Anda di halaman 1dari 1

membaca buku cerita bersama ibuku karena ibuku tau kalau aku suka suka sekali membaca buku-

buku cerita bergambar milik Marvel. Dengan karakter-karakternya yang sangat keren serta
Hidup bersama orang yang kita sayangi adalah sebuah kebanggaan yang tak terkira dari Tuhan kita
yang dahsyat. Bersama ayah dan adik di dalam sebuah rumah yang penuh dengan kejadian. Ibu?
Ke mana ibu?Ibuku sudah meninggal ketika aku berusia 6 tahun, pada saat itu ibuku sedang
melawan penyakit yang luar biasa. Kita sebut penyabit itu kanker, eits bukan kantong kering ya
tetapi penyakit yang diderita oleh banyak perempuan yaitu kanker payudara. Kata dokter sulit untuk
disembuhkan karena memang kanker yang diderita ibuku sudah sangat ganas sehingga banyak
memakan uang untuk biaya berobat dan biaya cuci darah serta kemo terapi yang beliau jalani
sewaktu masih hidup.Aku dan ibuku cukup dekat layaknya seorang ratu dan pangerannya, iya benar
aku adalah seorang laki-laki, dulu ketika ibuku meninggal aku berusia 6 tahun dan sekarang aku
berusia 23 tahun sudah cukup lama aku hidup tanpa ibuku. Ketika beliau di rumah sakit aku selalu
menemani ibuku, karena ayah bekerja untuk membiayai rumah sakit dan adikku bersama nenek
maka aku yang bertugas untuk menjaga ibuku setiap harinya. Memberi makan, memberi minum,
menggemaskan aku dan ibuku selalu membaca edisi yang berbeda setiap harinya. Tidak hanya
membaca aku juga mempraktekkan tingkah laku pahlawan super pada buku tersebut di depan
ibuku dengan menggunakan sarung yang dililitkan di leher seperti Superman. Oh iya Superman
kan bukan Marvel, apa jangan-jangan yang dibaca dulu DC lagi bukan Marvel, ah sudahlah itukan
sudah 17 tahun yang lalu wajarlah kalau lupa.“sudah dulu mir mainnya ibu mau istirahat sebentar,
ibumu mengantuk nak”“baik bu, aku mau ke toilet dulu bu sebentar aku kembali”, kataku kepada
ibuku.Namaku Sebastian Miro, cukup keren ya tetapi aku dipanggil Miro karena mukaku tidak
terlalu bule biar cocok aja dengan muka kata ibuku dikala lampau. Sekembalinya dari toilet ibuku
sudah tertidur, aku pun tertidur pula bersama ibuku di dalam ruangan yang dipenuhi buah-buahan
dan alat-alat keperawatan dengan bunyi yang khas serta bau yang menyengat dari rumah sakit
dibilangan Bintaro, Tangerang Selatan. Dengan kasur rumah sakit berwarna putih serta selimut
berwarna putih biru belang-belang ibuku tertidur pulang dengan senyumanan bagaikan ratu yang
sedang kelelahan karena memimpin desanya yang makmur dan tentram.Sore menjelang malam aku
terbangun karena ada suara dari suster-suster dan seorang dokter yang sedang memerikasa
ibuku“coba sus dicek nafas dan tekanan darahnya ya”“baik dokter”, begitu percakapan yang aku
dengar ketika aku terbangunAku pun kaget ada apa ini mereka ramai-ramai di dalam kamar rawat
ibuku, namanya juga masih bocah jadi tidak tau harus berbuat apa, ya alhasil cuman bisa diam saja
melihat ibu berkelut dengan penyakitnya. Pukul 20.00 kira-kira waktu Indonesia bagian barat
ayahku datang dengan penuh pucat dan basah karena sedang hujan cukup deras pada waktu itu dan
langsung menghampiri pak dokter untuk

Anda mungkin juga menyukai