Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Epilepsi adalah gangguan kronis pada otak yang dapat mempengaruhi baik pria

maupun wanita pada semua usia. Kelainan ini ditandai dengan terjadinya kejang

berulang, spontan (unprovoked), dengan sifat kejang yang sama dan menyebabkan

konsekuensi neurobiologi, kognitif, psikologis, dan sosial dari kondisi ini.1,2

Diperkirakan epilepsi mempengaruhi hampir 70 juta orang di seluruh dunia.3

Meskipun pembangunan ekonomi dan perbaikan layanan kesehatan telah tejadi,

Asia dalah benua yang heterogen dan dibatasi sumber daya. Lebih separuh dari 50 juta

orang dengan epilepsi diseluruh dunia diperkirakan tinggal di Asia. Meski banyak

penelitian yang dilakukan di Asia, informasi tentang beban akibat yang ditimbulkan

oleh penyakit ini sangat jarang.4

Pada tahun 2007 Tu Luang Mac dkk, melakukan penelitian tentang

epidemiologi, etiologi dan manajemen klinis epilepsi di Asia. Hasilnya adalah tingkat

kejadian epilepsi di China rendah - dari 28,8 – 35,0 dari 100.000 orang tiap tahun pada

populasi umum. Hasil dari India lebih tinggi dan mencapai 60,0 dari 100.000 orang

tiap tahunnya. Secara keseluruhan, hasilnya tidak berbeda dari yang ada di negara maju

dimana kejadian epilepsi yang disesuaikan dengan usia adalah 24-53 per 100.000

orang tiap tahunnya.4

1
Epilepsi merupakan salah satu gangguan neurologis yang paling umum dan dapat

sangat dipengaruhi oleh perubahan fisiologis yang melekat dalam siklus reproduksi

wanita.5 Banyak wanita dengan epilepsi mengalami perubahan pada frekuensi dan

tingkat keparahan kejang pada siklus reproduksi, termasuk pubertas, selama siklus

menstruasi, masa kehamilan, dan pada saat menopause.6 Pada sebuah literatur

dikatakan bahwa epilepsi dan hormon endokrin saling mempengaruhi satu sama lain,

dimana perubahan hormonal berdampak pada epilepsi dan epilepsi berdampak pada

fungsi hormonal itu sendiri.7 Wanita dengan epilepsi mungkin memiliki pola kejang

berhubungan dengan perubahan kadar estrogen dan progesteron, dimana estrogen

merupakan prokonvulsan, sedangkan progesteron memiliki sifat antikonvulsan.8,9

Anda mungkin juga menyukai