Anda di halaman 1dari 6

GINA DWI ATTARI

1711216009

RESUME
A. Pengertian Metode Berpikir Ilmiah
Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau
dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Jadi metode berarti
langkah-langkah (cara dan tekhnis) yang diambil menurut urutan tertentu untuk mencapai
pengetahuan tertentu.

Jadi metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta
untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.
Metode ilmiah ini adalah sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian
kebenaran baru. Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan
melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada.

Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan
mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah,
akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu. Metode ilmiah dipengaruhi oleh
unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur. Kondisi alam yang diduga
para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural law).

B. Nilai Guna Metode Berpikir Ilmiah


Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh
pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan manusia. Dengan
menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya.
Ada 4 cara manusia memperoleh pengetahuan:
1. Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan)
2. Merujuk kepada pendapat ahli
3. Berpegang pada intuisi (metode intuisi)
4. Menggunakan metode ilmiah
Dari ke empat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar
kemajuan manusia. Namun cara yang ke empat ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam
memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan
mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian.
Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan yang
dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode ilmiah tidak akan pernah berpaling.
Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam
membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya. Ilmuan biasanya
bekerja dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari pertimbangan subjektif.
Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong
kelahiran filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat
pengetahuan yang hakiki.
Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan
masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah selalu digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian
tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan
melakukan penelusuran.
Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di awang-awang
meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik
dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji.
Kebenaran ilmiah yang meskipun dikuasai oleh relativitasnya, selalu berpatokan kepada
beberapa hal mendasar, yaitu:
Adanya teori yang dijadikan dalil utama dalam mengukur fakta-fakta aktual.
Adanya data-data yang berupa fakta atau realitas senyatanya dan realitas dalam dokumen
tertentu.
Adanya pengelompokkan fakta dan data yang signifikan.
Adanya uji validitas.
Adanya penarikan kesimpulan yang operasional
Adanya fungsi timbal balik antara teori dan realitas.
Adanya pengembangan dialektika terhadap teori yang sudah teruji.
Adanya pembatasan wilayah penelitian yang proporsional.
Ciri-ciri tersebut merupakan “citra” ilmu pengetahuan dan metode ilmah. Oleh karena itu,
menurut Juhaya S. Pradja (1997), metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan,
kemudian memperkuat diri dengan pengalaman dan menarik kesimpulan atas dasar pembuktian
yang akurat.
Langkah metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal, yaitu:
a. Kemana arah yang hendak dituju ?
b. Bagaimana dan kapan mulai bergerak ?
c. Mampukah melakukan langkah dan gerakan yang sesuai dengan maksud yang ditargetkan;
benarkah telah mulai bergerak ?
Metode ilmiah dimulai dengan usaha untuk konsisten dalam berfikir ilmiah. Dalam
kerangka berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran, baik dalam
pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus berpedoman pada paradigma
tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal itu akan lebih membuktikan relevansi antara
teori dan realitas secara apa adanya.
C. Prosedur Berpikir Ilmiah
Prosedur berfikir ilimiah modern, masih selalu teatp menggunakan kaidah keilmuan barat
yang hanya melandaskan fikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Metode ilmiah adalah
ekspresi tentang cara berfikir menurut kaidah ilmiah. Melalui metode ini, diharapakan dapat
menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta pengetahuan ilmiah. Karakteristik yang
dimaksud bersifat rasional (deduktif) dan teruji secara empiris. Metode ilmiah dengan demikian
adalah pengggabungan antara cara berfikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuan.
Prosedur ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:
1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang
bertantangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.
2. Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik
3. Merumuskan suatu hipotesis
4. Merancang suatu metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan
pengamatan atau percobaaN
5. Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan
yang mempunyai makna dan kepentingan
6. Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan
7. Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah
Permasalahan akan menentukan ada atau tidaknya ilmu. Tanpa ada masalah, maka tidak
akan ada ilmu. Langkah pertama suatu penelitian adalah mengajukan sesuatu yang
dianggap sebagai masalah. Sesuatu yang dianggap sebagai masalah apabila terdapat
pertentangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya, dengan kenyataan yang
sebenarnya ada.
Permasalahan dalam ilmu pengetahuan, memiliki 3 ciri:
1. Dapat di komunikasikan dan dapat menjadi wacana public
2. Dapat diganti dengan sikap ilmiah
3. Dapat ditangani dengan metode ilmiah

D. Sikap dan Aktivitas Ilmiah


1. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan bagian penting dari prosedur berfikir ilmiah. Sikap ilmiah
memiliki 6 karakteristik, yaitu:
1. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu yang menjadi pemicu munculnya pertanyaan serta dilakukannya
penyelidikan, pemeriksaan, penjelajahan dan percobaaan dalam rangka mencapai pemahaman.
2. Spekulatif
Spekulatif ini adalah sikap ilmiah yang diperlakukan untuk mengajukan hipotesis-
hipotesis (tentu bersifat dedukatif) untuk mencari solusi terhadap permasalahan.
3. Objektifitif
Objektifitif ini dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui subjektivitas
terhadap apa yang dianggapnya benar.
4. Keterbukaan
Sikap terbuka adalah kesediaan untuk mempertimbangkan semua masukan yang relevan.
5. Kesediaan untuk menunda penilaian.
Kesediaan untuk menunda penilaian, artinya tidak memaksakan diri untuk memperoleh
jawaban, jika peneyelidikan belum memperoleh bukti yang diperlukan.
6. Tentatif
Bersikap tentatif artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan.

2. Aktivitas Ilmiah
Aktivitas ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yang terus-menerus melakukan research
ilmiah untuk mencapai kebenaran. Para ilmuan sering melakukan aktivitas ilmiah ini, secara
terus menerus untuk mencapai pada apa yang disebutnya benar.
Menurut Walter R Borg and Meredith D Gall, menyebutkan ada 7 langkah yang
ditempuh seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya. 7 langkah tersebut diantaranya:
1. Menyusun sesuatu yang disebut masalah
2. Melakukan perumusan masalah atau mendefinisikan masalah kedalam bentuk yang
operasional
3. Menyusun hipotesis/dugaan sementara
4. Menetapkan tekhnik dan menyusun instrumen penelitian
5. Mengumpulkan data yang diperlukan
6. Melakukan analisis terhadap data yang terkumpul
7. Menggambarkan kesimpulan yang berhasil dipecahkan
Dalam melakukan reserch, para ilmuan mempunyai dua aspek, yaitu aspek invidual yang
mengacu pada ilmuan sebagai aktifitas ilmuan dan aspek sosial yang mengacu kepada ilmu
sebagai suatu komunitas ilmiah dan kumpulan para ilmuan. Komunitas ini berinteraksi dengan
intuisi-intuisi lain dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Sumadi. 2010. Filsafat Ilmu Pengantar Konsep dan Analisis. Ciamis: Institut Agama Islam
Darussalam.

A. Mirawihardja, Sutardjo. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.


Ahmad Saebani, Beni. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: CV Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai