Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN

KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI


DI RUMAH SAKIT AURA SYIFA

SKRIPSI

Oleh :

1. Beta Riyadus S. (1602460001)


2. Ainun Nabilla K.S (1602460011)
3. Windhi Yhunitasari (1602460020)
4. Jihan Pramecwari P.P (1602460028)
5. Yustika Indriani (1602460035)
6. Dhea Aji S. (1602460044)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIADANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Selaput ketuban terdiri atas amnion dan korion yang sangat erat ikatannya.
Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin
terhadap infeksi. Pada keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan (Wiknjosastro, 2011). Ketuban pecah dini (KPD) merupakan
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan setelah ditunggu satu
jam belum dimulai tanda persalinan (Manuaba et al ,2012). Ketuban pecah
dini atau Premature Rupture Of Membrans (PROM) terjadi selama kehamilan
ketika selaput dari kantung amnion dan korion pecah lebih dari satu jam
sebelum proses persalinan dimulai. Ketuban pecah dini prematur atau
Premature Rupture Of Membrans (PROM) didefinisikan sebagai ruptur
membran amnion sebelum usia gestasi 37 minggu dan sebelum awitan
persalinan (Reiter dan Walsh, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) menegaskan setiap tahun
sejumlah 358.000 ibu meninggal saat bersalin dimana 355.000 (99%) berasal
dari negara berkembang. Sampai saat ini tinggi angka kematian ibu di
Indonesia masih menjadi prioritas di bidang kesehatan karena hal ini
menunjukan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan.
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007,
yaitu dari 390 menjadi 228 namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukan
peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per seratus
ribu kelahiran hidup. Menurut data SDKI 2012 AKI kembali menunjukan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per seratus ribu kelahiran hidup, begitu
juga dengan AKB (Angka Kematian Bayi) yaitu terdapat 32 kematian bayi per
seribu kelahiran hidup. Jumlah AKB tersebut mengalami penurunan yaitu
sebesar 22,23 kematian per seribu kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015. Angka tersebut masih jauh
dibawah target program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs
(Sustainable Development Goals) yang direncanakan pada tahun 2030 akan
mengakhiri angka kematian maternal setidaknya hingga 70 per seratu ribu
kelahiran hidup dan angaka kematian neonatal setidaknya per seribu kelahiran
hidup (Kemenkes RI, 2015).

Kebiasaan merokok menyebabkan kehamilan diluar rahim, keguguran,


masalah dengan plasenta, perdarahan vagina, kelahiran premature, resiko
sindrom kematian janin mendadak, stillborns (bayi lahir mati), cacat fisik,
berat badan lahir rendah, dan penyakit telinga tengah akut dan kronis. Ibu
yang merokok juga akan kesulitan dalam menyusui. ASI yang dihasilkan dari
ibu yang terpapar asap rokok dapat mengurangi kualitas produksi susu. Selain
itu, nikotin dan karbon monosida yang larut dalam susu masuk kedalam bayi
yang baru lahir, dan memasuki aliran darah serta mengurangi, produksi dan
suplai oksigen. Nikotin juga menahan rasa lapar serta nafsu makan. Hal ini
memiliki efek serius baik selama kehamilan dan setelahnya (Rasjidi, I. 2014)

Ibu hamil berhak menghirup udara bebas tanpa paparan asap rokok, serta
anak-anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang dilingkungan yang
sehat bebas asap rokok. Tujuan dari penelitian ini adalah ibu hamil mampu
mengetahui dampak yang diakibatkan dari asap rokok, menyadari pengaruh
asap rokok terhadap janin dan sedapat mungkin menghindarinya. Harapannya
keluarga maupun masyarakat mampu peduli akan lingkugannya, terhadap
bahaya asap rokok yang dihasilkan. Bila merokok sedapat mungkin menjauh
dari orang lain, utamnya menghindari ibu hamil, serta bayi. Bila dirumah,
merokok diluar rumah sedapatnya 7,5 meter dari rumah, karena bila berada
diruangan asap rokok akan tetap tinggal 4-6 jam setelah merokok. Bila
ditempat umum merokok pada fasilitas-fasilitas yang telah disediakan atau
yang bertuliskan “smoking area”. Pemerintah mampu memberikan kebijakan
mengenai kawasan tanpa rokok, sehingga ibu hamil tidak perlu merasa
khawatir ketika berada ditempat kerja, tempat umum, kendaraan umum,
maupun tempat-tempat lain akan asap rokok (Media Informasi Daerah, 2007).
Epidemi tembakau merupakan salah satu ancaman terbesar didunia di
bidang kesehatan masyarakat, karena menyebabkan kematian sekitar 6 juta
orang per tahun. Kematian pada perokok terjadi 5 juta lebih kasus dan
600.000 lebih untuk non perokok yang hanya terpapar asap rokok. Perokok
pasif adalah yang menjadi korban asap rokok ketika seseorang merokok yang
berada di restoran, kantor, atau ruangan tertutup lainnya. Di dalam asap
tembakau terdapat lebih dari 4.000 bahan kimia. Hal tersebut sering
menyebabkan kematian mendadak pada bayi dan untuk wanita hamil
menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Hampir setengah dari
seluruh anak didunia secara teratur menghirup udara yang tercemar asap
tembakau di tempat umum, termasuk Indonesia. Asap rokok menyebabkan
lebih dari 600.000 kematian dini atau premature per tahun. Tahun 2014, 28%
kematian anak disebabkan perokok pasif (indrarto, W, 2016).

