Anda di halaman 1dari 44

BAB IV

RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

Hansen, Seng (2017) Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen
yang bersikan nama proyek berikut penjelasaannya berupa jenis, besar dan
lokasihnya, serta tata cara pelaksnaan, syarat-syarat pekerjaan, syarat mutu pekerjaan
dan keterangan – keterangan lain yang hanya dapat djelaskan dalam bentuk tulisan.
RKS basanya diberikan bersamaa dengan gambar yang semuanya menjelaskan
mengenai proyek yang akan dilaksanakan.
Pada umumnya RKS terdiri atas RKS administrasi dan RKS Teknis. RKS
Administratif terdiri dari persyaratan administrasi dan umum. Sedangkan RKS Teknis
terdiri dari RKS Arsitektural, RKS Struktural, dan RKS Mekanikal Elektrikal (ME).
Susunan daftar isi dalam sebuah dokumen RKS pada umumnya terdiri atas BAB-
BAB. Setiap BAB menjelaskan tentang definisi maupun kriteria persyaratan tertentu.
Dalam dokumen RKS Administrasi dan Umum, memuat persyaratan yang
berkaitan dengan pelaksana pembangunan, prinsip pembangunan, rencana anggaran
pelaksanaan, imbalan jasa / honorarium, hingga pemeriksaan dan penyerahan
bangunan serta pemeliharaan bangunan. Muatan yang terdapat di dalamnya diantara
definisi, tugas, wewenang dan tanggung jawab, dasar hukum, maupun persyaratan
yang ditetapkan pihak perencana.
Salah satu contoh dokumen RKS Administrasi dan Umum menurut Ilah
(2011), terdapat di dalamnya beberapa BAB yakni:
1. Pemberi Tugas
2. Tim Pelaksana Pembangunan
3. Dasar-Dasar Pelaksanaan
4. Sumber Pembiayaan
5. Prinsip Dasar Pembangunan
6. Etika Pembangunan
7. Persyaratan Kualifikasi Tim Pelaksana Pembangunan

47
8. Rencana Anggaran Pelaksanana
9. Jadwal Waktu Pelaksanaan
10. Pembayaran Biaya Pembangunan
11. Imbalan Jasa/ Honorarium
12. Pemeriksaan dan Penyerahan Bangunan
13. Masa Pemeliharaan
14. Penutup
Pada bagian Penutup, biasanya disebutkan bahwa persyaratan yang belum termuat
dalam dokumen RKS Administrasi dan Umum, akan diatur lebih lanjut dalam
dokumen lain sesuai dengan kesepakatan.

BAB 1
Nama Proyek Dan Lingkup Pekerjaan

1.1 Pekerjaan Yang Akan Dilaksanakan


Pembangunan Rumah Tinggal 2 antai
1.2 Sumber Dana
Sumber dana yaitu Pribadi (owner)
1.3 Alamat Proyek
Alamat proyek adalah Jl. Gadang gg 8 no.7 kota Malang
1.4 Lingkup Pekerjaan
1.4.1 Pekerjaan Sipil
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan tanah dan pasir
c. Pekerjaan pondasi
d. Pekerjaan beton
e. Pekerjaan pasangan dan plesteran
f. Pekerjaan kayu
g. Pekerjaan kaca pintu dan jendela
h. Pekerjaan baja
i. Pekerjaan penutup atap dan plafon

48
j. Pekerjaan lantai
k. Pekerjaan pengecatan dan politur
l. Pekerjaan alat penggantung dan pengunci
m. Pekerjaan luar bangunan
1.4.2 Pekerjaan Instalasi Air, Drainase dan Plambing
a. Pekerjaan instalasi air bersih
b. Pekerjaan instalasi air kotor
c. Pembuatan septic tank dan sumur resapan
d. Pembuatan bak kontrol
1.4.3 Pekerjaan Instalasi Listrik
a. Pekerjaan kabel
b. Pekerjaan stop kontak dan saklar
c. Pekerjaan pemasangan titik lampu pada instalasi listrik
d. Penyambungan ke saluran induk PLN

BAB 2
Tenaga Kerja Dan Peralatan

2.1. Tenaga Kerja


a. Tenaga Kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus sesuai dengan jenis
pekerjaan dalam artian keahlian, pengalaman serta tidak melanggar
ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia.
b. Kontraktor harus menggunakan tenaga yang ahli dalam pelaksanaan, baik
tenaga pelaksana mandor sampai ke tukang.
c. Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang site manager atau pelaksana
sebagai wakil kontraktor di lapangan.
d. Tenaga kerja pelaksana sub kontraktor (jika ada) harus dipilih yang sudah
berpengalaman dan cukup ahli di bidangnya.
e. Hubungan kontraktor dengan sub kontraktor dalam hal menyangkut secara
keseluruhan pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab kontraktor.

49
f. Klasifikasi Site Manager
1) Sarjana Teknik Sipil/ Arsitek dengan pengalaman kerja pada bidang yang
sesuai minimum 1 tahun.
2) Sarjana Muda Teknik/ Diploma III Sipil/ Arsitek dengan pengalaman
kerja pada bidang yang sesuai minimum 3 tahun.
3) SMK Bangunan dengan pengalaman kerja pada bidang yang sesuai
minimum 5 tahun.
2.2. Peralatan
2.2.1. Umum
a. Alat-alat untuk membantu pelaksanaan harus disediakan oleh
kontraktor dalam kondisi baik dan siap pakai.
b. Untuk kelancaran pekerjaan, untuk alat-alat mekanis/ mesin harap
disiapkan tenaga operator yang mampu memperbaiki apabila
mengalami gangguan operasional.
c. Peralatan yang dimaksud, dalam jumlah minimal yang harus
disediakan oleh kontraktor.
2.2.2. Pekerjaan Pengukuran
Untuk keperluan menentukan dan memeriksa letak bangunan kontraktor
harus menyediakan alat roll meter, Waterpas/selang, termasuk
perlengkapannya dalam keadaan baik dan dapat dipakai sewaktu-waktu.
2.2.3. Pekerjaan Baja
Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan baja:
1) Gunting pemotong baja
2) Peralatan las
3) Alat perangkai
2.2.4. Pekerjaan Beton
Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan beton:
1) Beton mollen minimal 1 unit.
2) Alat pemotong tulangan.
3) Alat pembengkok tulangan
4) Alat pengangkat baja profil untuk pekerjaan atap dan gording

50
2.2.5. Pekerjaan Keramik/ Porselen/ Genteng
Untuk pemotongan keramik, porselen dan genteng digunakan mesin
potong minimal 2 unit.
BAB 3
Bahan Dan Mutu Pekerjaan

3.1 Jenis dan Mutu bahan.


a. Jenis bahan diutamakan produksi dalam negeri.
b. Kontrkator dipungut biaya restribusi bahan tambang golongan C seperti
pasir, batu kali, dana kerikil sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Timur, atas penggunaan pasir, batu kali/ gunung dan kerikil/
steinslag.
3.2 Pemakaian Merk Dagang
Apabila dalam RKS hanya disebutkan satu merk dagang, bukan berarti hanya
merk tersebut yang digunakan melainkan dapat digunakan merk lain yang
sesuai dengan standart mutu dan ciri-ciri fisik yang sama.
3.3 Perubahan pemakaian merk dagang bahan.
Kontraktor dapat mengusulkan perubahan merk dagang secara tertulis apabila
ternyata merk dagang tersebut tidak terdapat di pasaran, sepanjang kontraktor
dapat membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri fisik yang dituntut RKS
dan untuk menggunakannya harus ada persetujuan dari pihak Konsultan
Pengawas dan Pengelola Poyek.
3.4 Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan
a. Secepatnya kontraktor melalui Site Manager/Pelaksana mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan dan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada
pada RKS ini, pada saat Rapat Lapangan yang pertama kali.
b. Contoh Bahan yang telah disetujui dipasang dalam gudang sementara
sebagai pedoman mutu bahan.

