Anda di halaman 1dari 2

BAB III

KESIMPULAN

Epilepsi merupakan salah satu gangguan neurologis yang paling umum dan dapat

sangat dipengaruhi oleh perubahan fisiologis yang melekat dalam siklus reproduksi

wanita.5 Banyak wanita dengan epilepsi mengalami perubahan pada frekuensi dan

tingkat keparahan kejang pada siklus reproduksi, termasuk pubertas, selama siklus

menstruasi, masa kehamilan, dan pada saat menopause.6

Wanita dengan epilepsi mungkin memiliki pola kejang berhubungan dengan

perubahan kadar estrogen dan progesteron, dimana estrogen merupakan prokonvulsan,

sedangkan progesteron memiliki sifat antikonvulsan.8,9 Penelitian membuktikan

adanya hubungan yang kuat antara fase dalam siklus menstruasi dengan bangkitan

epilepsi. Kebanyakan bangkitan terjadi selama periode perimenstrual ( sekitar 3 hari

sebelum menstruasi ) dan saat fase ovulasi. Bentuk kejang ini tidak ditemukan saat fase

anovulasi, dimana saat fase anovulasi perbandingan jumlah antara estrogen dan

progesteron relatif konstan.17

Untuk memilih terapi yang tepat, maka harus dipastikan secara klinis apakah

bangkitan yang terjadi memiliki hubungan dengan siklus menstruasi. Untuk

memastikaanya dilakukan dengan memperhatikan tipe kejang, frekuensi, waktu timbul

kejang, obat antiepileptik yang digunakan dan dosisnya. Wanita dengan epilepsi harus

15
memahami betul tipe epilepsi yang terjadi saat siklus menstruasi, tanggal menstruasi,

melakukan pengukuran suhu basal tubuh, obat-obat yang digunakan dan terapi

hormonal ( termasuk kontrasepsi dan terapi sulih hormon).17

16

Anda mungkin juga menyukai