Perokok pasif diperkirakan penyebab kematian sekitar 600.000 kasus


kematian dini di dunia setiap tahunnya. Ada 700 juta anak did dunia (sekitar
40% dari jumlah keseluruhan anak-anak didunia) terpapar asap rokok. Di
Indonesia, 85% rumah tangga terpapar asap rokok, dengan kata lain 8 orang
sebagai perokok aktif dan satu orang meninggal karena terpapar asap rokok.
Berdasarkan perhitungan setidaknya 25.000 kematian diakibatkan oleh
paparan asap rokok (Kemenkes RI, 2012). Hasil penelitian di Greece
menyatakan bahwa 36% responden merupakan perokok aktif selama hamil
sedangkan 94% yang terpapar asap rokok, dengan 72% wanita terpapar di
rumah dan 64% wanita terpapar di tempat umum. Menurut WHO prevalensi
paparan asap rokok selama kehamilan masih tinggi, analisis data dari DHS
(Demographic Health Survey) melaporka bahwa paparan asap rokok pada
kehamilan di republik dominika berkisar 9,3%, 82,9% di Timur-Leste. Dalam
studi multi-negara sebelumnya disebutkan bahwa paparan asap rokok masih
umum terjadi pada wanita hamil antara 17,1% di Republik Demokratik
Kongo dan di Pakistan 91,6% wanita hamil mengatakan bahwa merokok
diizinkan dirumah mereka (Constantine, Evridiki Patelarou, Leda Chatzi,
2010).

Berdasarkan data World Health of Organization (WHO) tahun 2010,


kejadian KPD menyumbang 20% angka kematian ibu (AKI) (Depkes RI,
2012). Pada penelitian Xia et al yang berjudul Manajemen Klinis dan Hasil
Akhir dari Ketuban Pecah Dini di China Timur, menunjukkan bahwa 15,3%
dari 111.390 wanita hamil menderita PROM, dimana 12,5% adalah PROM
pada kehamilan aterm (Xia et al, 2015). Berdasarkan data badan kesehatan
dunia (WHO) 1 dari 6 ibu hamil di Indonesia mengalami KPD dan sepertiga
diantaranya mengalami persalinan preterm (Hendriyana, 2017). Kejadian
KPD di Indonesia terjadi sebanyak 35,70-55,3% dari 17.665 kelahiran. Data
KPD di rumahsakit pemerintah sekitar 15-20%, sedangkan di rumah sakit
swasta sekitar 20-30% dari total persalinan (Depkes RI, 2012).

WHO menyatakan ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab


angka kematian ibu yang masih tinggi selainn perdarahan yaitu lebih dari 85
ribu meninggal tiap tahun. Sedangkan kematian ibu di Indonesia tahun 2012
ada 228 kasus per 100.000 kelahiran hidup (0,228%), target tahun 2014 yaitu
118 kasus per 100.000 kelahiran hidup (0,118%) (Dinkes, 2013).

Kematian akibat rokok diperkirakan hamper 6 juta orang pertahun,


diantaranya 5 juta orang perokok dan mantan perokok, serta 600.000 orang
bukan perokok yang terpapar asap rokok. Apabila tidak dilakukan tindakan
pengendalian, kematian akan meningkat cepat menjadi lebih 8 juta orang
pada tahun 2030 (Kemenkes RI, 2012).

Asap rokok yang terhirup oleh perokok pasif lima kali lebih banyak
mengandung karbonmonoksida (Windriya, 2013; Wardoyo, 1996). Salah satu
dampak akibat rokok pada kehamilan yaitu ketuban pecah dini (Pantikaawati
dan Saryono, 2010).
Asap rokok menyebaban terganggunya penyampaian oksigen ke janin
sehingga pertukaran gas menjadi abnormal (Laksmi et al, 2008). Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya perubahan biokimia yaitu berkurangnya komponen
kolagen seperti asam askorbit dan tembaga sehingga terjadi abnormalitas
pertumbuhan struktur kolagen selaput ketuban. Sehingga menyebabkan
kekuatan selaput ketuban inferior rapuh sehingga terjadi ketuban pecah dini
(Prawirahardjo, 2014).

KPD dapat meningkatkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas ibu


dan janin. Efek yang bisa terjadi pada ibu antara lain korioamnionitis,
tindakan operatif dan sepsis puerperal. Sedang pada janin komplikasi yang
sering terjadi ialah prematuritas, gawat janin ataupun kematian janin akibat
penekanan tali pusat. Infeksi yang banyak di alami oleh ibu sebagian besar
merupakan akibat dari adanya komplikasi atau penyulit kehamilan, seperti
febris, korioamnionitis dan infeksi saluran kemih. Sebanyak 65 % kasusu ibu
bersalin dengan KPD, banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi. Oleh
kerana itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi
dalam rahim. Risiko terjadinya infeksi dilaporkan kurang dari 10% dan akan
meningkat menjadi 40 % jika tidak ditangani dalam waktu 24 jam
(Wiknjosastro, 2011). Bidan sebagai provider di masyarakat harus
mempunyai kompetensi untuk mengidetifikasi ibu hamil yang mengalami
komplikasi, serta penyulit kehamilan sehingga cepat mengambil keputusan
seuai standart (Fadlun, 2012).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik mengidentifikasi hubungan
antara ibu hamil perokok pasis dengan kejadian ketuban pecah dini.
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ada hubungan antara ibu hamil
perokok pasis dengan kejadian ketuban pecah dini pada maternal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang sudah dipaparkan, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah “Adakah hubungan ibu hamil
perokok pasif terhadap kejadian ketuban pecah dini ?”

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ibu hamil
perokok pasif terhadap kejadian ketuban pecah dini.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi ibu hamil perokok pasif
1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian ketuban pecah dini
1.3.2.3 Menganalisis hubungan ibu hamil perokok pasif dengan kejadian
ketuban pecah dini

Anda mungkin juga menyukai