51
c. Apabila tanpa mengajukan contoh atau mengajukan contoh bersamaan
dengan datangnya bahan tersebut, maka Lapangan/ Direksi berhak menolak
dan mengeluarkan dari lokasi pekerjaan.
3.5 Pemeriksaan Bahan
a. Konsultan Pengawas bertugas untuk memeriksa semua jenis bahan bangunan
yang akan digunakan serta mendapat wewenang untuk menolak
penggunaanya, apabila spesifikasinya tidak memenuhi syarat yang telah
ditentukan.
b. Bahan yang didatangkan oleh Kontraktor tetapi, ditolak pemakaiannya oleh
Konsultan Pengawas maka keberadaan bahan tersebut harus segera
dikeluarkan dari lokasi proyek selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila Konsultan Pengawas berkehendak untuk memeriksa spesifikasi
bahan kepada Balai Penelitian Bahan Bangunan yang ada untuk diteliti, maka
Kontraktor bertanggung jawab untuk memfasilitasi segala hal yang
dibutuhkan untuk melakukan penelitian.
e. Konsultan Pengawas berwenang untuk mengetahui berbagai keterangan asal
bahan yang digunakan, dan kontraktor berkewajiban untuk memaparkannya
secara lengkap.

BAB 4
Peraturan Teknis Yang Digunakan Dan
Tangung Jawab Kontraktor
4.1 Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah pembangunan yang sah
berlaku di Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat yang harus ditaati selama pelaksanaan Surat Perjanjian Pekerjaan
Pemborongan adalah :
a Kepres No. 16/ 1994
b Algemene Voorwarden (A.V.) yang disyahkan dengan Keputusan
Pemerintah tanggal 28 Mei 1941 No. 9 tambahan lembaran Negara No.
1457, apabila tidak ada ketentuan lain dalam RKS ini

52
c SK SNI T-15-1991-03 tentang peraturan beton
d Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1984
e N.I 3- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) 1983
f N.I 5- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961
g N.I 8 Peraturan Semen Portland Indonesia 1973
h N.I 18- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI) 1983
i Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
j Peraturan Umum Instalasi Air Minum (AVWI)
k Pearturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas
Keselamatan Kerja No. 3 1958 dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
l Keputusan Badan Abitrase Nasional Indonesia (BANI)
m Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat yang
berkaitan dengan permasalahan bangunan.

4.2 Tanggung Jawab Kontraktor


Sesuai dengan K.U.H Perdata BAB 1609 Kontraktor bertanggungjawab 10
tahun fisik untuk segala kerusakan konstruksi yang disebabkan penggunaan
mutu bahan yang buruk atau pelaksanaan seharusnya yang menyimpang, atau
sewaktu penyelenggaraan seharusnya secara wajar kontraktor mengetahui
kapan dengan jelas dan nyata terjadi hal ikhwal yang seharusnya dijadikan
alasan untuk mengadakan perubahan penyempurnaan tetapi hal tesebut tidak
disampaikan kepada Pengelola Proyek, dengan demikian batas waktu dalam
BAB 54 A. V 1941 tidak diberlakukan.

BAB 5
Penjelasan Rks Dan Gambar
5.1 Penjelasan Gambar
a Bila terdapat perbedaan antara gambar rencanan dan gambar detail maka
yang harus diikuti adalah gambar detail.

53
b Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda,
maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
c Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik
konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk
menanyakan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis.
d Dalam hal ini terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan
keadaan di lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop
drawing) yang sesuai dengan kondisi lapangan dan mempergunakannya
dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
e Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
f Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang
dalam RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.
5.2 Penjelasan RKS
a Pada RKS tentang Syarat-syarat Teknis termuat lingkup pekerjaan,
spesifikasi bahan yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.
b Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan
jumlah sedangkan dalam RKS pada lingkup pekerjaan tercantum, maka
kontraktor terikat untuk melaksanakannya.
5.3 Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
a Berita acara rapat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) merupakan catatan
perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan dari gambar kerja dan
RKS.
b Apabila ada perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan RKS dan
gambar tidak ada dan tidak disebutkan pada Berita Acara Rapat Penjelasan
Pekerjaan (Aanwijzing), maka kontraktor dapat mengajukan penjelasan
pada saat rapat lapangan.
c Berita Acara Rapat Lapangan yang memberikan penjelasan maupun segala
keputusan rapat mengikat untuk dilaksanakan.

54
BAB 6
Pekerjaan Persiapan
6.1 Lingkup Pekerjaan
a Mengadakan komunikasi dengan instansi terkait dalam rencana
pembangunan ini.
b Mengadakan atau membangun gudang dan barak kerja dengan
perlengkapannya.
c Mengadakan tempat persiapan penimbunan dan penyimpanan bahan.
d Pengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan guna
menjamin kelancaran pekerjaan.
e Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-
ukuran lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan bangunan ini serta
memasang bouwplank.
f Menyediakan kotak PPPK dan alat pemadam kebakaran dengan
perlengkapannya.
g Membuat jalan masuk ke lokasi proyek.
h Membuat dan memasang papan nama proyek.
i Mengurus ijin bangunan.

6.2 Tata Cara Pelaksanaan


6.2.1 Hak Bekerja di Lapangan
a Lapangan pekerjaan akan diserahkan oleh Pemberi Tugas kepada
Kontraktor selama waktu pelaksanaan dan sesuai dengan keadaan
pada waktu peninjauan.
b Setiap kelambatan atas penyerahan lapangan ini dapat
dipertimbangkan oleh Pengelola Proyek sebagai perpanjangan
masa pelaksanaan pekerjaan.
6.2.2 Pembagian halaman untuk pekerjaan dan jalan masuk

55
a Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (Direksi
Keet dan gudang ) maupun tempat penimbunan bahan, maka
kontraktor harus merundingkan terlebih dahulu kepada Pengelola
Proyek tentang penggunaan halaman ini.
b Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah
pekerjaan serta akomodasi tambahan diluar daerah kerja menjadi
tanggungan kontraktor.
c Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau
bangunan lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini
kontraktor berkewajiban untuk memperbaiki kembali, selambat-
lambatnya dalam masa pemeliharaan.
6.3.3 Koordinasi dan administrasi
a Sebelum pekerjaan dimulai, maka kontraktor mengadakan
persiapan ijin dan berkoordinasi dengan Pihak proyek dan
Konsultan Pengawas.
b Pemasangan papan nama proyek dengan ukuran maupun
bentuknya akan ditentukan kemudian oleh proyek.
c Melakukan koordinasi untuk mengurus IMB, terutama
kelengkapan administratif yang akan diberikan oleh pihak
Pemberi Tigas, biaya ijin bangunan tersebut menjdai beban
kontraktor.
d Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan papan reklame
penggunaan bahan dalam bentuk apapun di lingkungan proyek ini.
6.3.4 Gudang atau Bangsal Kerja
a Kontraktor harus membuat bangsal Konsultan Pengawas seluas 4
x 6 m, berjendela cukup terang dan berventilasi baik.
b Kontraktor diwajibkan membuat gudang yang tertutup yang dapat
dikunci dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan panas,
untuk menempatkan seperti PC dan alat-alat penting dan
sebagainya.

56
c Kontraktor juga harus membuat bangsal terbuka untuk pekerja-
pekerja yang melaksanakan pekerjaan kayu dan lain-lain yang
tidak langsung dikerjakan di lapangan, supaya terhindar dari hujan
dan panas.
d Pemanfaatan bangsal Konsultan Pengawas setelah proyek ini
selesai ditentukan kemudian oleh pihak proyek.
e Segala biaya pembuatan, gudang dan bangsal kerja menjadi
tenggung jawab dan beban kontraktor.
6.3.5 Pekerjaan Pembersihan
lokasi perletakan bangunan harus bersih dari tanaman/ tumbuhan,
apabila belum bersih, maka kontraktor wajib untuk memberishkannya.
6.3.6 Pekerjaan penentuan peil Lantai
a. Unsur-unsur yang terkait untuk pengukuran dan penentuan peil lantai
adalah
1. Pihak pemilik
2. Konsultan Perencana
3. Konsultan Pengawas
4. Kontraktor
b. Dasar untuk pengukuran dan lay out bangunan adalah gambar lay out
dari konsultan perencana.
c. Peil lantai diambil dari as jalan raya.
d. Hasil penentuan peil lantai harus dibuat Berita Acara Pengukuran
yang disetujui oleh owner.

