Anda di halaman 1dari 38

PERHITUNGAN PABRIK

RENCANA INSTALASI TM/TM/TR INDUSTRI

Suatu instalasi industri TM/TM/TR pada MDP (Main Distribution Panel) terbagi
menjadi 4 kelompok, yaitu :

 Kelompok 1 = 750 kVA


 Kelompok 2 = 500 kVA
 Kelompok 3 = 500 kVA
 Kelompok 4 = 400 kVA

Dengan Faktor Kebutuhan 0,7 – 0,9 = Dipilih 0,75

DEFINISI

TM/TM/TR adalah Pelanggan TM (20 kV), Pengukuran TM (20 kV),


Pemakaian pada sisi TR (380 V). Jadi trafo milik pelanggan, pengukuran disisi TM
(20kV), maka trafo ditempatkan pada Gardu Dustribusi.

PERHITUNGAN, PERENCANAAN, DESAIN TRAFO

A. PERHITUNGAN TRAFO
Untuk memilih trafo yang akan digunakan dalam instalasi TM/TM/TR
maka harus memperhatikan ketentuan-ketentuan diantaranya:

1. Harus mengetahui nilai beban total.


Pemilihan harus memperhatikan hubungan daya terpasang (real) dan daya
tersambung (dari PLN) dengan daya pada trafo. Hal ini ditujukan untuk
menentukan nilai daya tersambung yang sesuai dengan nilai daya yang tersedia
pada tarif dasar listrik (TDL).

Nilai total daya terpasang diperoleh dari penjumlahan kelima kelompok


beban yang sudah ditentukan, sebagai berikut :

S = Kelompok 1 + Kelmpok 2 + Kelmpok 3 + Kelmpok 4

S = 750 kVA + 500 kVA + 500 kVA + 400 kVA

S = 2150 kVA
2. Kebutuhan Beban Maksimum
= FK x Daya Total

= 0,75 x 2150 kVA

=1612 kVA

3. Hubungan dengan prediksi pertambahan beban mendatang.


Dalam penggunaan energi listrik pada masa mendatang nilai beban dapat
kita prediksi akan bertambah. Pertambahan beban harus diantisipasi dari
sekarang dengan memberikan kuota daya lebih dari total nilai daya terpasang.
Oleh karena itu daya terpasang dapat dipertimbangkan agar dibebankan sebesar
80% dari nilai daya maksimum trafo. Dan diperkirakan penambahan beban
sebesar 20 % Sehingga daya trafo yang dibutuhkan sebesar :

Kapasitas Daya Terpasang :

= Kebutuhan Beban Maksimum x 120 %

= 1612 x 120 %

= 1935kVA

Sehingga trafo harus memenuhi nilai daya sebesar 1935 kVA

4. Karena daya yang tersambung diatas 200 kVA, maka trafo tidak memakai GTT
(Gardu Trafo Tiang), melainkan Gardu Distribusi. Penyediaan trafo ditanggung
pelanggan dan rugi-rugi (kVARh) pada jaringan di tanggung pula oleh
pelanggan. Dari kebutuhan daya terpasang sebesar 1935 kVA, sesuai TDL dan
perpres No. 8 Tahun 2011 industri ini tergolong tarif I-3/TM.
5. Pelanggan TM/TM/TR dengan golongan tarif I-3, menggunakan alat ukur
dengan KWH meter kode sambungan 412 dan kVARH meter kode sambungan
402 yaitu:
412 = 4 kawat, double tariff dan register sekunder, register sekunder
menggunakan CT dan PT.
402 = 4 kawat, single tariff dan register sekunder, register sekunder
menggunakan CT dan PT.
6. Keandalan system yang dikehendaki
- pada industriini direncanakan dengan menggunakan 2 sumber yaitu PLN
dan satu buah genset yang akan menghidupkan 2 kelompok beban jika
sumber listrik dari PLN mati. Karena 2 kelompok tersebut tidak boleh
berhenti saat pekerjaan berlangsung.
- Menggunakan system yang mudah dalam perawatan dan pengoperasian
mesin
- Jika pada sisi bawah ada gangguan, pengaman terdekat akan
mengamankannya. Hal itu dilakukan agar tidak mengganggu system kerja
yang lain.

B. PEMILIHAN TRAFO
Dalam pemilihan trafo ada hal-hal terpenting yang perlu diperhatikan antara
lain adalah faktor keandalan, kualitas produk trafo, faktor ekonomis (harga &
tempat trafo tersebut diproduksi) dan rugi – rugi pada trafo. Oleh karena itu paling
tidak dibutuhkan dua data trafo untuk dibandingkan.

Siemens
No. Pembanding Traffindo
Transformer
1. Daya (kVA) 2000 2000
2. HV/LV (V) 20000 / 400 20000 / 400
3. No Load Losses (W) 3600 2050
4. Load Losses (W) 21000 26000
5. Total Losses (W) 246000 28050
6. Impedansi % 7 6
7. Dimensi
Lebar (mm) 1215 1270
Tinggi (mm) 1985 2230
Panjang (mm) 2050 1855
Berat (kg) 4900 4350
8. Noise Level (dB) 61 68
9. Bushing  x
NB: keterangan lebih lengkap ada pada lampiran
Dari hasil perbandingan trafo di atas maka trafo yang dipilih merk traffindo dengan
keunggulan secara mekanik maupun elektrik. Dan yang paling penting adalah pada trafo
traffindo terdapat keterangan bushing, ukuran bushing tersebut menentukan ukuran dan
jumlah kabel yang dapat disambungkan dengan trafo.

