PENDAHULUAN
serius. Hal ini diakibatkan karena pemikiran sebagian besar wanita yang
wanita yang pernah melahirkan normal akan mengalami keadaan ini dalam
yakni masalah prolapsus uteri. Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari
tempat yang biasa oleh karena kelemahan otot atau fasia yang dalam keadaan
normal menyokong organ uterus, atau turunnya uterus melalui dasar panggul
antara lain; frekuensi partus yang tinggi, partus dengan penyulit, asites atau
1
Insiden dari prolapsus organ pelvis yang tepat sulit ditentukan.
genitalia dan 20% dari kasus ginekologi yang menjalani operasi akan
Geneva insidennya 5,7%, dan pada periode yang sama di Hamburg 5,4%.
orang Negro Amerik dan Indonesia kurang. Pada sku Bantu di Afrika Selatan
ada 186 kasus prolapsus uteri baru di RSCM pada tahun 1986. Sedangkan
Rumah Sakit umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh menunjukkan hasil
2
Penelitian yang dilakukan di RSU Wahidin Sudirohusodo tersebut diatas
umur terendah yaitu di bawah 50 tahun sebesar 16 sampel, dan tertinngi 36-
suku Mandar dengan 10 sampel dan tertinggi yakni suku Makassar dengan
rumah tangga dengan 15 sampel dan yang paling sedikit yakni petani dengan
sampel. Berdasarkan berat bayi mempelihatkan hasil bahwa berat badan bayi
tahun 2011.
3
c. Untuk mengetahui distribusi pasien prolapsus uteri yang dirawat
yang dilakukan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan
dibidang kesehatan.
2. Sebagai bahan masukan bagi institusi digunakan untuk pengembangan
yang diperoleh.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Prolapsus uteri adalah tururnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena
2.2. Epidemiologi
pada periode yang sama di Hamburg 5,4%. Di laporkan di Mesir, India dan
Indonesia kurang. Pada suku Bantu di Afrika Selatan jarang sekali terjadi. Di
5
Indonesia prolapsusu uteri lebih sering dijumpai pada wanita yang telah
melahirkan, wanita tua, dan wanita dengan pekerjaan berat. Djafar Siddik
31,74% pada wanita petani, dari 63 kasus tersebut 69% berumur 40 tahun.
Aceh dari tahun 2007-2010 adalah 2163 orang dimana 71 orang diantaranya
umum dan diperkirakan bahwa terjadi pada 50% dari perempuan yang
6
umur. Sayangnya, hanya satu dari lima pasien dapat mengakses perawatan
medis untuk gejala mereka. Insiden ini menempatkan beban sosial ekonomi
Hendrik dkk menyebutkan wanita yang melahirkan bayi dengan berat >
PPOQ stage II terjadi pada 66% pada bayi besar > 4000 gram di bandingkan
dengan hanya 53% pada wanita yang berat badan bayi normal, Hal yang
sama diperoleh oleh. Tegerset 2006 di mana hubungan berat badan bayi
lebih rendah dari pada wanita paska menopause yang tidak memperoleh TSH
(terapi sulih hormon), namun Swift tidak menemukan perbedaan stage POPQ
pencegahan prolapsus juga akan berbeda. Setelah mengontrol usia, BMI dan
uterus. Sze dkk dalam penelitiannya mendapatkan ras Asia dan kulit hitam
7
lebih sedikit yang menginginkan usaha operasi pebaikan untuk prolapsus
Organ panggul terdiri dari fallopian tube, bladder, pubic bone, g-spot,
rectum, anus. 9
8
Gambar: 2.1. Anatomi organ panggul.9
yakini; partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit, tarikan pada janin dimana pembukaan belum lengkap, pusat Crede
mengherankan bila prolapsus uteri terjadi segera sesudah partus atau dalam
masa nifas. Selain itu asites dan tomor-tumor di daerah pelvis mempermudah
reparasi otot-otot dasar panggul yang tak baik. Pada menopause, hormone
estrogen telah berkurang sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkat-
uteri. 10,12
Terdapat beberapa faktor yang memperbesar risiko relaksasi pelvis
9
fasia endopelvis. Merokok dapat menurunkan kadar estrogen dan
jangka waktu yang lama dan berulang menyebabkan tingginya tekanan dalam
rongga perut. Trauma non obsetric bisa juga merusak fasia endopelvis. 13
2.5. Patologi
meliputi otot, ligamen, dan fasia. Pada dewasa, kondisi ini biasanya
ini merupakan penyebab paling signifikan dari prolapsus uteri. Selain itu,
ditunjukkan oleh peningkatan risiko pada pasien dengan sindrom Marfan dan
Gejala yang timbul pada pasien prolapsus uteri sangat berbeda- beda dan
bersifat individual. Kadang kala penderita yang satu dengan prolapsus yang
10
cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebailiknya penderita lain
mengejan.