BAB 7
Rencana Kerja
7.1 Rencana Kerja
a Rencana kerja dibuat oleh kontraktor berupa bar chart, yang memuat
prestasi rencanan kerja dalam persen, dengan persetujuan dari Pemberi
Tugas, serta kontraktor wajib menggandakannya sebanyak 4 (empat) copy

57
yang masing-masing diserahkan kepada pemilik bangunan, konsultan
perencana, konsultan pengawas dan sebuah ditempel di bangsal kerja.
b Selanjutnya kontraktor harus berusaha mengikuti rencana kerja tersebut
yang menjadi dasar bagi Pengelola Proyek untuk menilai prestasi
kontraktor segala sesuatu persoalan yang berhubungan dengan kelambatan
pekerjaan.
c Pelaksanan harus membuat rencana kerja minggu pada stiap tahap
pengerjaan, palig tidak tiga hari sebelum dimulainya pelakasanaan
pekerjaan tersebut dan dilaporkan kepada Pengelola Proyek.
7.2 Pekerjaan Lembur
a Apabila kontraktor akan bekerja diluar jam kerja (lembur), maka
diwajibkan membuat surat pemberitahuan kepada Konsultan Pengawas,
maksimum 1 hari sebelum dilaksanakan pekerjaan lembur.
b Apabila tanpa pemberitahuan, dan kontraktor melakukan kerja lembur,
maka Pengawas Lapangan akan memberikan teguran secara tertulis dan
melakukan pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada jam
lembur termaksud.

BAB 8
Penjagaan

a Kontraktor wajib melakukan pengamanan barang-barang di seluruh halaman


pekerjaan bangunan, baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan
pekerjaan.hal ini berlaku pula bagi barang-barang pihak ketiga dan pihak
konsultan pengawas.
b Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun
yang sudah terpasang, tetap menjadi tanggungan kontraktor dan tidak
diperkenankan untuk diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.
c Kontraktor diharuskan melaporkan personil yang tinggal di proyek diluar jam
kerja pada petugas keamanan kompleks.

58
BAB 9
Pekerjaan Tidak Baik

9.1 Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan


a Sebelum pelaksanaan pekerjaan secara masal, dapat meminta persetujuan
hasil pekerjaan kepada Pengawas Lapangan/ Direksi.
b Agar tidak terjadi bongkar/ pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar
rencana yang tidak jelas, maka kontraktor diwajibkan menanyakan atau
membuat shop drawing kepada pengawas lapangan/ direksi untuk
menyamakan pendapat, atau apabila perlu dapat meminta konsultan
perencana, untuk mendapat jawaban yang pasti tentang perencanaannya.
c Apabila pekerjaan yang bersifat khusus, maka sebelum melaksanakan
pekerjaan, kontraktor diwajibkan membuat Surat Ijin Pelaksanaan
Pekerjaan, antara lain :
1. Pekerjaan Rangka Baja
2. Pekerjaan-pekerjaan lain yang bersifat struktural dan perlu perlakuan
khusus.
9.2 Mutu Pekerjaan
a Mutu pekerjaan yang dituntut minimal adalah memenuhi kriteria yang baik,
dipandang dari segi konstruksi maupun finishing.
b Apabila tidak memenuhi kriteria mutu yang dituntut, maka akan
dilaksanakan perbaikan sampai dengan pembongkaran pekerjaan yang
sudah dilaksanakan dengan acuan sbb
c Pekerjaan yang dibongkar, selambat-lambatnya  24 jam sesudah perintah
pembongkaran yang telah ditentukan oleh konsultan pengawas, kontraktor
diharuskan memperbaiki dan atau membuat baru semua pekerjaan yang
dinyatakan kurang/ tidak baik.
d Ongkos perbaikan dan tau pembuatan baru ini tetap menjadi tanggung
jawab kontraktor.
e Tidak ada hak pemborong untuk meminta perpanjangan waktu karena
melakukan melakukan pekerjaan tersebut dalam ayat 1, BAB ini.

59
BAB 10
Pekerjaan Tanah
10.1 Lingkup Pekerjaan
10.1.1 Pekerjaan Galian
Galian tanah pondasi, bak-bak kontrol, saluran-saluran instalasi listrik/
air, sumur, septictank, dan peresapan serta bagian-bagian yang
ditunjukkan dalam gambar.
10.1.2 Pekerjaan Urugan pada Bangunan
a Urugan tanah bekas lubang galian dan di bawah lantai untuk
peninggian permukaan.
b Urugan pasir dibawah pondasi dan lantai.
10.1.3 Pekerjaan Timbunan Tanah Diluar Bangunan
Timbunan tanah di luar seluas (P+10) x (L+10) m dengan ketinggian
peil lantai bangunan yang ditentukan.
10.2 Bahan-Bahan
10.2.1 Urugan Tanah
a Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus
dan organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau
perubahan kepadatan urugan pasir itu sendiri.
b Tanah urug dapat digunakan tanah bekas galian dengan syarat
pelaksanaan khusus.
10.2.2 Pasir Urug
Pasir urug harus berbutir halus dan bergradasi tidak seragam.
10.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
10.3.1 Pekerjaan Galian
a Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gambar, atau telah
mencapai tanah keras. Yang dimaksud dengan tanah keras adalah
tanah dengan kemampuan daya dukung 1 kg/cm2.
b Apabila sampai kedalaman tersebut pada point a, belum
mendapatkan tanah keras, maka kontraktor harus menghentikan

60
pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan Direksi dan Konsultan
Perencana untuk mendapat pemecahan sebaik-baiknya.
c Apabila di dalam melaksanakan penggalian kedalaman pada tanah
keras lebih dalam, dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai
dengan kedalaman yang dimaksud dalam gambar, mka penyesuaian
kedalaman dilakukan dengan menggunakan beton tumbuk tanpa
biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
d Pada galian tanah yang mudah longsor, kontraktor harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang penahan atau
cara lain yang disetujui Direksi.
e Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas-bekas
akar, pokok kayu, longsoran atau benda-benda yang dapat
mengganggu konstruksi pondasi.
f Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan
lain di dalam galian harus dihindarkan dari genangan air dengan
jumlah yang cukup menunjang kelancaran pekerjaan tersebut.
10.3.2 Pekerjaan Urugan/ Timbunan
a Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara setiap
lapis dengan ketebalan setiap lapisan  25 cm dan dipadatkan
dengan stamper.
b Tanah yang akan diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan
merupakan bongkahan-bongkahan tanah agar mudah dipadatkan.
c Tanah bongkahan tidak diijinkan untuk mengurug, disebabkan
apabila terkena air tanah dan terurai akan terjadi peburunan lantai.
d Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai,
kontraktor harus memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga
tidak akan terjadi penurunan lantai akibat konsolidasi urugan.

61
BAB 11
Pekerjaan Pasangan Dan Plesteran

11.1 Lingkup Pekerjaan


11.1.1 Pekerjaan Pasangan Batu Kali
a Pasangan aanstampeng di bawah pondasi batu kali sebagai landasan
pondasi.
b Pasang pondasi dan umpak batu kali dengan campuran perekat 1
PC : 4 Pasir.
11.1.2 Pekerjaan Pasangan Bata
a Pasangan batu merah trasram dilaksanakan dengan campuran 1PC :
2PS pada :
1. Semua tembok kamar mandi/ WC setinggi 1,5 m dari lantai.
2. Pasangan batu merah pada kaki bangunan.
3. Tempat-tempat lain yang senantiasa berhubungan dengan air
dan yang dianggap perlu oleh Direksi.
b Pasangan batu bata rollag, 1 PC : 4 Pasir dilaksanakan pada:
1. Alas tempat duduknya jendela.
2. Di atas ambang pintu atau jendela yang lebar bentangnya sama
atau kurang dari 1,20 meter.
c Pasangan dinding batu bata dengan campuran 1PC : 4 Pasir
dilaksanakan untuk seluruh dinding tembok yang tidak disebut
dalam butir a dan b BAB diatas.

11.1.2 Pekerjaan Plesteran


a Plesteran trasram dan benangan sudut, dengan campuran 1PC : 2
Pasir antara lain:
1. Dinding kamar mandi/ WC bagian luar yang tidak dilapis
keramik.
2. Dinding-dinding tempat cuci.
3. Kaki bangunan,plesteran plint/ kol.