C. PEMILIHAN GENSET

Di dalam pabrik terdapat beban – beban prioritas, maksudnya adalah saat


suplai dari PLN mati beban ini tidak boleh mati juga. Oleh karena itu beban
prioritas akan disuplai oleh generator set. Besar daya prioritas kelompok 2 dan 3
maka kapasitas genset yang dipilih harus memenuhi besar beban tersebut. Kapasitas
daya dari genset adalah sebagai berikut:

Kapasitas daya = 0,75 x 1000 x 120% =900 kVA

Berdasarkan besarnya kapasitas daya di atas, maka genset yang


digunakan dayanya sebesar 1000 kVA berjumlah satu buah dengan spesifikasi
sebagai berikut:

Merk : BAIFA ( P1100 )

Genset power rating : 1000 kVA

Kecepatan : 1500 rpm

Frekuensi : 50 Hz

Tegangan output : 400 V / 230 V

NB: keterangan lebih lengkap ada pada lampiran

PENGAMAN GENSET

Untuk pengaman genset disesuaikan dengan rating arus dari genset itu
sendiri sebesar 1587 A. Maka pengaman yang dipilih adalah type sebagai berikut
Pengaman yang digunakan adalah ACB type NW16( H1 ) dengan rated 800
sampai1600 A dan Ihs = 65 kA.
1. Arus Nominal Primer
Faktor penempatan : 1 ( pemasangan menggunakan kabel tray )
Faktor suhu : 1 ( Menggunakan AC, suhu dipertahankan 28°C )
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
𝐼𝑛 =
√3 × 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
2000 × 103
=
√3 × 20000
= 57,7 𝐴
𝐾𝐻𝐴 = 125% 𝑥 57,7 𝐴 = 72 𝐴

Dari perhitungan arus di atas penghantar yang digunakan dari outgoing


kubikel pelanggan menuju trafo menggunakan kabel N2XSY 3 x (1 x 35 mm 2 )
dengan KHA 233 A di udara, suhu keliling 30°C dan tegangan pengenal 24 kV.

2. Arus Nominal Sekunder


𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜
𝐼𝑛 =
√3 × 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟

2000 × 103
=
√3 × 400

= 2887 𝐴

KHA = 125% 𝑥 2887 𝐴

= 3608 A

Dari perhitungan arus dan KHA di atas, maka penghantar yang


digunakan adalah kabel NYY 6 (1 x 300 mm2) per phasa dengan KHA 680 A di
udara dengan suhu keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Untuk kabel netral
menggunakan kabel NYY 3 (1 x 300 mm2). Busbar yang digunakan adalah tembaga
dengan lapisan konduktif ukuran (60 x 10)mm2 jumlah 4 batang dengan dengan
pembebanan kotinue = 3800 A.
3. Arus Nominal Cabang
 Kelompok 1
750 × 103
𝐼𝑛 =
√3 × 400
= 1083 𝐴
𝐾𝐻𝐴 = 125% × 1083 𝐴
= 1354 𝐴
Untuk penghantar menggunakan kabel NYY 2x (1 x 300 mm2) per phasa
dan untuk kabel netral menggunakan kabel NYY 1 x (1 x 300 mm2) dengan KHA
680A di udara, dengan suhu keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Busbar
yang digunakan adalahtembaga dengan lapisan konduktif2 x (40 x 10)mm2dengan
pembebanan kotinue = 1470 A.
 Kelompok 2
500 × 103
𝐼𝑛 =
√3 × 400
= 722 𝐴
𝐾𝐻𝐴 = 125% × 722 𝐴
= 903 𝐴
Untuk penghantar menggunakan kabel NYY 2 x (1 x 185 mm2) per phasa
dan kabel netral 1 x (1 x 185 mm2) dengan KHA 490 A di udara,dengan suhu
keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Busbar yang digunakan
adalahtembaga telanjang 1 x (50 x 10) mm2dengan pembebanan kotinue = 1050A.
 Kelompok 3

500 × 103
𝐼𝑛 =
√3 × 400

= 722 𝐴

𝐾𝐻𝐴 = 125% × 722 𝐴

= 903 𝐴
Untuk penghantar menggunakan kabel NYY 2 x (1 x 185 mm2) per phasa dan
kabel netral 1 x (1 x 185 mm2) dengan KHA 490 A di udara, dengan suhu
keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Busbar yang digunakan adalah
tembaga telanjang 1 x (50 x 10) mm2 dengan pembebanan kotinue = 1050 A.

 Kelompok 4
400 × 103
𝐼𝑛 =
√3 × 400
= 577 𝐴
𝐾𝐻𝐴 = 125% × 577 𝐴
= 721 𝐴

Untuk penghantar menggunakan kabel NYY 2 x (1 x 120 mm2) per phasa


dan kabel netral 1 x (2 x 120 mm2) dengan KHA 375 A di udara,dengan suhu
keliling 30˚C dan tegangan pengenal 1,2 kV. Busbar yang digunakan adalah
tembaga dengan lapisan konduktif1 x (40 x 10) mm2dengan pembebanan kotinue
= 865 A.

4. Arus Nominal Genset


1000×103
𝐼𝑛 = 𝐾𝐻𝐴 = 125% 𝑥 1443,4 𝐴
√3×400
= 1443,4 𝐴 = 1804 𝐴

Menggunakan kabel NYY 4 x (1 x 185 mm2)berinti tunggal 3 fasa


dengan KHA 490 A di udara dengan suhu keliling 30˚C. Busbar tembaga
telanjang ukuran 60 x 10 dilapisi lapisan konduktif 2 batang dengan dengan
pembebanan kotinue = 1960 A.
A. PERHITUNGAN Isc

Untuk menghitung besarnya Breaking Capasity dapat dilakukan dengan 2


cara, yaitu:

1. Menulis data – data kelistrikan yang ada di penyulang.

2. Dengan perhitungan melalui rumus yang sudah ditetapkan. Untuk Jawa Timur
besarnya P = 500∠81,37 MVA

Resistansi (mΩ) Reaktansi (mΩ)

A. Sisi Atas TM 20 kV
𝑉 2 4002
𝑍1 = = = 320 𝑠𝑖𝑛𝜃 = 0,98
𝑃 500

𝐶𝑜𝑠𝜃 = 0,8 𝑋1 = 𝑍1 × 𝑆𝑖𝑛𝜃 × 10−3

𝑅1 = 𝑍1 × 𝐶𝑜𝑠𝜃 × 10−3 𝑋1 = 320 × 0,978 × 10−3


= 0,3136 𝑚Ω
−3
𝑅1 = 320 × 0,8 × 10 = 0,256 𝑚Ω

B. Transformator 𝑉𝑆𝐶 𝑉02 7 160000


𝑍2 = × = ×
𝜔𝐶 × 𝑉02 × 10−3 100 𝑆 100 2500
𝑅2 =
𝑆2 = 4,48 𝑚Ω

24600 × 4002 × 10−3


𝑅2 = = 0,98 𝑚Ω 𝑋2 = √𝑍22 − 𝑋22 = √4,482 − 0,742
20002
= 4,42 𝑚Ω

C. Koneksi kabel dari trafo menuju MDP Untuk sistem 1 phasa


𝐿 15
𝑅3 = 𝜌 = 22,5 = 0,18 𝑚Ω 0,12 × 𝐿 0,12 × 15
𝐴 6 × 300 𝑋3 = = = 0,3 𝑚Ω
6 6
D. Busbar
Busbar Utama

𝐿 2
𝑅4 = 𝜌 = 22,5 = 0,045 𝑚Ω 𝑋4 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 2 = 0,3 𝑚Ω
𝐴 10 × 100

Kelompok I

𝐿 1
𝑅𝐺1 = 𝜌 = 22,5 = 0,037 𝑚Ω 𝑋𝐺1 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 1 = 0,15 𝑚Ω
𝐴 60 × 10

Kelompok 2

𝐿 1
𝑅𝐺2 = 𝜌 = 22,5 = 0,09 𝑚Ω 𝑋𝐺2 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 1 = 0,15 𝑚Ω
𝐴 50 × 5

Kelompok 3

𝐿 1
𝑅𝐺3 = 𝜌 = 22,5 = 0,045 𝑚Ω 𝑋𝐺3 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 1 = 0,15 𝑚Ω
𝐴 50 × 10

Kelompok 4

𝐿 1
𝑅𝐺4 = 𝜌 = 22,5 = 0,045 𝑚Ω 𝑋𝐺4 = 0,15 × 𝐿 = 0,15 × 1 = 0,15 𝑚Ω
𝐴 50 × 10
Arus Hubung Singkat Pengaman Utama

 Resistansi dan reaktansi total untuk menentukan Isc pada trafo dapat dihitung:
𝑅𝑡1 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 = 0,256 + 0,98 + 0,18 + 0,045 = 1,461 𝑚Ω

𝑋𝑡1 = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4 = 0,3136 + 4,42 + 0,3 + 0,3 = 5,333 𝑚Ω

 Arus hubung singkat pada pengaman utama dapat dihitung dengan rumus :
𝑽𝟎 𝑽𝟎 𝟒𝟎𝟎
𝑰𝑯𝑺 = = =
√𝟑 × 𝒁
√𝟑 × √𝑹𝟐𝒕𝟏 + 𝑿𝟐𝒕𝟏 √𝟑 × √𝟏, 𝟒𝟔𝟏𝟐 + 𝟓, 𝟑𝟑𝟑𝟐

= 𝟒𝟏, 𝟕𝟕𝒌𝑨

In = 3608 A

Pengaman yang digunakan adalah ACB type Masterpact NW 40 tipe


H1 + Micrologic 2.0A dengan arus nominal 4000 A dan Ihs = 65 kA.

