Anda di halaman 1dari 27

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam Karya Tulis Ilmiah ini menguraikan tentang

konsep teori halusiansi dan cara mengontrol halusinasi. Konsep teori halusinasi

dan cara mengontrol halusinasi meliputi: definisi halusinasi, rentang respon

halusinasi, jenis jenis halusinasi, fase-fase halusinasi, etiologi halusinasi

manifestasi klinik halusinasi, cara mengontrol haliusinasi. Sedangkan konsep

asuhan keperawatan halusinasi dancara mengontrol halusinasi terdiri dari:

pengkajian, pohon masalah dan evaluasi yang akan dibahas sebagai berikut:

A. Konsep Dasar Halusinasi Pendengaran


1. Definisi
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien

mengekpresikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi (Prabowo 2014).

Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsang apapun pada panca

indra seseorang yang terjadi pada dasar, atau bangun, berupa organik,

fungsional, psikotik atau histerik. Halusinasi adalah persepsi palsu atau

suatu keadaan menghayati gejala yang dikhayalkan sebagai hal yang nyata

(Sunaryo, 2014).

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa halusinasi

pendengaran merupakan persepsi palsu seseorang terhadap suatu rangsang

yang ditangkap oleh panca inderanya terutama pendengaran.

2. Rentang Respon
6

Menurut Stuart and Sunden (1998) persepsi mengacu pada

identifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi

yang diterima melalui panca indera. Respon Neurobiologis sepanjang

rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran, logis, persepsi akurat,

emosi konsisten,dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptive

yang dapat melupiti delusi, halusinasi dan isolasi social .

Respon adaptif Respon Maladaptif


a. Pikiran logis a. Kadang proses pikir a. Gangguan proses
b. Persepsi akurat tidak terganggu berpikir/ waham
c. Emosi konsisten b. Ilusi b. Halusinasi
dengan pengalaman c. Emosi tidak stabil c. Kesukaran proses
d. Perilaku sesuai d. Perilaku tidak biasa emosi
e. Hubungan sosial e. Menarik diri d. Perilaku tidak
harmonis terorganisasi
e. Isolasi sosial

Gambar 2.1
Rentang Respon Neurobiologis
(Yusuf, Fitryasari & Nihayati, 2015)

Menurut Stuart (2016) rentang respon halusinasi terdiri dari dua

yang dapat diuraikan berikut ini:

a. Respon adaptif

1) Pikiran logis

Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.

2) Persepsi akurat

Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.

3) Emosi konsisten dengan pengalaman


7

Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah

dialami.

4) Perilaku sesuai

Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu

tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak

bertentangan dengan moral.

5) Hubungan sosial

Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan di tengah-

tengah masyarakat.

b. Respon transisi

1) Pikiran kadang menyimpang

Kegagalan dalam mengambil kesimpulan.

2) Ilusi

Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.

3) Reaksi emosi berlebihan atau berkurang

Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.

4) Perilaku aneh atau tak lazim

Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan,

kesukaran mengolah dan tidak kenal orang lain.

5) Menarik diri

Perilaku menghindar dari orang lain.

c. Respon maladaptif
8

1) Gangguan pikiran atau waham

Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walau

tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita

sosial.

2) Halusinasi

Persepsi yang salah terhadap rangsang.

3) Ketidakmampuan untuk kontrol emosi

Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami

kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.

4) Ketidakteraturan perilaku

Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.

5) Isolasi sosial

Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain

menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Menurut Yusuf, Fitryasari & Nihayati (2015) faktor-faktor yang

mempengaruhi halusinasi sebagai berikut:

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor Perkembangan

Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal

yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat brakhir


9

dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya

sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.

2) Faktor Sosial Budaya

Berbagai fkator di masyarakat yang membua seseorang merasa

disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatas sehingga

timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.

3) Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda

atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat

terkahir dengan peningkaran terhadap kenyataan sehingga terjadi

halusinasi.

4) Faktor Biologis

Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan

orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran

ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.

5) Faktor Genetik

Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya

ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup

tinggi pada keluarga yang salah satu anggotanya mengalami

skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua

skizofrenia.
10

b. Faktor Presipitasi

1) Stresor sosia budaya

Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan

stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting atau

diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi.

2) Faktor biokimia

Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin,

serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi

realitas termasuk halusinasi.

3) Faktor Psikologis

Inetensitas kecemasan yang ekstrem dan menunjang diserta

terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan

berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien

mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak

menyenangkan.

4) Perilaku

Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi

realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi,

motorik dan sosial.