62
b Plesteran dan benangan sudut beton dengan campuran 1PC : 3 Pasir
dilaksanakan pada semua pekerjaan beton yang tampak.
c Plesteran dinding bata dengan campuran 1PC : 3 pasir dilaksanakan
pada semua dinding batu merah yang tidak disebutkan pada ayat a.1
dan a.2 diatas.
d Benangan sudut, dengan campuran 1 PC : 2 Pasir selebar 5 cm dari
sudut pasangan tembok dan beton yang dimaksudkan diatas.
e Acian dengan menggunakan air PC, setelah agak kering, permukaan
acian digosok dengan kertas semen.
11.2 Bahan-Bahan
11.2.1 Batu Kali
a Batu kali adalah dengan ukuran 5/20, utuh tidak porous.
b Apabila merupakan batu yang dipecah harus bersudut runcing dan
tajam.
11.2.2 Batu bata
a Batu merah harus berkualitas baik, ukuran minimal sesuai dengan
yang ada dipasaran.
b Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar,
padat dan tidak menunjukkan retak-retak.
c Kuat tekan minimal 30kg/cm2, hasil pembakaran kayu.
d Apabila dilakukan pemeriksaan dengan menggoreskan ujungnya
pada rusuk yang panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang 1
meter, maka panjangnya berkurang akibat aus maksimum 1 cm.
11.2.3 Semen Portland (PC)
Semen portland harus menggunakan semen gresik, tiga roda, semen
pedang atau merk lain yang sekualitas dan yang digunakan harus satu
jenis merk pabrik.
11.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
11.3.1 Pasangan Pondasi Batu Kali

63
a Setelah pasir urugan diatas tanah galian mencapai kepadatan yang
diisyaratkan, dan tebalnya telah diukur sesuai dengan rencana, maka
dapat di pasang aanstampeng.
b Pasangan aanstampeng harus saling mengisi antara batu kali,
sehingga merupakan landasan batu kali yang utuh dan padat.
c Kemudian rongga-rongga antara batu kali pada aanstampeng diisi
pasir urug dan diberi air hingga padat.
d Pondasi batu kali dipasang diatas aanstampeng dengan bentuk dan
ukuran sesuai gambar.
e Sebelum dipasang batu untuk pondasi harus dibasahi dengan air
secukupnya sehingga dapat melekat dengan sempurna.
f Untuk patokan bentuk pasangan batu pondasi harus dipasang profil-
profil dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan
memanjang lebih besar dari 8 meter, sehingga tarikan benang untuk
patokan memanjang tidak melendut yang berakibat pasangan tidak
rata.
g Pasangan pondasi yang tampak di luar tanah, permukan pondasi
harus diberapen.

11.3.2 Pasangan Bata


a Batu merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak boleh melebihi
20% dari jumlah batu merah yang utuh.
b Pasangan tembok batu merah harus dipasang dengan hubungan
(verband) yang baik tegak lurus siku dan rata. Tinggi pasangan
tembok ½ batu hanya diperbolehkan maksimum tinggi 1 meter
untuk setiap hari kerja.
c Semua voeg/ siar diantara pasangan batu pada hari pemasangan
harus dikeruk yang rapi.
d Pemasangan perancah (andang-andang) tidak boleh dipasang
dengan menembus tembok.

64
e Sebelum dipasang bata harus dibasahi dengan air seculupnya
sehingga dapat melekat dengan sempurna.
f Untuk patokan bentuk pasangan batu merah harus dipasang profil-
profil dari bambu atau kayu pada setiap 3 meter pada pemasangan
memanjang lebih besar dari 8 meter, sehingga tarikan benang untuk
patokan memanjang tidak melendut yang berakibat pasang tidak
rata.
g Untuk pasangan setengah batu yang luasnya lebih dari 12 m2 tanpa
adanya pertemuan dinding, apabila tidak tergambar, harus dipasang
kolom praktis dari beton apabila dengan sistem kerangka beton.
11.3.2 Plesteran
a Untuk plesteran beton, sebelum plesteran dilaksanakan maka
permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar terlebih
dahulu (dilukai) dengan betel dan kemudian dibersihkan dan disaput
dengan air semen.
b Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan
instalasi air/ listrik sudah terpasang.
c Seluruh permukaan dinding tembok yang akan diplester harus
dibasahi/ disiram dengan air bersih terlebih dahulu sampai rata.
Serta dinding yang sudah diplester harus selalu dibasahi sekurang-
kurangnya dalam 7 (tujuh) hari. Hal ini dilaksanakan untuk
mencegah pengeringan plesteran sebelum waktunya.
d Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran
dinding tembok harus rata, harus merupakan satu bidang tegak lurus
dan siku, pekerjaan plesteran yang sudah selesai harus bebas dari
retak-retak/ noda-noda dan cacat lainnya.
e Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimum 1 cm,
maksimal 2 cm.
f Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan pekerjaan
pemasangan instalasi listrik, instalasi air maupun instalasi lain yang
terletak dibawah plesteran.

65
g Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, penyelesaian akhir
sebelum diaci, dan dalam keadaan setengah kering digosok dengan
kertas semen.

BAB 12
Pekerjaan Beton
12.1 Lingkup Pekerjaan
12.1.1 Campuran 1PC : 2Ps : 3Kr (pecah tangan atau pecah mesin)
Untuk pekerjaan beton tidak bertulang seperti lantai kerja untuk pondasi
beton, beton rabat dan beton tumbuk.
12.1.2 Pekerjaan Beton Struktural
Pekerjaan beton struktural, kolom struktur, konsol, balok, dan lain-
lainnya, dalam arti pekerjaan beton yang bukan praktis dengan
pengawasan ketat dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang
tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03, serta pengawasan yang ketat
terhadap mutu.
12.2 Bahan-Bahan
12.2.1 Umum
Bahan-bahan campuran beton berupa PC, agregat halus/ kasar,
kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu contoh-contoh yang
memenuhi syarat-syarat dari berbagai sumber (tempat pengambilan).
12.2.2 Semen Portland (PC)
a Semen portland yang dipakai harus dari 1 jenis menurut Peraturan
Semen Portland Indonesia 1972 (NI 8) yaitu semen gresik, tiga roda,
serta semen padang atau merk lain dengan persetujuan tertulis
direksi.
b Satu komponen tidak boleh dikerjakan dengan lebih dari satu merk
semen. Untuk maksud penggunaan merk yang berbeda dengan yang
sudah dilaksanakan harus diadakan test ulang sesuai dengan
prosedur untuk itu.

66
12.2.3 Agregat Halus (Pasir)
a Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami atau pasir
buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, asal memenuhi
BAB 1.3.3 SK SNI T-15-1991-03.
b Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras serta
bersifat kekal.
c Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur
lebih 5% (terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.
d Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
12.2.4 Agregat Kasar
a Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah
alami, maupun buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu
asal memenuhi BAB 1.3.4 SK SNI T-15-1991-03.
b Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori serta bersifat kekal.
c Bila mengandung butir0butir yang pisah jumlah beratnya tidak
boleh melampaui 20%.
d Agregat juga tidak boleh kotor dengan kandungan lumpur
maksimum 1%, bila melebihi maka agregat kasar harus dicuci.
e Selain tidak boleh mengandung lumpur juga tidak boleh
mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat reaktif
alkali.
f Gradas agregat kasar diisyaratkan memenuhi SK SNI T-15-1991-03.
g Ukuran butir agregat maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak
terkecil antara bidang-bidang sepanjang dari cetakan, 1/3 dari tebal
plat atau ¾ dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau
berkas-berkas tulangan.
12.2.5 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton-beton harus air bersih (yang
dapat diminum) dan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkohol,

67
garam-garam dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton/ tulangan
baja.
12.2.6 Baja Tulangan
a. Mutu Baja Tulangan
1. Baja tulangan yang dipakai untuk tulangan utama balok induk,
kolom utama dan balok anak dan baja polos dengan tegangan ijin
250 Fy menurut PPBBI 1987. Merek krakatau steel.
2. Sebagai kontrol terhadap baja tulangan, maka kontraktor harus
memeriksakan ke lembaga Penerbitan Bahan yang diakui, atas
biaya kontraktor.
3. Hasil dari pengujian berupa laporan tertulis dilengkapi grafik
regangan dan tegangan.
b. Dimensi Besi Tulangan
1. Ukuran baja tulang harus seperti dalam gambar.
2. Penggantian dengan diameter lain hanya diperkenankan atas
persetujuan tertulis oleh direksi.
3. Bila penggantian dapat disetujui, maka luas penampang besi
pengganti tidak diijinkan kurang dari dimensi tulang yang yang
direncanakan, baik dalam gambar maupun dalam perhitungan.
4. Segala biaya tambah akibat penggantian dimensi tulang menjadi
dimensi baru, sejauh bukan kesalahan perencanaan, adalah
tanggungan kontraktor.
c. Penyimpanan Besi Tulangan
1. Semua besi tulang beton, harus disimpan pada tempat yang telah
ditentukan dengan memisahkan setiap ukuran tulang agar mudah
dikenali setiap dimensi tulangnya, baik sebelum dilakukan
pemotongan dan pembengkokan dan sesudahnya, dalam keadaan
siap dirakit.
2. Penyimpanan tulangan dijaga agar tidak terjadi pengrusakan besi
akibat pengaruh dari garam kuat, udara lembab atau terkena
minyak.

