Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahun 1258-1500 M, merupakan masa kemunduran peradaban Islam dengan mulainya
serangan (invasi) bangsa Mongol ke seluruh wilayah kawasan Islam yang dimulai dari
pegunungan Mongolia, Cina, Turki, Samarkand, Afganistan, Bukhara, Khawarizm, sampai
dengan Baghdad. Bangsa Mongol merupakan keturunan yang berasal dari nenek moyang
Alanja khan di pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia
Utara, Tibet Selatan dan Mansyuria Barat serta Turkistan Timur.Nenek moyang mereka
bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera
itu melahirkan dua suku besar Mongol dan Tartar.

Bangsa mongol mempunyai tradisi yang dikenal dengan istilah nomaden yaitu
berpindah pindah dari satu tempat ketempat yang lain mencari tempat yang strategis untuk
memperluas wilayah kekuasaan dengan cara memperluas kekuasaan dengan cara menduduki
dan menjarah tempat yang dituju, mereka membentuk kemah-kemah persinggahan sementara
meluncur ke tempat strategis sambil mengembala dan mencari binatang buruan untuk
selanjutnya dimakan dan kulitnya dijual belikan untuk menghidupi diri dan keluarganya. Lebih
jauh lagi mengadakan transaksi perdagangan hasil buruan dari suatu wilayah ke wilayah lain
dan atau menukarkannya dengan barang atau cendera mata yang berada ditempat tersebut.

Bangsa Mongol dikenal suka berperang karena dari mulai kecil laki-laki dan perempuan
tanpa kecuali dilatih mempertahankan diri, keluarga dan marganya melalui pendidikan
kemiliteran secara tradisional. Bangsa Mongol dikenal mempunyai undang-undang Alyasak
dan kepercayaan yang dikenal dengan Samanism artinya menyembah matahari ketika terbit
dan meninggalkannya ketika terbenam. Dengan kepercayaan itulah mereka berusaha
memperluas wilayah kawasan dengan menduduki wilayah-wilayah strategis secara paksa tanpa
perhatikan nilai-nilai kemanusiaan. Bangsa Mongol dikenal dipanggung sejarah dalam
penguasaan terhadap wilayah-wilayah Islam semenjak dipimpin oleh Yasuki Bahadur khan
dimana pelopor bangsa Mongol ini dapat berhasil menyatukan tiga belas kelompok suku yang
tersisa.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Dari manakah Asal-usul Mongolia dan Karakteristik Bangsa Mongolia?
2. Wilayah Mana sajakah kekuasaan Mongolia ?
3. Bagaimana Sejarah Perang tentang Bangsa Mongolia ?
4. Bagaimana Dampak dari Invasi Mongolia ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Dapat mengetahui asal usul Mongolia dan karakteris dari bangsa Mongolia.
2. Dapat mengetahui bagian-bagian wilayah kekuasaan dari Mongolia.
3. Dapat mengetahui bagaimana seajarah Perang tentang Bangsa Mongolia.
4. Dapat mengetahui dampak dari Invasi Mongolia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal-usul dan Karakteristik Bangsa Mongolia


Mongolia didirikan oleh Jenghis Khan pada tahun 1206 sesudah mempersatukan Suku-
suku Mongolia yang saat itu sering berselisih di antara sesama dan memulai banyak penaklukan
di seluruh benua Eurasia yang dimulai dengan penaklukan Dinasti Xia Barat di Cina
Utara dan Kerajaan Khawarezmia di Persia. Pada puncaknya, Kekaisaran Mongolia menguasai
sebagian besar wilayah Asia Tenggara ke Eropa tengah. Selama keberadaannya, Mongolia
melakukan pertukaran budaya antara Timur, Barat dan Timur Tengah sekitar abad ke-13 dan
14.