6. Obstipasi karena faeses berkumpul dalam rongga rektokel.
7. Defekasi dapat terjadi setelah diadakan tekanan pada rektokel dari
vagina.
8. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganngu penderita waktu
2.7. Diagnosis
2.7.1. Anamnesis
Gejala diperberat saat berdiri atau berjalan dalam waktu lama dan
pulih saat berbaring. Pasien merasa lebih nyaman saat pagi hari, dan
gejala memberat saat siang hari. Gejala-gejala tersebut antara lain:15
1. Pelvis terasa berat dan nyeri pelvis.
2. Protrusi atau penonjolan jaringan.
3. Disfungsi seksual seperti dispareunia, penurunan libido, dan
kesulitan orgasme.
11
4. Nyeri punggung bawah.
5. Konstipasi.
6. Kesulitan berjalan.
7. Kesulitan berkemih.
8. Peningkatan frekuensi, urgensi, dan inkontinensia dalam
berkemih.
9. Nausea.
10. Discharge purulen
11. Perdarahan
12. Ulserasi
2.7.3. Laboratorium
Pemeriksaan ditujukan untuk mengidentifikasi komplikasi yang
serius (infeksi, obstruksi saluran kemih, perdarahan, strangulasi), dan
12
tidak diperlukan untuk kasus tanpa komplikasi. Urinalisis dapat
dilakukan untuk mengetahui infeksi saluran kemih. Kultur getah
serviks diindikasikan untuk kasus yang disertai ulserasi atau discharge
purulen. Pap smear atau biopsi mungkin diperlukan bila diduga
terdapat keganasan. Jika terdapat gejala atau tanda obstruksi saluran
kemih, pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin serum dilakukan untuk
menilai fungsi ginjal. 15
2.7.4. Radiologi
USG pelvis dapat berguna untuk memastikan prolaps ketika
anamnesis dan pemeriksaan fisik meragukan. USG juga dapat
mengeksklusi hidronefrosis. MRI dapat digunakan untuk menentukan
derajat prolaps namun tidak rutin dilakukan. 15
Salah satu baku emas untuk menentukan staging prolaps adalah Pelvic
korpus perineal, dan panjang vagina total. Hiatus genitalia diukur dari
Badan perineal diukur dari batas posterior hiatus genital hingga pembukaan
mid anal. Panjang vagina total adalah kedalaman terbesar dari vagina dalam
13
(bila serviks tidak ada)
D ujung distal forniks posterior +/-tvl
Ap dinding vagina posterior, 3 cm proksimal -3 s.d. +3
hymen
Bp ujung prolaps dinding vagina posterior -3 s.d. +tvl
Gh hiatus genital, yaitu jarak tegak lurus antara tidak ada
pertengahan meatus uretra ke hymen batas
posterior
Pb badan perineal, yaitu jarak tegak lurus antara tidak ada
pertengahan anus ke hymen posterior batas
Tvl panjang vagina total, yaitu forniks posterior tidak ada
atau tunggul vagina ke himen batas
14
2. Stadium I: kriteria stadium 0 tidak dipenuhi dan ujung prolaps yang
terendah <-1cm
3. Stadium II: ujung terendah prolaps > -1 cm, namun < +1 cm
4. Stadium III: ujung terendah prolaps >+1 cm, namun <+(X-2) cm
5. Stadium IV: ujung terendah prolaps > + (X-2) cm
X = panjang total vagina dalam cm pada stadium 0, III, dan IV.
2.8. Penatalaksanaan
15
prognosis operasi buruk atau sangat tidak disarankan untuk operasi,
diukur. 10,17
16
Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat pula ditimbulkan
ini terdiri atas suatu gagang (stem) dengan ujung atas suatu
17
ukuran yang cocok, diukur dengan jari jarak antara forniks
dilakukan,
4) penderita menolak untuk operasi, lebih suka terapi
konservatif,
5) untuk menghilangkan symptom yang ada.
anterior.