68
12.2.7 Bahan Kimia Pembantu
a Pemakaian bahan kimia pembantu apabila tidak secara nyata
tercantum pada RKS atau pada gambar, wajib meminta ijin secara
tertulis kepada direksi untuk mendapatkan ijin.
b Apabila kontraktor mendapat ijin mrnggunakan bahan kimia
pembantu, maka penggunaannya harus disertai alasan dan bukti
manfaatnya, disertai dengan brosur dan hasil mix design.
c Penggunaannya harus sesuai petunjuk teknik dari pabrik selama
bahan-bahan pembantu ini digunakan, maka harus diadakan
pengawasan yang cermat.
d Pemakaian bahan pembantu tidak boleh menyebabkan dikuranginya
volume semen dalam adukan.
12.2.8 Bekisting
a Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat SK SNI T-15-
1991-03.
b Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup
kering dengan tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks
dengan tebal minimum 12 mm.
c Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai
penyokong,penyangga maupun pengikat, sehingga mampu
mendukung tekanan beton pada saat pengecoran sampai selesai
proses pengikatan.
12.2.9 Adukan (Spesi) Beton
a Spesi beton adalah campuran dengan perbandingan tertentu antara
PC, pasir dengan kerikil dan air untuk mendapatkan bahan pembalut
tulangan beton.
b Adukan beton dihasilkan dari mesin pengaduk mekanis, selanjutnya
dipadatkan pada cetakan atau bekisting untuk membentuk struktur
beton yang diinginkan.

69
12.2.10 Ready Mix
a Yang dimaksud dengan ready mix adalah pencampuran spesi beton
dari pabrik dengan perbandingan berat campuran menggunakan
beton mixing plant engan mutu seperti yang diisyaratkan.
b Pada pengecoran plat dan balok lantai 1 dan 2 diwaibkan
menggunakan ready mix, guna mendapatkan mutu yang baik.
c Pada pekerjaan pondasi, kolom struktur maupun beton lainnya,
kontraktor diijinkan menggunakan campuran yang dibuat sendiri.
d Persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton dengan ready mix sama
dengan persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton yang digunakan.
12.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
12.3.1 Lapisan Penutup Beton
a Tebalnya lapisan penutup beton harus mendapat persetujuan direksi
dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan menurut SK SNI T-15-
1991-03.
b Untuk mendapatkan lapisan penutp beton yang seragam maka harus
dibuat beton ganjal tulangan/ beton blok persegi yang dapat diikat
pada baja tulangan dengan mutu perekat yang sama dengan suatu
batas yang dicor.
12.3.2 Penulangan
a. Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan
1. Kontraktor diahruskan membuat gambar detail pemotongan baja
tulangan dengan berpedoman kepada gambar-gambar beton yang
sesuai dengan ketentuan SK SNI T-15-1991-03.
2. Gambar-gambar detail setelah disetujui direksi mengikat untuk
dilaksanakan.
3. Baja tulangan dibengkok atau diluruskan dalam keadaan dingin,
kecuali pemanasannya diizinkan oleh direksi.
4. Pembengkokan atau meluruskan baja tulangan tidak boleh dengan
cara-cara yang merusak tulangan.
b. Pemasangan baja tulangan

70
1. Tulangan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran yang
terdapat dalam gambar beton, sedemikian rupa hingga sebelum
dan selama pengecoran letaknya tidak berubah.
2. Jarak tulangan balok/ kolom harap diperhitungkan agar agregat
kasar dapat masuk. Apabila ternyata hal tersebut tidak terpenuhi,
maka pemasangan tulangan diatur sedemikian rupa agar agregat
kasar dapat lolos.
12.3.3 Bekisting
a. Umum
1. Ukuran dalam bekisting jadi adalah ukuran jadi beton sesuai
dengan ukuran yang ditentukan dalam gambar.
2. Bekisting harus diperkuat sedemikian rupa, sehingga tidak bocor/
pecah pada saat mendapat tekanan spesi.
3. Sebelum pengecoran, bekisting harus dibersihkan dari kotoran,
serbuk gergaji, kawat ikat, kemudian bekisting dibasahi air sampai
jenuh.
4. Bagian-bagian bekisting yang berlubang, khususnya sambungan
papan, ditutup rapat.
b. Kolom
1. Bekisting kolom dapat dibuat untuk satu kolom, atau dengan cara
pengecoran bertahap.
2. Bekisting kolom harus tegak lurus keatas, dengan pemeriksaan
menggunakan untuing-unting atau teodolith.
3. Hubungan horisontal antara kolom harus lurus kemudian diikat
dengan kaso 5/7 antara sesama bekisting.
4. Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan terluar
dipasang pengganjal yang diikat pada tulangan tersebut, agar
tulangan tidak melekat pada bekisting.
c. Perancah Balok dan Plat

71
1. Perancah balok/ plat dipasang apabila tanah landasan telah
dipadatkan, agar pada saat pelaksanaan pengecoran tidak terjadi
penurunan.
2. Kaki perancah dilandasi dengan papan kelas II, sehingga
menjadikan beban merata pada tanah dasar perancah.
3. Tinggi perancah disesuaikan dengan tinggi antar lantai pada
gambar.
4. Perancah diiakt satu dengan lainnya dengan reng 2/3 atau bambu.
5. Setelah perancah kuat, maka pemasangan bekisting balok/plat
dapat dilaksanakan.
6. Perancah yang menggunakan scafolding, harap memperbaiki
perkuatan scafolding tersebut antara satu dengan yang lain.
7. Pada penggunaan ready mix, mengingat bekisting akan menerima
beban lebih berat akibat menumpuknya adukan beton yang
dituang dari concrete pump unit, maka konstruksi penunjang
bekisting harus lebih kuat.
12.3.4 Ijin Direksi
a Sebelum pengecoran beton yang bersifat struktural, selambat-
lambatnya 5 hari sebelum pelaksanaan pengecoran, maka kontraktor
diwajibkan untuk mengirim surat ijin pengecoran kepada direksi.
b Apabila waktu pelaksanaan pekerjaan pengecoran melewati jam
kerja normal (lembur), maka kontraktor diwajibkan untuk
mengajukan surat pemberitahuan lembur kerja kepada direksi/
pengawas, tembusan kepada pemimpin proyek.
c Selambat-lambatnya 2 hari sebelum pelaksanaan pengecoran sesuai
dengan surat ijin pengecoran, maka direksi/ pengawas akan
melakukan pemeriksaan.
d Apabila atas pemeriksaan dari direksi, bahwa segala sesuatunya
siap, maka direksi dapat mengijinkan pelaksanaan pengecoran
sesuai dengan rencana pelaksanaan, dengan menulis pada buku
direksi.

72
e Direksi dapat menolak untuk memberi ijin selama hasil pemeriksaan
masih memerlukan perrrbaikan atau dinilai belum siap untuk
melaksanakan pengecoran.
12.3.5 Pelaksanaan Pengecoran
a Pengecoran
Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan perawatan
beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di dalam PBI
1971 BAB 6.1 s/d 6.6.
b. Pengadukan Campuran Beton
Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin
pengaduk beton (beton mollen) yang bekerja baik. Pemberhentian
pengadukan dilakukan bila adukan sudah rata/ homogen.
c. Penuangan adukan beton pada bekisting
1. Penuangan adukan pada plat atau balok diusahakan tidak terjadi
segregasi.
2. Penuangan pada pengecoran kolom jangan terlalu tinggi,
sehingga tejadi penguraian campuran. Apabila terpaksa dapat
dilakukan dengan membuat lubang-lubang pada bagian tertentu
untuk penulangan campuran beton.
12.3.6 Penghentian Pengecoran
Penghentian pengecoran hanya dilakukan pada tempat-tempat yang
telah disetujui oleh direksi di dalam pola rencana pengecoran.
12.3.7 Perawatan Beton
a Pada konstruksi beton yang baru dicor harus dijaga terhadap
pengruh-pengaruh getaran dsb. Yang akan dapat mempengaruhi
proses pengikatan beton.
b Permukaan beton harus dilandasi dari pengeringan yang terlalu
cepat dan atau tidak merata, dengan cara disiram atau ditutup
karung goni yang dibasahi selama 14 (empat belas) hari.

73
12.3.8 Pembongkaran bekisting
a Bekisting hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut
telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri,
dan beban pelaksanaan yang bekerja padanya.
b Pembongkaran tersebut harus mendapat persetujuan dari pengawas
ahli.
c Bagian-bagian konstruksi dimana terjadi sarang-sarang kerikil harus
diperbaiki dengan penuh keahlian

BAB 13
Pekerjaan Lantai/ Pelapis Dinding

13.1 Lingkup Pekerjaan


13.1.1 Pasang Lantai
a Pemasangan keramik 40 x 40 cm untuk seluruh banguan dalam/
luar bangunan yang tidak disebutkan lain. Merek Asia tile.
b Pemasangan lantai keramik porselen 15 x 15 cm untuk kamar
mandi/ WC. Merek Asia tile.
13.2 Bahan-Bahan
13.2.1 Umum
a Warna yang belum ditentukan dalam RKS atau mendapat perubahan
ditentukan kemudian oleh Pemimpin proyek.
b Segala persetujuan pemimpin proyek/ direksi secara tertulis.
13.2.2 Bahan keramik
a Sebelum mendatangkan bahan kontraktor harus mengajukan contoh
bahan terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
b Warna yang belum ditentukan dalam RKS atau mendapat perubahan
ditentukan kemudian oleh pemimpin proyek.

74
13.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
13.3.1 Umum
a Pengecoran nat setelah pemasangan berlangsung 3 (tiga) hari atau
setelah pasangan lantai keramik cukup kuat, dengan persetujuan
direksi/ pengawas.
b Nat lantai keramik harus lurus dan bersilangan saling tegak lurus.
c Pada daerah tepi yang memerlukan potongan-potongan, maka
pemotongan harus digunakan mesin pemotong, kemudian tepi yang
terpotong harus dihaluskan.
d Keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air sampai jenuh.
13.3.2 Spesi Pemasangan
a Seluruh lantai keramik dipasang dengan perekat 1PC : 3 Pasir.
b Kecuali pada kamar mandi/ WC pemasangan lantai keramik dengan
perekat 1 PC : 2Pasir.
13.3.3 Pemasangan Lantai Keramik
Pada ruang-ruang bukan kamar mandi/ WC, diatas plat beton dapat
dilapisi plat tipis.

BAB 14
Pekerjaan Pintu/ Jendela
14.1 Lingkup Pekerjaan
a Pembuatan dan pasang kusen. Kayu meranti kelas I
b Pembuatan dan pasang daun pintu dan daun jendela. Kayu meranti kelas I
14.2 Bahan-bahan
a Panil daun pintu
Panil daun pintu dari bahan kayu meranti dengan tebal 1 cm kering oven.
b Slimar daun-daun pintu
1. Bahan slimar dari kayu meranti.
2. Slimar daun pintu kayu mranti seluruhnya 3,5/ 10 cm.
3. Slimar daun pintu panil bagian bawah ukuran 3,5/20 cm. Bagian yang
lain 3,5/10 cm.

75
14.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan
a Semua sambungan kayu dilaksanakan sesuai dengan detail, dikerjakan
dengan benar dan rapi.
b Untuk alat sambungnya dapat digunakan pasak bambu dan paku.
c Ambang tegak kusen yang menempel dinding harus dipasang angkar dari
besi 8 mm dengan panjang dan banyaknya sesuai dengan gambar kerja.
d Semua pekerjaan kayu harus dimeni terlebih dahulu sebelum dilakukan
finishing.
e Pemasangan kaca pada daun jendela dilakukan jika telah dirasakan aman
dari gangguan pekerjaan.
f Pada setiap kaki kusen dipasang nuet dengan campuran 1PC : 2 Pasir
setinggi 15 cm.
g Untuk dook digunakan besi 2  8 mm.

BAB 15
Pekerjaan Konstruksi Penahan Atap

15.1 Lingkup Pekerjaan


a Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dari gewel
b Pemasangan gording dari bahan kayu kruing, dengan ukuran sesuai dengan
gambar rencana.
15.2 Bahan-Bahan
15.2.1 Umum
a Mutu kayu yang digunakan yaitu kelas I.
b Alat sambung yang digunakan yaitu baut no. 17 dan plat besi tebal 5
mm dan lebar 4 cm dengan tegangan ijn min = 240 Mpa.
15.2.2 Rangka Atap
a Rangka atap utama dengan konstruksi rangka batang menggunakan
kayu kruing dengan ukuran sesuai dengan gambar.
b Gording dari kayu kruing dengan ukuran sesuai dengan gambar.
15.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan

76
15.3.1 Umum
a Semua detail harus dilaksanakan dengan teliti, sesuai dengan
gambar rencana.
b Apabila gambar kurang jelas, maka kontraktor diwajibkan membuat
shop drawing. Dengan persetujuan Direksi shop drawing digunakan
sebagai dasar pelaksanaan.
c Karena pengerjaan yang tidak tepat, penyambunagn dan
pemasangan tidak diijinkan menggunakan bahan pengisi, kecuali
dinyatakan dalam gambar.
d Pemotongan dengan gergaji diwajibkan menggunakan peralatan
yang standar.
e Apabila diperlukan, dapat dilakukan pelurusan bantang yang
dikerjakan dengan sistem mekanis,
a Sambungan dengan baut
1. Lubang baut untuk sambungan harus dibor.
2. Selisih diameter baut dengan diameter lubang tidak boleh lebih
besar dari 1 mm.
b Pelaksanaan pekerjaan harus merupakan hasil yang bermutu baik,
bebas dari cacat kayu.
15.3.3 Pemasangan dan Pengangkatan
a Konstruksi beton yang akan menjadi tumpuan rangka atap, maka
umur beton diperkirakan cukup dari saat pengecoran, dan
dinyatakan layak untuk dibebani oleh pengawas.
b Kuda-kuda baja harus diangkat dengan baik, agar tidak terjadi
puntiran-puntiran pada waktu pengangkatan.
c Digunakan ikatan sementara pada saat pelaksanaan pengangkatan
dan pemasangan kuda-kuda, dan akan dilepas setelah diberikan
pengikatan yang tetap.
d Konstruksi rangka atap yang dpasang harus koplanar, sesuai dengan
gambar rencana.

77
e Pelapisan permukaan kayu dengan anti seragga dapat dilaksanakan
sebelum atau sesudah pemasangan.

BAB 16
Pekerjaan Atap
16.1 Lingkup Pekerjaan
a Pasang kuda-kuda gewel dan gording. kayu meranti kelas I.
b Pasang penutup atap.
16.2 Bahan-Bahan
16.2.1 Kuda-kuda dan Gording
a Kuda-kuda gewel
b Gording kayu merati kelas I.
16.2.2 Genteng dan Bubungan
a Genteng karangpilang ex trenggalek dan bubungan genteng press ex
trenggalek.
b Model genteng dan bubungan type press dengan warna alami
pembakaran.
16.3 Syarat-syarat pemasangan.
16.3.1 Pasang usuk dan reng
a Usuk dipasang dengan jarak as ke as max. 50cm.
b Setelah usuk terpasang, bagian terakhir rangka atap adalah reng,
yang dipasang dengan jarak reng sesuai dengan spesifikasi genteng.
c Setiap selesai pemasangan usuk maupun reng dilakukan
pemeriksaan kerataan permukaan.
d Pemeriksaan kerataan permukaan dengan cara menarik benang
menyilang dari sudut-kesudut dengan arah diagonal.
e Apabila ada bagian-bagian yang tidak rata, maka dilakukan
perbaikan.
f Usuk dan reng harus diawtkan dengan ter atau residu.