Arus hubung singkat pengaman cabang

a. Kelompok 1
𝑅𝑡2 = 𝑅𝑡1 + 𝑅𝐺1 = 1,461 + 0,037 = 1,298 𝑚Ω

𝑋𝑡2 = 𝑋𝑡1 + 𝑋𝐺1 = 5,333 + 0,15 = 5,483 𝑚Ω

𝑽𝟎 𝑽𝟎 𝟒𝟎𝟎
𝑰𝑯𝑺 = = =
√𝟑 × 𝒁
√𝟑 × √𝑹𝟐𝒕𝟐 + 𝑿𝟐𝒕𝟐 √𝟑 × √𝟏, 𝟐𝟗𝟖𝟐 + 𝟓, 𝟒𝟖𝟑𝟐

= 𝟒𝟎, 𝟗𝟗𝒌𝑨

In = 1083 A

Pengaman yang digunakan adalah MCCB tipe NS1250 N Micrologic


2.0 dengan arus nominal 1250 A dan Ihs = 50 kA.
b. Kelompok 2

𝑅𝑡3 = 𝑅𝑡1 + 𝑅𝐺2 = 1,461 + 0,09 = 1,47 𝑚Ω

𝑋𝑡3 = 𝑋𝑡1 + 𝑋𝐺2 = 5,333 + 0,15 = 5,348 𝑚Ω

𝑽𝟎 𝑽𝟎 𝟒𝟎𝟎
𝑰𝑯𝑺 = = =
√𝟑 × 𝒁
√𝟑 × √𝑹𝟐𝒕 + 𝑿𝟐𝒕 √𝟑 × √𝟏, 𝟒𝟕𝟐 + 𝟓, 𝟑𝟒𝟖𝟐

= 𝟒𝟏, 𝟔𝟑 𝒌𝑨

In = 722 A

Pengaman yang digunakan adalah MCCB tipe NS800 N Micrologic


2.0 dengan arus nominal 800 A dan Ihs = 50 kA.

c. Kelompok 3

𝑅𝑡4 = 𝑅𝑡1 + 𝑅𝐺3 = 1,461 + 0,45 = 1,47 𝑚Ω

𝑋𝑡4 = 𝑋𝑡1 + 𝑋𝐺3 = 5,333 + 0,15 = 5,348 𝑚Ω

𝑽𝟎 𝑽𝟎 𝟒𝟎𝟎
𝑰𝑯𝑺 = = =
√𝟑 × 𝒁
√𝟑 × √𝑹𝟐𝒕 + 𝑿𝟐𝒕 √𝟑 × √𝟏, 𝟒𝟕𝟐 + 𝟓, 𝟑𝟒𝟖𝟐

= 𝟒𝟏, 𝟔𝟑 𝒌𝑨

In = 722 A

Pengaman yang digunakan adalah MCCB tipe NS800 N Micrologic


2.0 dengan arus nominal 800 A dan Ihs = 50 kA.
d. Kelompok 4

𝑅𝑡5 = 𝑅𝑡1 + 𝑅𝐺4 = 1,461 + 0,045 = 1,506 𝑚Ω

𝑋𝑡5 = 𝑋𝑡1 + 𝑋𝐺4 = 5,333 + 0,15 = 5,348 𝑚Ω

𝑽𝟎 𝑽𝟎 𝟒𝟎𝟎
𝑰𝑯𝑺 = = =
√𝟑 × 𝒁
√𝟑 × √𝑹𝟐𝒕 + 𝑿𝟐𝒕 √𝟑 × √𝟏, 𝟓𝟎𝟔𝟐 + 𝟓, 𝟑𝟒𝟖𝟐

= 𝟒𝟐, 𝟑𝟔 𝒌𝑨

In = 577 A

Pengaman yang digunakan adalah MCCB tipe NS630b N Micrologic


2.0 dengan arus nominal 630 A dan Ihs = 50 kA.
A. ARRESTER

Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Oleh
karena pemilihan arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya. Karena
kepekaan arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan
tegangan sistem.

Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi


dasar yang sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi,
sehingga didapatkan perlindungan yang baik.

Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang
berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator
5 Km.

 Tegangan dasar arrester


Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi
tegangan tinggi (primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV
sama seperti tegangan pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV
arrester tersebut masih bisa bekerja sesuai dengan karakteristinya yaitu tidak bekerja
pada tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi masih tetap mampu
memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.

 Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan
nominal sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :
Vmaks = 110% x 20 KV

= 22 KV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 28 KV.

 Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah
dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penagkal petir, dengan tegangan rms
fasa ke fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan Untuk
menetukan tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan:

Vm
Vrms=
2
22
=
2

= 15,5 KV

Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa


dengan ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :

Vrms  2
Vm(L - G) =
3

15,5  2
=
3

= 12,6 KV

12,6 KV
Koefisien pentanahan =
15,5KV

= 0,82

Keterangan :

Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)

Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)

 Tegangan pelepasan arrester


Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus
pelepasan, tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap
petir.

Tegangan yang sampai pada arrester :

e
E =
K .e.x

400KV
E =
0,0006  5Km

= 133,3 KV
Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (A)

e = tegangan surja yang datang (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja saluran (Ω)

R = tahanan arrester (Ω)

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran
yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e
adalah :

e =1,2 BIL saluran

Keterangan :

e = tegangan surja yang datang (KV)

BIL = tingkat isolasi dasar transformator (KV)

 Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)


2e  Eo
I =
ZR

Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak


perambatan sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu
dengan yang GTT yang lain berjarak antara 8 KM sampai 10 KM. ( SPLN 52-3,1983
: 11 )

tegangankejutimpuls100%
R =
aruspemuat

105KV
=
2,5KA

= 42 
2  400 KV  133,3KV
I =
0  42

= 15,8 KA

Keterangan :

E = tegangan yang sampai pada arrester (KV)

e = puncak tegangan surja yang datang

K = konsatanta redaman (0,0006)

x = jarak perambatan

Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

V =IxR

Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :

ea = Eo + (I x R) (25)