Kekaisaran Mongolia dipimpin oleh Khagan (Khan Agung keturunan Jenghis Khan)
secara turun-temurun. Sesudah kematian Jenghis Khan, Kekaisaran Mongolia pada dasarnya
terbagi menjadi empat bagian yaitu; Dinasti Yuan (Cina), Ilkhanate (Persia), Chagatai
Khanate (Asia Tengah), dan Golden Horde (Rusia). Semua wilayah pembagian itu dipimpin
oleh keturunan Jenghis Khan. Menurut ahli sejarah barat R.J. Rummel, diperkirakan sekitar
30 juta orang terbunuh dibawah pemerintahan Kekaisaran Mongolia dan sekitar setengah
jumlah populasi Tiongkok habis dalam 50 tahun pemerintahan Mongolia.

Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan (Mongolia) yang membentang dari
Asia Tengah sampai Siberia Utara, Tibet Selatan, dan Mancuria Barat serta Turkistan Timur,
bukannya bangsa nomad stepa. Mereka merupakan salah satu anak rumpun dari bangsa Tartar.
Nama Mongol diambil dari nama tempat asal mereka di Mongolia di mana mula-mula mereka
tinggal. Sejarawan Cina beranggapan bahwa nama Mongol berasal dari bahasa Cina “Mong”
(pemberani). Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa nenek moyang bangsa Mongol bernama
Alanja Khan, yang mempunyai dua putra kembar, Tartar dan Mongol. Mongol mempunyai
anak bernama Il-khan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol pada kemudian
hari.

Orang Mongol, sebagaimana bangsa nomad lain, hidup mengembara berpindah –


pindah tempat dan tinggal di tenda-tenda. Kehidupan mereka sangat sederhana, mereka hidup
dengan berburu, menggembala domba, dan budaya perampokan sudah umum dikalangan
mereka. Mereka menyembah matahari dan bintang-bintang, sebagian ada yang menganut
agama Shamanisme dan Nestoria.

3
Orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani
menghadang maut untuk mencapai keinginannya. Mereka tidak beradab, pejuang, sabar, ahli
perang, tahan sakit dari tekanan musuh yang sangat kuat dan mereka patuh dengan pemimpin.
Pemimpin Mongol yang paling terkenal adalah Chengis Khan. Ia lahir pada tahun 1162 M di
Daeyliun Buldagha, yang terletak di tepi sungai Onon (Unan), Mongolia. Ayahnya bernama
Ishujayi dan ibunya bernama Helena Khatun. Ishujayi berhasil menyatukan 13 kelompok suku
yang ada pada saat itu. Nama asli dari Jenghis adalah Temujin. Pada usia yang masih dini ia
telah dinikahkan oleh ayahnya dengan gadis dari Deshai Chan, dari suku Unghir. Ayah
Temujin meninggal karena diracun oleh musuhnya dari suku Tartar yang pernah ia bantai
dalam perang.

Temujin yang saat itu berusia 13 tahun menggantikan ayahnya sebagai pemimpin suku.
Temujin melatih pasukannya dengan pelatihan yang keras, disiplin ketat, dan penuh semangat.
Ia dibantu oleh temannya yang bernama Tugril, yang seterusnya bekerja sama dengan baik
untuk menumpas musuh-musuh yang kuat. Dengan bantuan Tugril, Temujin berhasil
mengalahkan bangsa Tartar.

Kemudian ia dapat mengalahkan suku-suku lainnya. Dengan kemenangan yang


bertubi-tubi, akhirnya tidak ada suku-suku Mongol lain yang berani menentang. Pada tahun
1206 M, ia mendapatkan gelar Jenghis Khan, Raja Yang Perkasa, sebagai pemimpin tertinggi
bangsa Mongol. Ia menetapkan undang-undang yang dinamakan Ilyasiq untuk mengatur
kehidupan rakyatnya. Dalam bidang militer ia mulai menata pasukannya dengan baik. Ia
membagi pasukannya dalam beberapa kelompok besar-kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh
orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan.

