-
nya, spring pengaman akan menyerap gaya yang berlebi-
han, seperti pada gbr. 4-10.
Operation Section
2– 44
Gbr. 4-11 Tidak dapat memberhetikan mesin 6) Mematikan mesin ketika adjusting lever pada posisi idle, jika
stop lever berputar sesuai arah panah, seperti pada gbr. 4-
11, lengan stop lever mengatasi tekanan spring damper dan
menggerakkan rack kontrol ke "mengurangi bahan bakar".
Sementara itu floating lever mendorong sleeve governor ke
belakang hingga ia bersentuhan dengan dudukan spring.
Untuk menghentikan mesin, pengemudi harus meng-
gunakan stop lever untuk menekan spring damper dan
spring luar dan dalam, dan untuk meregangkan spring start.
Pada akhirnya, rack kontrol bergerak dari posisi idle ke po-
sisi mematikan mesin. Jika mesin tidak pada kecepatan idle,
memutar stop lever tidak akan menghentikan mesin. Jika
kecepatan mesin di atas level idle, sleeve governor akan
bersentuhan dengan dudukan spring. Tekanan spring kon-
trol menekan dudukan spring pada shaft governor. Pada ta-
hap ini, titik A di floating lever tetap dan tidak bisa
digerakkan ke belakang. Jika stop lever dipaksa digerakkan,
floating lever dan selubung akan mendapat tekanan yang
besar, dan akan menimbulkan kerusakan. Untuk mencegah
ini, stop lever hanya boleh digunakan pada saat idle
Gbr. 4-12 Karakteristik governor 7) Karakteristik tipe governor. Kurva bagian atas pada gbr. 4-
12 menunjukkan karakteristik governor pada beban penuh.
Pada kecepatan sedang dengan beban penuh, rack kontrol
Beban penuh tetap berada pada pasokan bahan bakar penuh seperti di-
tunjukkan garis A-B, hingga kecepatan pompa mencapai
Langkah Rack
Gbr. 4-13 Struktur batasan spring 8) spring pembatas. Seperti pada gbr. 4-13, spring pembatas
terdapat di sisi drive housing pompa. spring pembatas
membantu mencegah mesin mengeluarkan asap hitam
dengan mengatur peningkatan pasokan bahan bakar pada
kecepatan rendah dan pada kondisi beban penuh. Tanpa
spring pembatas, saat kecepatan pompa menurun gabun-
gan kekuatan spring idle luar dan dalam akan mengatasi
penurunan gaya sentrifugal. Sebagai hasilnya rack berger-
ak ke "menambah bahan bakar", yang ditunjukkan oleh kur-
va a-c-b di gbr. 4-14, dan mesin mengeluarkan banyak asap
hitam
Gbr. 4-14 Karakteristik kurva governor 9) Seperti ditunjukkan kurva a-c-d-e, spring pembatas mem-
Gbr. 4-15 10) Seperti ditunjukkan pada gbr. 4-15, spring capsule terdapat
Beban penuh pada bagian atas governor dan bersentuhan dengan stop
lever. Ia berfungsi mencegah mesin mengeluarkan asap hi-
tam dengan mengatur penambahan bakan bakar pada ke-
cepatan rendah pada beban penuh. Tanpa spring capsule,
Langkah Rack
Setiap dua pemberat tersebut bertumpu pada shaft pendukung beban. Ketika pemberat bergerak ke luar, roller pada ujung
pemberat menekan lengan sleeve governor ke kanan.
Sleeve governor, yang bergerak pada permukaan boss berbentuk silinder, berputar bersama bushing. Sleeve governor ter-
hubung pada block kontrol, yang diikat dengan menggunakan bearing pada bagian tengah guide lever. Block kontrol hanya
dapat bergerak maju mundur secara aksial sepanjang camshaft.
Pemberat pada posisi istirahat saat mesin mati. Saat pengemudi menekan pedal gas, adjusting lever governor berg-
erak ke posisi beban penuh, dan floating lever berputar ke kiri, bertumpu pada titik A seperti pada gbr. 4-20. Karena
gaya yang konstan yang diberikan pada spring start untuk menarik lever kontrol ke kiri, gaya ini mendorong rack kon-
trol ke posisi start. Sehingga, untuk memudahka menghidupkan mesin, diperlukan volume injeksi bahan bakar yang
cukup saat menghidupkan mesin.
Saat mesin hidup dan pengemudi melepaskan pedal gas, adjusting lever kembali ke posisi idle. Kemudian, floating
lever, yang bertumpu pada titik A, beputar ke kanan mengakibatkan rack kontrol bergerak ke arah "mengurangi ba-
han bakar". Pada kondisi ini, unit pemberat berputar pada kecepatan rendah, dan sedikit gaya sentrifugal yang di-
hasilkan pemberat seimbang dengan gabungan kekuatan spring start dan idle, sehingga menghasilkan pengaturan
idle yang halus.
Jika kecepatan mesin melampaui kecepatan idle, pemberat akan membuka lebih lebar, mengakibatkan sleeve gov-
ernor dan block kontrol bergerak ke kanan. Kemudian, guide lever, yang bertumpu pada titik C, berputar ke kanan,
mengakibatkan titik E (ujung bawah lever kontrol) bergerak ke kanan. Gerakan ini menyebabkan lever control, yang
bertumpu pada titik B (floating lever tetap), berputar ke kiri dan menarik rack kontrol ke arah "mengurangi bahan
bakar". Sebagai hasilnya, kecepatan mesin berkurang, untuk menjaga kecepatan idle yang ditentukan.
Sebaliknya, jika kecepatan mesin turun di bawah kecepatan idle yang ditentukan, pemberat menutup ke dalam. Hal
ini menghasilkan kebalikan proses di atas, mengakibatkan rack kontrol bergerak ke arah "menambah bahan bakar"
untuk menjaga kecepatan mesin pada kecepatan idle yang ditentukan.
Operation Section
2– 50
Gbr. 4-22 Diagram skematic untuk Lever ratio 1) Selama idle, jarak gerakan titik E terkait dengan gerakan
pemberat di titik D dapat dijelaskan dengan formula berikut,
serupa dengan segitiga .
CEE’ = (a + b) : a
BEE’ = b : (c + d)
((a + b) : a) X (d : (c + d)).
Gbr. 4-24 Karakteristik idling 1) Bagian ini menjelaskan kerja spring idle dengan detail. Se-
bagaimana ditunjukkan pada gbr. 4-23, spring idle tertutup
tension lever. Terdapat dua spring idle: dalam dan luar.
Seiring meningkatnya kecepatan pompa, pertama, spring
Spesifikasi kecepatan nilai putaran luar memberikan tekanan, diikuti spring dalam. Gbr. 4-24,
Langkah Rack
Putaran spring luar diagram karakteristik kurva rack kontrol, menunjukkan kerja
spring idle.
Putaran spring dalam 2) Seperti pada diagram, fungsi dari spring idle luar adalah un-
tuk menstabilkan kecepatan mesin pada kecepatan idle ter-
tentu. Sementara itu, fungsi spring idle dalam adalah
menekan rack kontrol pada arah "menambah bahan bakar"
untuk menambah akselerasi pada range kecepatan rendah.
• C. Pengaturan kecepatan sedang pada beban penuh.