4. Jenis Jenis Halusinasi

Menurut Stuart & Sudden (2007) jenis halusinasi dibagi sebagai

berikut :

a. Halusinasi Pendengaran / Auditorik


11

Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara

orang. Biasanya klien mendengarkan suara orang yang membicarakan

apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan

sesuatu hal.

b. Halusinasi Penglihatan atau Visual

Karakteristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam bentuk

kilatan cahaya, gambaran, geometrik, gambar kartun dan panorama

yang kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi Penghidu atau Olfaktori

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau

menjijikkan seperti darah, urin, faces. Biasanya berhubungan dengan

stroke, tumor, kejang dan dimensia.

d. Halusinasi Peraba

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit.Mengalami nyeri atau

ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Contohnya rasa tersetrum listrik

yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

e Halusinasi Pengecap

Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin,

faces.

f. Halusinasi Kinestetik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa

aliran darah vena atau arteri, pencernaan makanan, pembentukan urin.


12

5. Fase fase dalam Halusinasi

Stuart & Laraia (2005 dalam Muhith, 2015) membagi tahapan

terjadinya halusinasi menjadi 4 fase seperti berikut ini:

a. Tahap 1 (Comforting)

1) Tertawa tidak sesuai dengan situasi.

2) Menggerakkan bibir tanpa bicara.

3) Bicara lambat.

4) Diam dan pikirannya dipenuhi pikiran yang menyenangkan.

b. Tahap 2 (Condeming)

1) Cemas.

2) Konsentrasi menurun.

3) Ketidakmampuan membedakan realita.

c. Tahap 3

1) Pasien cenderung mengikuti halusinasi.

2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.

3) Perhatian dan konsentrasi menurun.

4) Afek labil.

5) Kecemasan berat(berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti

petunjuk).

d. Tahap 4 (Controlling)

1) Pasien mengikuti halusinasi.

2) Pasien tidak mampu mengendalikan diri.

3) Beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.


13

6. Penatalaksanaan

a. Terapi organobiologis.

1) Farmakotherapi terdiri dari:

b) Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.

c) Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak

diri.

d) Thrihexiphenidil, yaitu mengontrol perilaku merusak diri dan

menenangkan hiperaktivitas.

2) Electro Convulsion Therapy (ECT)

ECT adalah terapi dengan cara pasien diberikan aliran listrik

sehingga aliran tersebut mempengaruhi sel-sel otak. Indikasi ECT

yaitu depresi berat, khususnya dengan gejala psikotik, gangguan

afektif bipolar (depresi, manik dan campuran), skizophrenia

(eksaserbasi akut), katatonia, parkinsonisme status epilepticus,

neuroleptic malignant syndrome.

3) Okupasi

Okupasi merupakan bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat

atau pasien yang mengalami gangguan fisik dan atau mental

dengan menggunakan latihan/aktivitas mengerjakan sasaran yang

terseleksi (okupasi) untuk meningkatkan kemandirian individu.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Psikoterapi
14

Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang

berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku.

2) Rehabilitasi.

Rehabilitasi adalah untuk mencapai atau mempertahankan

stabilitas sistem.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik belum diketahui, namun

banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis,

social budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan, biologis,

pemicu masalah dan mekanisme koping.

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor Perkembangan

Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal

yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat brakhir

dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya

sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.

2) Faktor Sosial Budaya

Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa

disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga

timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.


15

3) Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda

atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat

dengan pengingkaran terhadap kenyataan sehingga terjadi

halusinasi.

4) Faktor Biologis

Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan

orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran

ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.

5) Faktor Genetik

Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya

ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukn cukup

tinggi pada keluarga yang salah satu anggotanya mengalami

skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua

skizofrenia.

c. Faktor Presipitasi

1) Stresor sosial budaya

Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan

stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting atau

diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi.


16

2) Faktor biokimia

Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin,

serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi

realitas termasuk halusinasi.

3) Faktor Psikologis

Inetensitas kecemasan yang ekstrem dan menunjang diserta

terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan

berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien

mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak

menyenangkan.

4) Perilaku

Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi

realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi,

motorik dan sosial.

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Efek)

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core Problem)

Isolasi sosial : menarik diri (Etiologi)

Gambar 2.1
Pohon Masalah
(Sumber: Yusuf, Fitryasari & Nihayati, 2015).

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol

dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain


17

maupun lingkungan. Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai

pada fase empat, dimana klien mengalami panik dan perilakunya

dikendalikan oleh isi halusinasinya. Masalah yang menyebabkan

halusinasi itu adalah harga diri rendah dan isolasi sosial, akibat

rendah diri dan kurangnya berhubungan sosial maka klien menjadi

menarik diri dari lingkungan (Keliat, 2010).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian teknik mengenai respon

individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual maupun potensial (NANDA, 2001 dikutip oleh

Keliat, 2006). Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

3. Perencanaan

Perencanaan tindakan keperawatan menurut Keliat (2006) terdiri

dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan intervensi

keperawatan. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan masalah

utama perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran adalah sebagai

berikut:

a. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan halusinasi pendengaran.