4
2.2 Wilayah Kekuasaan Mongolia

Gambar: Pembagian Wilayah Kekuasaan Mongol

Adapun beberapa bagian Wilayah kekuasaan Mongolia yaitu :

1. Seluruh Tiongkok (dinasti Xia Barat, Song, Jin, dan Liao) dan Nanchao (Kerajaan Dali)

2 Kerajaan Khawarezmi (bisa disebut juga wilayah Persia atau Iran-Irak-Azerbaijan)

3. India bagian utara

4. Beberapa negara di Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand, Burma, dll)

5. Timur Tengah atau Asia Barat Daya (Irak, Sebagian Turki)

6. Sebagian wilayah Rusia

7. Asia Tengah (Afganistan, negara2 pecahan Soviet: Ukraina, Georgia, Belarusia, dll)

8. Mongolia

5
9. Beberapa negara di Eropa Timur atau Eropa Tengah (Bulgaria, Hungaria, dll)

10. Asia Timur (Korea)

11. Yerusalem (Israel, Palestina)

Kemudian Wilayah yang diserang oleh mongolia tetapi gagal yaitu :

1. Jepang berhasil mengusir pasukan Mongolia tetapi akhirnya mengirimkan upeti


sehingga Kaisar Mongol merasa puas, dan kemudian memusatkan perhatiannya ke Asia
Tenggara

2. Jawa (Indonesia), gagal akibat disiasati dan diusir oleh Raden Wijaya, yang kemudian
mendirikan Kerajaan Majapahit

3. Negara-negara Eropa seperti Lithuania, Polandia, Austria, Moravia (Rep. Ceko timur),
Dalmatia (Kroasia), Hungaria, dan pegunungan Carpathia. Pasukan Polandia, Hungaria
dan Austria mengalami kekalahan besar tetapi wilayah mereka tidak jadi dikuasai
karena pada saat itu Kaisar Mongolia (Ogadai Khan) meninggal sehingga pasukan
Mongolia ditarik kembali ke Mongolia.

4. Mesir, dinasti Mameluk berhasil mengusir dan menghancurkan tentara Mongol pada
masa pemerintahan Hulagu Khan bahkan mereka terus mendesak mongol hingga keluar
dari Damaskus, Syria.

Catatan: Kekaisaran Mongolia juga pernah berencana menyerang negara Eropa Barat, seperti
Perancis, Romawi dan negara-negara Eropa lainnya. Ahli-ahli sejarah menyatakan jika bukan
karena kematian Ogadai Khan, maka kemungkinan seluruh Eropa akan dikuasai dan sejarah
Eropa akan berubah.

6
2.3 Sejarah Perang Bangsa Mongolia

2.3.1 Aliansi Perancis – Mongol

Upaya untuk mengadakan aliansi Perancis-Mongol melawan kekhalifahan Islam (yang


merupakan musuh bersama mereka) telah dilancarkan oleh pemimpin-pemimpin Tentara Salib
Franka dan Kekaisaran Mongol pada tahun 1200-an. Aliansi semacam itu tampak sebagai
pilihan yang jelas: Mongol cenderung bersimpati kepada Kekristenan karena keberadaan
orang-orang Kristen Nestorianus di istana Mongol. Bangsa Franka di negara-negara Tentara
Salib di Levant juga terbuka terhadap gagasan untuk memperoleh bantuan dari timur, yang
salah satunya disebabkan oleh legenda Prester John, raja Timur yang diyakini suatu hari akan
datang untuk membantu Tentara Salib di Tanah Suci. Muslim juga merupakan musuh bersama
Franka dan Mongol. Namun, walaupun telah bertukar pesan, hadiah, dan duta selama beberapa
dasawarsa, aliansi ini tidak pernah terwujud.

Kontak antara bangsa Eropa dengan Mongol dimulai sekitar tahun 1220 dengan
dikirimnya pesan dari paus dan raja-raja Eropa kepada pemimpin-pemimpin mongol seperti
Khagan dan kemudian penguasa Ilkhanat di Iran yang telah ditaklukan oleh Mongol.
Komunikasi cenderung mengikuti pola berikut: bangsa Eropa meminta agar orang Mongol
menjadi Kristen, sementara bangsa Mongol menanggapi dengan meminta pernyataan tunduk
dan upeti. Bangsa Mongol telah menaklukan banyak negara Kristen dan Muslim di Asia, dan
setelah menghancurkan Kekhalifahan Abbasiyah dan Ayyubiyah bangsa Mongol selama
beberapa generasi melawan satu-satunya kekuatan Islam yang masih tersisa di wilayah
tersebut, yaitu Mamluk di Mesir. Hethum I, raja negara Tentara Salib Armenia Silisia, telah
tunduk kepada bangsa Mongol pada tahun 1247, dan mengajak raja-raja lain untuk
mengadakan aliansi Kristen-Mongol, namun ia hanya mampu meyakinkan menantunya,
Pangeran Bohemond VI dari negara Tentara Salib Antiokhia, yang kemudian tunduk pada
tahun 1260. Pemimpin-pemimpin Kristen lain seperti Tentara Salib di Acre tidak memercayai
bangsa Mongol, dan menganggapnya sebagai ancaman terbesar di wilayah tersebut. Maka
Baron Acre terlibat dalam aliansi pasif yang tidak biasa dengan Mamluk dengan membiarkan
mereka melewati wilayah Tentara Salib agar dapat melawan dan mengalahkan bangsa Mongol
dalam Pertempuran Ain Jalut pada tahun 1260.

7
Gambar : Surat dari Ilkhan Mongol Öljaitü kepada Raja Philip IV dari Perancis yang
mengusulkan kolaborasi militer.

Sikap bangsa Eropa terhadap bangsa Mongol mulai berubah pada pertengahan tahun
1260-an dari yang tadinya menganggap bangsa Mongol sebagai musuh yang patut ditakuti
menjadi sekutu potensial dalam melawan Muslim. Mongol mencoba memanfaatkan hal ini dan
menjanjikan akan menaklukan kembali Yerusalem untuk bangsa Eropa dengan kerjasama
sebagai gantinya. Upaya untuk mengadakan aliansi berlanjut dengan dilakukannya negosiasi
dengan pemimpin-pemimpin Ilkhanat di Iran, dari pendirinya Hulagu hingga penerusnya
Abaqa, Arghun, Ghazan, dan Öljaitü, namun tidak ada yang berhasil. Mongol menginvasi
Suriah beberapa kali antara tahun 1281 hingga 1312, kadang-kadang bersama dengan bangsa
Franka, namun kesulitan logistik membuat tentara masing-masing terpisah selama beberapa
bulan, sehingga tidak dapat mengkoordinasikan serangan secara efektif. Kekaisaran Mongol
akhirnya bubar akibat perang saudara, dan Mamluk berhasil merebut kembali seluruh Palestina
dan Suriah dari Tentara Salib. Setelah jatuhnya Acre pada tahun 1291, Tentara Salib yang
tersisa mundur ke pulau Siprus. Mereka mencoba mendirikan pangkalan di pulau kecil Ruad
di pesisir Tortosa dengan tujuan untuk mengkoordinasikan aksi militer dengan Mongol, namun
rencana tersebut gagal, dan Muslim menanggapi dengan mengepung pulau tersebut. Dengan
jatuhnya Ruad pada tahun 1302 atau 1303, Tentara Salib telah kehilangan pijakan terakhirnya
di Tanah Suci.

8
2.3.2 Serbuan Bangsa Mongol ke Indonesia

Kublai Khan mengirim utusan yang memaksa Singhasari agar tunduk pada Mongol.
Kertanegara dengan tegas menolaknya dan memotong telinga salah satu utusan itu dan bahkan
menantang Kublai Khan. Sang Khan yang tersinggung pun sangat marah dan segera mengirim
ekspedisi sejumlah 1000 kapal ke Jawa. Namun, hampir sama seperti di Jepang, banyak kapal
Mongol yang tenggelam di perjalanan akibat badai. Hingga akhirnya mereka memasuki
Nusantara dan mendarat di pulau Bangka untuk beristirahat selama beberapa bulan.