Gbr. 4-26 Posisi rack control dengan adjusting lever 1) Ketika pengemudi menekan pedal gas, adjusting lever berg-
erak dari idle ke posisi beban penuh. Hal ini mengakibatkan
floating lever, yang bertumpu pada titik A, berputar ke kiri
Kecepatan pompa langkah oleh gaya tekan spring kontrol. Sehingga, dikarena-
kan tension lever yang tidak bisa bergerak hingga gaya sen-
trifugal unit pemberat lebih besar dari spring kontrol, block
kontrol tetap di tempatnya.
Gbr. 4-28 Karakteristik kecepatan maksimum rack 1) Saat mesin melampaui kecepatan maksimum yang ditentu-
control kan, gaya sentrifugal pemberat menjadi lebih besar dari te-
kanan spring control pada tension lever, dan menggerakkan
bagian bawah tension lever ke kanan. Kemudian, karena ti-
tik A floating lever, yang bertumpu pada titik (tetap) F, berg-
erak ke kanan. Karena titik E juga bergerak ke kanan,
Langkah Rack
Gbr. 4-29 Langkah beban 1) Gbr. 4-29 menunjukkan hubungan antara langkah beban
dengan kecepatan pompa. Langkah beban adalah jarak dari
gerak aksil sleeve governor dan block kontrol, hasil dari
gaya sentrifugal yang dihasilkan pemberat. Langkah beban
meningkat terus seiring kecepatan pompa. Kecepatan pom-
pa antara 0 sampai N1 membuat langkah L1, yang disebut
langkah idle. Langkah beban dari kecepatan pompa antara
N2 dan N3 disebut langkah kecepatan tinggi. Gabungan
langkah idle dan langkah kecepatan tinggi disebut langkah
total.
Gbr. 4-30 Karakteristik rack control 2) Gbr. 4-30 menunjukkan hubungan antara langkah beban
dan posisi rack kontrol. Pergerakan rack kontrol di area A
sesuai dengan langkah idle, sebagaimana persamaan
berikut:
Langkah Rack
• f. Kurva karakteristik
Karakteristik idling
Kecepatan pompa
Gbr. 4-31 menunjukkan kurva karakteristik yang menunjukkan hubungan antara besar langkah rack governor dengan kecepa-
tan pompa.
Kurva karakteristik governor umumnya ditampilkan dalam dua kurva :.
• Kurva karakteristik beban penuh, seperti pada garis A-F, menggambarkan karakteristik rack pada posisi di mana ad-
justing lever bersentuhan dengan full-load stooper.
• Kurva karakteristik idle, sepert garis G-M, menggambarkan karakteristik rack di aman adjusting lever di set pada po-
sisi idle.
Pertama, akan dijelaskan karakteristik beban penuh.
Garis A-B menunjukkan posisi rack ketika mesin dihidupkan. Walaupun di sini terlihat bahwa rack akan bergerak jauh, rack
cover yang terdapat pada pompa menentukan gerak maksimum rack untuk mencegah mesin mengeluarkan asap.
Garis B-C menunjukkan bahwa kecepatan pompa tidak mencukupi bagi block kontrol untuk melampaui gaya spring dari spring
idle dalam. Garis C-D menunjukkan kondisi tertekan dari spring idle dalam, dan block kontrol bersentuhan landsung dengan
tension lever, untuk mencegah rack kontrol bergerak walaupun ada peningkatan kecepatan. Pada kondisi ini, posisi rack kon-
trol, yang berperan penting menentukan output mesin, dikendalikan oleh stoper beban-penuh.
Titik D adalah titik di mana pengatur maksimum kecepatan-tinggi mulai berfungsi. Kecepatan pompa pada saat ini disebut den-
gan kecepatan maksimum beban penuh. Titik E menunjukkan posisi rack di mana mesin dapat pada kondisi tanpa beban. Ke-
cepatan pompa pada kondisi ini disebut kecepatan maksimum tanpa beban. Titik F menunjukkan bahwa rack kontrol tertarik
lebih jauh, di mana tidak ada pasokan bahan bakar.
Kemudian, akan dijelaskan karakteristik idle.
Garis G-H-I menunjukkan kondisi dengan kecepatan pompa yang sangat rendah, di mana hanya spring start yang mendorong
rack kontrol.
Garis I-J-K menunjukkan spring idle luar yang mana yang aktif. Pada kondisi ini gabungan kekuatan antara spring idle luar dan
spring start seimbang dengan gaya sentrifugal yang dihasilkan pemberat. Titik J adalah titik kecepatan idle.
Operation Section
2– 55
Garis L-M menunjukkan gaya sentrifugal pemberat meningkat, hingga menekan semua spring idle dan menyebabkan block
kontrol bersentuhan dengan tension lever.
Garis putus-putus menunjukkan karakteristik saat spring damper digunakan untuk mencegah mesin mati.
• g. Governor tipe R721 dengan Adaptor spring.
Gbr. 4-33 Adaptor spring 1) Pada gbr. 4-33, Governor tipe R721 dapat dimodifikasi men-
jadi governor forwar-adaptation dengan memasang spring
adaptor pada skrup adaptor di tension lever.
Kecepatan pompa
Operation Section
2– 56
Gbr. 4-35 Kecepatan mesin dan injeksi bahan bakar. 1) Efisiensi pemasukan udara pada mesin menurun seiring
Injeksi bahan bakar
Kecepatan mesin
Gbr. 4-36 Karaketristik injeksi dan jumlah bahan bakar 2) Oleh karena itu, jika volume injeksi di set pada volume yang
Injeksi bahan bakar per stroke
Gbr. 4-37 Contoh dari faktor penurunan kecepatan 1) Faktor penurunan kecepatan adalah pengukuran yang
menunjukkan efektivitas governor. Pada umumnya, se-
makin kecil faktor penurunan kecepatan, semakin efektif
Posisi Rack
• j.Cara kerja spring limit, yang terpasang pada bagian belakang governor tipe R721, di jelaskan berikut ini.
Gbr. 4-40 Pengoperasian spring limit 1) Seperti tampak pada diagram konstruksi di gbr. 4-39, spring
limit yang menentukan besar beban yang governor. spring
Tanpa batasan spring limit terdiri dari baut pengatur spring, sekrup adaptor, dan
adaptor.
Gbr. 4-42 Kecepatan min/max pengoperasian jalan 1) Untuk pengendaraan di jalan, set adjusting lever 1 ke PEN-
GOPERASIAN JALAN, hingga menarik adjusting lever ke-
Beban spring control adalah tetap cepatan maksimum 2 bersentuhan dengan skrup adjusting
dan agar tetap di posisi tersebut. Sehingga lever adjusting
bahan bakar dapat digunakan untuk menjalankan mesin,
Langkah Rack
Kecepatan pompa
Gbr. 4-43 Semua kecepatan (pengoperasian tetap) 2) Untuk pengendaraan tetap, set lever 1 pada PENGEN-
DARAAN TETAP, sehingga memposisikan lever adjusting
Beban spring control berubah bahan bakar ke posisi BEBAN PENUH. Menggerakkan le-
ver adjusting kecepatan maksimum, dengan merubah te-
kanan spring control, memungkinkan mesin untuk bekerja
Langkah Rack
Kecepatan pompa
Operation Section
2– 60
Gbr. 4-46 Karakteristik governor tipe R722 3) Saat kecepatan meningkat dan guide lever bergerak ke kan-
Standar penyetelan beban penuh an, reverse adaptation lever berputar ke kiri, mengakibatkan
skrup adjusting bersentuhan dengan lever B, dan
Langkah Rack
Kecepatan pompa
Gbr. 4-47 Pengoperasian reverse adaption 4) Sehingga pada kecepatan tinggi, governor tipe R722 men-
ingkatkan volume pasokan bahan bakar sesuai kebutuhan
mesin, sebagaimana ditunjukkan oleh diagram karakteristik
governor di gbr. 4-46. Karakteristik reverse adaptation han-
ya terjadi hanya saat adjusting lever pada atau dekat den-
ganposisi beban penuh. Saat adjusting lever berada pada
posisi lain, governor menunjukkan karakteristik forward ad-
aptation. Tipe governor ini umumnya digunakan oleh mesin
tipe direct injeksi, termasuk pada yang menggunakan pom-
pa injeksi tipe PE-A, PE-P, dan PE-NB (EP-9).
Operation Section
2– 62
Flyweight dalam posisi istirahat saat mesin mati. Ketika pengemudi menekan pedal gas, adjusting lever governor bergerak ke
posisi beban penuh, dan floating lever berputar ke kiri, bertumpu pada titik A. Karena gaya yang konstan diberikan oleh spring
start untuk menarik lever kontrol ke kiri, gaya ini menekan rack kontrol ke posisi start. Sehingga untuk membantu mesin agar
mudah dihidupkan, diinjeksikan bahan bakar dalam jumlah yang cukup selama cranking.
Saat mesin dapat dihidupkan dan pengemudi melepaskan pedal gas, adjusting lever kembali ke posisi idle. Kemudian, floating
lever, yang bertumpu pada titik A, berputar ke kiri, menyebabkan rack kontrol bergerak ke arah "mengurangi bahan bakar".
Pada kondisi ini, unit pemberat berputar pada kecepatan rendah, dan terbentuklah gaya sentrifugal yang kecil seimbang den-
gan gaya spring dari spring start dan idle, hingga menghasilkan pengaturan idle yang halus.
Jika kecepatan mesin melebihi kecepatan idle yang ditentukan, pemberat akan terbuka lebih lebar, mengakibatkan sleeve gov-
ernor dan block kontrol bergerak ke kanan. Kemudian, guide lever, yang bertumpu pada titik C, berputar ke kanan, menyebab-
kan titik E (ujung bawah control lever) bergerak ke kanan. Pergerakan ini menyebabkan control lever yang bertumpu pada titik
B (floating lever tetap), berputar ke kiri dan menarik rack kontrol ke arah "mengurangi bahan bakar". Sabagai hasilnya, kece-
patan mesin berkurang, sehingga menjaga kecepatan idle.
Sebaliknya, jika kecepatan mesin turun di bawah kecepatan idle yang ditentukan, pemberat akan menutup ke dalam. Ini men-
gakibatkan kebalikan dari proses di atas, menyebabkan rack kontrol bergerak ke arah "menambah bahan bakar" untuk menjaga
kecepatan idle yang ditentukan.
Operation Section
2– 64
Gbr. 4-51 Reverse adaptation control 1) Saat pengemudi menakan pedal gas, adjusting lever berg-
erak dari posisi idle ke posisi beban penuh. Ini menyebab-
kan floating lever, yang bertumpu pada titik A berputar ke
kiri untuk menekan rack kontrol ke arah "menambah bahan
bakar". Sebagai hasilnya kecepatan mesin meningkat, pem-
berat menekan spring idle dan menggerakkan sleeve gover-
nor dan block kontrol ke kanan. Setelah menekan spring idle
di dalam adaptor kemudian menekan spring adaptor. Wa-
laupun begitu, block kontrol bertemu dengan tekanan kuat
dari spring adaptor dan dalam kondisi ini block kontrol ber-
henti. (Lihat gbr. 4-50 (1)).
Ketika kecepatan mesin meningkat lebih jauh, dan gaya sentrifugal yang dihasilkan pemberat lebih besar dari gaya spring
adaptor, gaya ini menyebabkan block kontrol bergerak ke kanan. Kemudian, dikarenakan titik E dari guide lever bergerak ke
kanan, reverse adaptation lever yang bertumpu pada titik F, berputar ke kiri dan memanfaatkan skrup pengatur untuk mendor-
ong control lever B. Sebagai hasilnya, rack kontrol bergerak ke arah "menambah bahan bakar". (Lihat gbr. 4-50 (2).). Seperti
ditunjukkan di gbr. 4-51, langkah adaptor menunjukkan langkah rack kontrol.
Operation Section
2– 65
Gbr. 4-53 Karakteristik governor 1) Ketika kecepatan mesin melebihi kecepatan maksimum
yang diijinkan, gaya sentrifugal dari pemberat lebih besar
Kecepatan mesin ketika
control rack mulai bekerja dari tekanan spring kontrol yang diberikan pada tension le-
Terjadi perubahan ver, dan menggerakkan bagian bawah dari tension lever ke
kanan.
Langkah Rack
Karakteristik idling
Kecepatan pompa
Gbr. 4-55 Konstruksi lever governor tipe R721 & R722, Gbr. 4-56 tipe R821 & R822
Operation Section
2– 68
Gbr. 4-60 Sistem penghubung (1) 4) Pada design ini, spring idle dapat bersentuhan dengan baik
dengan dudukan spring.
Gbr. 4-62 Sistem penghubung (3) 2) Lengan floating dan control lever dipasang pada bagian
ujung atas floating lever. Unit ini memungkinkan mereka
untuk bergerak, melalui spring lengan floating dan spring
return, bersama floating lever. Control lever terhubung pada
rack kontrol dengan selubung dan lengan, sehingga
gerakan floating lever diteruskan ke rack kontrol (lihat juga
Gbr. 4-57)
Gbr. 4-63 Sistem penghubung (4) 3) Adjusting lever dan steering lever dipasang pada shaft
adjusting lever. Guide shaft steering lever bergerak di dalam
slot cam plate, sementara sliding block bergerak di dalam
silinder floating lever. Gerakan adjusting lever, terhubung
oleh shaft adjusting lever, menyebabkan sliding block
meluncur di dalam silinder floating lever. Housing stoper
beban penuh terdapat pada bagian atas governor. Ia terdiri
dari:
Menghidupkan mesin
• Saat mesin mati, pemberat berada pada posisi menutup. Oleh karena itu, slider berada pada posisi paling kanan,
dan titik B supporting lever berada pada posisi paling bawah (B1).
• Jika adjusting lever bergerak ke posisi "full", sliding block (titik C) bergerak ke bawah sepanjang slot di cam plate dan
silinder floating lever. Secara bersamaan, floating lever memindahkan rack kontrol ke arah "menambah bahan
bakar".
• Besar langkah rack kontrol dapat diatur oleh posisi dan bentuk stop cam. Bentuk cam khusus memungkinkan
pasokan bahan bakar ekstra bahkan saat kecepatan pompa meningkat.
Operation Section
2– 72
Tipe Standar
Gbr. 4-67 Langkah rack selama idle 1) Ketika adjusting lever kembali ke posisi "idle" setelah mesin
hidup, sliding block pada flosting lever bergerak ke atas
sepanjang slot di cam plate. Floating lever berputar
berlawan dengan arah jarum jam pada titik B2. Gerakan ini,
Langkah Rack
Gbr. 4-68 Standard flyweight dan spring 3) Ketika kecepatan idle menurun, rack kontrol kembali ke
posisi "idle" semula tetapi dengan prosedur yang terbalik.
Dengan begitu kecepatan idle dari mesin dijaga agar tetap
sesuai dengan yang ditentukan.
Gbr. 4-70 Flyweight dengan 3 rd idle spring 2) Penambahan spring ke-3 telah merubah karakteristik kurva
governor dari garis tegas ke garis patah pada diagram.
Operation Section
2– 75
Gbr. 4-71 Fldan spring pada governor tipe R901 1) spring di dalam pemberat mengendalikan kecepatan idle.
Langkah rack selama idle di governor tipe R901 sama
dengan yang terjadi pada tipe R801 dengan spring idle.
(lihat sec. 1) 2)
Gbr. 4-72 Adjusting lever akan bergerak dari idle ke posisi full
Gbr. 4-74 Pergerakan cam plate 3) Selama operasi adjusting lever di atas, cam plate dipisah-
kan dari stopper, dengan demikian akan membentuk jarak
antara "l" antara stopper dan cam plate. Besar "l"
menentukan pengaturan semua-kecepatan.
Operation Section
2– 77
Kecepatan pompa 2) Pengaturan beban penuh dengan stop cam berlanjut hingga
cam plate menyentuh stopper, atau hingga supporting lever
memindahkan "B2" (posisi garis putus-putus), pada gbr. 4-
75. Harus diingat bahwa karakteristik governor ditentukan
oleh bentuk stop cam.
Operation Section
2– 78
Gbr. 4-78 Langkah Rack selama pengaturan kecepatan 1) Jika kecepatan pompa "N5" tercapai, supporting lever
maksimum berputar ke "B3", cam plate menyentuh stopper dan
berhenti di titik "C4".
Kecepatan pompa
Operation Section
2– 79
Pada range "D-E", gerakan rack diatur oleh gaya sentrifugal dan diseimbangkan oleh gabungan spring idle dalam
dan luar. Titik "D" menunjukkan kecepatan idle mesin, sesuai dengan spesifikasi mesin.
Pada range "E-F", langkah rack dikontrol oleh gaya sentrifugal dan diseimbangkan oleh tekanan spring idle dalam,
luar dan ke-3. Tekanan spring ke-3 dimanfaatkan untuk membantu akselerasi atau mencegah mesin mati.
Pada range "F-G", rack dikontrol oleh gaya sentrifugal dan diseimbangkan oleh tekanan spring idle dalam, luar,
ke-3 dan spring kontrol.
- Adjusting lever pada posisi full
Pada range "H-l", dipasok bahan bakar ekstra untuk menghidupkan mesin.
Pada range "I-J-K-L", stop cam ditentukan langkah rack; berbagai karakteristik adaptasi diperoleh dengan
merubah bentuk cam.
Pada range "M-N", langkah rack ditentukan oleh spring kontrol sehingga kecepatan pompa tidak boleh melebihi
limit yang ditentukan.
1. Stop Lever
Gbr. 4-83 Konstruksi stop lever 1) Governor standar tidak dilengkapi dengan alat stopping,
seperti stop lever. Walaupun begitu, mematikan mesin
dengan effort yang minimal membutuhkan stop lever untuk
mengembalikan rack kontrol pompa injeksi kembali ke
posisi stop, terlepas dari posisi adjusting lever. Stop lever
juga dibutuhkan untuk jika ingin menggunakan skrup
adjusting sebagai stopper untuk membatasi rpm idle.
Cara Kerja
z Menghidupkan mesin.
Gbr. 4-85 Idle 1) Governor bekerja secara otomatis ketika mesin idle. Seperti
pada gbr. 4-85, spring pengatur kecepatan hampir tidak
mendapat tekanan saat adjusting lever pada posisi idle.
Sehingga, saat menghadapi tekanan yang sangat kecil
bahkan pada kecepatan rendah, pemberat menyebabkan
sleeve governor dan block kontrol menekan tension lever ke
kanan.
Gbr. 4-86 Kontrol kecepatan maksimum dimulai 1) Ketika adjusting lever condong ke posisi beban penuh
(tertekan skrup adjusting kecepatan maksimum), spring
pengatur kecepatan tertekan penuh. Untuk mengatasi gaya
sentrifugal pemberat, tekanan yang besar dari spring
pengatur kecepatan menarik tension lever ke stopper beban
penuh.
Gbr. 4-87 Pengurangan beban 4) Jika kecepatan pompa meningkat lebih tinggi lagi, gaya
sentrifugal pemberat meningkat, mengakibatkan tension
lever menekan spring idle. Hasilnya, rack kontrol bergerak
ke posisi kecepatan maksimum tanpa beban (contoh. arah
"mengurangi bahan bakar"), hingga mencegah mesin
kelebihan putaran.
Gbr. 4-88 Cara kerja spring adaptor pada kecepatan 1) Pada pengaturan kecepatan maksimum, jika beban mesin
rendah dikurangi dengan baik, gaya spring adaptor akan melam-
paui gaya sentrifugal pemberat, sehingga menggerakkan
guide lever ke kiri. Sebagai hasilnya, rack kontrol bergerak
ke posisi "menambah bahan bakar", dan akan
meningkatkan torsi mesin untuk meningkatkan range
kecepatan rendah.
Gbr. 4-89 Cara kerja spring adaptor pada kecepatan 2) Saat keceptaan mesin meningkat secara bertahap, gaya
tinggi sentrifugal pemberat juga akan meningkat dan mulai
menekan spring adaptor, hingga menggerakkan rack
kontrol ke arah "mengurangi bahan bakar". Kerja adaptor
berhenti pada posisi di mana spring adaptor tertekan
sepenuhnya.
Gbr. 4-90 Hubungan antara kecepatan mesin dan jum- 1) Fungsi spring adaptor adalah untuk meningkatkan pasokan
lah aliran bahan bakar. bahan bakar dan untuk meningkatkan torsi mesin pada
Jumlah aliran bahan bakar
Gbr. 4-91 Kebutuhan dan karakteristik pasokan bahan 2) Gbr. 4-91 menunjukkan hubungan antara kebutuhan bahan
bakar bakar mesin dengan kecepatan. Dengan rack kontrol
Jumlah maksimum aliran berada di posisi beban penuh, jika pasokan bahan bakar
Jumlah aliran bahan bakar
bahan bakar pada kecepatan idle di set pada titik A (pasokan bahan bakar pada kecepatan
rendah), volume pasokan bahan bakar meningkat
Bahan bakar yang
diperlukan sepanjang garis A-B' sesuai peningkatan kecepatan mesin.
Campuran yang terlalu kaya akan menyebabkan mesin
Jumlah maksimum aliran mengeluarkan asap pada kecepatan tinggi. Di sisi lain, jika
bahan bakar pada
pasokan bahan bakar di set ke B (pasokan bahan bakar
kecepatan tinggi
pada kecepatan tinggi), volume pasokan bahan bakar
menurun pada kecepatan rendah. Sebagai hasilnya, torsi
Kecepatan pompa
akan berkurang pada kecepatan rendah. Untuk mencegah
mesin kehilangan torsi pada kecepatan rendah garis (A'B),
dan mengeluarkan asap pada keceptan tinggi (garis AB'),
karakteristik pasokan bahan bakar harus mensimulasikan
karakteristik kebutuhan bahan bakar.
Gbr. 4-92 Menggunakan adjusting lever untuk memati- 1) Untuk mematikan mesin, yang governornya tidak
kan mesin mempunyai alat stop, adjusting lever harus bergerak
ke posisi stop, ter sebut saat sebelum adjusting lever
mencapai posisi stop (sebelum rocker arm lever swiveling
menyentuh skrup adjusting stop) tonjolan pada swiveling
lever menekan guide lever. Gaya ini, yang diteruskan
melalui guide lever ke control lever dan ke unit selubung,
menyebabkan rack bergerak ke posisi stop.
Operation Section
2– 86
Gbr. 4-93 Menggunakan stop lever untuk mematikan 2) Sebagai tambahan dari karakteristik di atas, untuk
mesin mematikan mesin, yang menggunakan governor dengan
alat stop, memanfaatkan stop lever akan memaksa rack
kontrol bergerak ke posisi stop, terlepas dari posisi
pemberat dan lever control. Stop lever pada posisi stop
menarik rack kontrol ke posisi stop melalui lever control,
mengakibatkan matinya mesin.
z Torsi spring
Gbr. 4-94Tampilan konstruksi mesin 1) Pompa injeksi bahan bakar dan mesin diesel
spring torsi dipasang seperti pada gbr. 4-96, 4-97, dan 4-98.
Seperti pada gbr. 4-96 dan 4-97, torque control lever, yang
bertumpu di pin A, terkait pada tension lever pin (terletak
pada bagian ujung bawah tension lever), yang bersentuhan
dengan adaptor spring torsi di sisi lain.
Gbr. 4-99 Karakteristik kurva governor RSV 1) Kurva bagian atas pada gbr. 4-99 menunjukkan karakteristik
pengaturan kecepatan maksimum, dengan adjusting lever
Batasan sleeve pada posisi beban penuh. Garis A-B menunjukkan waktu
saat mesin dihidupkan, ketika spring start menekan rack
kontrol melebihi posisi beban penuh. Seiring peningkatan
Langkah Rack (mm)
Kontrol
kecepatan pompa dari kecepatan rendah, block kontrol-
kecepatan
maksimum menyentuh spring adaptor pada titik B. Garis B-C
menunjukkan kecepatan pompa rendah, dan karena gaya
sentrifugal pemberat lebih lemah dari pada tekanan spring
adaptor, rack kontrol tidak bergerak. Garis C-D
menunjukkan bahwa kecepatan pompa meningkat sedikit,
Kecepatan pompa (rpm) menyebabkan gaya sentrifugal pemberat melampaui
tekanan spring adaptor. Pada titik D, spring adaptor tertekan
penuh.
Operation Section
2– 89
Gbr. 4-100 Kontrol kecepatan maksimum 2) Rack kontrol tetap pada posisi yang ditunjukkan pada titik D
hingga gaya sentrifugal pemberat melebihi tekanan spring
Kontrol
mesin kelebihan putaran. Pada titik F, kecepatan pompa
kecepatan
maksimum mencapai kecepatan maksimum tanpa beban.
Gbr. 4-101 Kontrol kecepatan idle 3) Karakteristik pengaturan kecepatan idle di tunjukkan oleh
kurva di bawah pada gbr. 4-99, ketika adjusting lever pada
posisi idle. Pada titik permulaan, spring start menarik rack
kontrol ke posisi start. Garis H-l menunjukkan bahwa gaya
Spring mulai beroperasi spring start menetralkan gaya sentrifugal pemberat. Garis
l-K menunjukkan bahwa spring idle, bersama dengan spring
start, menetralkan gaya sentrifugal pemberat. Pada titik J,
kecepatan pompa mencapai kecepatan idle.
Posisi khusus idle
Mulai pengoperasian idle spring
Operation Section
2– 90
Dalam mengendalikan kecepatan mesin dari idle hingga kecepatan tinggi, cara kerja governor kombinasi ini identik dengan
governor pneumatic konvensional. Oleh karena itu, bagian ini hanya menjelaskan pengaturan kecepatan tinggi, yang dikontrol
oleh kedua jenis governor tersebut
Beban penuh
Langkah Rack
5. FEED PUMP
Digerakkan oleh camshaft pompa injeksi, pompa supply bahan bakar menghisap bahan bakar dari tangki. Kemudian pompa
supply memberikan tekanan pada bahan bakar untuk mengatasi hambatan dari filter, hingga tetap memberikan bahan bakar
yang bersih ke pompa injeksi.
Pompa supply bahan bakar tipe piston yang digunakan oleh pompa injeksi segaris dapat secara garis besar dikelompokkan
berdasarkan dua tipe di bawah ini.
2) Tipe KE
(1) Konstruksi
• Seperti pada Gbr. 5-3, pompa supply terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
Gbr. 5-3 Konstruksi feed pump tipe KE 1) Pompa dasar manual untuk membocorkan udara dipasang
pada housing pompa supply.
Maka pompa supply memiliki dua fungsi: bagian yang dikendalikan secara mekanis, yang mempengaruhi hisapan dan
pelepasan bahan bakar selama mesin bekerja.
Bagian pompa dasar, yang secara manual mempengaruhi hisapan dan pelepasan bahan bakar untuk membocorkan udara dari
sistem pempipaan, tanpa perlu menghidupkan mesin.Pada dasarnya konstruksi tipe KS dan KE adalah sama.
Operation Section
2– 94
• Langkah persiapan
Ketika cam memutar ke posisi 'high cam' untuk menekan tapped ke bawah, tapped dan pushrod akan menyebabkan
piston bergerak ke arah yang berlawanan dengan spring piston dan menekannya. Gerakan ini memaksa bahan bakar
keluar dari ruang hisap, melalui valve discharge, dan masuk ke dalam ruang tekanan (sebagian dari pompa injeksi).
Menjelang akhir dari intermediate stroke, discharge valve akan menutup lagi.
• Langkah hisap dan pelepasan
Ketika cam berputar ke posisi 'low cam', tekanan spring spring piston menyebabkan piston, pushrod dan tapped
untuk mengikuti cam. Gerakan piston ini menekan bahan bakar ke ruang tekanan, dan mengalirkannya ke filter bahan
bakar dan pompa injeksi. Pada saat yang bersamaan, tekanan hisap piston memperbolehkan bahan bakar
memasuki ruang hisap melalui suction valve. Dengan ruang hisap yang terisi bahan bakar, siklus pemompaan
dimulai kembali.
• Penghentian
Jika tekanan pelepasan meningkat hingga 2.5kg/cm2 (35.6 psi), tekanan pelepasan menyebabkan piston tetap di
posisi langkah intermediate, menekan spring piston. Pada kondisi ini, pompa supply tidak bekerja.
Operation Section
2– 95
5.5 STRAINER
Umumnya, strainer untuk membersihkan bahan bakar terdapat pada sisi suction dari pompa supply. Terdapat dua tipe strainer.
(Tipe (1) adalah standard tipe.)
Timer tipe eksternal, yang mempunyai konstruksi tertutup, tersedia dalam dua tipe, SA dan SP. Tipe internal, yang juga disebut
tipe SCZ, mempunyai konstruksi yang terbuka karena menggunakan oli mesin sebagai pelumasan.
Timer tipe SA, terdiri dari penghubung, beban sentrifugal (dari sekarang disebut "beban"), dirving flange, dan spring. Setiap
beban mempunyai lubang di ujungnya, yang digunakan untuk memasukkan baut penghubung. Penghubung dipasang pada
camshaft pompa injeksi menggunakan kunci dan baut bulat. Journal driving flange bersentuhan dengan profil (permukaan
lengkung) beban, dan spring diletakkan diantara tiap journal dan baut pada penghubung. Sehingga beban diatur agar dapat
membuka ke luar saat menerima beban sentrifugal. Memanfaatkan keseimbangan antara gaya ini dan tekanan spring, posisi
penghubung terkait dengan driving flange bervariasi sesuai dengan kecepatan pompa.
Terkait dengan ruang dan konstruksi, beberapa timer memiliki konstruksi yang berbeda bergantung pada konfigurasi spring,
seperti timer dengan 4-spring yang menggunakan 2 spring paralel di setiap sisinya.
Karena driving flange terhubung dengan drive shaft di mesin menggunakan coupling, gerak putar dari mesin akan diteruskan
sebagai berikut: coupling, driving flange, journal, beban, baut, penghubung, dan ke camshaft pompa injeksi.
Timer dilumasi secara internal oleh gemuk atau oli gir, berikut dengan sil oli, O-ring, dan timer cover, yang akan menjaga
pelumas tetap di dalam.
Operation Section
2– 101
Timing advance
(sudut)
Gbr. 6-5 (1) menunjukkan kondisi timer sebelum bekerja. Pada kondisi ini ketika mesin berhenti atau ketika kecepatan mesin
lebih rendah dibanding saat timer mulai memajukan timingnya, gaya sentrifugalnya kecil, dan beban tetap berada di dalam oleh
tekanan springnya.
Seiring meningkatnya kecepatan mesin, karena mendapat gaya sentrifugal yang lebih besar beban akan bergerak ke luar
dengan baut sebagai titik tumpunya. Saat beban berhadapan dengan journalnya, beban akan terus melebar sambil terus
menekan spring hingga gaya sentrifugal dan tekanan spring seimbang. Hasilnya, dan ditunjukkan oleh gbr. 6-5 (2) baut
penghubung pompa injeksi bergeser hanya sebesar terhadap drive journal dari posisi di gbr. 6-5 (1). Karena itu, camshaft
pompa injeksi bergerak (sesuai arah putaran) dari drive shaft pompa di mesin, hanya sebesar itu, hingga memajukan timing
injeksi terkait dengan kondisi sebelum advance timer dimulai.
Sehubungan dengan itu, seiring bertambahnya kecepatan mesin, majunya timing injeksi sesuai dengan besarnya tekanan
spring. Seperti diilustrasikan pada contoh karakteristik advance timing di gbr. 6-5 (3), advance timing dari timer sesuai dengan
kecepatan mesin.
Walaupun beberapa karakteristik yang menyimpang dari garis lurus dapat dilihat melalui karakteristik spring dan profil beban,
karakteristik yang kompleks tidak dapat ditangkap. Lebih jauh karakteristik advance timer sedemikian rupa dipengaruhi oleh
volume injeksi, semakin kecil volume injeksi timer akan semakin advance.
Operation Section
2– 102
Saat kecepatan mesin lebih rendah dari kecepatannya saat memajukan timer dimulai, gaya sentrifugal yang diterima oleh
beban kecil. Pada kondisi ini, panjang spring adalah yang terpanjang. Saat kecepatan mesin bertambah, gaya sentrifugal akan
menekan beban ke luar dengan baut mereka di driving flange sebagai titik tumpu. Beban membuka sambil mendorong dan
menekan spring. Pada ahkirnya, roler yang terpasang pada pin di tiap beban akan bergerak sepanjang profil penghubung.
Terkait dengan gerakan ini, camshaft pompa injeksi berputar sesuai dengan drive shaft mesin, yang kemudian akan
mengadvence timing. Timer dapat memperoleh timing advance yang halus dikarenakan profil penghubung bersentuhan
dengan roller, sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Operation Section
2– 103
Timer jenis ini mempunyai gir pada driving flange, yang digerakkan oleh gir idle mesin. Ia mempunyai konstruksi yang terbuka,
di mana komponen-komponen yang bergerak dilumasi oleh oli mesin.
Gbr. 6-10 1) Titik - titik pada gbr. 6-10 adalah sebagai berikut :
a. Titik O tetap
b. Beban terlempar
Pada gbr. 6-12 dan 6-13, dapat dipahami bahwa titik B telah
advance dengan sudut . Lebih jauh, dari aspek 2, 3 dan 7
pada a.1), dapat juga posisi hub telah berubah. Driving pin
terhubung langsung pada drive shaft. Ini Berarti bahwa
camshaft pompa telah advance lebih dari sudut dibanding-
kan dengan driving shaft.
Pergeraka-pergerakan di atas terjadi secara simultan. Gbr. 6-12 menunjukkan gerak ini
Gbr. 6-12
Pergerakan pada Gbr. 6-12 akan dijelaskan lebih jauh dengan menggunakan mekanisme penghubung di gbr. 6-13.
Fungsi dari sub spring timer
• Penambahan sub-spring timer memungkinkan timing advance multi stage
Operation Section
2– 106
Gbr. 6-14
- 1. Saat timer berputar dan gay sentrifugal melebihi kekuatan spring timer, beban mulai terlempar dan menekan
spring
- 2. Saat beban terlempar , sub-spring timer akan diaktifkan oleh langkah untuk menghentikan terlemparnya beban
- 3. Ketika rpm timer meningkat dan gaya sentrifugal pada beban melampaui kekuatan sub-spring, spring timer dan
sub-spring akan tertekan dan menyebabkan beban terlempar.
Karakter dari timing advance dapat digambarkan pada gambar di bawah ini.
Gbr. 6-15
Gaya sentrifugal pada weight
Gaya timer spring
Gaya timer sub-spring
Timing advance
Operation Section
2– 107
6.8 COUPLING
Coupling adalah alat perantara yang meneruskan gaya gerak mesin ke camshaft pompa injeksi.
Terdapat dua tipe coupling, Laminate dan Oldham's Coupling. Perbedaanya terletak pada cara digerakkannya. Pompa injeksi
yang menggunakan tipe SCZ berpenggerak gir, tidak membutuhkan coupling.
gbr. 7-1 menunjukkan dua tipe nozzel holder yang dibedakan berdasarkan cara mereka mengatur tekanan pembukaan nozzel.
z Tipe mur pengatur : pengaturan menggunakan mur pengatur
z Tipe shim pengatur : pengaturan dilakukan dengan mengganti shim dengan yang ketebalannya berbeda.
Selain itu, terdapat nozzel holder dua-spring, di mana tekanan bukaan valve dan angkatannya dapat diatur dalam dua langkah.
(untuk detail lihat 7-4)
Fungsi dari nozzel holder adalah untuk memegang nozzel agar terpasang pada mesin, dan untuk mengarahkan bahan bakar
ke mesin. Selain itu nozzel holder berfungsi mengatur tekanan pembukaan nozzel.
Operation Section
2– 110
(3) Tipe KD
Tipe ini menggabungkan kelebihan yang dimiliki tipe KB dan KC. Dipasang pada kepala silinder dengan menggunakan sekrup
silinder. Selain itu tekanan pembukaan nozzel dapat diatur dengan menggunakan sekrup pengatur seperti pada tipe KB.
gbr. 7-3 menunjukkan konstruksi tipika nozzel holder, dengan nozzel terletak di ujung nozzel holder. Valve nozzel, yan meng-
atur injeksi bahan bakar oleh nozzel, ditekan oleh spring melalui pressure pin. Kekuatan spring ini dapat disesuaikan untuk
mengatur tekanan pembukaan nozzel.
Filter batangan dipasang pada pipa penghubung, yang menghubungkan nozzel dengan pipa baja injeksi.
Filter ini menjaga nozzel dari kerusakan dengan mencegah masuknya material asing ke bahan bakar dan debu yang masuk
selama pemasangan atau pelepasan pipa baja injeksi.
Operation Section
2– 111
Gbr. 7-4 Tampilan potongan nozzle holder 1) gbr. 7-4 menunjukkan tampilan potongan dari nozzel holder.
Setelah dialirkan oleh pompa injeksi bahan bakar, bahan
bakar bertekanan tinggi akan mengalir melalui pipa
penghubung, melalui lubang masuk bahan bakar (pada
badan holder), menuju ke ruang bertekanan di nozzel body
(1) Konstruksi
Gbr. 7-5 Konstruksi nozzle holder dua spring 1) nozzel holder dua spring terdiri dari dua spring dan dua
pressure pin, dengan celah (pre-lift) diantara pressure pin.
Sistem ini menggunakan dua spring nozzel holder untuk
mengangkat valve nozzel dalam dua tahap, sesuai dengan
tekanan bahan bakar di pipa injeksi.
Operation Section
2– 112
Gbr. 7-6 Bagian yang diseuaikan 3) Pressure spring no.1 menentukan tekanan pembukaan
yang pertama. Sehingga untuk mengatur tekanan bukaan
pertama, digunakan sekrup kapsul untuk merubah tekanan
spring.
Gbr. 7-7 Tekanan injeksi dan diameter pratikel bahan 1) Tekanan injeksi
bakar
Tekanan injeksi tidak dapat merubah ukuran partikel. Tetapi
tekanan injeksi mempengaruhi kecepatan injeksi. Saat ke-
cepatan injeksi meningkat, gesekan udara dan turbulensi di
dalam lubang injeksi juga meningkat dan menghasilkan
ukuran partikel yang lebih kecil seperti gbr. 7-7.
Gbr. 7-8 Diameter nozzle dan diameter partikel 2) Diameter lubang semprotan
5) Suhu udara
6) Aliraan udara
Pada gbr. 7-11, nozzel terdiri dari dua komponen, nozzel body dan nozzel valve. nozzel body mempunyai lubang ma-
suk (berfungsi sebagai jalur untuk bahan bakar yang dipasok oleh pompa bahan bakar), lubang penuntun tem-
pat masuknya valve, ruang tekanan, dam permukaan dudukan (dudukan valve). Untuk mencegah kebocoran,
valve dibuat dengan permukaan yang menghadap dudukan, yang bersentuhan dengan dudukan nozzel body.
Kepala bulat pada ujung nozzel tipe lubang mempunyai beberapa lubang semprot. Lubang semprot ini memastikan
bahan bakar yang disemprotkan menyebar di ruang bakar.
Nozzel tipe pintle mempunyai satu lubang di bagian bawah bodynya. Pin di ujung valve nozzel, dibuat lebih kecil dari
lubang seprot, sehingga bisa masuk kelubang ini.
Saat valve terangkat, celah yang berbentuk bulat akan menemprotkan bahan bakar. Pada nozzel tipe ini, sudut
semprotan yang melebar dan karakteristik semprotan, dapat berubah-rubah dikarenakan bentuk atau sudut pin.
Gbr. 7-12 (2) menunnjukkan nozzel tipe throttle, yang di desain untuk memperkecil bukaan lubang pada permulaan
bukaan injeksi dan memperlebar bukaan saat mendekati akhir injeksi. Ini meminimalisir jumalh bahan bahan bakar
Operation Section
2– 116
yang diinjeksikan selama jeda pengapian. Hal ini efektive untuk mencegah ketukan diesel yang dikarenakan tekanan
yang terlalu tingi yang terbentuk saat bahan bakar yang disemprotkan belum terbakar hingga saat terbakar secara
tiba-tiba.
• Cara kerja
Untuk menciptakan pembakaran yang baiik di dalam ruang bakar, diperlukan beberapa karakteristik agar nozzel da-
pat memberikan pengabutan, penetrasi dan penyebaran yang optimal. Sebagai gantinya, tergabung bebera-
pa karakteristik nozzel body dan nozzel valve. Karakteristiknya adalah sebagai berikut:
Gbr. 7-13 Hubungan antara dinesi part dan lubang penyemprotan jumlah aliran
Jumlah aliran bahan bakar
Operation Section
2– 117
Gbr. 7-14 Karakteristik jumlah aliran nozzle pada nozzle tipe pintle
• [A] Angkatan valve dan Volume Aliran bahan bakar Lubang Semprotan nozzel Tipe Throtle.
gbr. 7-15 menunjukkan hubungan antara jumlah angkatan valve dan Volume Aliran bahan bakar Lubang Semprotan
nozzel Tipe Throtle
Gbr. 7-15 Jumlah langkah katup dan jumlah aliran lubang penyemprotan nozzle tipe throttle
- ·Saat nozzel valve mulai terangkat, celah Δd1 terbentuk pada dudukan tempat disemprotkannya bahan bakar.
Pada saat yang sama, celah Δd2 terbentukd antara pin valve dan lubang semprotan. Walaupun begitu, karena
area lebih kecil dari Δd2, aliran bahan bakar yan terhalang Δd1 akan mengalir melalui lubang semprotan. (gbr.
7-15 (1))
- ·Saat throttle terangkat lebih tinggi dan celah Δd1 pada dudukan menjadi lebih besar dari celah valve Δd2, volume
yang mengallir melalui lubang semprotan dibatasi oleh Δd2. Walaupun begitu, karena pin valve membentuk garis
lurus selama periode ini, perubahan volume terkait dengan volume angkatan tidak akan tampak seperti pada gbr.
7-15 (2). Panjang bagian ini berpotongan dengan "panjang overlap valve"
- ·Pada gbr. 7-15 (3), saat bagian garis lurus pin valve terangkat melewati titik A, volume aliran lubang semprotan
Operation Section
2– 118
diatur oleh lekukan profil valve dan titik A. Sebagai hasilnya, volume lubang semprotan berubah-rubah sesuai
dengan angkatan valve. Sebagaimana dijelaskan dititik ini, pada nozzel tipe throttle, volume injeksi dibatasi selama
permulaan angkatan valve, dan celah akan bertambah menjelang akhir angkatan,hingga menyemprotkan volume
bahan bakar yang diperlukan. Karena bahan bakar yang diperlukan sudah disemprotkan , peningkatan tekanan
pada ruang bakar terjadi realtif bertahap. Juga dikarenakan pembakaran terjadi dengan halus, ketukan
diesel dapat dicegah. Oleh karena itu, nosle tipe throttle digunakan pada mesin diesel yang membutuhkan tingkat
noise yang rendah.
• [B] Angkatan Valve dan Volume Aliran Bahan Bakar Lubang Semprotan nozzel tipe pintle
Panjang overlap valve nozzel tipe pintle lebih pendek dari tipe throttle. Sehingga, tidak seperti tipe throttle, nozzel tipe
pintle tidak mempunyai periode inisial injeksi (periode efek throttle). Sebagaimana ditunjukkan pada gbr. 7-16, hampir
semua volume aliran lubang semprotan diatur oleh celah antara Δd dan dudukan. Sehingga, volume aliran lubang
semprotan beruah-rubah sesuai dengan besar angkatan valve nozzel.
nozzel tipe pintle digunakan pada mesin yang membutuhkan tenaga yang besar.
Gbr. 7-16 Angkatan valve dan volume aliran bahan bakar lubang semprotan nozzel tipe pintle
- Fig 7-17 menunjukkan karakteristik volume aliran lubang semprotan nozzel tipe lubang. Seperti ditunjukkan pada
garis "B" di fig 7-17, juga terdapat nozzel tipe lubang yang mengalami efek throttle pada awal angkatan valve.
Gbr. 7-17 Karakteristik jumlah aliran lubang semprotan nozzle tipe hole
Operation Section
2– 119
Kecepatan pompa
• Karakteristik kebocoran
Seperti ditunjukkan pda gbr. 7-19, karakterstik kebocoran adalah karakteristik subtitusi yang menunjukkan celah
yang terbentuk antara alur lubang nozzel bodi dan lingkaran valve luar. Karena celah sebesar 2 dan 4,5 micron ini
biasanya diperoleh melalui pembuatan yang sangat presisi, tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan langsung.
Oleh karena itu, volume aliran udara diukur setelah memberikan tekanan udara. Atau setelah memberikan tekanan
hidrolis, waktu yang dibutuhkan cairan untuk menetes pada tekanan tertentu. Hasil pengukuran ini digunakan
sebagai pengukuran subtitusi. Celah adalah karakteristik yang penting dalam memastikan kevakuman nozzel dan
pada saat yang sama mencegah nozzel dari perubahan ukuran.
• Karakteristik getaran
Tekanan bahan bakar yang dipasok pompa injeksi melalui nozzel, mempunyai tekanan yang tidak konstan dari awal
hingga akhir injeksi. Tetapi terjadi fluktuasi tekanan. Fluktuasi ini disebut getaran. Sehingga injeksi bahan bakar
selalu disertai getaran yang juga menghasilkan suara getaran. Suara getaran tidak selalu dalam bentuk suara, tetapi
dapat dirasakan dengan menyentuh leher dari pompa tangan seperti pada hal. 135. Suara getaran berubah sesuai
dengan gerakan nozzel valve dan gerakan valve nozzel dan kekuatan dudukan valve.
Operation Section
2– 120
Kualitas "Shutoff" dan "dripping" , adaah karakteristik penting yang mempengaruhi performance nozzel. Walaupun
begitu, harus dianalisa dengan teliti karena dirasakan berdasarkan sentuhan, mengingat karakteristik ini sangat
dipengaruhi kondisi tes.
Bahan bakar yang dipasok oleh pompa injeksi mengalir melalui lubang masuk bahan bakar pada nozzel body, ke ruang
bertekanan. Bahan bakar kemudian menekan bagian langkah tekanan valve nozzel, yang berfungsi mengangkat valve nozzel
ke atas.
Sementara itu, tekanan spring menekan valve nozzel, melalui pin tekanan, pada dudukan nozzel body. Terkait dengan itu, saat
tekanan bahan bakar Po (memberikan tekanan ke atas pada valve nozzel) lebih besar dari gaya Ps tekanan spring, valve noz-
zel terangkat dari dudukannya, yang akan memulai injeksi bahan bakar. Setelah pasokan bahan bakar dari pompa injeksi se-
lesai dan tekanan bahan bakar menurun, tekanan spring akan menekan valve nozzel kembali ke dudukannya, dan selesailah
injeksi bahan bakar.
Proses ini akan dijelaskan dengan lebih deatil di bawah ini, mengikuti rute bahan bakar dari pompa injeksi melalui pipa baja
injeksi, hingga mencapai nozzel.
Cam pompa injeksi berputar untuk mengangkat plunger, yang memberikan tekanan pada bahan bakar di dalam ruang
bertekanan. Bersamaan dengan bahan bakar yang membuka valve delivery, bahan bakar dialirkan melalui pipa baja injeksi.
Seperti pada gbr. 7-21, tekanan bahan bakar pada bagian ini akan meningkat sampai Pu. Pada tekanan gelombang dan
kecepatan gelombang tertentu, bahan bakar bergerak dengan kecepatan suara (untuk bahan bakar diesel mendekati 1400 m/
s) melalui nozzel. Waktu bahan bakar untuk mencapai nozzel diperoleh dengan membagi panjang pipa baja injeksi dengan
kecepatan suara. Ini juga akan meningkatkan tekanan bahan bakar. Walaupun begitu, tekanan ini tidak cukup untuk
mengangkat valve, tekanan akan dipantulkan ke pompa dalam bentuk Pr. Kemudian gelombang pantulan dan gelombang pa-
sokan dari pompa bergabung untuk membentuk Pu+Pr, hingga mencapai tekanan bukaan valve dan mengangkat valve nozzel
untuk menginjeksikan bahan bakar dari nozzel. Saat valve terangkat, tekanan bahan bakar menurun sesaat karena vol-
ume pada sistem injeksi bahan bakar meningkat dan sebagain bahan bakar disemprotkan. Walaupun begitu, dikarenakan te-
kanan dari gelombang pasokan besar, injeksi bahan bakar berlanjut seiring fluktuasi tekanan hingga tekanan bahan bakar di
bawah valve turun di bawah tekanan bukaan valve. gbr. 7-21, yang menunjukkan kondisi rambatan gelombang tekanan,
menunjukkan bahwa gelombang tekanan bahan bakar diteruskan pada pipa baja injeksi.
Operation Section
2– 121
pada formula, dikarenakan pengaruh inersia dan gesekan nozzel valve dengan komponen lain, begitu juga dengan kondisi ali-
ran bahan bakar, dan harus berkurang seluruhnya setalah injeksi selesai. Untuk itu, bidang gesek dan muka dudukan dikerja-
kan dengan sangat presisi.
Gbr. 7-22
Gbr. 7=24 Test oli tempat dudukan valve 2) Test kevacumman oli dudukan valve
(7) Penanganan
• nozzel body dan valve harus diganti secara assy
• Bersihkan dan pasang komponen dalam bahan bakar diesel yang bersih (dianjurkan untuk mencuci semua
komponen dalam bensin, sebelum dicuci kembali menggunakan bahan bakar diesel).
• Sebelum mengencangkan baut penahan, pastikan untuk mengendurkan spring tekanan (nozzel tipe KB dan KD).
Hati-hati saat mengencangkan baut penahan. Pengencangan yang berlebihan akan menyebabkan nozzel body
berubah bentuk dan mengurangi celah dibagian yang bergesekan. Ini dapat membuat gerakan valve nozzel yang
tidak lancar.
• Saat memasang nozzel pada mesin, pastikan tidak melebihi torsi yang ditentukan.
Operation Section
2– 126
Diterbitkan : Mei 2008