78
16.3.2 Pasang atap genteng
a Atap genteng yang dipasang harus rata permukaannya dan lurus
sambungnnya.
b Apabila terjadi tidak rata atau tidak rapi, maka harus dirapikan.
c Bubungan dipasang setelah papan reuter, dengan baik dan kokoh.
d Pemasangan bubungan harus merupakan garis lurus.

BAB 17
Pekerjaan Langit-Langit

17.1 Lingkup Pekerjaan


17.1.1 Rangka Plafon
pemasangan penggantung langit-langitsesuai dengan ukuran plafon
yang direncanakan.
17.1.2 Penutup langit-langit
Pemasangan plafon asbes datar ukuran 100 x 100 cm pada bagian-
bagian yang telah ditentukan dalam gambar.
17.2 Bahan-bahan
17.2.1 Bahan penggantung plafon
a Semua kayu penggantung langit-langit dari kayu kruing.
b Ukuran kayu untuk balok nok, balok tembok, gording, jurai 8/12
cm.
17.2.2 Bahan Plafon
asbes datar dengan ukuran 100 x 100 cm tebal 5 mm atau sekualitas.
17.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
17.3.1 Penggantung plafon
a Untuk mendapatkan bidang langit-langit yang rapi dan rata, maka
bidang kayu bagian bawah kayu penggantung harus diketam hingga
rata.
b Tiap sambungan persilangan harus diberi klos-klos tumpuan dari
kayu 2/3, panjang 1,5 lebar balok.

79
c Apabila dalam gambar tidak tercantum, maka pada arah sisi pendek
setiap ruangan, setiap luasan 9 m2 dipasang balok induk kayu
meranti merah ukuran 6/10 cm.
d Permukaan bawah rangka plafon harus rata.
17.3.2 Pemasangan plafon
a Setelah permukaan yang akan dipasang plafon diperiksa, maka
pemasangan penutup plafon dapat dilaksanakan.
b Pemasangan plafon diberi nat 5 mm.
c Guna mendapatkan nat yang lurus dan rata harus diratakan terlebih
dahulu.

BAB 18
Alat Penggantung/ Pengunci, Besi Dan Kaca

18.1 Lingkup Pekerjaan


18.1.1 Pekerjaan Pintu
a Setiap daun pintu dipasang 2 (dua) buah engsel Falco tebal 3 mm
mutu baik.
b Setiap pintu ruangan maupun pintu utama diapasang kunci grendel
tanam.
18.1.2 Pekerjaan jendela
Pekerjaan jendela menggunakan jendela kaca dan jalusi jendela.
18.1.3 Pekerjaan kaca
a Pemasangan kaca pada daun jendela kaca bening tebal 5 mm.
b Semua ukuran dan tebal kaca disesuaikan dengan gambar detail.

80
18.2 Bahan-bahan
18.2.1 Umum
a Sebelum kontraktor mendatangkan bahan supaya mengajukan
contoh bahan terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari
direksi.
b Persetujuan direksi berupa kwalitas, mutu,merk berlaku, sesuai
brosur atau sesuai persetujuan Direksi berdasarkan RKS.
18.2.2 Pekerjaan daun pintu panil
a Engsel besi berkualitas baik menggunakan merk Falco.
b Kunci grendel tanam merk Majesty untuk pintu-pintu ruangan.
18.2.3 Bahan Kaca
a Kaca yang digunakan harus bersih tidak cacat dan tidak
bergelombang buatan dalam negeri berkualitas baik.
b Kaca menggunakan kaca bening 5 mm.
18.3 Syarat-syarat pelaksanaan
18.3.1 Daun pintu panil
a Semua pemasangan engsel harus rapi sehingga pintu secara
fungsional dapat ditutup dan dibuka dengan mudah dan ringan.
b Pemasangan kunci/ vybrezet/ grendel tanam harus rapi dan mudah
dioperasikan.
c Sekrup-sekrup engsel, kunci dan lain-lain harus rata pada
permukaan pintu.
18.3.2 Kaca
a Pemasangan kaca pada daun pintu panil harus menggunakan list
kayu, bentuk dan ukuran sesuai gambar.
b Pemasangan kaca pada slimar sedemikian rupa agar kaca
mempunyai ruang muai/ susut.

81
BAB 19
Pekerjaan Pengecatan

19.1 Lingkup Pekerjaan.


a Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga, bahan-bahan dan peralatan yang
dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini, serta mencapai hasil yang baik.
b Pekerjaan pengecatan meliputi pengecatan dinding, langit-langit, dan kayu.
c Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada gambar dan detill yang
disebutkan/ditunjukkan dalam daftar finishing bahan.
19.2 Persyaratan Bahan.
a Cat tembok menggunakan cat merk Avitex atau yang sekualitas.
b.Cat kayu menggunakan merk Emco atau yang sekualitas.
19.3 Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Kayu kusen, daun pintu dan jendela sebelum dicat harus dimeni, diplamir,
dan digosok secara rata dan tampak halus
b. Dinding yang akan dicat harus diplamir dahulu hingga rata dan digosok
hingga tampak halus.
c. Setelah proses plamir dinding di cat secara merata sehingga seluruh
permukaan dinding tertutup dengan lapisan cat.

19.4 Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.


a Cat yang dikirim ke lokasi pelaksanaan harus dalam keadaan tertutup, atau
kantong yang masih disegel dan berlabel dari pabrik, bertuliskan tipe dan
tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
b Bahan-bahan diletakkan ditempat yang kering berventilasi baik, terlindung dan
bersih.
c Pihak 2 bertangggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik
sebelum maupun selama pelaksanaan.
d Bila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya, bahan rusak dan hilang, pihak 2
harus menggantinya.

82
BAB 20
Pekerjaan Instalasi Listrik

20.1 Lingkup Pekerjaan Listrik.


a Pekerjaan yang termasuk pekerjaan instalasi ini merupakan pekerjaan seluruh
sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan
sempurna dan aman.
b Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan pertama
(serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah dapat
dipergunakan.
20.2 Kabel Daya.
20.2.1 Instalasi dan pemasangan kabel.
a. Bahan.
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan SII dan SPLN. Semua kabel harus baru dan
harus jelas ukuran, jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 6 mm2 keatas harus jenis pilin
(stranded) dan instalasi tidak boleh memakai kabel dengan
penampang lebih lecil dari 2,5 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari
tipe:
(i). Untuk instalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit
pipa PVC.
(ii). Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan penerangan taman
dengan mengunakan kabel NYFGBY.
Semua kabel NYA yang ditanam di dalam perkerasan (tembok, jalan,
beton dll) harus berada didalam conduit PVC kelas AW yang
disesuaikan dengan ukurannya, dan harus diklem.
b. Splite/pencabangan.

83
(i). Tidak diperkenankan adanya “splite” pencabangan ataupun
sambungan-sambungan baik dalam feeder maupun cabang-
cabang, kecuali pada outlet atau pada kotak-kotak penghubung
yang bisa dipakai.
(ii). Semua sambungan kabel baik didalam junction box, panel
ataupun tempat lainnya harus mempergunakan connector yang
terbuat dari lembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelit
ataupun PVC, yang diameternya di sesuaikan dengan diameter
kabel.
c. Bahan isolasi.
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, conection dan lain-lain
seperti karet, PVC asbes tape sintetis, resin, splice case, composit dan
lain-lain harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaa dan lainnya
harus dipasang memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau menurut
anjuran yang ada.
d. Penyambungan kabel.
(i). Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-
kotak penyambungan yang sudah ditentukan (misalnya junction
box).
(ii). Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama
masing-masing, serta sebelum dan sesudah penyambungan
harus dilakukan pengetesan tahanan isolasi
(iii). Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan dan
dilapisi dengan timah putih dan kuat.
(iv). Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi
dengan pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
20.2.2 Penerangan dan Stop Kontak.
a. Lampu dan Armatur.
1. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).

84
2. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal box
harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ditimbulkan tidak menggangu kelangsung kerja dan unsur teknis
komponen lampu itu sendiri.
3. Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel dalam
box harus diberikan saluran klem-klem tersendiri, sehingga tidak
menempel pada balast atau kapasitor.
4. Box terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di cat oven warna putih.
5. Ballast harus dari jenis “low loss ballast” dan harus dapat
dipergunakan single lampu balast (satu lampu flourentscent).
b. Stop Kontak Biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di dinding adalah
stop kontak satu phasa, rating 250 volt, 13 ampere,.
c. Stop Kontak Khusus (SKK).
Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu phasa,
untuk pemasangan rata dinding dengan ketinggian 120 cm diatas
lantai, SKK harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
d. Saklar Dinding.
Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe in bouw
dengan rating 250 volt, 10 ampere, single gang, double gang.
e. Junction Box Untuk Saklar dan Stop Kontak.
1. Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman tidak
kurang dari 35 mm.
2. Kontak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.
3. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada juction box
dengan menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
f. Kabel Instalasi.
1. Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan dari instalasi
stop kontak harus dari kabel inti tembaga dengan insulasi PVC,
satu inti atau lebih (kabel jenis NYM).

85
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2.
3. Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL
sebagai berikut :
(i). Fasa 1 : Merah
(ii).Fasa 2 : Kuning
(iii). Fasa 3 : Hitam
(iv). Netral : Biru
(v). Tanah (ground) : hijau-kuning

g. Pipa Instalasi Pelindung Kabel.


1. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa
PVC klas AW atau GIP.
2. Pipa, elbow, socket, junction box, klem dan accessories lainnya
harus sesuai antara satu dengan yang lainnya, yaitu dengan
diameter minimal ¾“.

BAB 21
Pekerjaan Plambing

21.1 Lingkup Pekerjaan


21.1.1Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Bersih.
a Pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna unit-unit
peralatan utama yang diperlukan dalam sistem penyediaan air bersih
yaitu instalasi pipa beserta alat bantunya.
b Pengadaan dan pemasangan kran-kran air terdapat di washtafel.
c Pemasangan dan pengujian pipa-pipa distribusi kesetiap peralatan
sanitasi dan lain-lain seperti tercantum dalam gambar.

86
d Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan baik oleh bobokan-
bobokan, galian-galian maupun oleh kecerobohan para pekerja.
e Pengujian terhadap kebocoran dan tekanan dari sistem plambing air
bersih secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai sistem
berjalan baik sesuai dikehendaki yaitu suatu sistem instalasi yang
sempurna dan terpadu.
f Sebelum sistem penyediaan air bersih atau bagian dari sistem ini dipakai
harus dilakukan cara pengurasan yaitu air yang ada dalam sistem dibuang
lebih dahulu.
g Lingkup Pekerjaan Instalasi Air Kotor.
h Pengadaan dan pemasangan pipa beserta perlengkapannya yang
diperlukan dalam sistem pembuangan, dan semua alat sanitasi yang ada
sampai penyaluran akhir.
i Pengadaan dan pemasangan pipa dari alat sanitasi sampai keseluruh
jaringan air buangan (riol).
j Memperbaiki semua kerusakan, yang diakibatkan baik oleh adanya
bobokan-bobokan, galian-galian maupun oleh kecerobohan para pekerja.
k Pengujian sistem perpipaan terhadap kebocoran sistem plambing air
kotor secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja baik.
l Pengadaan dan pemasangan instalasi drainasi dari talang atap sampai
kepada saluran pembuangan diluar lokasi.

21.1.2 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan.


Tata cara pelaksanaan dan petunjuk lain yang berhubungan dengan
peraturan pembangunan yang berlaku di Republik Indonesia selama
pelaksanaan, kontrak harus betul-betul ditaati.
Persyaratan umum pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan
pernyataan dalam BAB pekerjaan plumbing.
21.1.2.1 Persyaratan Instalasi Air Bersih.

87
a Pipa air bersih harus menggunakan pipa jenis AW, kualitas
baik, setara dengan produk Paralon Merk Wavin
b Fiting harus dari bahan yang sama dengana pipa diatas
(dengan kualitas baik.
c Gantungan-gantungan, klem-klem dan lain-lain, harus terbuat
dari bahan yang sama.
d Valve/ Stop Kran untuk instalasi air bersih harus dipakai mutu
yang terbaik. Merk ONDA
e Kran-kran harus dipakai yang terbaik. Merk MAGO
f Bak kontrol untuk Valve/ Stop Kran dibuat dari pasangan bata
dengan adukan kuat dan ditutup beton
21.1.2.2 Untuk Pekerjaan Instalasi Air Kotor.
a Semua pipa air kotor baik pipa utama maupun pipa cabang
terbuat dari bahan PVC dengan tekanan kerja 10 Kg/Cm2
standar JIS k 674/ kualitas baik, setara dengan produk
Paralon. Merk Wavin
b fiting-fiting untuk pemipaan ini juga terbuat dari bahan dan
merk yang sama.
c Avur dan leher angsa dari bahan stinless steel.
21.2 Sistem Pemipaan Air Bersih dan Air Kotor.
21.2.2 Sistem penyambungan pipa.
a Sambungan pipa PVC untuk air bersih dengan sambungan lem PVC
(Solvent) untuk pipa diameter 3“ kebawah.
b Untuk katup/Valve/ Stop Kran yang mempunyai 2” ke bawah
mengunakan katup penutup dengan sistem penyambungan pakai
ulir/screwed.
c Selanjutnya untuk katup 3/4” kebawah dipakai katup tipe bola
(global).
d Yang lebih besar dari 3/4” dipakai katup pintu (Gate Valve/Stop
Kran) yang berkualitas baik.
21.2.3 Pemasangan penyambungan pipa-pipa.

88
a Untuk fiting-fiting sambungan harus dari jenis standar yang
dikeluarkan oleh pabrik dan disetujui oleh Konsultan Lapangan.
b Sistem sambungan bisa memakai Ring Gaskets/ Rubbert Ring Join,
untuk dimensi 2” digunakan lem/solvent semen.
21.3. Pemasangan fixtures, fiting dan sebagainya.
1. Semua Fixtures harus dipasang dengan baik dan didalamnya bebas
dari kotoran yang akan menggangu aliran atau kebersihan air dan
harus terpasang dengan kokoh (rigit) ditempatnya dengan tumpuan
yang mantap.
2. Semua fixtures fiting, pipa-pipa air pemasangannya harus rapih, kuat
dalam kedudukannya dan tidak mengganggu pada waktu pemasangan
dinding keramik dan sebagainya. Penggantungan/penumpu
pipa/klem-klem.
21.4 Pipa tegak dalam tembok dan diluar tembok.
Pipa tegak yang menuju ke fixtures harus dimasukan dalam tembok.
Kontraktor harus membuat alur-alur atau lubang yang diperlukan pada
tembok sesuai dengan kebutuhan pasangan pipa dan diklem, harus
ditutup kembali sehinga pipa tidak kelihatan dari luar. Cara-cara
penutupan kembali harus seperti semula dengan penyelesaian yang rapi
sehingga tidak terlihat bekas pasangan.
Pemasangan pipa-pipa harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum finising dinding
/plesteran dan langit-langit dilaksanakan.
2) Pemasangan sparing untuk pipa-pipa yang mungkin akan menembus
struktur bangunan harus dilaksanakan beresama-sama pada waktu
pelaksanaan struktur yang bersangkutan.
3) Persilangan antara air bersih dan air limbah harus dihindarkan.
21.5 Pengecatan.
a Semua pipa dari besi yang tidak tertanam didalam tanah/tembok dilapisi
dengan cat anti karat dan tanda arah aliran dipakai warna biru.

89
b Semua Valve/ Stop Kran harus diberi tanda yang menyebutkan nomor
identifikasi sesuai dengan fungsinya.
21.6 Pengujian.
a Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang harus diuji dengan tekanan
hidrostatik selama 24 jam terus menurus tanpa terjadi penurunan tekanan.
b Peralatan pengujian ini harus dilakukan dengan disaksikan oleh pihak yang
dianggap perlu/dikuasakan untuk itu, dan selanjutnya dibuat Berita Acara.
c Dalam pengetesan semua kran-kran harus dalam keadaan tertutup untuk
melihat kebocoran.
d Testing pemipaan harus dilaksanakan sebelum pipa tertutup dengan tanah
(untuk pipa diluar gedung) atau tertutup dengan plesteran dinding dan sebelum
langit-langit didaerah tersebut terpasang. Untuk sistem air kotor, air kotoran,
vent dan air hujan harus diuji terhadap kebocoran.

90

Anda mungkin juga menyukai