18
3. Sayatan : Sayatan di lakukan pada dinding vagina diteruskan
2.8.4.1. Ventrifiksasi
19
ligamentum kardinale di depan serviks karena dengan
20
menimbulkan inkontinensia urine, obstipasi serta keluhan
2.9. Komplikasi
vagina dan serviks uteri menjadi tebal dan berkerut, serta berwarna
keputih-putihan. 10
2.9.2. Dekubitus.
paha dan pakaian dalam, hal itu dapat menyebabkan luka dan
21
2.9.4. Gangguan miksi dan stress incontinence.
2.9.6. Kemandulan
2.9.8. Hemoroid
22
2.9.9. Inkarserasi usus halus.
terjepit itu.10
paritas dengan berat bayi yang dilahirkan lebih besar dari 4000 gr, menopaus
kronik, suku.
Umur ibu merupakan variabel yang diteliti karena ibu dengan kondisi
umur yang tua memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami prolapsus uteri
uterus sehingga lebih memiliki resiko yang tinggi untuk menderita prolapsus
uteri.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu variabel yang penting untuk
23
Suku, kita masukkan sebagai fariabel yang kita teliti karena dilihat dari
kita tinjau jenis pekerjaan yang berat seperti sering mengangkat benda-
benda yang berat maka pekerjaan tersebut lebih beresiko untuk terjadinya
prolapusus uteri.
Peningkatan penderita prolapsus uteri lebih banyak terjadi pada ras yang
ada di Asia, sehingga penanganan yang yang harus di lakukan sesuai dengan
uteri, penatalaksanaan.
PARITAS
1.11. Kerangka Konsep
Berdasarkan dasar pemikiran menurut variabel yang diteliti seperti
TINGKAT
tersebut diatas, maka dapat disusun pola pikir variabel yang akan diteliti
PENDIDIKAN
PROLAPSUS
sebagai berikut UTERI
SUKU
PEKERJAAN
STAGING PROLAPSUS
UTERI
24
PENATALAKSANAAN
PROLAPSUS UTERI
Grafik 2.1. Kerangka konsep variabel yang diteliti
2. Umur ibu
dirumah sakit dengan prolapsus uteri yang tercatat dalam rekam medik.
Definisi : Jumlah atau banyaknya anak yang telah dilahirkan oleh ibu
tanpa memandang apakah anak lahir hidup atau mati. Data diambil dari
25
status ibu dimana paritas sama dengan nilai “P” pada GPA (Gravida,
Paritas, Abortus).
lebih.
4. Suku
Cara ukur : Mencatat asal suku pasien prolapsus uteri yang tercantum
dalam MR
1. Suku Bugis
2. Suku Mandar
3. Suku Makassar
4. Suku Toraja
5. Suku yang lain
5. Pekerjaan
Definisi : Aktivitas yang dilakukan pasien untuk mendapatkan upah
26
2. Kerja ringan antara lain; PNS (selain ABRI/POLRI), pegawai
swasta/wiraswasta.
3. Lain-lain.
6. Tingkat pendidikan
7. Staging
8. Peñatalaksanaan
prolapsus uteri
1. Pengobatan medis
27
2. Pengobatan Konservatif
a. Latihan-latihan otot dasar panggul
b. Stimulasi otot-otot dengan tenaga listrik
c. Pengobatab dengan pessarium
3. Pengobatan operatif
a. Ventrifikasi
b. Manchaster
c. Histerektomi vaginal
d. Kolpoklesis (operasi Neugebauer-Le Fort)
BAB III
METODE PENELITIAN
data sekunder dari rekam medik dan disajikan dalam bentuk tabel dan
Faisal Makassar yang hasilnya dapat digunakan oleh instansi terkait dalam
28
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat
26 September 2012.
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
29
b. Rekam medik yang memenuhi seluruh variabel yang
diteliti.
3.3.4.2. Kriteria eksklusi :
a. Rekam medik yang tidak mempunyai data yang lengkap
b. Rekam medik yang hilang atau tercecer
3.4.2. Pengeditan
Dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah
lengkap.
3.4.3. Pengolahan
Perhitungan statistika dilakukan dengan menggunakan program
Statistical Package For the Social Science (SPSS) 18.0 dan Microsoft
3.4.4. Penyajian
30
DAFTAR PUSTAKA
2003
3. Said, A.K. dkk. Prolapsus Uteri Pada RSU dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
31
5. Wiknjosastro H, Sifuddin Barri A, Rahimhadmi T, editor. Ilmu
http://www.womansheadlsection.com/countent/urog/urog009.php3.
22 April 20112.
10. Junisaf. Prolapsus Genetalia. Dalam: Wiknjosastro H. Editor. Ilmu
Hal.402-428
32
17. Mochtar Rustam. Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan. Dalam Sinopsis
Hal.130-133
33