DOPS:
1. Cuci tangan peri-operatif
2. Memakai handscoen
3. Memakai baju OK
4. Melapas handscoen dan baju OK
5. Cimino (AV-Shunt)
6. DLC
MINE-CEX (1):
1. Trauma thoraks SEGERA mengancam nyawa
2. Trauma thoraks POTENSI mengancam nyawa
3. Spirogram
4. Pemasangan chest-tube
5. hard-sign dan soft-sign cedera vascular
6. macam-macam trauma vascular
MINE-CEX (2):
1. Empiema 3 stadium
2. Apa penyebab efusi, hemothoraks, pneumothoraks?
3. Stadium CKD
4. Apa follow-up pasien CKD setelah pemasangan Cimino?
5. 3 macam pneumothoraks
JAWABAN DOPS
1. Cimino (AV-Shunt)
✓ Adalah suatu prosedur pembedahan dengan membentuk suatu pintasan antara arteri
dan vena didaerah tertentu yang berguna untuk akses hemodialisa.
✓ Pada penderita CKD Stage V yang memerlukan cuci darah/ hemodialisa terus menerus
dibutuhkan akses yang berguna untuk jangka lama. Penusukan langsung pada
pembuluh darah dilipat paha beresiko baik berupa perdarahan maupun terbentuknya
pseudo aneurisma yang beresiko sewaktu-waktu pecah.
✓ Cimino adalah suatu terminologi yang digunakan untuk menyebut AV-shunt yang
dibuat di pergelangan tangan yaitu shunt antara A. Radialis dan V. Cephalica. Cimino
merujuk kepada nama orang yang pertama kali memperkenalkannya. Jika dibuat
ditempat lain selain pergelangan tangan maka terminologi yang lazim adalah AV-
shunt.
✓ Menurut KDOQI guideline, akses untuk hemodialisa bagi penderita gagal ginjal mulai
disiapkan pada saat penderita berada pada stage IV sehingga jika penderita jatuh pada
stage V maka akses hemodialisa Cimino penderita sudah siap untuk digunakan.
✓ Persyaratan
o Persyaratan pada pembuluh darah arteri:
• Perbedaan tekanan antara kedua lengan < 20 mmHg
• Cabang arteri daerah palmar pasien dalam kondisi baik dengan melakukan
tes Allen.
• Diameter lumen pembuluh arteri ≥ 2.0 mm pada lokasi dimana akan
dilakukan anastomosis.
o Persyaratan pada pembuluh darah vena:
• Diameter lumen pembuluh vena ≥ 2.0 mm pada lokasi dimana akan
dilakukan anastomosis.
• Tidak ada obstruksi atau stenosis.
• Kanulasi dilakukan pada segmen yang lurus.
✓ Komplikasi operasi
- stenosis,
- trombosis,
- infeksi,
- aneurysma,
- sindrom “steal” arteri,
- gagal jantung kongestif:
✓ Perawatan pasca bedah & follow-up:
o Pasca bedah penderita dapat dipulangkan. Dilakukan pembebatan pada daerah
yang di operasi. Daerah yang dilakukan A-V shunt tidak diperkenankan untuk
IV line, ditekan atau diukur tekanan darahnya.
o follow-up
- bruit, thrill (adanya getaran seirama denyut jantung pada daerah yang
dilakukan AV-shunt)
- ganti verban rutin
- klinis (?)
2. DLC
✓ Kateter vena yang sering disebut sebagai kateter dual lumen adalah suatu saluran yang
dimasukkan kedalam suatu vena sentral didaerah leher, dada atau lipat paha. Ini
digunakan hanya untuk penggunaan jangka pendek. Kateter ini diluar tubuh memisah
menjadi dua saluran. Satu saluran digunakan untuk menarik darah dari pasien kedalam
mesin ini disebut sebagai artery line dan satu lagi digunakan untuk memasukkan darah
dari mesin ketubuh penderita disebut sebagai venous line.
✓ Akses ini hanya digunakan jangka pendek sebelum seorang spesialis bedah vaskular
membuat AV fistula sebagai akses jangka lama. Akses ini sangat tidak ideal karena
dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti bekuan darah yang
menyumbat akses, infeksi dan jangka lama vena tempat pemasangan kateter akan
mengalami penyempitan sehingga tidak dapat digunakan lagi untuk akses
hemodialisa.