Tujuan umum (TU):

Tidak terjadi perilaku kekerasan yang diarahkan kepada diri sendiri,

orang lain dan lingkungan.

Tujuan khusus (TUK):


18

TUK 1:

Klien dapat membina hubungan saling percaya. Ekspresi wajah

bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas

salam, mau duduk dekat perawat.

Intervensi:

1) Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/

komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara

verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan

nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan

pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima

klien apa adanya.

Rasional:

Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.

2) Dorong klien mengungkapkan perasaannya.

Rasional:

Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.

3) Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.

Rasional:

Agar klien merasa diperhatikan.

TUK 2:

Klien dapat mengenal halusinasinya.

Klien dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata.

Intervensi:
19

1) Adakan kontak sering dan singkat.

Rasional:

Menghindari waktu kosong yang dapat menyebabkan timbulnya

halusinasi.

2) Observasi segala perilaku klien verbal dan non verbal yang

berhubungan dengan halusinasi.

Rasional:

Halusinasi harus kenal terlebih dahulu agar intervensi efektif

3) Terima halusinasi klien sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi

tidak nyata bagi perawat.

Rasional:

Meningkatkan realita klien dan rasa percaya klien. Klien dapat

menyebutkan situasi yang dapat menimbulkan dan tidak

menimbulkan halusinasi.

4) Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak

menimbulkan situasi.

Rasional:

Peran serta aktif klien membantu dalam melakukan intervensi

keperawatan.

5) Diskusikan dengan klien faktor predisposisi terjadinya halusinasi.

Rasional :

Dengan diketahuinya faktor predisposisi membantu dalam

mengontrol halusinasi.
20

TUK 3:

Klien dapat mengontrol halusinasi.

Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan apabila

halusinasinya timbul.

Intervensi:

1) Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila

halusinasinya timbul.

Rasional:

Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol

halusinasinya.

2) Klien akan dapat menyebutkan cara memutuskan halusinasi yaitu

dengan melawan suara itu dengan mengatakan tidak mau

mendengar, lakukan kegiatan : menyapu/mengepel, minum obat

secara teratur, dan lapor pada perawat pada saat timbul halusinasi.

3) Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya.

Rasional:

Meningkatkan pengetahuan klien tentang cara memutuskan

halusinasi.

Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi.

Rasional:

Hasil diskusi sebagai bukti dari perhatian klien atas apa yang

dijelaskan.
21

4) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan

kembali cara memutuskan halusinasinya.

Rasional:

Meningkatkan harga diri klien.

TUK 4:

Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.

Klien mau minum obat dengan teratur.

Intervensi

Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.

Rasional:

Meningkatkan pengetahuan klien tentang fungsi obat yang diminum

agar klien mau minum obat secara teratur.

b. Diagnosa 2: perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran

berhubungan dengan menarik diri.

Tujuan umum:

Klien dapat berhubungan dengan orang lain untuk mencegah

timbulnya halusinasi.

Tujuan khusus:

TUK 1:

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan,

membalas salam, mau duduk dekat perawat.

Intervensi:
22

1) Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/

komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara

verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan

nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan

pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima

klien apa adanya.

Rasional:

Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.

2) Dorong klien mengungkapkan perasaannya.

Rasional:

Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.

3) Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati

Rasional :

Agar klien merasa diperhatikan.

TUK 2:

Klien dapat mengenal penyebab menarik diri.

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri pada dirinya.

Intervensi:

1) Kaji Pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri.

Rasional:

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang menarik diri.

2) Dorong klien untuk menyebutkan kembali penyebab menarik diri.

Rasional:
23

Membantu mengetahui penyebab menarik diri sehingga membantu

dalam melaksanakan intervensi selanjutnya.

3) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien dalam

mengungkapkan penyebab menarik diri.

Rasional:

Meningkatkan harga diri klien.

TUK 3:

Klien dapat mengetahui manfaat berhubungan dengan orang lain.

Klien dapat mengungkapkan keuntungan berhubungan dengan orang

lain.

Intervensi:

1) Diskusikan bersama klien manfaat berhubungan dengan orang lain.

Rasional:

Meningkatkan pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain.

2) Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan

dengan orang lain.

Rasional:

Mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yang

diberikan.

3) Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan

kembali manfaat berhubungan dengan orang lain.

Rasional:
24

Meningkatkan harga diri klien.

TUK 4:

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.

Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain secara

bertahap.

Intervensi:

1) Dorong klien untuk berhubungan dengan orang lain.

Rasional:

Mencegah timbulnya halusinasi.

2) Diskusikan dengan klien cara berhubungan dengan orang lain

secara bertahap.

Rasional:

Meningkatkan pengetahuan klien cara yang yg dilakukan dalam

berhubungan dengan orang lain.

