Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Saudail Ghomim
NIM. 11141030000026
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S. Ked)
Oleh
Saudail Ghomim
NIM. 11141030000026
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. KFR dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD
NIP. 19620720 199003 1 002 NIP. 19720717 200501 2 003
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian berjudul Hubungan Antara Kebugaran (Six Minute
Walking Test) dengan Aktivitas Fisik, Status Gizi, Asupan Nutrisi, Status
Kesehatan dan Perilaku Merokok Pada Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari
yang diajukan oleh Saudail Ghomim (NIM 11141030000026), telah diujikan
dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 20
Oktober 2017. Laporan penelitian ini telah diperbaiki sesuai dengan masukan dan
saran penguji, serta telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
Ciputat, Oktober 2017
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. KFR dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD
NIP. 19620720 199003 1 002 NIP. 19720717 200501 2 003
Penguji 1 Penguji 2
Pimpinan Fakultas
Dekan FKIK UIN Jakarta Kaprodi PSKPD UIN Jakarta
Prof. DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, FACS, PhD
NIP. 19650808 198803 1 002 NIP. 19721103 200604 1 001
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Segala puji bagi Allah Swt Rob Pencipta alam semesta yang telah melimpahkan
segala nikmat rahmat, hidayah, dan petunjukNya sampai akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Hubungan Kebugaran (Six
Minute Walking Test) dengan Aktivitas Fisik, Status Gizi, Asupan Nutrisi, Status
Kesehatan dan Perilaku Merokok pada Calon Jamaah Haji di desa Mojosari.
Ucapan doa dan terima kasih penulis sampaikan untuk orang-orang yang telah
berperan besar dan mendorong terselesaikannya penyusunan skripsi ini,
khususnya kepada :
1. Orang tua tercinta, yang selalu dan senantiasa memberikan kasih sayang,
nasihat agar tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan doa- doa
yang selalu dipanjatkan untuk kebaikan dan kesuksesan penulis dan
dukungan baik moril maupun materil.
2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.K.F.R dan dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD,
selaku dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dari awal hingga akhir penulisan laporan skripsi ini.
3. Kementerian Agama Republik Indonesia selaku penyedia program
beasiswa santri berprestasi (PBSB).
4. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD selaku Penanggung Jawab Riset
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014 yang telah
memberikan dukungan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.
7. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia ikut serta dalam
penelitian ini.
8. Anik Alfiyani, Nisa Uzlifatul Jannah, Mufidatun Nafisah, Irfany Fauziyah
Samad selaku teman seperjuangan dalam penelitian ini yang telah
berjuang bersama dan memberi dukungan untuk menyelesaikan laporan
penelitian ini.
vi
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
laporan penelitian ini agar ke depannya dapat jauh lebih baik. Besar harapan
penulis bahwa laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak. Semoga penelitian yang telah dilakukan ini menghasilkan ilmu yang
diberkahi dan diridhoi oleh Allah SWT. Aamiin.
Penulis
vii
ABSTRAK
Saudail Ghomim. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Penilaian
Tingkat Kebugaran Dengan Six Minutes Walking Test dan faktor- faktor
yang Mempengaruhinya pada Calon Jamaah Haji di desa Mojosari. 2017.
Latar Belakang: Ibadah haji merupakan ibadah fisik, selain itu ketika
menunaikan ibadah haji calon jamaah haji juga akan dihadapkan pada matra dan
suhu yang ekstrem, sehingga memerlukan kebugaran, dan kebugaran sendiri
merupakan salah satu istitha’ah (mampu) kesehatan dalam haji. Banyak faktor
yang dapat memengaruhi tingkat kebugaran. Tujuan: untuk mengetahui
hubungan antara kebugaran dengan aktifitas fisik, status gizi, asupan nutrisi,
status kesehatan dan perilaku merokok pada calon jamaah haji di desa Mojosari
Metode: penelitian ini bersifat analitik korelatif dengan desain potong lintang,
dengan jumlah sampel (N= 42). Pengambilan data pada penelitian ini dengan tes
uji jalan 6 menit, kuesioner aktivitas fisik (IPAQ), food recall, kuesioner riwayat
DM, hipertensi serta pengukuran kadar gula darah dan tekanan darah, pengukuran
tinggi badan dan berat badan serta kuesioner tentang status merokok. Hasil
menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kebugaran adalah aktivitas
fisik dengan (P= 0,002) dan kekuatan hubungan sedang yaitu (r = 0,469). Adapun
variabel yang tidak berhubungan dengan tingkat kebugaran adalah status gizi,
asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, asupan vitamin A, asupan
vitamin B1, asupan besi, status kesehatan (riwayat hipertensi dan Diabetes
Millitus) dan status merokok.
Kata kunci: kebugaran, calon jamaah haji, uji jalan 6 menit.
viii
ABSTRACT
Saudail Ghomim. Medical Study Program and Doctor Profession.
Correlation Fitness (Six Minute Walking Test) with Physical Activity,
Nutritional Status, Nutrition Intake, Health Status and Smoking Status of
candidate Hajj Pilgrims in Mojosari Village. 2017.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
Pcfr Phosphocreatine
RE Retinol Ekivalen
RI Republik Indonesia
RMR Resting Metabolic Rate
SDA Specific Dynamic Action
ST Slow Twitch
TB Tinggi Badan
TPP Tiamin Pirofosfat
TTP Tiamin Trifosfat
TV Televisi
UAP Unstable Angina Pectoralis
URT Ukuran Rumah Tangga
USG Ultrasonografi
UU Undang- Undang
VO2 Maks Volume Oksigen Maaksimal
WHO World Health Organization
Zn Zinc
xviii
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
Pendahuluan
yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.(7) Berdasarkan data
di Indonesia, hasil penelitian tingkat kebugaran penduduk perkotaan dengan
kategori kurang sebesar 57,6 %, ada 26,1% proporsi aktifitas fisik yang tergolong
kurang secara umum, 24,1% proporsi penduduk Indonesia yang berprilaku
sedentary life >6 jam per hari. (8) Berdasarkan data profil jamaah haji tahun
2013-2014 perbandingan kelompok usia adalah sebagai berikut : 1) usia <40
tahun sebesar 14% dan 15%, 2) usia 41- 50 tahun sebesar 28% dan 29 %, 3) usia
51- 60 tahun sebesar 34% dan 32%, 4) usia >60 tahun sebesar 24% dan 24%. Data
jumlah jamaah haji wafat berdasarkan kelompok umur pada tahun 2007-2008
berturut- turut yaitu kelompok usia <40 tahun (1,7% ; 9 %), kelompok usia 40-50
tahun (7,6% ; 7%), kelompok usia 51-60 tahun (23,2% ; 21,5%), kelompok usia
61- 70 tahun (35,7% ; 36,5%) dan kelompok usia >70 tahun (31,8% ; 33,9%).
Data epidemiologi jamaah haji indonesia tahun 2014 ada 5 penyebab utama
kematian jamaah haji indonesia antara lain, penyakit kardiovaskular (50%),
saluran pernafasan (16,67%), defesiensi nutrisi (11,11%) dan infeksi (5,56%).(9)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sumardjo, 2014 tentang tingkat kebugaran
calon jamaah haji ONH Plus dengan metode rockport didapatkan hasil bahwa
3,77% calon jamaah haji ONH Plus dengan kategori kebugaran baik, 52,83%
calon jamaah haji ONH Plus dengan kategori kebugaran cukup, 43,39 % calon
jamaah haji ONH Plus dengan kategori kebugaran kurang.(10) Kebugaran yang
kurang dapat menyebabkan kelelahan.
Six minute walk test atau uji jalan 6 menit merupakan bentuk modifikasi
tes Balke, dengan cara mengukur panjang jarak yang ditempuh seseorang dalam
waktu 12 menit. Oleh Butland dkk, uji ini dimodifikasi menjadi uji jalan 6 menit
yang dinilai mempunyai nilai jarak tempuh terbaik dan berkorelasi dengan
kemampuan fungsional seseorang. Six minute walk test merupakan uji kerja
submaksimal yang menyerupai aktivitas fisik sehari- hari dan bagian dari protokol
test fitness lansia yang dirancang untuk menilai kebugaran para lansia dan tidak
memerlukan usaha yang berlebihan, sederhana, mampu laksana, relatif lebih aman
dan dapat memberikan indikasi objektif kemampuan fungsional dan toleransi
latihan karena jarak ambulasi diperlihatkan dalam hubungan dengan gejala yang
muncul akibat konsumsi oksigen yang terbatas. Tes ini merupakan salah satu
modalitas uji kerja yang sangat populer karena murah, mudah dilakukan, tidak
memerlukan alat canggih dan hasilnya mampu memberikan evaluasi objektif
kemampuan fungsional seseorang.(13),(14) Adapun yang dimaksud dengan
kemampuan fungsional merupakan kemampuan individu untuk menggunakan
kapasitas fisik yang dimilikinya guna memenuhi kebutuhan hidupnya, melakukan
aktivitas produktif serta melakukan interaksi dengan lingkungan dimana ia
berada.(6)
menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dengan baik sesuai dengan
ketentuan agama islam dan bisa mencapai haji mabrur.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2. Dekarboksilasi oksidatif
Tahap dekarboksilasi oksidatif terjadi di mitokondria sebelum masuk
ke siklus krebs. Pada tahap ini asam piruvat hasil glikolisis dioksidasi
menjadi asetil koenzim A di dalam mitokondria. Setelah piruvat memasuki
mitokondria, enzim piruvat dehidrogenase akan menukar piruvat dengan
acetyl dengan melepaskan karbon dioksida.(18) Pada reaksi ini dua molekul
karbon dioksida dan empat atom hidrogen dilepaskan, sedangkan bagian
lain dari 2 asam piruvat bergabung dengan koenzim A untuk membentuk 2
molekul asetil- Ko- A. Dalam konversi ini, ATP tidak dibentuk namun akan
dibentuk 6 molekul ATP ketika 4 atom hidrogen yang dilepaskan tersebut
dioksidasi.(19)
Siklus asam sitrat tidak melepaskan energi dalam jumlah yang besar,
hanya satu dari reaksi kimia selama pengubahan asam α- ketoglutarat
menjadi asan suksinat, yang membentuk satu molekul ATP. Jadi untuk
setiap molekul glukosa yang dimetabolisme, dua molekul asetil- KoA akan
melalui siklus krebs, yang masing- masing membentuk 1 molekul ATP, atau
total 2 molekul ATP yang terbentuk.(19)
4. Transfer elektron
Atom hidrogen yang dilepaskan selama reaksi kimia, yaitu: 4 atom
hidrogen ketika proses glikolisis, 4 atom hidrogen ketika proses
pembentukan asetil- KoA dari piruvat, dan 16 atom hidrogen ketika siklus
krebs. Jadi total keseluruhan atom hidrogen yang dilepaskan ketika proses
tersebut 24 untuk 1 molekul glukosa. Atom hidrogen yang dilepaskan
didalam cairan intraseluler dilepaskan dalam satu paket berisi 2 atom, dan
setiap pelepasanya dikatalis oleh enzim protein khusus yang disebut
dehidrogenase. 24 atom hidrogen yang dilepas segera bergabung dengan
dinukleotida adenin nikotinamid (NAD+), suatu derivat vitamin niasin,
dengan reaksi sebagai berikut:
Reaksi ini tidak akan berlangsung tanpa dehidrogenase spesifik atau tanpa
NAD+ yang bekerja sebagai pembawa hidrogen. Baik ion hidrogen yang
bebas maupun yang terikat dengan (NAD+) berturut- turut masuk ke dalam
reaksi kimia oksidatif yang membentuk sejumlah besar ATP. Proses
pembentukan ATP ini disebut dengan fosforilasi oksidatif, yang terjadi di
dalam mitokondria melalui proses khusus yang disebut mekanisme
kemiosmotik. Proses ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
12
Setiap atom hidrogen yang dilepaskan berpasangan, satu segera menjadi ion
hidrogen (H+) dan satu segera bergabung dengan NAD+ membentuh NADH. Pada
gambar diatas , dapat kita ketahui bahwa tahap awal adalah pembebasan atom
hidrogen lain dari NADH untuk membentuk ion hidrogen (H+) yang lain, proses
ini juga membentuk kembali NAD+ yang akan dipakai berulang- ulang. Elektron
yang dikeluarkan dari atom hidrogen untuk menimbulkan ionisasi hidrogen,
segera memasuki rantai transpor elektron dari akseptor elektron, yang merupakan
bagian integral dari membran dalam mitokondria. Akseptor elektron secara
reversibel dapat dikurangi/dioksidasi dengan menerima atau memberikan
elektron. Unsur penting dari transpor elektron adalah flavoprotein, protein sulfida
besi, ubiquinon, dan sitokrom B, CI, C, A, dan A3. Setiap elektron dilepaskan
dari salah satu akseptor ini ke akseptor yang lain sampai akhirnya menuju
sitokrom A3, yang disebut sitokrom oksidase, karena mampu memberikan 2
elektron, sehingga mengurangi oksigen elemental untuk membentuk oksigen
berion, yang kemudian bergabung dengan ion hidrogen untuk membentuk air.
Sewaktu elektron melewati rantai transpor elektron, sejumlah besar energi
dibebaskan. Energi ini dipakai untuk memompa ion hidrogen dari bagian dalam
13
matriks mitokondria ke dalam bilik luar diantara membran mitokondria dalam dan
luar. Keadaan ini menghasilkan ion hidrogen bermuatan positif berkonsentrasi
tinggi dalam bilik ini, dan juga menghasilkan potensial listrik negatif yang kuat
dibagian dalam matriks. Selanjutnya dalam fosforilasi oksidatif adalah mengubah
ADP menjadi ATP, karena adanya ATPase. Konsentrasi ion hidrogen bermuatan
positif yang tinggi di bilik luar dan perbedaan potensial listrik yang besar melalui
membran bagian dalam menyebabkan ion hidrogen mengalir ke dalam matriks
mitokondria melalui zat molekul ATPase. Sewaktu hal tersebut terjadi, energi
yang dihasilkan dari aliran ion hidrogen ini digunakan oleh ATPase untuk
mengubah ADP menjadi ATP dengan menggabungkan ADP dengan fosfat ionik
bebas (Pi). Langkah akhir dalam proses ini adalah pemindahan ATP dari bagian
dalam mitokondria kembali ke sitoplasma sel. Proses ini terjadi melalui difusi
pasif keluar dari membran bagian dalam dan kemudin difusi sederhana melewati
membran luar mitokondria yang permeabel. Selanjutnya, ADP secara kontinou
ditransfer dalam arah yang berlawanan untuk dikonversi menjadi ATP secara
berkesinambungan. Untuk 2 elektron yang melalui rantai transpor elektron
(mewakili ionisasi 2 atom hidrogen), dapat disintesis sampai 3 molekul ATP.(19)
2.1.2 Kebugaran
pada otot dan inilah alasan mengapa olahraga anaerobik hanya dapat
berlangsung dalam waktu singkat dan memerlukan interval waktu untuk
dapat meregenerasi sumber energinya. Aktivitas anaerobik adalah kegiatan
yang dominan memelukan kecepatan dan kekuatan. Energi yang diperlukan
untuk aktivitas anaerobik ini dihasilkan melalui proses hidrolisis
phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik.(24)
Contoh olahraga anaerobik adalah lari sprint 100m, tenis lapangan dan bulu
tangkis.(23)
b. Kekuatan Muskuloskeletal
Tubuh kita mengandung lebih dari 400 otot rangka, yang membentuk
sekitar 40% berat tubuh pada pria dan 32% pada wanita, dengan otot polos
dan otot jantung membentuk 10% lainya dari berat total. Otot rangka
tersusun oleh kumpulan fasikulus, fasikulus dibentuk oleh sekumpulan
serabut otot, dan serabut otot terbentuk dari sekumpulan serat otot/miofibril.
Adapun miofibril tersusun atas kumpulan filamen (benang- benang halus
18
otot tebal dan tipis) aktin dan miosin. Pembungkus fasikulus disebut
perimisium. Pembungkus kumpulan fasikulus disebut dengan epimisium.
Diluar epimisium terdapat fasia otot. Diantara fasikulus satu dengan
fasikulus lain terdapat jaringan ikat yang disebut dengan endomisium.(24)
Filamen aktin terdiri dari tiga protein: aktin, tropomiosin dan troponin.
Adapun filamen miosin terdiri dari protein, kepala mioin dan ekor miosin.
Setiap molekul aktin memiliki suatu tempat pengikatan khusus untuk
melekatnya jembatan silang miosin. Pengikatan molekul miosin dan aktin di
jembatan silang menyebabkan kontraksi serat otot yang memerlukan energi.
Sehingga aktin dan miosin sering disebut dengan protein kontraktil. Karena
protein, ia mudah sekali terurai dan terikat kembali. Saat otot melemas,
kontraksi tidak terjadi karena aktin tidak dapat berikatan dengan jembatan
silang, karena posisi dua protein lain, yaitu tropomiasin dan troponin.
Tropomiasin menutupi bagian aktin yang berikatan dengan jembatan silang,
sedang troponin ketika tidak berikatan dengan Ca, ia menstabilkan
tropomiasin dalam posisinya menutupi tempat pengikatan jembatang silang
di aktin. Karena inilah tropomiosin dan troponin sering disebut protein
regulatorik.(24)
19
1. Tipe I – Serabut Slow- Twitch (ST) atau Slow Twitch Oxidative (SO)
atau Slow- Contracting Low- Fatigability.
Tipe ini adalah serabut otot yang memiliki kemampuan maksimal untuk
menghasilkan energi secara aerobik. Jenis ini dapat menurun jumlahnya
pada keadaan imobilisasi (tidak bergerak)
2. Tipe II – Serabut Fast – Twitch (FT)
Tipe II merupakan serabut yang memiliki kemampuan maksimal untuk
menghasilkan energi secara anaerobik. Serabut tipe ini berkontraksi dengan
cepat.(31)
d. Komposisi Tubuh
Komposisi Tubuh adalah persentase lemak dalam tubuh terhadap
jaringan tubuh lainya. Komposisi massa tubuh tanpa lemak terdiri dari
seluruh bahan kimia dan jaringan sisa komposisi lemak tubuh, termasuk air,
otot, tulang, jaringan ikat dan organ dalam.(25) Persentasi lemak tubuh yang
dianjurkan untuk laki- laki sekitar 15% dan 23% untuk perempuan dari
total berat tubuh.(30)
Metode untuk memprediksi total komposisi tubuh, khususnya
persentasi lemak tubuh dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: secara
langsung dan tidak langsung. Metode perhitungan persentase lemak tubuh
secara langsung memberikan ketepatan yang paling baik dibandingkan
dengan perhitungan dengan metode tidak langsung. Namun metode
langsung tidak dapat diaplikasikan pada subjek yang masih hidup. Beberapa
metode perhitungan lemak secara tidak langsung yang umum digunakan dan
memiliki validitas dan realibilitas tinggi, yaitu metode underwater
weighing, rontgenologi, USG, CT Scan, BIA (Bioelectrical Impedance
Analiyses) dan metodologi antropometri dengan teknik skinfold.(31)
Keterangan:
0 = jenis kelamin perempuan
1 = jenis kelamin laki- laki
dengan tes Balke, yang berbeda hanya lama waktu dari tes yang harus
dilakukan oleh subjek, yakni: tes kebugaran Cooper diukur dengan berlari
atau berjalan selama 12 menit. (28) 3) Shuttle Run Test 20 m, adalah tes
kebugaran lapangan yang menggunakan estimasi VO2maks dengan cara
berlari sepanjang 20m bolak balik dan mengikuti tanda yang telah
ditentukan dengan peningkatan level kecepatan disetiap titik (tanda beep)
tertentu. Tanda beep terdiri atas 2 jenis, singgle beep menunjukkan tanda
berakhirnya waktu disetiap lapangan. Bunyi triple beep menunjukkan
bahwa subjek harus meningkatkan kecepatan larinya. Subjek dinyatakan
gagal apabila tertinggal sebanyak dua kali berturut- turut tanda beep atau
kelelahan.(12) 4) Six Minute Walk Test, Uji jalan 6 menit merupakan salah
satu modalitas uji latih sub maksimal yang menyerupai aktivitas sehari- hari
yang sangat populer karena mudah dilakukan, tidak memerlukan alat
canggih dan hasilnya mampu memberikan evaluasi objektif kapasitas
fungsional seseorang. Uji jalan 6 menit ini hampir sama dengan uji Balke
ataupun Cooper yang berbeda hanya waktunya, jika dalam tes Balke selama
15 menit, test Cooper 12 menit dan subjek bisa berlari dan tidak boleh
berhenti didalam lintasan selama test, dalam uji jalan 6 menit ini subjek
berjalan kaki selama 6 menit , tidak boleh berlari dan dihitung jarak yang
ditempuhnya serta subjek boleh beristirahat selama test jika memang
memerlukan.
Six Minute Walk Test ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu sebagai
berikut:
telah kita lakukan dengan 0,5 meter. Dari jarak yang berhasil kita tempuh
barulah kita bisa mengetahui: prediksi nilai VO2maks kita. Untuk
mengetahui prediksinya, kita menggunakan persamaan rumus sebagai
berikut: 0,03 x jarak (m) + 3,98
2. Rumus 56.
Selain tes “uji jalan 6 menit”, yang mengukur tingkat kebugaran
seseorang berdasarkan pada capaian tingkat konsumsi oksigen, ada satu tes
kebugaran yang sama akuratnya yaitu dengan menggunakan “rumus 56”
yang menggukur tingkat kebugaran berpatokan pada jarak tempuh.
Menurut penelitian, orang yang memiliki tingkat kebugaran yang
baik dalam waktu 6 menit, mereka mampu berjalan sejauh 500 meter dan
tidak tampak kelelahan. Berjalan 500 meter selama 6 menit itu sepadan
dengan melangkah sebanyak 1000 langkah. Tingkat kebugaran
berdasarkan “Rumus 56” memiliki beberapa kategori yaitu sebagai
berikut:
27
Uji ini dipilih dalam penelitian ini karena selain melihat karakteristik
jamaah haji Indonesia yang dari tahun ke tahun untuk jamaah beresiko
tinggi semakin meningkat, yaitu pada tahun 2017 jamaah haji yang berusia
diatas 60 tahun sebanyak 71%.(15) Uji ini juga mudah dilakukan, tidak
memerlukan peralatan canggih, lebih aman, tidak memerlukan usaha yang
berlebihan bagi lansia, mampu memberikan penilaian yang objektif terhadap
fungsi kapasitas fungsional khususnya bagi penderita jantung, serta tes ini
lebih menggambarkan aktivitas sehari- hari yaitu berjalan.(6)
2.1.3.1 Usia
Menurut Depkes, usia adalah masa hidup responden dalam tahun
dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang
terakhir. Umur mempunyai peranan dalam kebugaran. Menurut WHO
(2005), penggolongan umur dikategorikan menjadi 4, yaitu anak- anak (<10
tahun), remaja (10-24 tahun), dewasa (25-59 tahun), dan lanjut usia (>60
tahun).(36) Tingkat kebugaran jasamani akan meningkat sampai dengan
mencapai maksimal pada usia 25- 30 tahun, kemudian akan terjadi
penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira- kira sebesar 0,8 –
1% pertahun. Usia sangat mempengaruhi kebugaran jasmani disebabkan
oleh:
28
laki- laki secara alamiah lebih besar 2) Perempuan memiliki jaringan lemak
yang lebih banyak, karena adanya perbedaan hormon testosteron dan
estrogen serta kadar hemoglobin yang lebih rendah.
2.1.3.3 Genetik
Tingkat kemamapuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada
dalam tubuh. Menurut Montgemory genetik adalah sifat- sifat spesifik yang
ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir.(33) Sifat genetik memengaruhi
perbedaan dalam kekuatan, pergerakan anggota tubuh, kecepatan lari,
fleksibilitas dan keseimbangan pada setiap orang. Menurut hasil study tim
peneliti President Council On Physical Fitness and Sport (1993) dinyatakan
bahwa faktor genetik seseorang dapat berpengaruh terhadap kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan (health related fitness). Pengaruh genetik
terhadap kebugaran terlihat pada komponen- komponen morfologis,
muskular, kardiorespirasi, dan metabolik. Masing- masing komponen
tersebut dipengaruhi oleh kode genetik yang akan terlihat pada fenotipe
tubuh individu.(38)
1. Aktivitas ringan jika tidak melakukan aktivitas fisik tingkat sedang- berat
<10 menit/ hari atau <600 METs-min/minggu
2. Aktivitas sedang terdiri dari 3 kategori:
a. ≥3 hari melakukan aktivitas fisik berat >20 menit/hari
b. ≥5 hari melakukan aktivitas sedang/berjalan >30 menit/hari
c. ≥5 hari kombinasi berjalan intensitas sedamg, aktivitas berat
minimal >600 METs-min/minggu
3. Aktivitas berat, ada 2 kategori:
a. Aktivitas bera >3 hari dan dijumlahkan >1500 METs- min/minggu
b. ≥7 hari berjalan kombinasi dengan aktivitas sedang/berat dan total
>3000 METs-min/ minggu.
pada pengukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
yang disajikan dalam bentuk Indeks Masa Tubuh (IMT) untuk memantau
berat normal orang dewasa dan sangat sensitif untuk menentukan status gizi
kurang, normal dan lebih. Indeks Masa Tubuh (IMT) dapat memperkirakan
ukuran lemak tubuh walaupun hanya estimasi, tetapi lebih akurat dari pada
hanya berat badan saja.(47) Indeks Masa Tubuh (IMT) dihitung berdasarkan
berat badan dalam kilogram (kg) di bagi dengan tinggi badan (TB) yang
dikuadratkan dalam satuan meter (m).
penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan- perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak
cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat dari jaringan epitel seperfisial seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ- organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid 3) Biokimia, penilaian status
gisi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot 4) Biofisika, penilaian status gisi dengan
biofisika adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.(49)
Metode food recall 24 jam, prinsip dari metode food recall 24 jam
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Pada recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif, oleh karena itu untuk
mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi individu ditanyakan
secara teliti dengan menggunakan URT/ Ukuran Rumah Tangga (Sendok,
piring, gelas dll) atau ukuran lainya yang biasa digunakan sehari- hari.
Apabila pengukuran hanya dilakukan sekali (1 x 24 jam) maka data yang
diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan
seseorang. Oleh karena itu metode food recall 24 jam sebaiknya dilakukan
minimal 2 kali dan harinya tidak berturut- turut.(49)
35
asam amino juga merupakan senyawa yang tersusun dari atom karbon,
hidrogen dan oksigen. Yang unik dari asam amino adalah komponen
nitrogenya yang membedakan asam amino dari zat gizi penghasil energi
lainya.
Otot sebagian besar dibentuk oleh protein, sehingga wajar apabila
seorang atlet membutuhkan protein lebih banyak dari kebutuhan biasanya
karena protein banyak dibutuhkan pada awal program latihan.(33) Kenaikan
awal masa otot, jumlah sel darah merah untuk membawa oksigen dan
jumlah enzim aerobik pada otot untuk menggunakan bahan bakar secara
efisien dapat meningkatkan kebutuhan protein seorang atlet. Selain itu,
perubahan hormonal yang terjadi selama latihan sementara dapat
memperlambat jumlah protein otot dan mendorong otot untuk memecah
cadangan proteinya. Jumlah protein yang digunakan seorang atlet sebagai
bahan bakar tergantung pada intensitas latihan dan durasi, tingkat kebugaran
dan simpanan glikogen dalam otot atlet. Ketika simpanan glikogen terisi
dengan baik, protein hanya menyumbang 5% dari kebutuhan bahan bakar
untuk energi.(21) Kebutuhan protein untuk kebutuhan dalam malakukan
latihan intensif adalah 5- 15% dari total energi.
Pemecahan protein otot mendominasi selama latihan berat dan
pertumbuhan otot meningkat setelah latihan. Latihan yang konsisten akan
meningkatkan penumpukan protein otot. Untuk mengatasi hal tersebut, otot
menggunakan cadangan asam amino untuk memperbaiki dan membangun
serta membersihkan penumpukan protein otot tersebut. The American
Dietetic Association merekomendasikan bahwa protein untuk dewasa
adalah 0,8g/ kg BB/ hari, sedangkan untuk ketahanan seorang atlet
konsumsi protein yang direkomendasikan sebesar 1,2- 1,6 g/ kg BB/ hari.
Sementara atlet dengan latihan yang sangat berat, maka asupan protein yang
disarankan sebesar 1,6- 1,7 g/kg BB/ hari.(21) Adapun faktor lain yang turut
menentukan seberapa banyak kebutuhan protein tubuh diantaranya: stress
emosional ataupun fisik, infeksi, suhu lingkungan yang meningkat juga
meningkatkan kebutuhan akan protein, serta luka bakar. Kebutuhan protein
juga meningkat sewaktu tubuh dalam masa penyembuhan seperti pasca
38
tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain
itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai
kofaktor dalam aktivitas enzim- enzim. Keseimbangan ion- ion mineral di
dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim- enzim,
pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu transfer ikatan- ikatan
penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf
terhadap rangsang, Mineral sendiri digolongkan menjadi mineral mikro dan
mineral makro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral miro dibutuhkan kurang
dari 100 mg sehari, Jumlah mineral mikro dalam tubuh <15 mg.(52) Adapun
fungsi vitamin dan mineral selama melakukan aktivitas fisik, diantaranya:
Tabel 2.4 Fungsi Vitamin, Mineral dan Mikronutrien
Vitamin dan Mineral Fungsi
Thiamin, Riboflavin, Energy Melepaskan energi
releasing reactions pantothenic
acid, niacin, magnesium
Vitamin B6, Zinc Membangun protein otot
Folate, bitamin B12, copper Membangun sel darah merah untuk
membawa oksigen
Vitamin C Pembentukan dan kolagen untuk
integritas jaringan sendi dan lainya serta
kemampuan antioksidan dapat
mengurangi kerusakan jaringan
oksidatif
Vitamin E Melindungi membran sel dari kerusakan
oksidatif
Iron Transpor oksigen didalam darah ke otot
Calcium, vitamin D,vitamin A, Membangun struktur tulang, kontraksi
phosphorus otot dan transmisi saraf
Sodium, potasium, chloride Pemeliharaan keseimbangancairan,
transmisi impuls saraf untuk kontraksi
otot
41
5. Vitamin B1 (Tiamin)
Tiamin dalam bentuk koenzim Tiamin Pirofosfat (TPP) atau Tiamin
Trifosfat (TTP) memegang peranan esensial dalam transformasi energi,
konduksi membran dan saraf serta dalam sintesisi pentosa dan bentuk
koenzim tereduksi dari niasin. Nama lain dari tiamin adalah aneurin atau
faktor aneuritik.
Tiamin diabsopsi secara aktif terutama di duodenum bagian atas yang
bernuansa asam, dengan bantuan adenin trifosfatase (ATP ase) yang
bergantung pada natrium. Tiamin yang dikonsumsi lebih dari 5 mg/hari
sebagian akan diabsopsi secara pasif. Absopsi aktif dihambat oleh alkohol.
Setelah diabsopsi, ± 30 mg tiamin mengalami fosforilasi dan disimpan
sebgai Tiamin Pirofosfat (TPP) di dalam jantung, otak, hati, dan jaringan
otot. Tubuh manusia mengandung 30 – 70 mg tiamin, 80% dalam bentuk
TPP. Separuh tiamin berada dalam otot, selebihnya di hati, otak, ginjal dan
jantung. Ekresi tiamin melalui urin dalam bentuk utuh dan segagian kecil
dalam bentuk metabolit, terutama tiamin difosfat dan disulfit, ketika tubuh
kekurangan tiamin maka ekskresi tiamin akan turun dengan cepat. Tiamin
dapat disintesis oleh mikroorganisme dalam saluran cerna manusia dan
hewan, tetapi yang dapat dimanfaat tubuh hanya kecil.(53)
Tiamin pirofosfat (TPP) berperan sebagai koenzim dalam
metabolisme karbohidrat untuk mengubah energi. Koenzim tersebut
berfungsi memungkinkan karboksilase, memisahkan karbondioksida dari
asam piruvat, sedangkan sisanya selanjutnya dirombak menjadi
karbondioksida dan air. Fungsi tiamin yaitu: 1) metabolisme karbohidrat 2)
mempengaruhi keseimbangan air dalam tubuh 3) mempengaruhi penyerapan
zat lemak dalam usus.53 Angka kecukupan tiamin sehari menurut Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004) adalah untuk laki- laki 1,2 gr
sedangkan pada perempuan 1,0 gr. (52) Sumber utama tiamin di dalam
42
jaringan tubuh.(53) Fungsi besi sebagai alat angkut oksigen ini sangat
penting, terutama bagi orang yang melakukan latihan aerobik berupa daya
tahan dan harus memiliki asupan yang cukup.(25) Sebanyak 80% besi tubuh
berada dalam hemoglobin, dan sisanya terdapat di mioglobin dan protein
lain yang mengandung besi. Zat besi bersatu dengan dengan hemoglobin
dalam sel darah merah sehingga dapat membantu melepaskan energi sebagai
bahan bakar untuk kerja sel.(21) Menurunya produktifitas kerja pada
kekurangan besi disebabkan oleh dua hal: 1) berkurangnya enzim- enzim
yang mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim- enzim yang terlibat
dalam metabolisme energi 2) menurunya hemoglobin darah. Penelitian
menyatakan bahwa penurunan kebugran (VO2 maks) pada wanita non
anemia dengan defesiensi besi dapat disebabkan oleh faktor- faktor yang
berhubungan dengan rendahnya simpanan zat besi dalam tubuh.(53) Angka
kecukupan besi sehari menurut Widya Karya Nas ional Pangan dan Gizi
(2004) adalah untuk laki- laki 13 mg sedangkan pada perempuan 26 mg. (52)
Adapun sumber besi yang baik adalah makanan hewani, seperti daging,
ayam, ikan, telur, serelia tumbuk, kacang- kacangan, sayur hijau dan
beberapa jenis buah.(53)
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan
tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat gizi.
Kekurangan ataupun kelebihan energi akan zat gizi bergantung pada
berbagai faktor seperti umur, gender, berat badan, iklim dan akrivitas fisik.
Sehingga disusunlah angka kecukupan gizi yang sesuai dengan rata- rata
penduduk yang hidup didaerah tertentu dan dengan angka kecukupan gizi
yang dianjurkan dapat digunakan sebagai standar dalam mencapai status
gizi optimal bagi penduduk. Angka kecukupan gizi di Indonesia pertama
kali ditetapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangann dan Gizi
yang diselengarakan oleh Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI).
AKG ini kemudian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak saat itu
secara berkala tiap lima tahun sekali.(53)
Gizi untuk usia dewasa mengutamakan pentingnya makanan untuk
menjaga kesehatan, mencegah penyakit dan menghambat perkembangan
44
kekuatan otot- otot pernafasan 3) distensibilitas paru dan sangkar dada atau
yang disebut “compliance paru”. Kapasitas vital paru rata- rata pada pria
dewasa kira- kira 4- 5 L, sedangkan untuk wanita dewasa kira- kira 3,1 L
atau juga bisa nilai- nilai tersebut lebih besar pada beberapa orang dengan
berat badan yang sama dengan orang lain.(58)
Islam dan berakal adalah syarat sah dan wajib untuk ibadah haji, oleh
karena itu orang yang kafir dan murtad tidak wajib haji, seluruh ulama
sepakat atas hal ini. Sedangkan seseorang yang tidak berakal/ gila tidak
diwajibkan atas haji, sebab orang gila tidak memiliki orientasi,dan orientasi
merupakan salah satu syarat sah dalam beribadah (termasuk haji), kecuali
orang gila tersebut sadar kembali.
2. Baligh dan Merdeka
Sebenarnya baligh adalah salah satu syarat yang harus dicukupi bagi
seseorang yang akan pergi haji, tetapi bukan syarat sah. Karena itu bagi
anak-anak dibawah umur baligh tidaklah di wajibkan untuk berhaji. Hal ini
disepakati oleh para ulama berdasarkan sabda Nabi:“Diangkatlah pena dari
tiga orang: Anak kecil hingga ia baligh, orang gila hingga ia sadar, dan
orang tidur hingga ia terbangun.”
3. Sehat dan Mampu
Syarat wajib haji adalah mampu, jika seseorang melaksanakan haji
dalam keadaan sakit, sudah tua, bahkan miskin maka hajinya adalah sah dan
mencukupi. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya:
: “...Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah;
yaitu (bagi) orang yang sanggupmengadakan perjalanan ke Baitullah.(1)
Istitha‟ah yang dimaksudkan dalam ayat tersebut meliputi istitha‟ah
maliyah yaitu mampu menyiapkan biaya pergi haji maupun bagi keluarga
yang ditinggalkan. Selain istitha‟ah maliyah, ada istitha‟ah amniah artinya
mampu secara transportasi dan keamanan selama pergi dan pulang haji.
Adapun istitha‟ah yang ketiga adalah istitha‟ah badaniyah, artinya
mempunyai kemampuan fisik, baik secara lahir batin.(61)
1. Ihram (berniat)
Adalah berniat mengerjakan haji. Ihram wajib dimulai miqatnya, baik
miqat zamani maupun miqat makani. Untuk pakaian ihram bagi laki-laki
dan perempuan berbeda, untuk laki-laki berupa pakaian yang tidak dijahit
dan tidak bertutup kepala, sedangkan perempuan seperti halnya shalat
(tertutup semua kecuali muka dan telapak tangan).
2. Wukuf (hadir) diArafah
Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu dzuhur, setiap
seorang yang haji wajib baginya untuk berada di padang Arafah pada waktu
tersebut. Wukuf adalah rukun penting dalam Haji, jika wukuf tidak
dilaksanakan dengan alasan apapun, maka Hajinya dinyatakan tidak sah dan
harus diulang pada waktu berikutnya.
3. Thawaf (mengelilingi Ka‟bah)
Thawaf adalah mengelilingi ka‟bah 7 kali dan dianggap sah apabila
memenuhi syarat sebagai berikut:1) Suci, dari hadas besar, hadas kecil, dan
najis.2) Menutup aurat.3) Sempurna tujuh kali putaran, jika lupa atau ragu,
maka mulailah pada hitungan yang sedikit.4) Dimulai dan diakhiri di Hajar
Aswad.5)Ka‟bah berada pada sebelah kiri orang yang thawaf.6) Jika thawaf
dilakukan diluar Ka‟bah maka hendaknya masih berada di Masjidil Haram.
4. Sa‟i
Sa‟i dalah Berlari-lari kecil antar bukit Shafa dan Marwah. Adapun
syarat untuk Sa‟i yaitu: 1) Dimulai dari bukit Shafa dan dikahiri di bukit
Marwah. 2) Hendaknya tujuh kali (dari Shafa ke Marwah dihitung satu kali,
dan sampai ke Shafa kembali dihitung dua kali). 3) Waktu yang tepat untuk
Sa‟i adalah sesudah Thawaf.
5. Mencukur rambut
Mencukur atau mengunting adalah rukun haji sebagai penghalal
terhadap hal yang diharamkan dalam Haji. Dalam mencukur rambut
sedikitnya adalah tiga helai rambut, dan bagi perempuan tidak perlu dicukur
melainkan hanya dipotong saja.
50
6. Tertib
Tertib berurutan, mendahulukan yang semestinya paling utama. Yaitu
mendahulukan Ihram dari rukun yang lain, mendahulukan Wukuf dari
Thawaf, mendahulukan sa‟i daripada bercukur.
Faktor internal
Faktor Eksternal
Genetik
Protein
Vitamin &
Mineral
Tingkat
kebugaran calon Lemak
jamaah haji
(6MWT)
Status rokok
Kapasitas vital
paru
Status alkohol
Persentase
lemak Status gizi
IMT
Status Kesehatan
53
kebugaran
54
Variabel Independen
1. Aktivitas Nilai aktivitas selain IPAQ-SF Aktivitas jalan Jumlah Ratio
fisik rutinitas yang dilakukan (METs x aktivitas
dalam frekuensi dan durasi x fisik yang
durasi tertentu.45 frequensi) + dilakukan
akvtivitas (METs/mg)
sedang (METs
x durasi x
frequensi) +
aktivitas berat
(METs x
durasi x
frequensi)
2. Indeks Keadaan gizi seseorang 1.Timbang Pengukuran Nilai IMT Ratio
Masa yang dihitung dari an injak antropometri dalam kg/
Tubuh perbandingan antara 2.Microtoi m2
(IMT) berat badan dalam (kg) se
dibagi dengan tinggi
badan(m2).49
55
steteskop hipertensi
3.Kuesion
er riwayat
hipertensi
dan DM
10 Status Katerangan yang kuesioner Hasil 3. Ya Nomi
Merokok diperoleh dari individu wawancara 4. Tida nal
terkait status merokok terkait status k
merokok atau
tidak merokok
58
Bab III
Metodologi Penelitian
jamaah haji di desa Mojosari yang dibuktikan dengan memiliki nomor porsi
haji dan yang memenuhi kriteria inklusi.
{ } +3
Keterangan:
Zα = Kesalahan tipe I ditetapkan 5%, hipotesis dua arah sebesar 1,96 (tabel
kurva normal)
Zβ = Kesalahan tipe II ditetapkan 10%, hipotesis dua arah sebesar 1,282
(tabel kurva normal)
r = 0,759 (Febriyanti, 2015)(65) hubungan aktivitas fisik dengan kebugaran.
Berdasarkan rumus diatas maka didaparkan sampel :
N={ } +3
N = 14 orang
Bunyi
Responden berhenti di tempat
sempritan
terakhir ketika waktu habis
tanda
berakhir
Diukur jarak tempuh
responden oleh peneliti
64
Mengumpulkan Data
Pengisian inform consent, Mengukur BB dan TB, Uji latih jalan 6 menit,
kuesioner IPAQ, food pengukuran gula darah dan tekanan darah
recall 2 kali
Mengolah data
Menganalisis data
Penyajian hasil
3. Koreksi (Cleaning)
Pembersihan data atau pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada
kesalahan dalam melakukan entri. Hal ini perlu dilakukan untuk
membersihkan data dari kesalahan yang mungkin terjadi. Dalam
pembersihan data biasanya dilakukan pengecekan ulang dengan melihat
distribusi frekuensi sehingga akan muncul kesalahan dalam mengentri data.
3.9.1 Univariat
3.9.2 Bivariat
BAB IV
1. Mendapat surat izin dari dekan fakultas dan persetujuan dari pembimbing
untuk turun ke lapangan dalam rangka pengambilan data pada 14 Juni 2017.
2. Mencari KBIH untuk melakukan pengambilan data, dimulai dari pencarian
informasi mengenai tempat bimbingan calon jamaah haji di Demak, Ciputat,
Bandung, dan Lampung, Rembang, Tuban serta mengajukan permohonan
untuk pengambilan data mulai pada pertengahan bulan Juni 2017 tetapi
sampai pertengahan bulan Juli , tetapi belum ada satupun KBIH yang telah
dihubungi yang memberikan izin.
3. 2 minggu sebelum keberangkatan kloter jamaah haji terakhir, Pembimbing
memberikan saran untuk pengambilan data pada calon jamaah haji tahun
berapapun yang penting responden merupakan calon jamaah haji yang
sudah terdaftar di kemenag di tempat yang bisa terjangkau dan
memungkinkan untuk dilakukan pengambilan data, dan diputuskan tempat
penggambilan data di desa Mojosari.
4. Sebenarnya 2 minggu sebelum keberangkatan kloter terakhir, masih ada 1
KBIH yang memungkinkan untuk dilakukan pengambilan data disana, yaitu
di Islamic Center Bekasi, namun karena penelitian saya ada uji kebugaran
berupa uji jalan 6 menit yang membutuhkan lokasi agak luas sebagai
lintasan sedangkan pada saat itu proses bimbingan sangat padat, maka hal
69
kemudian hari. Dan pada hari ini dilakukan penggambilan data kembali
(untuk food recall ke-2 pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya
pada hari selasa sebelumnya)
13. Jumat, 4 Agustus mendatangi 4 calon jamaah haji untuk meminta izin dan
persetujuannya untuk menjadi responden dan janji akan datang untuk
dilakukan penggambilan data dan dilakukan penggambilan data kembali
(untuk food recall yang ke-2 pada calon jamaah haji yang telah diambil
datanya pada hari rabu sebelumnya) .
14. Sabtu, 5 Agustus juga melakukan hal yang sama dengan hari jumat,
mendatangi 6 calon jamaah haji untuk meminta izin, persetujuan untuk
menjadi reesponden dan janji akan datang untuk dilakukan penggambilan
data dan dilakukan penggambilan data kembali (untuk food recall yang ke-2
pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya pada hari kamis
sebelumnya) .
15. Minggu, 6 Agustus, dilakukan penggambilan data pada 4 calon jamaah
haji yang telah dibuat janji pada hari jumat sebelumnya.
16. Senin, 7 Agustus dilakukan penggambilan data pada 6 calon jamaah haji
yang telah ada janji pada hari sabtu sebelumnya, namun ternyata ada 2 calon
jamaah haji yang pergi ke luar kota karena urusan keluarga dan 2 minggu
lagi baru kembali.
17. Selasa, 8 Agustus mendatangi 5 calon jamaah haji, untuk meminta izin dan
persetujuannya untuk menjadi responden dan janji akan datang untuk
dilakukan penggambilan data dan dilakukan penggambilan data kembali.
Pada hari juga dilakukan penggambilan data kembali (untuk food recall
yang ke-2 pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya pada hari
minggu sebelumnya) .
18. Rabu, 9 Agustus peneliti melakukan pengambilan data pada 5 calon
jamaah haji yang telah meminta izin pada hari selasa sebelumnya. Pada hari
juga dilakukan penggambilan data kembali (untuk food recall yang ke-2
pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya pada hari senin
sebelumnya) .
71
Tabel 4.1
Karakteristik Sampel Penelitian
Variabel Jumlah
N %
<41 tahun 9 21,4
41- 60 tahun 18 42,9
Usia >61 tahun 15 35,7
SD 23 54,8
Tingkat
SLTP 7 16,7
Pendidikan
SLTA 5 11,9
72
D3 1 2,4
S1 6 14,3
Petani 17 40,5
IRT 12 28,6
Guru 5 14,3
Pekerjaan Pedagang 6 11,9
Bidan 1 2,4
Tidak bekerja 1 2,4
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari total sampel 42 calon jamaah
haji di desa Mojosari, terdapat sebanyak 18 calon jamaah haji (42,9%)
berusia antara 41-60 tahun, 25 (59,5%) calon jamaah haji dengan jenis
kelamin perempuan, 23 (54,8%) calon jamaah haji dengan pendidikan
terakhir SD, dan 17 (40,5%) calon jamaah haji dengan pekerjaan sebagai
petani.
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa rata- rata jarak yang berhasil
di tempuh oleh calon jamaah haji laki- laki selama 6 menit sebesar 444,71
meter yang termasuk dalam kategori kebugaran baik dengan variasi jarak
tempuh sebesar 70,33 meter dan sebaran nilai jarak tempuh terendah
selama 6 menit yang ditempuh calon jamaah haji laki- laki selama 6 menit
320 meter dan jarak tempuh terjauh selama 6 menit sebesar 580 meter.
Sedangkan pada calon jamaah haji perempuan didapatkan rata- rata jarak
yang ditempuh selama 6 menit adalah 388, 32 meter yang termasuk dalam
kategori kebugaran sedang dengan variasi jarak tempuh sebesar 67,44
meter. Sedangkan sebaran nilai jarak terendah yang ditempuh selama 6
menit oleh calon jamaah haji perempuan adalah 280 meter dan jarak terjauh
yang ditempuh selama 6 menit sebesar 520 meter.
Berdasarkan Tabel 4.3 kita bisa melihat bahwa rata - rata nilai
aktivitas fisik calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 2769,53
METs/mg yang termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat, dengan variasi
nilai aktivitas fisik sebesar 973,25 METs/mg dan sebaran nilai aktivitas
fisik terendah calon jamaah haji laki- laki 1404 METs/mg dan nilai
tertinggi 4135 METs/mg. Sedangkan pada calon jamaah haji perempuan di
desa Mojosari didapatkan rata - rata nilai aktivitas fisik 2252,20 METs/mg
yang termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat dengan variasi nilai
74
aktivitas fisik sebesar 831, 88 METs/mg, dan sebaran nilai aktivitas fisik
terendah calon jamaah haji perempuan 1438 METs/mg dan nilai tertinggi
4879 METs/mg.
Tabel 4.4
Gambaran Gizi Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari
variabel Jenis kelamin N Mean Median SD Min- Max(kg/m2)
IMT Laki- laki 17 21,94 22,11 3,04 16,5 – 30,4
Perempuan 25 22.62 22,3 3,80 17,7 – 31,5
Berdasarkan Tabel 4.4 kita bisa melihat bahwa rata- rata nilai IMT
calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 21,94 kg/m2 yang
tergolong dalam kategori status gizi normoweight , dengan variasi nilai IMT
sebesar 3,04 kg/m2 dan sebaran nilai IMT terendah calon jamaah haji laki-
laki 16,5 kg/m2 dan nilai IMT tertinggi 31,5 kg/m2. Sedangkan pada calon
jamaah haji perempuan di desa Mojosari didapatkan rata - rata nilai IMTnya
22,62 kg/m2 yang tergolong dalam kategori status gizi noromoweight
dengan variasi nilai IMT sebesar 3,80 kg/m2, dan sebaran nilai IMT
terendah calon jamaah haji perempuan 17,7 kg/m2 dan nilai 31,5 kg/m2.
Data terkait gambaran asupan gizi calon jamaah haji di desa Mojosari
diperoleh dari akumulasi food recall 2 x 24 jam , lalu diolah untuk dianalisis
kandungan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi dengan menggunakan
Software Nutry Survei 2007 lalu dirata- rata hasilnya. Adapun zat gizi
75
Tabel 4.5
Gambaran Asupan Karbohidrat Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.
Variabel Jenis N Mean Medi SD Min-Max(%
Kelamin an kebutuhan Total)
Asupan Laki- laki 17 55,29 57 10,8 30 – 80
Karbohidrat Perempuan 25 45,56 43 5,97 28 – 68
Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa rata- rata asupan karbohidrat
calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 55,29% dari
kebutuhan total, dengan variasi 10,8% dari kebutuhan total, dan nilai
sebaran asupan karbohidrat terendah 30% dari kebutuhan total dan nilai
asupan karbohidrat tertinggi 80% dari kebutuhan total. Sedangkan pada
calon jamaah haji perempuan di desa Mojosari rata- rata asupan
karbohidratnya sebesar 45,56% dari kebutuhan total , dengan variasi 5,97%
dari kebutuhan total, dan nilai sebaran asupan karbohidrat terendah 28%
dari kebutuhan total dan nilai asupan karbohidrat tertinggi 68% dari
kebutuhan total.
Tabel 4.6
Gambaran Asupan Protein Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.
Variabe Jenis n Mean Median SD Min-Max(%
l Kelamin kebutuhan Total)
Asupan Laki- laki 17 14,14 13 5,97 6 – 32
Protein Perempuan 25 15,80 16 3,89 8 – 22
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat dilihat bahwa rata- rata asupan protein
calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 14,14% dari kebutuhan
total, dengan variasi 5,97% dari kebutuhan total, dan nilai sebaran asupan protein
terendah 6% dari kebutuhan total dan nilai asupan protein tertinggi 32% dari
kebutuhan total. Sedangkan pada calon jamaah haji perempuan di desa Mojosari
rata- rata asupan protein sebesar 15,8% dari kebutuhan total, dengan variasi
3,89% dari kebutuhan total, dan nilai sebaran asupan protein terendah 8% dari
kebutuhan total dan nilai asupan protein tertinggi 22% dari kebutuhan total.
Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat dilihat bahwa rata- rata asupan
lemak calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 31,29% dari
kebutuhan total, dengan variasi 9,16% dari kebutuhan total, dan nilai
sebaran asupan lemak terendah 16% dari kebutuhan total dan nilai asupan
lemak tertinggi 49% dari kebutuhan total. Sedangkan pada calon jamaah
haji perempuan di desa Mojosari rata- rata asupan lemak sebesar 38,76%
77
dari kebutuhan total, dengan variasi 7,83% dari kebutuhan total, dan nilai
sebaran asupan lemak terendah 21% dari kebutuhan total dan nilai asupan
lemak tertinggi 50% dari kebutuhan total.
Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat dilihat bahwa rata- rata asupan
vitamin A calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 662,73 μg ,
dengan variasi 372,3 μg, dan nilai sebaran asupan vitamin A terendah 198,7
μg dan nilai asupan vitamin A tertinggi 1376,5 μg. Sedangkan pada calon
jamaah haji perempuan di desa Mojosari rata- rata asupan vitamin A
sebesar 697,14 μg, dengan variasi 279 μg, dan nilai sebaran asupan vitamin
A terendah 236 μg dan nilai asupan vitamin A tertinggi 1375 μg.
Dari tabel 4.9 diatas dapat dapat dilihat dilihat bahwa rata- rata asupan
vitamin B1 calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 0,718 mg,
dengan variasi 0,25 mg, dan nilai sebaran asupan vitamin B1 terendah 0,2
mg dan nilai asupan vitamin B1 tertinggi 1,1 mg. Sedangkan pada calon
jamaah haji perempuan di desa Mojosari rata- rata asupan vitamin B1
sebesar 0,652 mg, dengan variasi 0,2 mg, dan nilai sebaran asupan vitamin
B1terendah 0,3 mg dan nilai asupan vitamin B1 tertinggi 1,1 mg.
Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa rata- rata asupan zat besi
calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 10,79 mg, dengan
variasi 2,24 mg, dan nilai sebaran asupan zat besi terendah 7,7 mg dan nilai
asupan zat besi tertinggi 16 mg. Sedangkan pada calon jamaah haji
perempuan di desa Mojosari rata- rata asupan zat besi sebesar 9,02 mg,
dengan variasi 3,63 mg, dan nilai sebaran asupan zat besi terendah 0,1 mg
dan nilai asupan zat besi tertinggi 15,7 mg.
Tabel 4.10
Gambaran Riwayat DM Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari
Riwayat Diabetes Mellitus (DM)
Jenis kelamin DM Non DM
n % N %
Laki- laki 2 11,8 15 88,2
Perempuan 2 8 23 92
Total 4 9,5 38 90,5
Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa dari 42 calon jamaah haji di
desa Mojosari , sebanyak 4 orang (9,5 %) calon jamaah haji di desa
Mojosari mempunyai riwayat DM.
Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa dari 42 calon jamaah haji di
desa Mojosari, sebanyak 13 orang (32,5%) calon jamaah haji di desa
Mojosari mempunyai riwayat Hipertensi.
80
Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa dari 42 calon jamaah haji di
desa Mojosari , sebanyak 14 orang (33,3 %) calon jamaah haji di desa
Mojosari yang merokok dan semuanya berjenis kelamin laki- laki.
maka nilai kebugaranya juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Sari (2014) menunjukkan hubungan yang
signifikan antara kebugaran dengan aktivitas fisik dengan bilai
Pvalue<0,0001.(67) Penelitian yang dilakukan Dion (2017) tentang hubungan
tingkat kebugaran jasmani dengan aktivitas fisik siswa kelas X di SMK
Muhamadiyah 1 Wates dengan nilai Pvalue=0.003 dan nilai r= 0,336. (68)
Tabel 4.13
Analisis kebugaran dengan status gizi berdasarkan nilai indeks massa tubuh (IMT)
pada calon jamaah haji di desa Mojosari.
Variabel Jumlah Korelasi (r) P value
Indeks Massa Tubuh 42 0,18 0,912
lalu dirata- rata hasilnya. Tubuh mensuplai glukosa ke dalam otot. Jika
hanya sebagian energi yang digunakan untuk beraktivitas fisik, maka
kelebihanya disimpan dalam bentuk glikogen di hati, otot dan jaringan
lemak. Semakin meningkat intensitas, durasi dan frekuensi aktivitas fisik
maka semakin besar suplai glukosa yang dibutuhkan tubuh.(21) Selain fungsi
utama karbohidrat sebagai sumber energi utama, karbohidrat juga sebagai
penghemat protein selama proses produksi energi, dan membantu dalam
proses pembakaran lemak.(31)
Anjuran konsumsi protein untuk laki- laki yaitu sebesar 60 gram dan untuk
perempuan sebesar 57 gram.(52) Protein banyak dibutuhkan pada awal
program latihan.(30) Adapun faktor lain yang turut menentukan seberapa
banyak kebutuhan protein tubuh diantaranya: stress emosional ataupun fisik,
infeksi, luka bakar, suhu lingkungan yang meningkat juga akan
meningkatkan kebutuhan akan protein. Kebutuhan protein juga meningkat
sewaktu tubuh dalam masa penyembuhan seperti pasca operasi, trauma
namun konsumsi protein tidak dianjurkan melebihi 2 g/kg BB/hari, karena
kelebihan protein akan menyebabkan Spesific Dynamic Action (SDA) yang
tinggi dan akan merugikan metabolisme serta memperberat kerja ginjal
apabila kelebihan protein tersebut terjadi dalam waktu yang lama.(30) Selain
itu konsumsi protein yang berlebihan tidak bermanfaat bagi tubuh, karena
biasanya makanan yang tinggi protein juga tinggi lemak, selain itu juga
makanan yang tinggi protein akan meningkatkan kerja hati dan ginjal untuk
mengeluarkan nitrogen, meningkatkan ekskresi kalsium sehingga
meningkatkan resiko osteoporosis, meningkatkan resiko atherosklerosis,
serta kanker kolon dan prostat.(51)
kebugaran calon jamaah haji di desa Mojosari dengan asupan lemak, yang
juga berarti semakin meningkatnya konsumsi lemak maka juga akan
menurunkan tigkat kebugaran seseorang. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri (2015) terhadap 110 mahasiswa program studi
kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan asupan lemak dengan
nilai Pvalue 1,00 (p>0,05).(79) Demikian juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widiartha didapatkan tidak terdapat hubungan antara asupan
lemak dengan kebugaran dengan nilai Pvalue = 0,287 dan nilai r = 0,094.(77)
Tidak ditemukanya kemaknaan antara kebugaran dengan asupan lemak,
karena keterbatasan dalam penelitian ini yaitu food recall hanya dilakukan 2
kali sedangkan menurut teori seharusnnya dilakukan minimal 3 kali agar
didapatkan hasil yang benar- benar bisa menggambarkan kebiasaan makan
responden serta salah satu kekurangan metode food recall sangat bergantung
pada ingatan responden dan seperti kita ketahui dari karakteristik responden
bahwa dalam penelitian ini 35,7% responden berusia lebih dari 60 tahun,
yang kemungkinan daya ingatnya sudah mulai menurun dan terjadi flate
slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk
melaporkan konsumsinya yang lebih banyak (over estimate) dan bagi
responden yang gemuk cenderuung melaporkan lebih sedekat (under
estimate).
dengan VO2 maks, dimana wanita yang kadar feritin dalam darahnya rendah
maka nilai VO2 maksnya juga rendah.(86)
Tidak ditemukanya kemaknaan antara kebugaran dengan asupan zat
besi, karena keterbatasan dalam penelitian ini yaitu food recall hanya
dilakukan 2 kali sedangkan menurut teori seharusnnya dilakukan minimal 3
kali agar didapatkan hasil yang benar- benar bisa menggambarkan kebiasaan
makan responden serta salah satu kekurangan metode food recall sangat
bergantung pada ingatan responden dan seperti kita ketahui dari
karakteristik responden bahwa dalam penelitian ini 35,7% responden
berusia lebih dari 60 tahun, yang kemungkinan daya ingatnya sudah mulai
menurun dan terjadi flate slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi
responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya yang lebih banyak
(over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderuung melaporkan
lebih sedekat (under estimate). Selain itu perbedaan nilai korelasi penelitian
ini dengan penelitian yang dilakukan Arsenault mungkin disebabkan
perbedaan karakteristik, jumlah sampel dan metode pengukuran, dimana
dalam penelitian Arsenault pengukuran feritin dengan laboratorium
sehingga hasilnya lebih akurat.
dalam penelitian ini berusia >60 tahun yang kemungkinan daya ingatnya
sudah mulai menurun.
7. Dalam food recall, untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi
peneliti menggunakan URT (Ukuran Rumah Tangga), meskipun
demikian juga belum benar- benar bisa menggambarkan jumlah
konsumsi sebenarnya.
8. Dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai analisis bivariat.
102
BAB V
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada calon jamaah haji desa
Mojosari dapat deketahui bahwa:
1. Berdasarkan tes uji jalan 6 menit, didapatkan rata- rata kebugaran calon
jamaah haji laki- laki di desa Mojosari dengan status kebugaran baik
dengan nilai rata- rata jarak tempuh 6 menit 444,71 meter, sedangkan rata-
rata kebugaran calon jamaah haji perempuan di desa Mojosari dengan
status kebugaran sedang dengan nilai rata- rata jarak tempuh 6 menit
388,32 meter.
2. Rata- rata aktivitas fisik calon jamaah haji laki- laki dan perempuan di
desa Mojosari secara berturut- turut didapatkan hasil 2769,53
METs/minggu dan 2252,2 METs/minggu yang keduanya termasuk dalam
kategori aktivitas fisik berat.
3. Berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh, didapatkan rata- rata IMT
calon jamaah haji laki- laki dan perempuan di desa Mojosari secara
berturut- turut didapatkan hasil 21,947 kg/m2 dan 22,62 kg/m2 yang artinya
baik calon jamaah haji laki- laki maupun perempuan mempunyai status
gizi normal.
4. Rata- rata asupan karbohidrat calon jamaah haji laki- laki dan perempuan
secara berturut- turut didapatkan hasil, 55,29% dan 45,56% dari
kebutuhan total, yang artinya untuk asupan karbohidrat calon jamaah haji
sudah mencukupi dari AKG seharusnya, sedangkan untuk asupan
karbohidrat calon jamaah haji perempuan masih belum memenuhi AKG
seharusnya.
5. Rata- rata asupan protein calon jamaah haji laki- laki dan perempuan
secara berturut- turut didapatkan hasil, 14,14% dan 15,8% dari kebutuhan
total, yang artinya untuk asupan protein baik calon jamaah haji laki- laki
maupun perempuan sudah mencukupi dari AKG seharusnya.
103
6. Rata- rata asupan lemak calon jamaah haji laki- laki dan perempuan secara
berturut- turut didapatkan hasil, 31,29% dan 38,76% dari kebutuhan total,
yang artinya untuk asupan lemak baik calon jamaah haji laki- laki maupun
perempuan sudah mencukupi dari AKG seharusnya bahkan melebihi dari
yang seharusnya yaitu sebesar 20-25%.
7. Rata- rata asupan vitamin A calon jamaah haji laki- laki dan perempuan
secara berturut- turut hasilnya 662,73 μg dan 697,14 μg, yang artinya
untuk asupan vitamin A calon jamaah haji laki- laki maupun perempuan
sudah memenuhi AKG yaitu 70% dari 900 μg/ 630 μg.
8. Rata- rata asupan vitamin B1 calon jamaah haji laki- laki dan perempuan
secara berturut- turut hasilnya 0,718 mg dan 0,652 mg, yang artinya untuk
asupan vitamin B1 calon jamaah haji laki- laki maupun perempuan belum
memenuhi AKG yaitu 70% dari 1,2 mg/ 0,84 mg.
9. Rata- rata asupan besi calon jamaah haji laki- laki dan perempuan secara
berturut- turut hasilnya 10,79 mg dan 9,024 mg, yang artinya untuk
asupan besi calon jamaah haji laki- laki sudah memenuhi AKG yaitu 70%
dari 13 mg/9,1 mg, sedangkan asupan besi calon jamaah haji perempuan
belum memenuhi AKG yaitu 70% dari 26 mg/ 18,2 mg.
10. Dari 42 calon jamaah haji haji di desa Mojosari, 33,3 % diantaranya
mempunyai status merokok dan semuanya berjenis kelamin laki- laki.
11. Dari 42 calon jamaah haji haji di desa Mojosari, 9,5% mempunyai riwayat
Diabetes Mellitus.
12. Dari 42 calon jamaah haji haji di desa Mojosari, 35,2% mempunyai
riwayat hipertensi.
13. Berdasarkan uji analisis bivariat diketahui
a. Variabel aktivitas fisik dengan kebugaran memiliki hubungan yang
signifikan dengan Pvalue 0,002 dan kekuatan hubungan sedang yaitu
r = 0,469 .
b. Variabel status gizi, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan
lemak, asupan vitamin A, asupan vitamin B1, asupan besi, status
kesehatan (riwayat DM dan Hipertensi) dan status merokok tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kebugaran.
104
5.2 Saran
1. Meningkatkan aktivitas fisik, agar tetap bugar dan terhindar dari penyakit
akibat hipokinetik, misalnya dengan melakukan olahraga minimal selama
30 menit, 3 kali dalam satu minggu.
2. Menjaga pola asupan nutrisinya dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi seimbang dan beragam.
3. Mengubah dan berhenti dari perilaku merokoknya, terutama bagi calon
jamaah haji di desa Mojosari yang berjenis kelamin laki- laki.
105
1. Subjek dalam penelitian ini lebih banyak dan bukan hanya di satu
wilayah, serta metode pengambilan sampel dengan random sampling
sehingga nantinya hasil dapat digeneralisasikan untuk populasi umum.
2. Jika sampel kita terbatas waktunya, harus benar- benar dipersiapkaan
jauh sebelumnya, sehingga nanti tepat waktu dalam penggambilan
sampelnya.
3. Jika memungkinkan, untuk mengumpulkan sampel dalam 1 waktu dan 1
tempat agar waktu yang diperlukan untuk uji kebugaran lebih singkat.
Tapi kemungkinan untuk kondusif sulit, sehingga hasil yang
diperolehpun tidak menggambarkan tingkat kebugaran responden
sebenarnya, sehingga perlu dilakukan setting tempat senyaman dan
sekondusif mungkin.
4. Melakukan penelitian dengan uji kebugaran lain dengan menggunakan
metode yang paling sesuai dengan sampel, serta metode yang mudah,
mampu laksana dilapangan namun representatif terhadap kebugaran
sesungguhnya.
5. Sebaiknya untuk uji kebugaran khususnya tes jalan 6 menit dilakukan
lebih satu kali dan diambil nilai tertingginya, karena banyak faktor yang
bisa memengaruhi hasil tes kebugaran seperti kondisi fisik dan waktu.
6. Jika pengukuran aktivitas fisik menggunakan kuesioner IPAQ
(International Physical Activity Questionaire) dilakukan modifikasi
bahasa yang mudah difahami serta disertai contoh- contoh yang biasa dan
sering dilakukan oleh subjek yang dituju.
7. Untuk mengetahui asupan nutrisi dengan food recall sebaiknya minimal
dilakukan 3 kali dan untuk mengetahui jumlah konsumsi selain dengan
URT diberi contoh/ gambar ukuran yang telah disepakati, sehingga nanti
persepsi setiap responden mengenai URT sama.
8. Untuk meneliti variabel- variabel zat gizi lain yang diduga berhubungan
dengan kebugaran, seperti asupan vitamin C, Zn.
9. Dilakukan analisis lebih lanjut, multivariat agar diketahui hubungan antar
variabel lebih lanjut.
106
Daftar Pustaka
[1] Kementerian. Agama. RI, Al Quranul Karim dan Terjemahanya Surat Ali
Imran 97, tentang perintah menjalankan ibadah haji. Jakarta, 2010.
[6] S. H. Luthfie, Rahasia Bugar Sehat Saat Berhaji dan Umrah, 1st ed. Solo:
Tinta Medina, 2011.
[9] Winarno, Joko. “Tatalaksana Nutrisi Jamaah Haji Selama Masa Tunggu
Dalam Upaya Promotif dan Preventif. dalam Buku Prosiding Temu Ilmiah
Nasional Haji dan Umrah 2016.,” 2016.
[10] M. S. Mansur and S. P. K. Drs. M. Yunus SB, M.M. Endang Rini Sukamti,
M.S. Danardono, “Laporan Pengabdian Masyarakat Pelatihan Kondisi Fisik
Pelatihan Senam Di Daerah Yogyakarta,” Yogyakarta, 2009.
[12] D. C. Ashok, Test Your Physical Fitness. Delhi: India Kalpaz Publivation,
2008.
[13] Ricard Coates. Crapo et al., “ATS statement: Guidelines for the six-minute
walk test,” Am. J. Respir. Crit. Care Med., vol. 166, no. 1, pp. 111–117,
2002.
[14] H. Zou et al., “Reference equations for the six-minute walk distance in the
healthy Chinese population aged 18–59 years,” PLoS One, vol. 12, no. 9, p.
e0184669, 2017.
[16] R. Murray, Harper’s Illustrated Biochemistry 28th Ed, 28th ed. New York:
Lange Medical Publications, 2009.
[18] Neil. A. Campbell and J. B. Reece, Biology, 7th ed. USA, 2005.
[20] S. A. Hoeger, W. W. K. & Hoeger, Fitness and Wellness, 9th ed. United
State of America: Weadswort Cengage Learning.
[21] Boyle, S. M. A. & Long, Personal Nutrition, 7th ed. USA: Wadsworth
Cengage Learning, 2010.
[22] Robert. M. Williams, Nutrition, Health and Fitness. New York, USA: Mc
Graw Hill, 2002.
108
[23] Brian. J. Sharkley, Health & Fitness, 7th ed. United State of America:
Courier Company. Inc, 2013.
[24] Lauralee. Sheerwod, Human Physiology From Cells to System, 9th ed.
Canada: Cengage Learning Product, 2016.
[25] William. E. Prentice, Get Fit, stay fit. USA: Mc Graw Hill, 2004.
[26] David. R. Gisolfi, Carl V. Dan Lamb, Perspectives In Exercise Science and
Sport Medicine Volume 2: Youth, Exercise and Sport. USA:
BenchmarkPress Inc, 1989.
[27] Larasati. Indrawagita, “Hubungan antara Status Gizi, Asupan Gizi dan
Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Gizi
FKM UI tahun 2009,” Depok, 2009.
[28] S. A. Hoeger, W. W. K. & Hoeger, Fitness and Wellness, 9th ed. United
State of America: Weadsworth Cengage Learning, 2011.
[33] Fatmah, SKM, MSc, Gizi Kebugaran dan Olah Raga. Bandung: Lubuk
Agung, 2011.
[34] Anspaugh, at. al. David J, WELLNESS Concept and Applivations. New
York, USA: McGraw- Hill Book Compan, 1997.
109
[35] Budiman, I “Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer
Sepeda Astrand,” J. Kesehat. Masy., vol. 7, pp. 91–97, 2007.
[38] Eri. Desmarini. N, Kebugaran dan Kesehatan (terjemah dari Fitness and
Health ), Rajawali P. Jakarta, 2011.
[40] Astrand, “Physical activity and Fitness,” Am. J. Clin. Nutr. 1992;551231s-
6S, 1992.
[42] Lloyd, at. al. Tom, “Friut Consumption, Fitness, and Cardiovascular Health
in Female Adolescent.The Penn State Young Women‟s Health Study.,”
Am. J. Clin. Nutr. 67 .2007; 624-30, 2007.
[44] Ipaq, “Guidelines for Data Processing and Analysis of the International
Physical Activity Questionnaire ( IPAQ ) – Short and Long Forms,” Ipaq,
no. November, pp. 1–15, 2005.
110
[45] Harikedua, Vera T and Tando, Naomi M “Aktivitas Fisik dan Pola Makan
Dengan Obesitas Sentral Pada Tokoh Agama Di Kota Manado,” Gizido,
vol. 4, no. 1, pp. 289–298, 2012.
[46] Sunita. J. Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. akarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001.
[47] Andry. Hartono, Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. jakarta: EGC, 2013.
[49] Suparisa, E, al. I Dewa Nyoman, Penilaian Status Gizi. jAKARTA: EGC,
2002.
[51] Sunita, Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2010.
[53] Linda, Dwijayanthi, Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Jakarta: EGC,
2011.
[55] Lisa Ellizabet Aula, Stop Merokok. Yogyakarta: Penerbit Garai Ilmu, 2010.
[57] Erawati, Eli, Yovi, Miftah Arzin Indra “Hubungan Kebiasaan Merokok
Dengan Ketahanan Kardiorespirasi Pada Dosen Pria Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Riau Eli,” JOMFK Vol. 1 No. 2 Oktober 2014,
vol. 1, no. 2, pp. 1–7, 2014.
[59] Abd al Rahman al Jaziri, Kitab al- Fiqh “ala al- Madzahib al- Arba”ah 1-
5. Lebanon: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 2010.
[60] Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Ibadah. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009.
[61] Departemen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam, 9th ed. Jakarta:
Departemen Agama, 2001.
[67] Fatmah. Sari, Syafira Rembulan, “Stres sebagai Faktor Dominan terhadap
Status Kebugaran Aerobik pada Satpam Laki-Laki Universitas Indonesia
Tahun 2014,” Depok, 2014.
[69] Bürgi et al., “Relationship of physical activity with motor skills, aerobic
fitness and body fat in preschool children: a cross-sectional and
longitudinal study (Ballabeina),” Int. J. Obes., vol. 35, no. 7, pp. 937–944,
2011.
[74] MS Anam, “The Effects Of Diet And Exercise On Body Mass Index ,
Physical Fitness, Hscrp And Lipid Profile In Obese Children,” pp. 1–66,
2010.
[75] Martin, et al, The relationship between body mass index, blod pressure, and
pulse rate amaong normotensive and hypertensive participant in the thrid
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). USA:
Departement of Medicine Drew University, 2003.
113
[77] Widiartha, Fani “Dengan Nilai Estimasi Vo 2 Max Pada Siswa Dan Siswi
SMP NEGERI 187 Jakarta Tahun 2013,” Depok, 2013.
[78] Yuli, Wahyuni Sonia Gandhi Surya Dewi, Mury Kuswari, “Hubungan
Antara Asupan Zat Gizi Makro, Aktivitas Fisik Dan Imt Dengan Vo2max
Pada Remaja Laki-Laki Usia 14 Dan 15 Tahun Di Serpong City Soccer
School, Tangerang School,” Jakarta, 2006.
[80] Coggan, A., Coleman, E., Hopkins, W.,Spriet, “Dietary Fat and Physical
Activity : Fueling the Controversy.,” 1996.
[81] Lilik Muizzah, “Hubungan Antara Kebugaran dengan Status Gizi dan
Aktivitas Fisik pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013,” [Skripsi]. UIN Syarif
Hidayatullah, 2013.
[83] Lyold, Tom,et, al. “Fruit Consumption, Fitness, and Cardiovascular Health
in Female Adolesent: The Penn State Young Women‟s Health Study.,” Am.
J. Clin. Nutr. 67 624-30. 1998., 1998.
[87] Ramadhan, Raisuli. Nur Abidah, Wijaya Veny, "Kebiasaan Aktivitas Fisik
Pasien Diabetes Mellitus Terhadap Kadar Gula Darah di Rumah Sakit
Umum dr. Fauziah Bireuen,"Vol. 3 No. pp 41-48, 2016
[89] Anisyah, Ahmad. Esti Dyah Utami, Indrajati Kusuma, " Relationship
between Physican Fitness and IMT with Blood Pressure in Patient with
Type-2 Diabetes Mellitus," Acta Pharm. Indones., vol. 1,pp, 43-49, 2011.
[94] Mirza Hapsari; Sakti Titis Penggalih; Emy Hutiyati, “Gaya Hidup, Status
Gizi dan Stamina Atlet pada Sebuah Klub Sepakbola.,” Ber. Kedokt. Masy.,
vol. 23, no. 4, pp. 192–199, 2007.
[100] Repace, J. L. “The problem of passive smoking,” Bull. New York Acad.
Med. J. Urban Heal., vol. 57, no. 10, pp. 936–946, 1981.
[101] Raz, D. J. at, al, “Natural history of stage I non-small cell lung cancer:
Implications for early detection,” Chest, vol. 132, no. 1, pp. 193–199, 2007.
116
Lampiran 1
Surat Etik Penelitian
117
LAMPIRAN
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Responden
Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Saat ini saya, Saudail Ghomim sebagai peneliti di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Penilaian
Tingkat Kebugaran Dengan Six Minutes Walking Test Dan Faktor- Faktor
Yang Berhubungan Pada Calon Jamaah Haji Di Desa Mojosari”
Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas kami, maka Anda
akan menjalani penelitian ini melalui pengisian kuesioner dan tes uji kebugaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kebugaran
calon jamaah haji kecamatan Sedan dan faktor- faktor yang berhubungan.
Peneliti,
Saudail Ghomim
Tlp. 085290156968
118
Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
No Hp :
Ciputat, 2017
Mengetahui,
(Saudail Ghomim) ( )
119
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
No. Porsi
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Alamat
Status Merokok
Riwayat DM/ Hasil GDS
Riwayat Hipertensi/ Hasil
Pengukuran TD
Riwayat Penyakit Jantung
No. HP
120
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
KUESIONER AKTIVITAS FISIK
(IPAQ, 2005)
Petunjuk Pengisian
Aktifitas fisik sedang adalah aktifitas yang menggunakan daya fisik yang
sedang sehingga membuat anda bernafas agak lebih kuat dari biasanya.
Seperti : yoga, senam bukan aerobik (golf, tenis, voli, bulu tangkis),
berolah raga di rumah (sit up, push up), berkebun (membersihkan rumput
dan daun yang berserakan, mencangkul, menanam), pekerjaan rumah
tangga (mengepel lantai, dan membersihkan rumah dengan banyak
menggunakan tangan, menjemur pakaian yang dilakukan minimal selama
10 menit)
3. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari anda melakukan aktifitas fisik
sedang seperti yang dijelaskan diatas?
.....hari seminggu
4. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk melakukan aktivitas
sedang tersebut dalam sehari?
.....jam/ hari
.....menit sehari
Berjalan kaki termasuk berjalan kaki dirumah dan ditempat kerja atau
kampus, berjalan kaki dari suatu tempat ke tempat lain dan berjalan kaki
untuk rekreasi, berolahraga, bersenam atau berjalan kaki pada waktu
senggang yang dilakukan minimal selama 10 menit.
6. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk melakukan berjalan kaki
tersebut dalam sehari?
.....jam/ hari
.....menit/ hari
Duduk termasuk bagian dari perilaku sedentary. Waktu yang digunakan
untuk duduk pada hari kerja atau dalam rumah termasuk juga waktu duduk
yang dihabiskan duduk di tempat kerja, di kampus, di rumah, waktu
belajar dan pada waktu senggang, mengunjungi teman- teman, membaca
atau duduk atau berbaring sambil menonton televisi yang dilakukan
minimal 10 menit.
7. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari yang anda anda gunakan untuk
duduk seperti yang dijelaskan diatas?
.....hari seminggu
Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk duduk seperti yang
dijelaskan diatas dalam sehari?
.....jam/ harui
.....menit/ hari
*) Aktivitas ringan jika tidak melakukan aktivitas fisik tingkat sedang- berat <10
menit/ hari atau <600 METs-min/minggu. Aktivitas sedang terdiri dari 3 kategori:
≥3 hari melakukan aktivitas fisik berat >20 menit/hari, ≥5 hari melakukan
aktivitas sedang/berjalan >30 menit/hari, ≥5 hari kombinasi berjalan intensitas
sedamg, aktivitas berat minimal >600 METs-min/minggu. Aktivitas berat, ada 2
kategori: Aktivitas berat >3 hari dan dijumlahkan >1500 METs- min/minggu, ≥7
hari berjalan kombinasi dengan aktivitas sedang/berat dan total >3000 METs-min/
minggu
Contoh: pengisian kuesioner pukul 11.00, maka perhitungan dimulai pada pukul
11.00 kemarin hingga pukul 11.00 saat ini.
Contoh Pengisian
Waktu : 12.00
Jenis makanan : nasi putih/ telur mata sapi/ sayur bayan/ ayam goreng/
nasi putih, dsb.
Jumlah (URT) :Piring , Mangkuk, Gelas, Sendok makan, Potong, Lembar.
Nasi 1 porsi = 1 gelas = 100 gram
Syuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gram
Buah 1 porsi = 50 gram
Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gram
Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gram
Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gram
Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gram
Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gram
Gula 1 porsi = 1 sdm = 20 gram
124
Berat Badan Kg
Tinggi Badan Cm
Indeks Massa Tubuh Kg/m2
Kadar Gula Darah Sewaktu
Kadar Kolesterol
126
V. Asupan Gizi
Lampiran 4
Hasil Uji SPSS
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Jarak6mwt ,084 42 ,200 ,978 42 ,596
skoraktivitassfisik ,209 42 ,000 ,891 42 ,001
*
asupanKH ,110 42 ,200 ,970 42 ,334
*
asupanLemak ,087 42 ,200 ,968 42 ,290
asupanProtein ,141 42 ,035 ,942 42 ,035
asupanvitaminA ,139 42 ,041 ,932 42 ,016
asupanvitaminB1 ,129 42 ,075 ,962 42 ,176
asupanFe ,149 42 ,020 ,928 42 ,011
IMT ,528 42 ,000 ,148 42 ,000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics Statistics
N Valid 25 N Valid 17
Missing 0 Missing 0
Mean 22,6248 Mean 21,9471
Median 22,3000 Median 22,1000
Std. Deviation 3,80234 Std. Deviation 3,04495
Range 15,87 Range 13,90
Minimum 15,70 Minimum 16,50
Maximum 31,57 Maximum 30,40
128
Statistics Statistics
Skor aktivitas fisik (laki- laki) Skor aktivitas fisik (perempuan)
N Valid 17 N Valid 25
Missing 0 Missing 0
Mean 2769,53 Mean 2252,20
Median 2973,00 Median 2044,00
Std. Deviation 973,255 Std. Deviation 831,888
Range 2731 Range 3441
Minimum 1404 Minimum 1438
Maximum 4135 Maximum 4879
Statistics Statistics
Asupan KH (perempuan) Asupan KH (laki- laki)
N Valid 25 N Valid 17
Missing 0 Missing 0
Mean 45,56 Mean 55,29
Median 43,00 Median 57,00
Std. Deviation 10,802 Std. Deviation 12,795
Range 40 Range 50
Minimum 28 Minimum 30
Maximum 68 Maximum 80
Statistics Statistics
Asupan Protein (laki- laki) Asupan Protein (peremouan)
N Valid 17 N Valid 25
Missing 0 Missing 0
Mean 14,18 Mean 15,80
Median 13,00 Median 16,00
Std. Deviation 5,971 Std. Deviation 3,894
Range 26 Range 14
Minimum 6 Minimum 8
Maximum 32 Maximum 22
129
Statistics Statistics
Asupan Lemak (perempuan) Asupan Lemak (laki- laki)
N Valid 25 N Valid 17
Missing 0 Missing 0
Mean 38,76 Mean 31,29
Median 40,00 Median 30,00
Std. Deviation 7,833 Std. Deviation 9,164
Range 29 Range 36
Minimum 21 Minimum 13
Maximum 50 Maximum 49
Statistics
Statistics
Asupan vitamin A (laki- laki)
Asupan vitamin A (perempuan)
N Valid 17
N Valid 25
Missing 0
Missing 0
Mean 662,735
Mean 697,164
Median 491,000
Median 653,000
Std. Deviation 372,3096
Std. Deviation 279,0099
Range 1177,8
Range 1139,7
Minimum 198,7
Minimum 236,0
Maximum 1376,5
Maximum 1375,7
Statistics Statistics
Asupan vitamin B1 (perempuan) Asupan vitamin B1 (laki- laki)
N Valid 25 N Valid 17
Missing 0 Missing 0
Mean ,652 Mean ,718
Median ,600 Median ,700
Std. Deviation ,2084 Std. Deviation ,2555
Range ,8 Range ,9
Minimum ,3 Minimum ,2
Maximum 1,1 Maximum 1,1
130
Statistics Statistics
Asupan Fe (laki- laki) Asupan Fe (perempuan)
N Valid 17 N Valid 25
Missing 0 Missing 0
Mean 10,794 Mean 9,024
Median 10,200 Median 9,400
Std. Deviation 2,2490 Std. Deviation 3,6337
Range 8,3 Range 15,6
Minimum 7,7 Minimum ,1
Maximum 16,0 Maximum 15,7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid DM 2 8,0 8,0 8,0
Non DM 23 92,0 92,0 100,0
Total 25 100,0 100,0
statusmerokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rokok 14 33,3 33,3 33,3
tidak merokok 28 66,7 66,7 100,0
Total 42 100,0 100,0
Correlations
Jarak6 skoraktivit asupanPr asupanvit asupan
mwt assfisik IMT otein aminA Fe
Jarak6mwt Pearson **
1 ,469 ,018 -,047 ,084 -,085
Correlation
Sig. (2-tailed) ,002 ,912 ,768 ,599 ,592
N 42 42 42 42 42 42
skoraktivitas Pearson **
,469 1 -,167 -,217 ,022 -,002
sfisik Correlation
Sig. (2-tailed) ,002 ,290 ,167 ,891 ,990
N 42 42 42 42 42 42
IMT Pearson * *
,018 -,167 1 ,226 ,347 ,305
Correlation
Sig. (2-tailed) ,912 ,290 ,150 ,025 ,050
N 42 42 42 42 42 42
asupanProtei Pearson **
-,047 -,217 ,226 1 ,399 ,110
n Correlation
Sig. (2-tailed) ,768 ,167 ,150 ,009 ,487
132
N 42 42 42 42 42 42
asupanvitami Pearson * ** *
,084 ,022 ,347 ,399 1 ,327
nA Correlation
Sig. (2-tailed) ,599 ,891 ,025 ,009 ,035
N 42 42 42 42 42 42
asupanFe Pearson * *
-,085 -,002 ,305 ,110 ,327 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,592 ,990 ,050 ,487 ,035
N 42 42 42 42 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Jarak6m asupanK asupanLe asupanvita
wt H mak minB1
Spearman's Jarak6mwt Correlation
1,000 ,009 -,097 ,000
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,955 ,539 ,999
N 42 42 42 42
asupanKH Correlation **
,009 1,000 -,903 -,301
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,955 . ,000 ,053
N 42 42 42 42
asupanLemak Correlation **
-,097 -,903 1,000 ,275
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,539 ,000 . ,078
N 42 42 42 42
asupanvitami Correlation
,000 -,301 ,275 1,000
nB1 Coefficient
Sig. (2-tailed) ,999 ,053 ,078 .
N 42 42 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
133
a
Test Statistics
Jarak6mwt
Mann-Whitney U 122,500
Wilcoxon W 213,500
Z -1,799
Asymp. Sig. (2-tailed) ,072
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,072
a. Grouping Variable: tekanandarah
b. Not corrected for ties.
a
Test Statistics
Jarak6mwt
Mann-Whitney U 46,000
Wilcoxon W 56,000
Z -1,288
Asymp. Sig. (2-tailed) ,198
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,215
a. Grouping Variable: dm
b. Not corrected for ties.
Lampiran 5
Daftar Riwayat Hidup
Agama : Islam
Email : saudail.ghomim97@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
Lampiran 6