Anda di halaman 1dari 5

SKENARIO 3

Penyakit hipertensi (HT), diabetes mellitus (DM) dan penyakit jantung koroner (PJK) saat ini
ternyata sudah menempati urutan ke 4,5 dan 6 di 10 besar penyakit terbanyak di banyak wilaayah
kerja puskesmas di Indonesia. Meskipun penyakit menular masih menempati urutan pertama.
Kondisi ini sangat berbeda dengan beberapa decade dahulu.

Negara indonesia pada saat ini sedang mengalami double burden of disease, dimana penyakit
tidak menular meningkat dengan tajam sementara itu penyakit infeksi masih banyak dilami
masyarakat. Beberapa upaya untuk meringankan beban ganda masalah kesehatan di Indonesia
tersebut saat ini pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan program terkait dengan
kesehatan dan memperbaiki gaya hidup antara lain perilaku hidup sehat (phbs) , peraturan daerah
tentang merokok dan kawasan tanpa rokok (KTR), program Indonesia sehat dengan pendekatan
keluarga (PISPK), gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) dengan program CERDIK dan
PATUH, juga (BPJS) juga menyelenggarakan program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis)
bagi peserta BPJS yang memiliki penyakit kronis terutama penderita HT dan DM.

Tujuan pembelajaran skenario:


1. Menjelaskan permasalahan dan dampak peningkatan prevalensi penyakit tidak menular
(PTM) (non communicable disease/ NCD) dalam kesehatan masyarakat dan beban ganda
2. Menjelaskan faktor risiko, skrining dan surveilans penyakit tidak menular dalam kesehatan
masyarakat
3. Permasalahan dan tantangan dalam menanggulangi prevalensi PTM yang meningkat
4. Menjelaskan metode dan intervensi epidemiologi dalam penanganan PTM
5. Menjelaskan kebijakan dan peraturan terkait rokok di Indonesia, termasuk aplikasi
MPOWER (kebijakan WHO) serta dampak belum dilakukan ratifikasi FCTC di Indonesia
6. Menjelaskan tentang berbagai upaya promosi kesehatan dan penegahan penyakit terkait
PTM pada kasus ini

STEP I

1. Penyakit Jantung Koroner :


Atau yang dikenal juga sebagai penyakit jantung arteriosclerosis, penyakit jantung
coroner atau penyakit jantung iskemik : suatu penyakit yang terjadi ketika ada
penyumbatan parsial aliran darah ke jantung, masalah ini dapat berdampak pada
penumpukan plak di arteri.
2. Double burden of disease :
Merupakan suatu keadaan dimana penyakit menular belum teratasi secara baik namun
dilain sisi penyakit tidak menular mulai meningkat.
3. PHBS :
Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
4. Surveilans :
Proses pengumpulan , pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sstemik dan terys-
menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat
mengambil tindakan.

STEP II

1. Yang dimaksud CERDIK dan PATUH ?


- Program CERDIK merupakan upaya pencegahan terhadap PTM meliputi
C à Cek faktor risiko PTM (obesitas, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol)
secara rutin dan
teratur
E à Enyahkan asap rokok dan polusi udara lainnya
R à Rangsang aktifitas dengan gerak olah raga dan seni
D à Diet yang sehat dengan kalori seimbang (cukup sayur-buah, batasi gula-garam-
lemak)
I à Istirahat yang cukup
K à Kuatkan Iman dalam menghadapi stres
- Sedangkan program PATUH dibuat untuk pasien penyandang penyakit tidak
menular agar penyakit tidak semakin parah dan tetap terkontrol kesehatannya.
Program ini meliputi:
Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter.
Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur.
Tetap diet sehat dengan gizi seimbang.
Upayakan beraktivitas fisik yang aman, serta.
Hindari rokok, alkohol dan zat karisogenik lainnya.
2. Prinsip pencegahan PTM ?

Prinsip-prinsip pencegahan PTM, sebagai berikut :