3) Beri reinforcement atas keberhasilan yang dilakukan.

Rasional:

Meningkatkan harga diri klien.

TUK 5 :

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan

orang lain.

Klien dapat mengungkapkan manfaat setelah berhubungan dengan

orang lain.

Intervensi :
25

1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya berhubungan

dengan orang lain.

Rasional:

Untuk mengetahui perasaan klien setelah berhubungan dengan

orang lain.

2) Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan

orang lain.

Rasional:

Mengetahui pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain.

3) Berikan reinforcement positif atas kemampuan klien

mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan orang lain.

Rasional:

Meningkatkan harga diri klien.

TUK 6:

Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.

Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien yang menarik diri.

Intervensi:

1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.

Rasional:

Agar terbina rasa percaya keluarga kepada perawat.


26

2) Diskusikan dengan anggota keluarga perilaku menarik diri,

penyebab perilaku menarik diri dan cara keluarga menghadapi

klien.

Rasional:

Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang menarik diri dan cara

merawatnya.

3) Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian datang

menjenguk klien (1 x seminggu).

Rasional:

Agar klien merasa diperhatikan.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama

yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya.

Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,

perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih

dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini (here and now).

Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar

utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Keliat, 2010).

Strategi pertemuan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan

pasien halusinasi pendengaran:

a. SP 1

1) Membina hubungan saling percaya


27

2) Menanyakan kabar pasien hari ini?

3) Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

4) Mengobservasi tingkah laku pasien terkait halusinasi

pendengarannya.

5) Membantu klien menegenal halusinasinya

6) Menanyakan kepada klien isi halusinasinya seperti apa?

7) Menanyakan kapan dan situasi yang seperti apa yang

mengakibatkan halusinasi muncul?

8) Menanyakan seberapa sering halusinasi muncul?

9) Mendiskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika halusinasi

muncul

b. SP 2

1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien

2) Menanyakan kembali apakah halusinasi muncul lagi atau

tidak.

3) Menanyakan kepada klien cara yang biasanya digunakan

apabila ada halusinasi

4) Menanyakan keefektivitasannya

5) Mengajarkan dan mendemonstrasikan cara menghardik

halusinasi

c. SP 3

1) Membina hubungan saling percaya dengan klien


28

2) Menanyakan kepada klien keefektifan menghardik

halusinasi saat terjadi halusinasi

3) Mendiskusikan kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan

oleh klien saat diruangan

4) Menyuruh klien memperagakan salah satu kegiatan yang

disukai

5) Mendiskusikan kegiatan mulai bangun tidur sampai tidur

lagi

6) Menganjurkan klien menyibukkan diri dengan banyak

kegiatan

d. SP 4

1) Membina hubungan saling percaya

2) Menanyakan halusinasi muncul lagi atau tidak

3) Menanyakan keefektifan cara yang telah diajarkan

sebelumnya

4) Menanyakan orang-orang terdekat pasien terutama perawat

5) Mengajarkan menghilangkan halusinasi dengan bercakap-

cakap

6) Mendemonstrasikan cara bercakap-cakap saat terjadi

halusinasi

7) Menjelaskan cara menghilangkan halusinasi dengan minum

obat secara teratur


29

8) Menanyakan kerugian dan keuntungan minum obat secara

teratur

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus

pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif

yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi

hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respons klien

dengan tujuan yang telah ditentukan (Keliat, 2010).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,

sebagai pola pikir :

S = respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

O = respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

A = analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data

yang kontradiksi dengan masalah yang ada

P = perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada

respons klien

1. Rencana tindak lanjut dapat berupa :

Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah


30

2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah

dijalankan tetapi hasil belum memuaskan

3. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak

belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa yang lama

dibatalkan

4. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan

yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan

kondisi yang baru

Evaluasi keperawatan halusinasi pada pasien yaitu: pasien mampu

mengenal jenis halusinasi, mampu mengenal halusinasi, mampu

menyebutkan kapan halusinasi muncul, mampu menyebutkan frekuensi

halusinasi saat muncul, mampu menghardik halusinasi, mampu bercakap-

cakap jika terjadi halusinasi, mampu membuat jadwal kegiatan harian dan

pasien mampu minum obat secara teratur.

Evaluasi keperawatan pada keluarga pasien: diharapkan keluarga

pasien mampu menyebutkan pengertian halusinasi, menyebutkan jenis

halusinasi dan gejala halusinasi, mampu memperagakan menghardik

halusinasi, mampu mengajak pasien bercakap-cakap saat pasien

berhalusinasi dan keluarga mampu memantau jadwal serta aktifitas sehari-

hari pasien.

Pada evaluasi diperlukan reinforcement untuk menguatkan

perubahan yang positif. Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk

melakukan self-reinforcement.
31

Anda mungkin juga menyukai