Survei yang dilakukan oleh International Laborer Organization (ILO) pada 5 kota
besar di Indonesia menyatakan bahwa 19% anak-anak usia sekolah putus pendidikan.
Berdasarkan survei tersebut, Makassar memiliki jumlah anak putus sekolah terbesar di
Indonesia. Faktor penyebab terbesar adalah kesadaran orang tua yang masih sangat minim
terhadap pentingnya pendidikan. Dari hasil survei tersebut disebutkan sekitar 39% orang
tua di Makassar beranggapan bahwa wajib sekolah hanya sampai pada tahap sekolah dasar
(SD). Anak-anak tidak perlu lagi mengenyam pendidikan yang lebih tinggi karena dianggap
mengenal huruf dan berhitung sudah cukup menjadi bekal untuk bekerja serabutan. Potret
pengangguran di Makassar menjadi alasan orang tua berpendapat bahwa pendidikan tinggi
tidak menjamin adanya pekerjaan yang layak.
Melihat fakta tersebut kiranya kita mampu memberi perhatian lebih terhadap
pendidikan di Indonesia, khususnya di Makassar. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis
sehingga membuat proyek sosial berupa Rumah Pendidikan Kejuruan untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Makassar dan mengurangi tingkat pengangguran untuk menjawab
tantangan serta merespon peluang industri 4.0.