- Pertama, mengutamakan preventif, promotif melalui berbagai kegiatan edukasi dan
promotif-preventif,dengan tidak mengesampingkan aspek kuratif-rehabilitatif melalui
peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan.
- Kedua, melaksanakan pencegahan pada seluruh siklus hidup manusia, sejak dalam
kandungan, hingga bayi, balita, anak sekolah, remaja, dewasa, diikuti perbaikan
budaya hidup bersih dan sehat. Yang dimaksud seluruh siklus hidup adalah sejak
hamil, lahir, anak sekolah, remaja, dewasa, usia lanjut sesuai dengan masalah pada
kelompok usia tersebut. Pada kelompok usia 1000 hari pertama, fokus pencegahan
diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar gizi dan kesehatan agar tidak terjadi
gangguan pertumbuhan.
- Ketiga, menerapkan Pedoman Gizi Seimbang, yang difokuskan pada peningkatan
konsumsi sayur dan buah, pangan hewani, dengan mengurangi lemak serta minyak
dan membatasi gula dan garam.
- Keempat, menggerakkan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik dan menimbang
berat badan secara teratur.
- Kelima, melibatkan semua sektor, baik Pemerintah maupun masyarakat, untuk secara
nyata melakukan pencegahan PTM.
3. Apa saja yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian PTM?
- PTM dapat di cegah memalui POSBINDU PTM
 POSBINDU PTM à merupakan pengendalian factor resiko PTM melalui
pemberdayaan masyarakat, sasaran kegiatan ini adalah masyarakat sehat dan
beresiko yang berusia diatas 15 tahun.
 Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM diutamakan untuk:
1. Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor Perilaku
berisiko
2. Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya agar tidak
menjadi onset PTM serta
3. menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM agar dapat dirujuk ke FKTP
(fasilitas kesehata tingkat pertama) dan ditangani sesuai standar.
4. Bagaimana strategi pemerintah untuk menciptakan kebijakan tentang kawasan tanpa
rokok (KTR)
- Dengan strategi MPOWER
 M à monitor penggunaan tembakau dan prevensinya
Memonitor disini berarti bukan hanya melihat saja, tetapi harus juga
mengendalikan sehingga harus diperkuat dengan
perumusan regulasi. Sehingga Nantinya hasil monitoring dapat digunakan
sebagai data yang sangat diperlukan untuk menentukan kebijakan di
kemudian hari.
 P à perlindungan terhadap asap tembakau.
Kita tau bahwa asap rokok tidak hanya berbahaya bagi orang yang
menghisap rokok tetapi juga orang di sekitarnya (perokok pasif). Oleh
karena itu perlunya perlindungan bagi perokok pasif dengan membuat
KTR atau kawasan tanpa asap rokok.
 O à optimalkan dukungan untuk berhenti merokok
Dilakukan dengan meningkatkan layanan konsultasi bantuan berhenti merokok
yang terintegrasi di pelayanan kesehatan primer
 W à waspada masyarakat akan bahaya tembakau
Sebagian besar perokok tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan,
namun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa bahayanya. Untuk itu,
pesan kesehatan dalam bentuk gambar yang mudah dimengerti menjadi
program utama yang harus digalakkan. Peran kader kesehatan dari mulai
akademisi hingga praktisi juga sangat diharapkan untuk
menginformasikan bahaya-bahaya merokok lebih mendetail
 E à eliminasi iklan promosi dan sponsor terkait tembakau
Di Indonesia sudah diberlakukan penayangan iklan rokok hanya pada
pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 untuk media elektronik,
sedangkan pada media cetak sperti billboard dan spanduk luasnya tidak
boleh melebihi 72 meter persegi
 R à raih kenaikan cukai untuk rokok.
Dengan menaikkan cukai tembakau, harga rokok menjadi lebih mahal. Hal
ini merupakan cara yang paling efektif dalam menurunkan pemakaian
tembakau dan mendorong perokok untuk berhenti.
5. Bagaimana langkah-langkah Surveilans penyakit tidak menular ?
a. Identifikasi penyakit tidak menular
Faktor resiko ialah karakteristik, tanda maupun gejala yang secara statistic
berhubungan dengan peningkatan insidensi suatu penyakit.
Jenis-jenis faktor resiko terdiri dari :
 Faktor resiko tidak dapat diubah : faktor umur, genetic
 Faktor resiko dapat diubah : kebiasaan merokok, latihan olahraga
b. Perencanaan pengumpulan data
 Menentukan tujuan surveilans
 Tetapkan definisi
 Tentukan sumber
 Tentukan instrument
 Bagaimana sumber data
 Bagaimana system
 Tentukan indicator
c. Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,
grafik (histogram, poligonfrekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan
computer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data
diantaranya dengan menggunakan program (software) seperti epi info, spss lotus,
excel, dll.

d. Analisis dan interpretasi data


Analisis merupakan langkah paling penting dalam surveilans epidemiologis
karena akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta
tindakan pencegahan dan penanggulanganan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan
ukuran-ukuran epidemiologis seperti rate, proporsi, rasio dan lain lain untuk
mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit. Setelah di analisis lalu di
interpretasikan (dibandingkan dengan daerah lain).
e. Diseminasi dan advokasi
Setelah data dianalisis dan diinterpretasi suatu penyakit tidak menular, maka data
tersebut disebarluaskan kepada pihak yang berkepentingan untuk membantu
dalam penanggulanganan penyakit tidak menular ini. Penyebarluasan informasi
ini harus mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam program pencegahan
penyakit. Cara penyebarluasan tersebut dengan membuat suatu laporan yang
digunakan untuk rekomendasi kepada pihak yang bertanggung jawab.
f. Evaluasi
Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodic untuk mengevaluasi
manfaatnya, system dapat berguna apabila secara memuaskan memenuhi paling
tidak salah satu dari pernyataan berikut : Apakah kegiatan surveilans dapat
mendeteksi kecenderungan yang mengidentifikasi perubahan dalam kejadian
kasus penyakit ?

6. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan dan pengendalian PTM


- 1. Membangun Kepercayaan : membangun kepercayaan disini dilakukan kepada
masyarakat melalui pertemuan dengan tokoh masyarakat seperti ibu RW dan ibu RT
serta kader kesehatan yang membahas tentang masalah kesehatan khususnya PTM,
kemudian melakukan Fokus Grup Diskusi yang bertujuan untuk menggali kegiatan
yang sudah dilakukan oleh warga yang berkaitan dengan pencegahan PTM dan
merencanakan kegiatan untuk menjamin keberlangsungan kegiatan kedepan secara
bersama-sama.
- 2. Meningkatkan Kesadaran : dapat dilakukan melalui pertemuan kader kesehatan.
Dari hasil FGD didapat informasi mengenai persepsi dan pengetahuan masyarakat
tentang PTM dan cara pencegahannya. Selanjutnya dari kegiatan tersebut diperoleh
rekomendasi untuk dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan pada kelompok
masyarakat tentang PTM dan pencegahannya.
- 3. Pengambangan Program : dilakukan dengan promosi kesehatan melalui
pemberdayaan masyarakat melalui koordinasi dengan ibu RW, ibu RT dan kader
kesehatan untuk menentukan hari pelaksanaan program dan sumber daya yang
dibutuhkan serta rencana pembuatan media promosi kesehatan berupa poster dan
leaflet tentang pencegahan PTM.
- 4. Penegosiasian Masyarakat :

Anda mungkin juga menyukai