Dari Bangka, armada Mongol berlabuh dan mendarat di Karimunjawa. Dari sana,
mereka mengirim utusan ke Jawa, yang kemudian mengirim kabar bahwa Jawa telah
mengalami perpindahan kekuasaan dari Singhasari ke Kediri yang memberontak. Kertanegara
telah tewas di tangan Jayakatwang, adipati Kediri. Pasukan Mongol kemudian bekerja sama
dengan Raden Wijaya, menantu dari Kertanegara yang dendam pada Jayakatwang dan
mengaku sebagai penguasa Jawa yang sah. Setelah mendirikan markas di Ujunggaluh
(Surabaya), para Jenderal Mongol pun pergi ke desa Majapahit untuk berunding dengan
Wijaya, yang mengatakan bahwa ia bersedia menjadi bawahan Yuan, namun setelah orang-
orang Mongol membantunya mengalahkan Jayakatwang. Pasukan Mongol pun berperang
dengan Kediri, dibantu oleh Wijaya dan pengikutnya dari Majapahit yang setia pada Singhasari
dan anti-Kediri. Pasukan gabungan Mongol-Majapahit pun berhasil menghancurkan Kediri.

Namun, Wijaya yang ingin menjadi raja dan tak sudi menjadi bawahan Mongol lalu
memberontak dan menyerang pasukan Mongol saat mereka tengah lengah. Prajurit Majapahit
berhasil membuat pasukan Mongol kocar-kacir, mereka kehilangan sekitar 3000 prajurit. Pada
akhirnya, pasukan Mongol yang kewalahan terpaksa mundur ke kapal dan angkat sauh,
kembali ke Beijing. Sementara itu, Wijaya dinobatkan menjadi raja Jawa, menandai lahirnya
sebuah imperium baru, Kerajaan Majapahit. Dalam perkembangannya, Majapahit memperluas
kekuasaannya hingga sebagian besar Nusantara dan menjadi salah satu penguasa lokal terbesar
di Asia Tenggara sebelum kedatangan bangsa Eropa

9
2.3.3 Serbuan Bangsa Mongol ke India

Pasukan Mongol berkali-kali melancarkan serangan ke jazirah India selama lebih dari
100 tahun, dari 1221-1327. Mereka berhasil menduduki wilayah Pakistan dan Punjab selama
beberapa dekade. Pasukan Mongol yang semakin dalam memasuki India akhirnya berhadapan
dengan penguasa terbesar India saat itu, Kesultanan Delhi. Ekspedisi Mongol ke India telah
terjadi sejak masa pemerintahan Genghis Khan. Dimulai dari pengejaran Sultan Jalal ad-Din,
penguasa Kesultanan Khwarezmia - yang baru saja dihancurkan pasukan Mongol - yang
melarikan diri dari Samarkand ke India. Pengejaran sampai ke negeri Sindhu (Indus), dimana
terjadi pertempuran yang berhasil dimenangkan pihak Mongol. Kemudian, pada tahun 1235
pasukan Mongol menginvasi daerah Kashmir di utara India lalu menyerang Peshawar dan
Lahore. Namun mereka belum benar-benar mengalami kontak dengan Kesultanan Delhi.

Konflik sebenarnya antara Mongol-Delhi baru dimulai pada tahun 1260an, setelah
Kekaisaran Mongol terpecah menjadi empat akibat perang sipil. Saat itu, Khanat Chagatai,
salah satu pecahan Mongol yang menguasai Asia Tengah hendak memperluas kekuasaannya
hingga India. Pada saat yang sama, Kesultanan Delhi dibawah pemerintahan Dinasti Khilji juga
sedang melancarkan ekspedisi penaklukkan di negeri-negeri sekitarnya. Pasukan Mongol
dibawah perintah Duwa Khan awalnya menginvasi Afghanistan, kemudian menyerang Punjab.
Di sini, mereka bertemu dan bertempur dengan pasukan Delhi, namun mengalami kekalahan.
Sultan Delhi kemudian menangkap sekitar 4000 prajurit Mongol dan dibawa ke Delhi. Mereka
lalu memeluk Islam dan diberikan sebuah permukiman yang bernama Mughalpura ("Kota
Mongol").