✓ Lokasi penusukan:
- V. Femoralis
- V. Subclavia
- V. Jugularis Interna
✓ Komplikasi akibat pemasangan:
- Komplikasi karena penusukkan
- Infeksi
- Thrombosis
- Emboli udara
- Stenosis vena sentral
✓ Perawatan:
Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan DLC adalah kebersihan kateter,
kondisi kateter yang tidak tertekuk, rembesan darah dari sambungan tutup kateter,
kateter lepas atau berubah posisi, tanda-tanda peradangan dan keluhan pasien.
3. Spirogram
4. Pemasangan chest-tube
i. Posisi pasien:
• posisi setengah duduk kalau sangat sesak
• posisi baring kalau tidak sesak
• Letakkan tangan dibelakang kepala
ii. Tentukan titik pemasangan chest tube (anterior line axillaris media), tentukan
angulus ludovici (costa II) dari ICS II selanjutnya tentukan ICS V.
iii. Asepsis, antisepsis, dan prosedur drapping.
iv. Anestesi infiltrasi lidokain 1-2% secukupnya di atas costa VI , dari kulit sampai
periosteum.
v. Insisi kulit di atas costa VI kira-kira 2 cm.
vi. Perdalam insisi secara tajam dan tumpul di atas costa VI.
vii. Secara perlahan tembus pleura parietalis, masukkan jari untuk memeriksa adanya
perlengketan pleura dengan organ intrathorakal.
viii. Masukkan chest tube (sesuai ukuran 18 Fr, 20 Fr, 22 Fr, 26 Fr) dengan
menggunakan klem sebagai penuntun, sebelumnya chest tube diklem di bagian
distal.
ix. Pasang fiksasi jahitan dengan matras horizontal, simpul hidup menggunakan
benang Silk atau sejenisnya (Vicryl) ukuran 1.0, sambungkan chest tube dengan
botol WSD.
x. Lepas klem di bagian distal.
xi. Tutup luka dengan kasa steril dan hipafix (jangan dibelah).
xii. Follow up undulasi, buble, warna cairan, volume cairan, dan klinis pasien.
xiii. Beri analgesik dan antibiotik yang sesuai.
Hemothoraks
o Traumatik
• Trauma tajam (Penetrating injuries)
By far the most common cause of hemothorax is trauma. Penetrating
injuries of the lungs, heart, great vessels, or chest wall are obvious causes
of hemothorax; they may be accidental, deliberate, or iatrogenic in origin.
In particular, central venous catheter and thoracostomy tube placement are
cited as primary iatrogenic causes.
• Trauma tumpul (Blunt chest trauma)
Blunt chest trauma can occasionally result in hemothorax by laceration of
internal vessels.
o Non-Traumatik
- Neoplasia (primary or metastatic)
- Blood dyscrasias, including complications of anticoagulation
- Pulmonary embolism with infarction
- Tuberculosis
- Pulmonary arteriovenous fistulae
- Nonpulmonary intrathoracic vascular pathology (eg, thoracic aortic
aneurysm or aneurysm of the internal mammary artery)
Pneumothoraks
Klasifikasi:
✓ Etiologi
1. Spontaneous pneumothorax
2. Non-Spontaneous pneumothorax
✓ Jenis
1. Tension pneumothorax
2. Open pneumothorax
3. Simple pneumothorax
i. Spontaneous pneumothorax
1. Primary spontaneous pneumothorax
Occurs in people without underlying lung disease and in the absence of
an inciting event. In other words, air enters into the intrapleural space
without preceding trauma and without an underlying history of clinical
lung disease. However, many patients whose condition is labeled as
primary spontaneous pneumothorax have subclinical lung disease, such
as pleural blebs, that can be detected by CT scanning. Patients are
typically aged 18-40 years, tall, thin, and, often, are smokers.
2. Secondary spontaneous pneumothorax
Occurs in people with a wide variety of parenchymal lung diseases.
These individuals have underlying pulmonary pathology that alters
normal lung structure. Air enters the pleural space via distended,
damaged, or compromised alveoli. Pulmonary TB remains a significant
cause of secondary pneumothorax.
ii. Non-Spontaneous pneumothorax
1. Iatrogenic pneumothorax
Iatrogenic pneumothorax is a traumatic pneumothorax that results from
injury to the pleura, with air introduced into the pleural space secondary
to diagnostic or therapeutic medical intervention. Half a century ago,
iatrogenic pneumothorax was predominantly the result of deliberate
injection of air into the pleural space for the treatment of tuberculosis
(TB).
2. Traumatic pneumothorax
Traumatic pneumothorax results from blunt trauma or penetrating
trauma that disrupts the parietal or visceral pleura
3. Stadium CKD
4. Apa follow-up pasien CKD setelah pemasangan Cimino?
bruit, thrill, ganti verban rutin
5. 3 macam pneumothoraks (liat nomor 3)