PENYAKIT SIFILIS Kelompok 4 Kelas 1C
PENYAKIT SIFILIS Kelompok 4 Kelas 1C
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada era modern saat ini banyak mewabah penyakit kelamin seperti sifilis.
Penyakit sifilis merupakan penyakit akibat infeksi bakteri dari jenis Treponema
pallidum, menular melalui hubungan seksual (disebut penyakit menular akibat
hubungan seksual/PHS) yang bersifat menahun, dapat menimbulkan komplikasi
yang luas yaitu merusak hampir semua jaringan tubuh (termasuk otak dan
kardiovaskular). Sifiilis disebabkan oleh troponema pallidum yang termasuk
dalam keluarga spiroket. Penyakit sifilis juga terjadi pada wanita, sifilis dapat
terjadi pada stadium kehamilan. Penyakit sifilis memiliki beberapa stadium seperti
stadium primer, yang berlangsung 1 sampai 6 minggu, dikarakteristikkan oleh lesi
klasik (syanker/chancres), yang merupakan ulkus dalam dan tidak nyeri sering
ditemukan di area genitalia, bibir, atau rektum. Pada sifilis stadium sekunder,
yang berlangsung 2 sampai 10 minggu, muncul ruam makular di seluruh tubuh.
Pada stadium ketiga atau laten, diagnosis didasarkan pada uji serilogi positif, dan
infeksi biasanya bersifat subklinis. Stadium laten awal terjadi dalam 1 tahun
setelah awitan infeksi, dan stadium laten akhir terjadi setelah 1 tahun dan dapat
berlangsung tanpa batas waktu. Sekitar sepertiga kasus berkembang ke stadium
laten akhir. Kerusakan jaringan kardiovaskular, neurologi, kutaneus, dan viseral
dapat terjadi selama sifilis akhir. Salah satu penularan penyakit sifilis melalui
kontak seksual, namun masih ada beberapa media penularan seperti penggunaan
jarum bekas dari seseorang yang positif terkena sifilis. Mengetahui betapa bahaya
penyakit sifilis maka kami disini menulis karya tulis ilmiah tentang penyakit
sifilis guna mengetahui apa itu sifilis, apa penyebabnya dan bagimana
pencegahannya. Kami harapkan dengan penulisan karya tulis ini dapat
mengurangi atau bahkan menuntaskan penyakit ini di manapun juga.
2
2. Rumusan Masalah
a. Apa penyebab dari penyakit sifilis?
b. Gejala – gejala apa yang menyebabkan penyakit sifilis?
c. Bagaimana cara pencegahan penyakit sifilis?
d. Bagaimana cara mengobati penyakit sifilis?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penyebab penyakit sifilis.
b. Untuk mengetahui gejala-gejala yang menyebabkan penyakit sifilis.
c. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit sifilis.
d. Untuk mengetahui cara mengobati penyakit sifilis.
4. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui penyakit sifilis sehingga pembaca dapat mengerti atau
bahkan dapat mengobati bila terinfeksi dan mencegah agar tidak terinfeksi.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
Sifilis merupakan infeksi sistemik dan kronik yang ditandai oleh beberapa
tahap yang mudah dibedakan secara klinis. Sifiilis disebabkan oleh
troponema pallidum yang termasuk dalam keluarga spiroketa(Borrelia,
Leptospita, Spirillum, dan Troponema). (Bibhat K. Mandal dalam Lecture
Notes: Penyakit Infeksi, 2008:183)
Sifilis (sering disebut lues atau raja singa) adalah penyakit akibat infeksi
bakteri dari jenis Treponema pallidum, menular melalui hubungan seksual
(disebut penyakit menular akibat hubungan seksual/PHS) yang bersifat
menahun, dapat menimbulkan komplikasi yang luas yaitu merusak hampir
semua jaringan tubuh (termasuk otak dan kardiovaskular). (Akhsin
Zulkoni dalam Parasitologi, 2011:172)
4
3. Penyakit ini dapat bersifat kongenital atau didapat, masing – masing
dibagi lagi menjadi tahap awal (durasi <2 tahun dari infeksi) dan
lanjut (durasi >2 tahun). Sifilis didapat dini dibagi lagi menjadi tahap
primer, sekunder, dan laten dini.
4. Sifilis didapat lanjut dibagi menjadi laten lanjut, tersier (hanya untuk
sifiis gumatosa jinak), dan kuaterner (termasuk semua manifestasi lain
sifilis lanjut).
5. Pasien dapat mengalami perkembangan penyakit dalam tahap – tahap
yang berurutan, atau beberapa tahap klinis. Kira – kira 40% pasien
dengan sifilis laten yang tidak diobati berlanjut menjadi penyakit
tahap lanjut.
6. Penularannya melalui kontak seksual, kadang – kadang melalui
kontak intim nonseksual, jarang melalui trauma inokulasi, atau
melalui transfusi darah dan juga melalui penularan vertikal in utero
7. Troponema yang didapat secara non kelamin tidak dapat dibedakan.
secara fenotipik dan meliputi T. Pertenue (yaws), T. Carateum (pinta),
dan T. pallidium var. Endemik sifilis (bejel). Treponema ini tidak
mengenal sistem saraf pusat dan terlokalisasi secara geografis,
sedangkan sifilis tersebar luas diseluruh dunia.
8. Sifilis yang menjadi komplikasi pada infeksi HIV dapat berkembang
lebih cepat dan atipikal.
9. Masa inkubasi 17-28 hari (berkisar 9-90 hari).
(Bibhat K. Mandal dalam Lecture Notes: Penyakit Infeksi, 2008:183)
5
nyeri (disebut chancre/cangker). Luka tersebut tidak mengeluarkan
darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat
menular. Luka atau ulkus terjadi yang tersering adalah pada penis,
vulva atau vagina, anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher
rahim, jari – jari tangan atau bagian tubuh lainnya, luka inilah yang
merupakan tempat infeksi Treponema pollidum pertama kali. Luka
tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak
dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan
penderita tampak sehat secara keseluruhan.
2. Stadium Dua/Fase Sekunder
Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan
mengalami ruam, khususnya ditelapak kaki dan tangan. Mereka juga
juga dapat menemukan adanya luka –luka di bibir, mulut,
tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala – gejala yang mirip dengan flu,
seperti demam dan pegal – pegal mungkin juga dialami pada stadium
ini. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
3. Stadium Tiga/Sifilis laten
Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya
akan mengalami akan mengalami apa yang disebut sifilis laten. Hal ini
berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun
penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan
bakteri penyebabnya pun masih beredar di seluruh tubuh. Sifilis laten
ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
4. Stadium Empat/Sifilis Tersier
Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini,
bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak,
jantung, batang otak dan tulang. Pada fase tersier penderita tidak lagi
menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai ringan sampai
sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok:
6
a. Sifilis tersier jinak.
Sifilis seperti ini jarang ditemukan, benjolan yang disebut gumma
muncul di berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh
secara bertahap dan meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini
bisa ditemukan di hampi semua bagian tubuh, tetapi yang paling
sering adalah pada kaki dibawah lutut, batang tubuh bagian atas,
wajah dan kulit kepala. Tulang juga bisa terkena, menyebabkan
nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin
memburuk di malam hari.
b. Sifilis kardiovaskular.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi
aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa
menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau kematian.
c. Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf dan terjadi pada sekitar 5% penderita
yang tidak diobati. Neurosifilis terdapat 3 jenis utama yaitu
neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis paretik dan neurosifilis
tabetik.
1) Neurosifilis meningovaskuler.
Merupakan suatu bentuk menginitis kronis. Gejala yang terjadi
tergantung kepada bagian yang terkena, apakah otak saja atau
otak dengan medulla spinalis. Jika hanya otak yang terkena
akan timbul sakit kepala, pusing, konsentrasi yang buruk,
kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur, kaku duduk,
pandangan kabur, kelainan mental, kejang, pembengkakan
saraf mata (papiledema), kelainan pupil, gangguan berbicara
(afasia) dan kelumpuhan anggota gerak pada separuh badan.
Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa
kesulitan dalam mengunyah, menelan dan berbicara; lemah
dan penciutan otot bahu dan lengan; dan peradangan sebagai
dari medulla spinalis yang menyebabkan hilangnya
7
pengendalian terhada kandung kemih serta kelumpuhan
mendadak yang terjadi ketika otot dalam keadaan kendur
(paralisa flasid).
2) Neurosifilis paretik.
Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila.
Berawal secara bertahap sebagai perubahan perilaku pada usia
40-50 tahun. Secara perlahan mereka mulai mengalami
demensia. Gejalanya berupa kejang, kesulitan dalam berbicara,
kelumpuhan separuh badan yang bersifat sementara, mudah
tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan
ingatan, sakit kepala, sulit tidur, lelah, kemunduruan dalam
kebersihan diri dan kebiasaan berpakaian, perubahan suasana
hati, lemah dan kurang tenaga, depresi, khayalan akan
kebesaran dan penurunan persepsi.
3) Neurosifilis tabetik.
Neurosifilis tabetik sering disebut juga tabes dorsalis,
merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang progresif,
yang timbul secara bertahap. Gejala awal berupa nyeri
menusuk yang sangat hebat pada tungkal yang hilang timbul
secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama
dalam keadaan gelap dan berjalan dengan kedua tungkai yang
terpisah jauh, kadang sambil menggentakkan kakinya.
Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh
sehingga pengendalian terhadap kandung kemih hilang dan
sering mengalami infeksi saluran kemih, bisa juga
mengakbatkan impotensi. Bibir, lidah, tangan, dan seluruh
tubuh penderita gemetaran. Tulisan tangannya selalu miring
dan tidak pernah dapat dibaca oleh orang lain. Sebagian besar
penderita berperawakan kurus dengan wajah yang memelas.
Mereka mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian
tubuh, terutama lambung. Kejang lambung bisa mengakibatkan
8
muntah. Kejang yang sama juga terjadi pada rektum, kandung
kemih dan pita suara. Rasa di kaki penderita berkurang,
sehingga terbentuk luka di telapak kakinya. Luka ini bisa
menembus sangat dalam dan pada akhirnya sampai ke tulang
dibawahnya. Karena rasa nyeri sudah hilang, maka sendi
penderita bisa mengalami cedera.
9
BAB III
HASIL PENELITIAN
Banyak dari para penderita sifilis yang tidak menyadari jika mereka
terkena sifilis dan karena itu mereka tidak mendapat pengobatan yang
baik. Infeksi terutama didapat apabila ada kontak langsung dengan
luka terbuka sifilis yang sedang aktif.
Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-
apa, atau disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifilis akan
10
menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah, dan jantung. Pada
perempuan hamil sifilis dapat ditularkan kepada bayi yang
dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan hati, kulit, limpa, dan
keterbelakangan mental.
11
b. Untuk sifilis sekunder, diberikan suntikan tambahan dengan selang
1 minggu.
Penisilin juga diberikan kepada penderita sifilis fase laten dan semua
bentuk sifilis fase tersier, meskipun mungkin perlu diberikan lebih
sering dan lebih lama. Jika penderita alergi terhadap penisilin, bisa
diberikan doksisiklin atau tetrasiklin per-oral selama 2-4 minggu.
Lebih dari 50% penerita sifilis stadium dini, terutama sifilis fase
sekunder, mengalami reaksi Jarish-Herxheimer ini diyakini merupakan
akibat dari matinya jutaan bakteri.Gejalanya adalah merasa tidak enak
badan, demam, sakit kepala, berkeringat, menggigil dan semakin
memburuknya luka sifilis yang bersifat sementara waktu. Penderita
neurosifilis kadang mengalami kejang atau kelumpuhan. Setelah
menjalani pengobatan, penderita sifilis fase laten atau fase tersier
diperiksa secara teratur. Hasil positif dari pemeriksaan antibodi
biasanya menetap selama beberapa tahun, kadang seumur hidup
penderita. Hal ini tidak menunjukkan adanya suatu infeksi baru. Untuk
mengetahui adanya infeksi baru dilakukan pemeriksaan darah yang
lain. (Akhsin Zulkoni dalam Parasitologi, 2011:179)
12
BAB IV
A. Kesimpulan
Penyakit sifilis adalah penyakit akibat infeksi bakteri dari jenis Treponema
pallidum, menular melalui hubungan seksual (disebut penyakit menular
akibat hubungan seksual/PHS) yang bersifat menahun, dapat menimbulkan
komplikasi yang luas yaitu merusak hampir semua jaringan tubuh
(termasuk otak dan kardiovaskular). Penyebab penyakit sifilis ialah bakteri
spirochaeta pallida yang sekarang lazim disebut treponema pallidum.
Bakteri ini berbentuk spiral berwarna putih dan lekas mati jika berada
diluar tubuh manusia.
Pengobatan yang dijalani bagi mereka yang terkena penyakit sifilis ialah
dengan suntikan penisilin:
a. Untuk sifilis primer, suntikan diberikan melalui kedua bokong, masing
– masing 1 kali.
b. Untuk sifilis sekunder, diberikan suntikan tambahan dengan selang 1
minggu.
13
Sebagai manusia kita tau kalau mencegah lebih baik daripada mengobati,
maka dari itu ada beberapa cara untuk mencegah penyakit sifilis ini agar
tidak terjangkit pada tubuh kita seperti, Berhenti melakukan kontak
seksual dalam jangka waktu lama, memiliki satu pasangan tetap untuk
melakukan hubungan seksual, menghindari alkohol dan obat-obat
terlarang, membicarakan secara terbuka mengenai riwayat penyakit
kelamin yang dialami bersama pasangan, dan biasakan menggunakan
kondom bila harus berhubungan seksual dengan orang yang tidak dikenal.
B. Saran
14
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Mandal, Bibhat dkk. 2008. Lecture Notes: Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga
15
BAB VI
LAMPIRAN GAMBAR
16
17
18
19