Pasukan Mongol terus melancarkan serangan ke Delhi hingga 40an tahun berikutnya,
namun selalu mengalami kegagalan. Pasukan Delhi dibawah pimpinan Sultan Alauddin Khilji
dan Jenderal Zafar Khan terbukti mampu mengimbangi kekuatan Mongol. Pasukan Mongol
kembali menyerang India setelah Kesultanan Delhi berganti penguasa, Dinasti Tughluq.
Perang besar terjadi pada 1327 dimana pasukan Mongol mampu mengimbangi kekuatan Delhi.
Namun, pada akhirnya mereka tetap mengalami kekalahan. Dalam waktu-waktu berikutnya,
Mongol berhenti melancarkan serangan ke India. Justru, Kesultanan Delhi menjalin hubungan
dengan dua negara pecahan Mongol, Dinasti Yuan di Tiongkok dan Ilkhanat di Persia.
Sementara Khanat Chagatai sendiri mengalami perang saudara dan terpecah menjadi beberapa
negara bagian.

10
Bangsa Mongol baru benar-benar bisa menguasai jazirah India pada tahun 1600an,
dibawah Dinasti Timur yang kemudian dilanjutkan oleh Dinasti Mughal. Dinasti Mughal inilah
yang membawa India pada masa keemasaannya, dan merupakan penguasa lokal terbesar yang
bertahan, sebelum akhirnya kerajaan besar tersebut runtuh pada awal abad ke-18, dan pusat
kekuasaannya menjadi perebutan tiga imperium besar Asia: Kekaisaran Maratha dari
Maharashtra, Kekaisaran Afshariyah dari Persia, dan Kekaisaran Durrani dari Afghanistan.
Dinasti Mughal akhirnya benar-benar musnah setelah India jatuh ke tangan Kekaisaran Inggris
pada abad ke-19, satu-satunya imperium manusia yang mengungguli bangsa Mongol dalam hal
luas wilayah kekuasaan.

11
2.4 Dampak Invasi Mongol

Serangkaian invasi Mongol benar benar telah menimbulkan kehancuran bagi peradaban
muslim Iran. Invasi bangsa Mongol tersebut dilanjutkan dengan pembentukan sebuah
konfederasi masyarakat Asia tengah dibawah kepemimpinan Jengis Khan. Sesuai dengan garis
ketentan tuhan yang harus diyakini Mongol telah berjuang untuk menaklukan beberapa wilayah
yang ternama dan merampas Sasia Timur , tengah dan beberapa wilayah gurun eropa timur
dibawah pemerintahan mereka, hanya dalam beebrapa dekade bangsa mongol telah menguasai
seluruh Eurasia dan eropa tengah sampai ke wilayah Fasifik. Imperium yang sangat luas ini
dibagi-bagi menjadi diantara empat putra Jengis Khan, pembagian wilayah kepada empat putra
tersebut dimaksudakan untuk memperkuat sistem administrasi, sebaliknya pembagian tersebut
justru mendorong untuk terjadinya pertempuran untuk memperbutkan kekuasan diwlayah
keturunan Jengis Khan sebagai sifat dari ambiguitas yang merekat dalam konsep kekuasaan
bangsa Mongol.

Pengaruh utama bangsa mogol di Iran adalah sifatnya yang mendatangan malapetaka
dan menimbulkan suatu bencana. Penduduk dari bebrapa kota dan kampung dimusnahkan
secara sistematik.seluruh daerah menjadi tidak berpenduduik akibat dari diusuirnya para petani
dari daerah tersebut dengan dibantu oleh gelombang pasukan nomad yang berasal dari Turki
mereka mengusir para petani dari derah mereka sendiri. Rezim Mongol di Iran merupakan
sebuah negara taklukan ia dibentuk dari pasukan tunggal yang besar yang terdiri dari aristokrasi
militer kesukuan yang bersekutu dengan dinsti yang sedang berkuasa kelompok aristokrasi
memandang bahwa mereka sebagai manusia istimewa dan berhak mendominasi dan memungut
pajak pada rakyatnya.

Kontribusi bangsa mongol dalam menegakan kejayaan bangsa Iran yang paling brilian
terbukti dengan berkembangnya seni lukis dan seni ilustrasi manuskrip. Tabriz menjadi pusat
sekolah pada waktu itu. Meskipun Mongol dan Timuriyah mempertahankan sistem monarki
Iran pemerintahan mereka memperlihatkan beberapa perubahan penting dalam dalam struktur
masyarakat Iran. Invasi bangsa Mongol menampilkan perubahan demografis, ekonomi dan
peruban politik mutakhir. Pada abad 12&13 sejumlah bangsa Mongol dan Turki bermukim
dibagian barat laut Iran dan bagian timur Anatolia, dan sekitar abad 14 sejumlah besar
penduduk Turki juga tersebar dibagian Timur iran dan wilayah Oxus.

