Kasus ini merupakan salah satu bentuk diskriminasi yang seringkali dialami oleh ODHA. Diskriminasi
tersebut muncul karena masih adanya prasangka negatif atau stigma terhadap ODHA dari masyarakat.
Bahkan ada juga kasus serupa yang terjadi di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Stigma terhadap ODHA telah melekat sejak pertama kali virus ini ditemukan dan menyebar luas.
Penyakit ini sering dikaitkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang, perilaku seks bebas,
serta hubungan seksual sesama jenis (homoseksual). Karena kaitan tersebut, ODHA pun
mendapat cap yang negatif dalam masyarakat. Padahal, HIV/AIDS bisa ditularkan pada siapa
saja.
Salah satu mitos utama yang mendukung stigma negatif ini adalah anda dapat terkena HIV
dengan berada di sekitar orang yang mengidap HIV padahal HIV hanya dapat ditularkan melalui
virus HIV. Virus tersebut tidak dapat menyebar tanpa melalui cairan tubuh seperti darah, sperma,
atau ASI. Anda tidak akan terkena HIV dengan:
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak buruk dari stigma pada ODHA
Hal ini disebutkan dalam buku UNAIDS (2007) yang berjudul “Reducing HIV Stigma and
Discrimination”. Banyak orang dengan mudah melakukan diskriminasi pada ODHA karena
mereka tidak berpikir lebih jauh, seperti apa dampak diskriminasi yang dilakukannya terhadap
kehidupan ODHA. Anda mungkin tak sadar, dampak stigma terhadap ODHA begitu besar.
Perlakuan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA melanggar hak-hak dasar ODHA. Di
antaranya adalah hak untuk hidup, mendapatkan perawatan, memiliki pekerjaan, dan lain-lain.
Tidak ada seorang pun yang berhak merenggut hak-hak mendasar ini dari hidup ODHA.
Stigma bisa membuat ODHA kehilangan pekerjaan, pasangan, dan keluarga. Banyak juga anak-
anak dengan HIV/AIDS yang terpaksa putus sekolah karena mendapatkan perlakuan yang tidak
adil di sekolah. Seperti kasus yang kami bahas ini.
.
Diskriminasi terhadap ODHA bisa membuat mereka menutupi identitasnya, menarik diri, dari
masyarakat. Hal tersebut dapat berakibat buruk terhadap kesehatan ODHA. Mereka bisa jadi
malu untuk periksa ke dokter atau mendapatkan perawatan di rumah sakit. Akibatnya jelas bisa
fatal, yaitu kematian.
Stigma terhadap ODHA juga bisa membuat mereka depresi, menjauhkan diri dari keluarga dan
lingkungan sekitar, atau yang lebih ekstrem adalah bunuh diri.
Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA juga akan berdampak pada terbukanya penyebaran
penyakit HIV/AIDS. Stigma dan diskriminasi akan mematahkan semangat seseorang untuk
melakukan Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau tes HIV/AIDS. Stigma bahkan bisa
membuat orang-orang merasa enggan untuk mencari informasi dan cara perlindungan terhadap
penyakit HIV/AIDS.
Oleh karena itu, hentikan stigma dan diskriminasi pada ODHA. Bukan stigma dan
diskriminasi yang bisa menghentikan persebaran virus HIV dalam masyarakat, melainkan
kepedulian dan pemahaman setiap orang tentang HIV/AIDS.