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (KA)

Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)

ea = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja (Ω)

R = tahanan arrester (Ω)

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)


“Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam
impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5
x 40 μs. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai
karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.
 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran
yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E
adalah :

e =1,2 BIL saluran

e = 1,2 x 150 KV

e = 180 KV

Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam


impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang
1,2/50 μs. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai
karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga
dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 150 KV

 Margin Perlindungan Arrester


Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

MP = (BIL / KIA-1) x 100%

MP = (150 KV/ 133,3 – 1) x 100%

= 125.28 %

Keterangan :

MP = margin perlindungan (%)

KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)

BIL = tingkat isolasi dasar (KV)

Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo


daya. Kriteria yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi
transformator .
 Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan
Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat
mungkin dengan peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang
dilindungi digunakan persamaan sebagai berikut :

2 A x
Ep = ea +
v

2  4000 KV / s  x
125 = 133,3 KV+
300m / s
8,3 = 26,6x

x = 0,31 m

jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.Perhitungan jarak


penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator tiang. Namun di wilayah
Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan tanah dengan
menggunakan kabel tanah. Transformator tersebut berada dalam tempat terpisah
dengan pengaman arresternya. Transformator diletakkan di atas tanah dan terhubung
dengan arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel tanah.

Tabel Batas Aman Arrester

IMPULS BIL BIL KONDISI KETERANGAN


PETIR ARRESTER TRAF0

(KV) (150 KV) (125 KV)

Tegangan masih
di bawah rating
transformator
120 KV < 150 KV <125 KV Aman maupun arrester

Tegangan masih
memenuhi
125 KV <150 KV =125 KV Aman
batasan
keduanya
Tegangan lebih
diterima arrester
130 KV <150 KV >125 KV Aman
dan dialirkan ke
tanah

Masih memenuhi
batas tegangan
tertinggi yang
150 KV =150 KV >125 KV Aman bisa diterima
arrester.

Tidak Arrester rusak,


aman transformator
200 KV >150 KV >125 KV
rusak

Berdasarkan keterangan diatas maka pemilihan BIL arrester harus


mempunyai kemampuan yang sama atau diatas tegangan BIL petir (150 kV),
sedangkan untuk BIL trafo dapat menggunakan BIL yang lebih rendah yaitu 125 kV.

B. Karakteristik dan Pemilihan Cut-Out

Karakteristik utama suatu cut-out adalah sehubungan dengan kebuuhan


antara waktu dan arus. Hubungan antara minimum melting dan maksimim clearing
time, ditentukan dari test data yang menghasilkan karakteristik waktu dan arus.
Kurva minimum melting time dan maksimum clearing time adalah petunjuk yang
penting dalam penggunaan fuse link pada system yang dikoordinasikan.

Melting time adalah interval waktu antara permulaan arus gangguan dan
pembusuran awal. Interval selama dalam masa pembusuran berakhir adalah arching
time. Sedangkan clearing time adalah melting time ditambah dengan arching time.

Factor-faktor dalam pemilihan fuse cut-out

Penggunaan cut-out tergantung pada arus beban, tegangan, type system,


dan arus gangguan yang mungkinterjadi. Keempat factor diatas ditentukan dari
tiga buah rating cut-out, yaitu :
1) Pemilihan rating arus kontinyu
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya akan sama dengan atau lebih
besar arus arus beban kontinyu maksimum yang diinginkan akan ditanggung.
Dalam menentukan arus beban dari saluran, pertimbangan arus diberikan pada
kondisi normal dan kondisi arus beban lebih ( over load ).Pada umumnya
outgoing feeder 20 kV dari GI dijatim mampu menanggung arus beban
maksimum630 A, maka arus beban sebesar 100 A.

2) Pemilihan Rating tegangan


Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut :

 Tegangan system fasa atau fasa ke tanah maksimum.


 System pentanahan.
 Rangkaian satu atau tiga fasa.
Sesuai dengan teganga sisitem dijatim maka rated tegangan cut-out dipilih
sebesar 20 kV dan masuk ke BIL 150.

3) Pemilihan rating Pemutusan.


Setiap transformator berisolasi minyak harus diproteksi dengan gawai
proteksi arus lebih secara tersendiri pada sambungan primer, dengan
kemampuan atau setelan tidak lebih dari 250 %dari arus pengenal transformator.

Setelah melihat data- data diatas maka perhitungan pemilihan fuse cut-
out adalah sebagai berikut :

 Arus
Dayatrafo
I co   2,5
3  20kV

2000kVA
I co   2,5
3  20kV

= 144,3 A
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar
dari beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih
HUBBELL CO dengan arus sebesar 200 A, yang mempunyai spesifikasi umum
sebagai berikut:

o Type : CP710342
o Voltage Nominal : 27 Kv
o Current continuous : 200 A
o Interupting RMS Asym : 10 kA
NB: Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada katalog
SANGKAR FARADAY

Medan listrik berpengaruh dan berbahaya bagi pekerja yang bekerja pada atau
dekat sekali dengan bagian dari jaringan yang bertegangan. Pekerja dapat
mempergunakan perlindungan untuk hal tersebut seperti sangkar faraday dimana kuat
medan listrik didalam pelindung konduktor ini merupakan fungsi dari derajat
perlindungannya

Sangkar pelindung terbuat dari bahan konduktor dan beberapa tahun yang lalu
Faraday telah menunjukkan bahwa kuat medan listrik didalam sangkar adalah nol (0)
bila sangkar berbentuk kotak penuh. Namun jika sangkar tersebut berbentuk kotak
penuh sehingga pekerja didalamnya bebs terhadap medan listrik, maka hal ini tidak
dapat dipakai untuk bekerja. Perlindungan terhadap medan ini hanya dilakukan oleh
sangjar yang hanyaberbentuk setengah kotak atau sangkar yang tidak berbentuk kotak
penuh, tergantung pada derajat perlindungan yang kita inginkan

Dalam perhitungan ini yang perlu diperhatikan adalah system pengaman dari sisi
TR maupun TM pada trafo. Sesuai dengan catalog yang ada jarak aman sisi tegangan
tinggi adalah = 750 mm. Dengan perkiraan panjang tangan manusia sekitar kurang lebih
600 mm. Sehingga dapat terhitung sangkar faraday sesuai dengan dimensi trafo yang
digunakan.

Dimensi trafo yang digunakan dengan data sebagai berikut :

Panjang (A) : 2050 mm

Lebar (B) : 1215 mm

Tinggi (C) : 1985 mm

Sehingga diperoleh dimensi sangkar faraday terpasang sebagai berikut :

Panjang : (jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + panjang trafo

: ( 500 + 750 ) x 2 + 2050 mm

: 4550 mm
Lebar : (jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + lebar trafo

: ( 500 + 750 ) x 2 +1215 mm

: 3715 mm

Tinggi : (jarak aman trafo dengan atap) + tinggi trafo

: 1000 mm + 2985 mm

: 3000 mm
PEMILIHAN KOMPONEN KUBIKEL

Kubikel 20 kV adalah komponen peralatan untuk memutuskan dan


menghubungkan, pengukuran, tegangan, arus maupun daya, peralatan proteksi dan
control. Didalam perencanaan ini, pelanggan memesan daya kepada PLN sebesar 10000
kVA, pelanggan ini termasuk pelanggan TM / TM / TR sehinga trafo milik pelanggan,
rugi-rugi di tanggung pelanggan, pengukuran di sisi TM dan trafo ditempatkan di gardu
distribusi.

Kubikel terdiri dari dua unit. Pertama adalah milik PLN (yang bersegel) dan
kubikel milik pelanggan (hak pelanggan sepenuhnya). Setiap kubikel terdiri dari
incoming, metering dan outgoing. Pada perencanaan ini, kubikel pelanggan dan PLN
disamakan spesifikasinya, karena selain PLN, pelanggan juga perlu memonitoring
metering milik pelanggan itu sendiri. Spesifikasi kubikel ialah:

1. Incoming : IMC
2. Metering : CM2
3. Outgoing : DM1-A
Dari schneider / Merlin Gerin

1. INCOMING (IMC)
Terdiri atas LBS (load break switch), coupling kapasitor dan CT

- LBS
Ialah pemutus dan penyambung tegangan dalam keadaan berbeban,
komponen berbeban terdiri atas beberapa fungsi yaitu:

1. Earth Switch
2. Disconnect Switch
3. Load Break Switch
Untuk meng-energized, proses harus berurutan (1-2-3) dan memutus
beban harus dengan urutan kebalikan (3-2-1).

- Coupling Capasitor
Dalam penandaan kubikel membutuhkan lampu tanda dengan tegangan
kerja 400 kV. Karena pada kubikel mempunyai tegangan kerja 20 kV, maka
tegangan tersebut harus diturunkan hingga 400 V menggunakan coupling
capasitor dengan 5 cincin yang menghasilkan output tegangan

= 20 kV/5

= 400 V

- Current Transformator (CT)


Trafo yang digunakan adalah trafo dengan daya 2500 kVA. Sehingga
arus nominalnya ialah:

𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙


𝐼𝑛 =
√3 × 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑚𝑒𝑛𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
10000𝑘𝑉𝐴
=
√3 × 20𝑘𝑉
= 288,67 𝐴

meter yang digunakan hanya mampu menerima arus sampai 5


A.Sehingga dibutuhkan trafo arus (CT) dengan spesifikasi:

1. Transformer ARJP2/N2F
2. Single Primary Winding
3. Double Secondary Winding Untuk Pengukuran dan Pengaman
4. Arus rating : 400 A / 5
5. Burden : 7,5 VA
6. Class : 0,5
NB: Keterangan lebih lengkap bisa dilihat katalog kubikel

2. METERING (CM2)
Terdiri atas LBS type CS, busbar 3 phasa, LV circuit isolation switch,
LV fuse, 3 fuse type UTE atau DIN 6.3 A, heater 150 W (karena daerah dengan
tingkat kelembaban tinggi).

- Load Break Switch type CS


Dioperasikan dengan pengungkit yang terdiri atas :

1. Earth switch
2. Disconnect switch
- Auxiliary kontak untuk CM2 yaitu 10 + 2c

- Voltage transformator

- Fuse
Fuse yang digunakan pada kubikel metering tergantung dari tegangan
kerja dan transformator yang digunakan. Setelah melihat tabel seleksi fuse
(katalog kubikel),

Pemilihan Fuse
Fuse = 400% x In

= 4 x 288,67

= 1154,7 A

- Heater 150 W
Heater digunakan sebagai pemanas dalam kubikel. Sumber listrik heater
ini berdiri sendiri 220 V-AC. Difungsikan untuk menghindari flash over akibat
embun yang ditimbulkan oleh kelembaban di sekitar kubikel.

3. OUTGOING (DM1-A)
Terdiri atas:

 SF1 atau SF set circuit breaker (CB with SFG gas)


 Pemutus dari earth switch
 Three phase busbar
 Circuit breaker operating mechanism
 Dissconector operating mechanism CS
 Voltage indicator
 Three ct for SF1 CB
 Aux- contact on CB
 Connections pads for ary-type cables
 Downstream earhting switch.
Dengan aksesori tambahan:

 Aux contact pada disconnector


 Additional enclosure or connection enclosure for cabling from above
 Proteksi menggunakan stafimax relay atau sepam progamable electronic unit
for SF1 –CB.
 Key type interlock
 150 W heating element
 Stands footing
 Surge arrester
 CB dioperasikan dengan motor mekanis.
 Lihat katalog kubikel

PERHITUNGAN KOMPONEN KUBIKEL

1) Pemilihan Disconnecting Switch (DS).


Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya
(menutup dan membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini
hanya difungsikan sebagai pemisah bukan pemutus.

Jika DS dioperasikan pada saat keadaan berbeban maka akan terjadi flash
over atau percikan-percikan api yang dapat merusak alat itu sendiri.

Fungsi lain dari disconnecting switch adalah difungsikan sebagai pemisah


tegangan pada waktu pemeliharaan dan perbaikan, sehingga dperlukan saklar
pembumian agar tidak ada muatan sisa.

Karena DS dioperasikan sebagai saklar maka perhitungannya adalah :

KVA(trafo)
I   1,15
3  20kV

10000kV
I  1,15
3  20kV
= 331,98 A

Sehingga dipilih DS dengan type SF 6 with earthing switch.

2) Pemilihan Load Break Switch.


Kemampuan pemutus ini harus disesuaikan dengan rating nominal dari
tegangan kerja, namun LBS juga harus mampu beroperasi saat arus besar ( Ics )
tanpa mengalami kerusakan.

Cara pengoperasian LBS bisa secara manual yaitu digerakkan melalui


penggerak mekanis yang dibantu oleh sisitem pegas dan pneumatic.pemilihan
LBS ditentukan berdasarkan dengan Rating arus nominal dan tegangan kerjannya :

KVA(trafo)
I   1,15
3  20kV

10000kVA
I  1,15
3  20kV

= 331,98 A

Saklar Disconnector dan Saklar Pentanahan

 Tabung Udara
Tiga kontak putar ditempatkan dalam satu enclosure dengan tekanan gas
relative 0,4 bar
 Operasi Keamanan
Saklar memiliki tiga posisi, yaitu:

- Tertutup
- Terbuka
- Ditanahkan
Dengan system operasi interlock, mencegah terjadinya kesalahan
pengoperasian.
A. Perhitungan AC Ruang Kubikel
Untuk menjaga suhu ruang kubikel kita tidak menggunakan ventilasi,
namun menggunakan AC. Hal ini dimaksukan agar suhu ruang tetap stabil walupun
keadaan cuaca di luar ruangan berubah – ubah. Berikut perhitungan daya AC pada
ruang kubikel :
 Kebutuhan BTU = 500 BTU/h tiap m3
 Rumus : ( P x L x T ) BTU/h
 ½ PK ( 368 W ) setara dengan 5000 BTU/h
 Panjang ruangan = 8 m
 Lebar ruangan = 8 m
 Tinggi ruangan = 4 m

Maka kebutuhan BTU : ( 8 x 8 x 4 ) 500


: ( 256 ) 500
: 128.000 BTU/h
Daya AC : ( Kebutuhan BTU / 5000 ) 368 W
: ( 128000 / 5000 ) 368 W
: ( 25,6 ) 368 W
: 9.420 W
Maka dipilih AC produk LG seri NOVA type E09SQ

B. Perhitungan Exhaust Fan Ruang Genset


Untuk sirkulasi pada ruang genset digunakan fan exhaust agar sirkulasi
lebih baik. Sehingga lebih meminimalisir gas buang genset yang masuk ke ruang
genset. Rumus yang digunakan referensi KDK fan, yaitu :
K=AxB
Dimana K = Kebutuhan volume udara fan ( m3/jam )
A = Volume ruangan
B = Kebutuhan frekuensi pergantian udara per jam ( tabel pada
KDK )
Maka kebutuhan fan :
K = ( 8 x 10 x 4 ) x 20 m3/jam
= 6400 m3/jam
Dari perhitungan tersebut kita tahu bahwa kebutuhan pergantian volume
udara tiap jamnya adalah m3/jam, sehingga dipilih kipas produk MARATHON
ELECTRIC type GPN45041 dengan spesifikasi umum :
 Motor AF55
 1 Fasa
 Kecepatan 1400 rpm
 Daya 372 W
 Arus 1,75 A
 Free air flow 7000 m3/jam
PEMASANGAN KAPASITOR
Untuk memaksimalkan penggunaan daya pada pabrik maka direncanakan
pemasangan kapasitor. Beberapa keuntungan pemasangan kapasitor adalah :

 Menurunkan pemakaian kVA total


 Mengoptimalkan daya trafo
 Menurunkan rugi tegangan
 Dll

Diketahui data pabrik sebagai berikut :

 Harmonisa 30%
 Power factor 0.76
 Power factor yang diinginkan 0.9
 Daya aktif 1615 W

Perhitungan menggunakan metode 1 ( tabel cos phi ). Melihat tabel cos phi
menunjukkan factor pengali sebesar 0,371. Maka daya reaktif yang diperlukan :

 0,371 x 1615kW = 599 kVAr

Melihat kebutuhan daya reaktif sebesar 599 kVAr, nilai perubahan power factor
( fluktuasi ) yang tinggi dan harmonisa yang tinggi maka dipilih kapasitor bank produk
ABB series CLMR dengan spesifikasi umum sebagai berikut :

 kVAr : 500
 steps : 4
 Tinggi : 2286
 Lebar : 1270
 Tebal : 508
 Reactor : include
PEMILIHAN SKUN, MUR & BAUT

Pemilihan skun kabel outgoing trafo harus disesuaikan dengan besarnya kabel,
sedangkan pemilihan mur baut disesuaikan dengan lubang bushing trafo, lubang skun
kabel, dan tebal bushing ditambah tebal ujung skun kabel. Maka dengan pertimbangan
factor – factor tesebut maka dipilih komponen sebagai berikut :

 Skun : Ohmpro OPHD 300-16


 Mur : Sigma hex cap screws 5/8” ( 16 mm2 )
 Baut : Sigma hex nuts finished 5/8” ( 16 mm2 )

PEMILIHAN ATS

Untuk ATS rating arusnya disesuaikan dengan pengaman utama, sehingga dari
perhitungan pengaman utama, maka dipilih ATS 640-PC dengan rating sebesar 4000 A
produk OSUNG dengan spesifikasi sebagai berikut :

 Rated Voltage : 600 VAC / 125 VDC


 Rated current : 4000 A
 Pole :4
 Isc : 143 kA
 Connection : Back
 Operating current : 65 A
 Operating voltage : 240 V

Lebih lengkapnya mengenai dimensi dan spesifikasi lain tentangATS osung bisa
dilihat pada katalog.
PENTANAHAN BODY TRAFO, SANGKAR FARADAY, BODY CUBICLE

Pada pentanahan body trafo, sangkar faraday,body cubicle harus

mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem

pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan:

 Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m

 Luas penampang elektroda adalah 5/8”Cu telanjang

r = 7,94 mm

 Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal

 Panjang elektroda = 3 meter

 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

  4L 
R pentanahan =  ln 1
2. .L  a 

100  4 x3 
  ln  1
2. .3  0,00794 

= 33,5  Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5Ω

Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

l 3
k  In  In  5,9
r 0,00794

1 L 1 3 In.x In.1,33
x   1,33 m   0,048
L 3 k 5,9

1  2m 1  20,048
Factor pengali konfigurasi   =0,548
2 2


Rpt  x factor pengali konfigurasi
2L
100
 x0,548  2,9 memenuhi persyaratan karena Rpt<5Ω
2x3

 Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang

tunggal sistem double straight adalah sebesar 2,9 Ω. Sehingga memenuhi syarat

PUIL.

PENTANAHAN ARESTER DAN KABEL NA2XSGBY

(KAWAT BRAID/GB PENTANAHAN)

Agar bahaya sambaran petir tidak masuk ke dalam siatem maka arrester

harus di tanahkan. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda

batang tunggal dengan catatan:

 Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m

 Luas penampang elektroda adalah 5/8”Cu telanjang

r = 7,94 mm

 Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal

 Panjang elektroda = 3 meter

 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

  4L 
R pentanahan =  ln 1
2. .L  a 

100  4 x3 
  ln  1
2. .3  0,00794 

= 33,5  Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5Ω


Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

l 3
k  In  In  5,9
r 0,00794

1 L 1 3 In.x In.1,33
x   1,33 m   0,048
L 3 k 5,9

1  2m 1  20,048
Factor pengali konfigurasi   =0,548
2 2


Rpt  x factor pengali konfigurasi
2L

100
 x0,548  2,9 memenuhi persyaratan karena Rpt<5Ω
2x3

 Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang

tunggal sistem double straight adalah sebesar 2,9 Ω. Sehingga memenuhi syarat

PUIL.

PENTANAHAN TITIK NETRAL TRAFO, PANEL MDP BODY GENSET

PANEL GENSET

Pada pentanahan titik netral trafo, panel MDP, body Genset, dan panel

genset harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini

menggunakan pentanahan system cross dengan catatan:

 Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m

 Luas penampang elektroda adalah 5/8”Cu telanjang


r = 7,94 mm

 Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal

 Panjang elektroda = 3 meter

 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

  4L 
R pentanahan =  ln 1
2. .L  a 

100  4 x3 
  ln  1
2. .3  0,00794 

= 33,5  Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5Ω

Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

l 3
k  In  In  5,9
r 0,00794

1 L 1 3 In.x In.1,33
x   1,33 m   0,048
L 3 k 5,9

1  2m 1  20,048
Factor pengali konfigurasi   =0,548
2 2


Rpt  x factor pengali konfigurasi
2L

100
 x0,548  2,9 memenuhi persyaratan karena Rpt<5Ω
2x3

 Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang

tunggal sistem double straight adalah sebesar 2,9 Ω. Sehingga memenuhi syarat

PUIL.

Anda mungkin juga menyukai