12
Beberapa institusi politik yag baru saja tiba dari Asia Tengah. Tradisi politik bangsa
Mongol dan bangsa Turki memperkaya warisan bangsa Iran dibidang institusi monarki dan
hirarki dan organisasi komunitas Islam akibat invasi bangsa Mongol yang menghancurakan
suksesi beberapa rezim yang tidak stabil dan berjatuhan , dan campur tangan kalangan
pastoralis Turki juga merangsang tumbuhnya bentuk-bentuk baru organisasi sosio keagamaan
ditengah masyarakat umum Iran.

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh bangsa Mongol selain dari yang di atas, ternyata
lebih banyak lagi daripada dampak positif yang ditimbulkan. Dampak negatif yang ditimbulkan
yaitu kehancuran yang tampak jelas dari wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota
dengan bangunan-bangunan yang indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi
banyak buku memperburuk umat Islam. Pembunuhan terhadap umat Islam yang tak berdosa.
Yang lebih fatal lagi hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyah yang di dalamnya
terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang lenyap dibakar
oleh Hulako Khan. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan.

Adapula dampak positif dengan berkuasanya dinasti Mongol setelah para pemimpinnya
memeluk agama Islam, yaitu seperti yang dilakukan oleh Ghazan Khan (1295-1304) yang
menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, walau ia pada awalnya beragama Budha

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Latar belakang terjadinya Invasi Mongol, awalnya karena terjadi peristiwa Utrar tahun
1218 dengan terbunuhnya utusan Chinggis oleh Gubernur Khawarizm yang disertai
pula oleh saudagar muslim. Peristiwa itu menyebabkan Mongol menyerbu wilayah
Islam, dan dapat menaklukan Transoxania yang merupakan wilayah Khawarizm (1219-
1220), padahal sebelumnya mereka itu justru hidup berdampingan secara damai satu
sama lain.
2. Mongol memiliki Alyasak yang ditetapkan oleh Jengis Khan isinya mengatur
kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban yang sama dengan lelaki dalam
kemiliteran. Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan baik , Jengis Khan
berusaha memperluas wilayah kekuasaan. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan
Cina kemudian ke negeri-negeri Islam.
3. Banyak akibat yang ditimbulkan dari invasi Mongol, baik yang negatif maupun yang
positif. Tetapi kebanyakan dampak yang negatif. Dampak negatif itu antara lain
kehancuran kota-kota dan perpustakaan dan yang lebih fatal lagi hancurnya kota
Baghdad yang merupakan pusat ilmu pengetahuan, menghancurkan suksesi beberapa
rezim yang stabil dan berjatuhan dan campur tangan kalangan pastoralis Turki. Adapun
dampak positifnya yaitu pada masa Ghazan khan, ia menjadikan agama Islam sebagai
agama resmi negara.

3.2 Saran
Pemakalah menyadari bahwa penyusunan makalah Invasi Bangsa Mongolia Terhadap
Islam ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan atau penyempurnaannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

F.W. Cleves. “The Mongol names and terms in the History of the Nation of the Archers by
Grigor of Akanc”. Harvard Journal of Asiatic Studies, XII, (1949), 400-43.

Man, John (2010), “Kubilai Khan. Legenda Sang Penguasa Terbesar dalam
Sejarah”.Tangerang: Alvabet.

Mukhlisin dan Nike Ardina. T.T. “Kehancuran Baghdad oleh Bangsa Mongol: Tugas Mata
Kuliah Historiografi Islam”. Jurusan Adab. Fakultas Agama Islam. Semarang:
Universitas Islam Sultan Agung.

Siregar, Hidayat. 2010. Sejarah Peradaban Islam Klasik. Bandung: Citapustaka Media
Perintis..

Yatim, Badri. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai