Anda di halaman 1dari 158

i

HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN (SIX MINUTE


WALKING TEST) dengan AKTIVITAS FISIK, STATUS
GIZI, ASUPAN NUTRISI, STATUS KESEHATAN dan
PERILAKU MEROKOK PADA CALON JAMAAH
HAJI di DESA MOJOSARI

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :
Saudail Ghomim
NIM. 11141030000026

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
ii
iii

HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN (SIX MINUTE WALKING TEST)


dengan AKTIVITAS FISIK, STATUS GIZI, ASUPAN NUTRISI, STATUS
KESEHATAN dan PERILAKU MEROKOK PADA CALON JAMAAH
HAJI di DESA MOJOSARI

Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S. Ked)

Oleh
Saudail Ghomim
NIM. 11141030000026

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. KFR dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD
NIP. 19620720 199003 1 002 NIP. 19720717 200501 2 003

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
iv

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian berjudul Hubungan Antara Kebugaran (Six Minute
Walking Test) dengan Aktivitas Fisik, Status Gizi, Asupan Nutrisi, Status
Kesehatan dan Perilaku Merokok Pada Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari
yang diajukan oleh Saudail Ghomim (NIM 11141030000026), telah diujikan
dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 20
Oktober 2017. Laporan penelitian ini telah diperbaiki sesuai dengan masukan dan
saran penguji, serta telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
Ciputat, Oktober 2017

DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang

Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR


NIP. 19620720 199003 1 002
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. KFR dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD
NIP. 19620720 199003 1 002 NIP. 19720717 200501 2 003

Penguji 1 Penguji 2

dr. Fika Ekayanti,M. Med. Ed dr. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK


NIP. 19450517 197109 1 001
NIP.19790130 200604 2 001

Pimpinan Fakultas
Dekan FKIK UIN Jakarta Kaprodi PSKPD UIN Jakarta

Prof. DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, FACS, PhD
NIP. 19650808 198803 1 002 NIP. 19721103 200604 1 001
v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.,

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Segala puji bagi Allah Swt Rob Pencipta alam semesta yang telah melimpahkan
segala nikmat rahmat, hidayah, dan petunjukNya sampai akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Hubungan Kebugaran (Six
Minute Walking Test) dengan Aktivitas Fisik, Status Gizi, Asupan Nutrisi, Status
Kesehatan dan Perilaku Merokok pada Calon Jamaah Haji di desa Mojosari.
Ucapan doa dan terima kasih penulis sampaikan untuk orang-orang yang telah
berperan besar dan mendorong terselesaikannya penyusunan skripsi ini,
khususnya kepada :
1. Orang tua tercinta, yang selalu dan senantiasa memberikan kasih sayang,
nasihat agar tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan doa- doa
yang selalu dipanjatkan untuk kebaikan dan kesuksesan penulis dan
dukungan baik moril maupun materil.
2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.K.F.R dan dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD,
selaku dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dari awal hingga akhir penulisan laporan skripsi ini.
3. Kementerian Agama Republik Indonesia selaku penyedia program
beasiswa santri berprestasi (PBSB).
4. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD selaku Penanggung Jawab Riset
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014 yang telah
memberikan dukungan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.
7. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia ikut serta dalam
penelitian ini.
8. Anik Alfiyani, Nisa Uzlifatul Jannah, Mufidatun Nafisah, Irfany Fauziyah
Samad selaku teman seperjuangan dalam penelitian ini yang telah
berjuang bersama dan memberi dukungan untuk menyelesaikan laporan
penelitian ini.
vi

9. Teman-teman dan keluarga besar CSSMoRA, khususnya CSSMoRA UIN


Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan dalam
pengerjaan laporan penelitian ini.
10. Teman-teman Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan
2014 yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan
laporan penelitian ini.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik
secara langsung maupun tidak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
laporan penelitian ini agar ke depannya dapat jauh lebih baik. Besar harapan
penulis bahwa laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak. Semoga penelitian yang telah dilakukan ini menghasilkan ilmu yang
diberkahi dan diridhoi oleh Allah SWT. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ciputat, Oktober 2017

Penulis
vii

ABSTRAK
Saudail Ghomim. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Penilaian
Tingkat Kebugaran Dengan Six Minutes Walking Test dan faktor- faktor
yang Mempengaruhinya pada Calon Jamaah Haji di desa Mojosari. 2017.
Latar Belakang: Ibadah haji merupakan ibadah fisik, selain itu ketika
menunaikan ibadah haji calon jamaah haji juga akan dihadapkan pada matra dan
suhu yang ekstrem, sehingga memerlukan kebugaran, dan kebugaran sendiri
merupakan salah satu istitha’ah (mampu) kesehatan dalam haji. Banyak faktor
yang dapat memengaruhi tingkat kebugaran. Tujuan: untuk mengetahui
hubungan antara kebugaran dengan aktifitas fisik, status gizi, asupan nutrisi,
status kesehatan dan perilaku merokok pada calon jamaah haji di desa Mojosari
Metode: penelitian ini bersifat analitik korelatif dengan desain potong lintang,
dengan jumlah sampel (N= 42). Pengambilan data pada penelitian ini dengan tes
uji jalan 6 menit, kuesioner aktivitas fisik (IPAQ), food recall, kuesioner riwayat
DM, hipertensi serta pengukuran kadar gula darah dan tekanan darah, pengukuran
tinggi badan dan berat badan serta kuesioner tentang status merokok. Hasil
menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kebugaran adalah aktivitas
fisik dengan (P= 0,002) dan kekuatan hubungan sedang yaitu (r = 0,469). Adapun
variabel yang tidak berhubungan dengan tingkat kebugaran adalah status gizi,
asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, asupan vitamin A, asupan
vitamin B1, asupan besi, status kesehatan (riwayat hipertensi dan Diabetes
Millitus) dan status merokok.
Kata kunci: kebugaran, calon jamaah haji, uji jalan 6 menit.
viii

ABSTRACT
Saudail Ghomim. Medical Study Program and Doctor Profession.
Correlation Fitness (Six Minute Walking Test) with Physical Activity,
Nutritional Status, Nutrition Intake, Health Status and Smoking Status of
candidate Hajj Pilgrims in Mojosari Village. 2017.

Background: Hajj is a physical worship, besides that when performing


pilgrimage,pilgrims will also be faced with dimension and extreme temperature,
so it requires fitness, and fitness itself is one of istitha'ah (capable) health in Hajj.
Many factors can affect your fitness level. Objective: To know the correlation
between fitness with physical activity, nutritional status, nutritional intake, health
status and smoking behavior in prospective pilgrims in Mojosari village Method:
This study is correlative analytic with cross sectional design, with the number of
samples (N = 42). Data were collected in this study with 6-minute walking test,
physical activity questionnaire (IPAQ), food recall, DM history questionnaire,
hypertension history questionnaire and blood glucose and blood pressure
measurement, height and weight measurement and questionnaire about smoking
status. The results showed that fitness-related factors were physical activity with
(P = 0.002) and moderate strength (r = 0.469). The variables that are not related to
fitness are nutritional status, carbohydrate intake, protein intake, fat intake,
vitamin A intake, vitamin B1 intake, iron intake, health status (history of
hypertension and Diabetes Millitus) and smoking status.

Keywords: fitness, hajj pilgrims, road test 6 minutes.


ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i


LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN............................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1


1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................5
1.3. Hipotesis.......................................................................................................5
1.4. Tujuan Penelitian .........................................................................................5
1.4.1. Tujuan Umum .......................................................................................5
1.4.2. Tujuan Khusus ......................................................................................5
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................................6
1.5.1. Manfaat bagi Calon Jamaah Haji ..........................................................6
1.5.2. Manfaat bagi Kantor Urusan Agama Sedan .........................................6
1.5.3. Manfaat bagi Peneliti ............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7


2.1. Landasan Teori .............................................................................................7
2.1.1. Mekanisme Pembentukan Energi .......................................................7
2.1.2. Kebugaran ........................................................................................13
x

2.1.2.1 Pengertian Kebugaran .................................................................13


2.1.2.2. Jenis Kebugaran .........................................................................14
2.1.2.3. Klasifikasi Kebugaran................................................................15
2.1.2.4. Komponen Kebugaran ...............................................................16
2.1.2.5. Pengukuran Kebugaran ..............................................................22
2.1.3. Faktor- Faktor yang Memengaruhi Kebugaran ................................27
2.1.3.1. Usia ...........................................................................................27
2.1.3.2. Jenis Kelamin ...........................................................................28
2.1.3.3. Genetik .....................................................................................29
2.1.3.4. Aktivitas Fisik ..........................................................................29
2.1.3.5. Status Gizi ................................................................................32
2.1.3.6. Asupan Gizi ..............................................................................36
2.1.3.7. Status Kesehatan .......................................................................45
2.1.3.8. Perilaku Merokok .....................................................................45
2.1.3.9. Kapasitas Vital Paru .................................................................46
2.1.4. Ritual Haji ........................................................................................47
2.1.4.1. Pengertian Haji .........................................................................47
2.1.4.2. Dasar Hukum Haji ....................................................................47
2.1.4.3. Syarat- Syarat Haji ...................................................................47
2.1.4.4. Rukun Haji................................................................................48
2.1.4.5. Wajib Haji ................................................................................50
2.1.5. Calon Jamaah Haji ...........................................................................51
2.2. Kerangka Teori ............................................................................................52
2.3. Kerangka Konsep ........................................................................................53
2.4. Definisi Operasional ....................................................................................54

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................58


3.1. Desain Penelitian .........................................................................................58
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................................58
. Populasi dan Sampel.........................................................................................58
3.3.1. Populasi Sampel ...............................................................................58
3.3.2. Sampel Penelitian .............................................................................58
xi

3.4. Besar Sampel ...............................................................................................59


3.5. Kriteria Pemilihan Sampel ..........................................................................60
3.5.1. Kriteria Inklusi .................................................................................60
3.5.2. Kriteria Eksklusi ..............................................................................60
3.6. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................60
3.6.1 Sumber Data Primer .........................................................................60
3.6.2 Instrumen Penelitian ..........................................................................61
3.6.3 Prosedur Pengumpulan Data .............................................................61
3.7. Alur Penelitian .............................................................................................65
3.8. Manajemen Data ..........................................................................................65
3.9. Analisis Data ...............................................................................................66
3.9.1. Analisis Univariat.............................................................................66
3.9.2. AnalisisBivariat ................................................................................66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................68


4.1 Prosedur Pengumpulan Data .........................................................................68
4.2 Karakteristik Responden ..............................................................................71
4.3 Hasil Penetitian dan Pembahasan .................................................................72
4.3.1 Gambaran Kebugaran Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ....................72
4.3.2 Gambaran Aktivitas Fisik Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ............73
4.3.3 Gambaran Status Gizi Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ...................74
4.3.4 Gambaran Asupan Karbohidrat Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ....74
4.3.5 Gambaran Asupan Protein Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ...........75
4.3.6 Gambaran Asupan Lemak Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ............76
4.3.7 Gambaran Asupan Vit. A Calon Jamaah Haji di desa Mojosari .............77
4.3.8 Gambaran Asupan Vit. B1 Jamaah Haji di desa Mojosari ......................77
4.3.9 Gambaran Asupan Besi Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ...............78
4.3.10 Gambaran Riwayat DM Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ..............78
4.3.11 Gambaran Riwayat Hipertensi Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ....79
4.3.12 Gambaran Status Merokok Calon Jamaah Haji di desa Mojosari .....80
4.3.13 Hubungan Antara Kebugaran dengan Aktivitas Fisik ............................80
4.3.14 Hubungan Antara Kebugaran dengan Status Gizi .................................83
xii

4.3.15 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Karbohidrat ...................85


4.3.16 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Protein...........................86
4.3.17 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Lemak ...........................89
4.3.18 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Vit. A ............................90
4.3.19 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Vit. B1 ..........................92
4.3.20 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Besi ...............................94
4.3.21 Hubungan Antara Kebugaran dengan riwayat DM ................................96
4.3.22 Hubungan Antara Kebugaran dengan riwayat Hipertensi ......................97
4.3.23 Hubungan Antara Kebugaran dengan Status Merokok ..........................98
4.4 Keterbatasan Penelitian .............................................................................100

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................102


5.1. Simpulan ....................................................................................................102
5.2. Saran .........................................................................................................104
5.2.1 Saran Bagi KUA Sedan ........................................................................104
5.2.2 Saran Bagi Calon Jamaah Haji ..............................................................104
5.2.3 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................105
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................106
LAMPIRAN ........................................................................................................116
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses Glikolisis ..................................................................................8


Gambar 2.2. Proses Dekarboksilasi Oksidatif..........................................................9
Gambar 2.3. Siklus Krebs .....................................................................................10
Gambar 2.4. Mekanisme kemiosmotik mitokondriadan fosforilasi oksidatif .......12
Gambar 2.5. Struktur Otot .....................................................................................18
Gambar 2.6. Mekanisme Kontraksi Otot ..............................................................19
Gambar 2.7. Jenis Kontraksi .................................................................................21
xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Kebugaran Jasmani Berdasarkan Konsumsi Oksigen (VO2


maks) ......................................................................................................................26
Tabel 2.2 Kategori Kebugaran Jasmani Berdasarkan Uji Jalan 6 Menit ...............27
Tabel 2.3 Klasifikasi BMI untuk Asia Pasifik ......................................................33
Tabel 2.4 Fungsi Vitamin, Mineral dan Mikronutrien ...........................................40
Tabel 2.5 Angka Kecukupan Gizi Dewasa 2004 ...................................................44
Tabel 2.6 Definisi Operasional ..............................................................................54
Tabel 4.1 Karakteristik Responden. .......................................................................71
Tabel 4.2 Gambaran Kebugaran Calon Jamaah Haji di desa Mojosari .................72
Tabel 4.3 Gambaran Aktivitas Fisik Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ...........73
Tabel 4.4 Gambaran Status Gizi Calon Jamaah Haji di desa Mojosari.. ...............74
Tabel 4.5 Gambaran Asupan Karbohidrat Calon Jamaah Haji di desa Mojosari 74
Tabel 4.6 Gambaran Asupan Protein Calon Jamaah Haji di desa Mojosari .........75
Tabel 4.7 Gambaran Asupan Lemak Calon Jamaah Haji di desa Mojosari...........76
Tabel 4.8 Gambaran Asupan Vit. A Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ...........77
Tabel 4.9 Gambaran Asupan Vit. B1 Jamaah Haji di desa Mojosari ...................77
Tabel 4.10 Gambaran Asupan Besi Calon Jamaah Haji di desa Mojosari.............78
Tabel 4.10 Gambaran riwayat DM Calon Jamaah Haji di desa Mojosari. ............78
Tabel 4.10 Gambaran riwayat hipertensi Calon Jamaah Haji di desa Mojosari. ...79
Tabel 4.11 Gambaran Status Merokok Calon Jamaah Haji di desa Mojosari ......80
Tabel 4.12 Hubungan Antara Kebugaran dengan Aktivitas Fisik ........................80
Tabel 4.13 Hubungan Antara Kebugaran dengan Status Gizi ..............................83
Tabel 4.14 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Karbohidrat ...............85
Tabel 4.15 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Protein .......................86
Tabel 4.16 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Lemak. ........................89
Tabel 4.17 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Vit. A ..........................90
Tabel 4.18 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Vit. B1 ........................92
Tabel 4.19 Hubungan Antara Kebugaran dengan Asupan Besi ............................94
Tabel 4.19 Hubungan Antara Kebugaran dengan riwayat DM .............................96
Tabel 4.19 Hubungan Antara Kebugaran dengan riwayat Hipertensi ..................97
xv

Tabel 4.20 Hubungan Antara Kebugaran dengan Status Merokok ......................98


xvi

DAFTAR SINGKATAN

ACSM American Collage Sport Medicine


ADP Adenosisn Difosfat
AKG Angka Kecukupan Gizi
ATP Adenosin Trifosfat
ATPase Adenosis Trifosfatase
BB Berat Badan
BIA Bioelectrical Impedence Analiyes
BPD Blood Pressure Diastolic
bpm Beats Pee Minute
BPS Blood Pressure Sistolic
Ca Calsium
CT- Scan Computerized Tomography Scanner
CVD Cardiovascular Disease
DepKes Departemen Kesehatan
DM Diabetus Millitus
Fe Ferrum
FT Fast Twitch
HDL High Density Lipoprotein
HR Heart Rate
IMA Infarc Miocard Akut
IMT Indeks Massa Tubuh
IPAQ International Physical Activity Questionnaire
LDL Low Density Lipoprotein
MENKES Menteri Kesehatan
MET Metabolic Equivalent
Mn Mangan
NO Nitric Oxide
PAR-Q Physical Activity Readiness- Questionnaire
xvii

Pcfr Phosphocreatine
RE Retinol Ekivalen
RI Republik Indonesia
RMR Resting Metabolic Rate
SDA Specific Dynamic Action
ST Slow Twitch
TB Tinggi Badan
TPP Tiamin Pirofosfat
TTP Tiamin Trifosfat
TV Televisi
UAP Unstable Angina Pectoralis
URT Ukuran Rumah Tangga
USG Ultrasonografi
UU Undang- Undang
VO2 Maks Volume Oksigen Maaksimal
WHO World Health Organization
Zn Zinc
xviii

DAFTAR BAGAN

2.2 Kerangka Teori.................................................................................................52


2.3 Kerangka Konsep ............................................................................................53
3.6.3 Alur Pengukuan Kebugaran dengan Uji Jalan 6 Menit .................................63
3.7 Alur Penelitian .................................................................................................65
xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Surat Etik Penelitian .........................................................................116


Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent) ......................117
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ........................................................................120
Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas ........................................................................127
Lampiran 4. Hasil Analisis Univariat...................................................................127
Lampiran 4. Hasil Analisis Bivariat .....................................................................131
Lampiran 5. Riwayat Hidup Peneliti ....................................................................134
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ...................................................................135
1

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Ibadah haji merupakan rukun islam yang kelima, yang wajib dilaksanakan
oleh umat islam yang istitha‟ah (mampu) sebagaimana firman Allah swt dalam al
Qur‟an surah Ali Imran ayat 97 “ Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesunguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta”. Istitha‟ah (mampu)
yang dimaksudkan dalam ayat tersebut meliputi mampu dalam segi harta yaitu
mampu menyiapkan biaya pergi haji maupun bagi keluarga yang ditinggalkan.
Selain mampu dalam segi harta, juga harus mampu dalam keamanan artinya
mampu secara transportasi dan keamanan selama pergi dan pulang haji. Adapun
mampu yang ketiga adalah mampu dalam kesehatan, artinya mempunyai
kemampuan fisik, baik secara lahir batin. (1)

Amanat UU No.13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji dan


Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor
442/MENKES/SK/VI/2009 tentang pedoman penyelenggaraan haji dan
Permenkes No. 15 Tahun 2016 Tentang Istitha‟ah Kesehatan Jemaah Haji yang
secara garis besar berisikan pengaturan istitha‟ah kesehatan haji.(2),(3),(4) Maka
pemerintah membuat pedoman teknis melalui kantor pusat kesehatan haji dengan
tujuan terselenggaranya pemeriksaan kesehatan, pembinaan, pemeliharaan,
perawatan dan perlindungan kesehatan jemaah haji sehingga dapat menunaikan
ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama islam.(5) Hal tersebut dilakukan
karena ibadah haji merupakan ibadah yang menuntut kesiapan fisik, mental,
sosial dan spiritual, yang mana untuk rukun fi‟liyahnya (pekerjaan yang harus
dikerjakan) tidak boleh digantikan oleh orang lain. Adapun rukun haji yang
membutuhkan untuk berpindah lokasi seperti kegiatan , wukuf, thowaf ifadah,
sa‟i antara bukit safa dan marwah. Tawaf dilakukan 7 kali putaran mengelilingi
2

ka‟bah, lingkaran terdekat diperlukan kemampuan berjalan sebanyak 7 x 200


meter = 1400 meter. Sa‟i membutuhkan kemampuan berjalan dan berlari kecil
antara bukit safa dan marwah sebanyak 7 kali pulang balik dengan jarak 1 kali
perjalanan adalah 400 meter sehingga jarak yang ditempuh pada saat sa‟i 2800
meter. Total jarak yang harus ditempuh untuk thawaf dan sa‟i saja berkisar 4200
meter, belum termasuk perjalanan dari tempat tinggal pemondokan ke masjid.
Dengan kata lain setiap jamaah haji dituntut mampu berjalan sejauh ± 4,2 km.
Padahal masih ada kegiatan yang dilakukan jamaah haji diluar rukun haji seperti
berziarah ke tempat-tempat disekitar Makkah, diperkirakan jamaah haji harus
mampu berjalan kaki minimal sejauh 12 km. Selain itu ketika berhaji, calon
jamaah haji akan dihadapkan pada matra dan perbedaan suhu yang ekstrem antara
di Indonesia dan Saudi Arab serta kondisi dimana harus berdesak- desakan
dengan berjuta- juta umat muslim lainya yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Karena haji merupakan ibadah yang memerlukan aktivitas yang tinggi sehingga
dapat menurunkan tingkat kemampuan kebugaran kardiorespirasi dan
muskuloskeletal yang menyebabkan kelelahan. Sehingga setiap orang diharapkan
telah mempersiapkan diri sebelum berhaji, salah satunya dengan meningkatkan
status kebugaranya dengan meningkatkan aktivitas fisik, meningkatkan status
gizinya dengan menerapkan pola makan yang bergizi seimbang dan beragam,
menjaga status kesehatanya serta menghindari perilaku merokok. Kelelahan
dapat terjadi karena rendahnya tingkat kebugaran baik dari sistem
muskuloskeletal maupun sitem kardiorespirasi. Oleh karena itu diperlukan
kekuatan dan ketahanan fisik dalam menjalankan semua aktivitas rangkaian
ibadah haji sehingga bisa terwujud haji yang mabrur.(6) Salah satu cara untuk
mendapatkan ketahanan muskuloskeletal dan kardiorespirasi yaitu dengan
program latihan fisik yang kontinu.

Kebugaran adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas


sehari- hari tanpa menimbulkan kelelahan berarti dengan masih mempunyai
semangat dan energi untuk menikmati waktu luangnya serta dapat terhindar dari
berbagai penyakit akibat kurang aktivitas. Kebugaran sangat dipengaruhi oleh
aktivitas fisik, dan tingkat kebugaran yang baik merupakan modal utama
seseorang untuk dapat melakukan aktivitas fisik secara berulang dalam waktu
3

yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.(7) Berdasarkan data
di Indonesia, hasil penelitian tingkat kebugaran penduduk perkotaan dengan
kategori kurang sebesar 57,6 %, ada 26,1% proporsi aktifitas fisik yang tergolong
kurang secara umum, 24,1% proporsi penduduk Indonesia yang berprilaku
sedentary life >6 jam per hari. (8) Berdasarkan data profil jamaah haji tahun
2013-2014 perbandingan kelompok usia adalah sebagai berikut : 1) usia <40
tahun sebesar 14% dan 15%, 2) usia 41- 50 tahun sebesar 28% dan 29 %, 3) usia
51- 60 tahun sebesar 34% dan 32%, 4) usia >60 tahun sebesar 24% dan 24%. Data
jumlah jamaah haji wafat berdasarkan kelompok umur pada tahun 2007-2008
berturut- turut yaitu kelompok usia <40 tahun (1,7% ; 9 %), kelompok usia 40-50
tahun (7,6% ; 7%), kelompok usia 51-60 tahun (23,2% ; 21,5%), kelompok usia
61- 70 tahun (35,7% ; 36,5%) dan kelompok usia >70 tahun (31,8% ; 33,9%).
Data epidemiologi jamaah haji indonesia tahun 2014 ada 5 penyebab utama
kematian jamaah haji indonesia antara lain, penyakit kardiovaskular (50%),
saluran pernafasan (16,67%), defesiensi nutrisi (11,11%) dan infeksi (5,56%).(9)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sumardjo, 2014 tentang tingkat kebugaran
calon jamaah haji ONH Plus dengan metode rockport didapatkan hasil bahwa
3,77% calon jamaah haji ONH Plus dengan kategori kebugaran baik, 52,83%
calon jamaah haji ONH Plus dengan kategori kebugaran cukup, 43,39 % calon
jamaah haji ONH Plus dengan kategori kebugaran kurang.(10) Kebugaran yang
kurang dapat menyebabkan kelelahan.

Terdapat berbagai metode dalam pengukuran tingkat kebugaran seseorang


yaitu metode langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung dilakukan
dengan pengukuran VO2 maks selama melakukan aktivitas fisik, contoh
pengukuran secara langsung bisa dengan tes treadmill dan tes ergometer sepeda.
(11) Adapun pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan prediksi melalui
detak jantung. Tes pengukuran tidak langsung terbagi atas 2 jenis yaitu tes naik
turun tangga dan tes lapangan. Tes naik turun tangga telah berkembang
diantaranya: tes Queen’s Collage Step Test, Canadian home fitness, Chester step
test, YMCA 3 minutes step test. Adapun tes lapangan diantaranya: tes Balke, tes
Cooper, Shuttle run test 20 m, Six minute walk test.(12)
4

Six minute walk test atau uji jalan 6 menit merupakan bentuk modifikasi
tes Balke, dengan cara mengukur panjang jarak yang ditempuh seseorang dalam
waktu 12 menit. Oleh Butland dkk, uji ini dimodifikasi menjadi uji jalan 6 menit
yang dinilai mempunyai nilai jarak tempuh terbaik dan berkorelasi dengan
kemampuan fungsional seseorang. Six minute walk test merupakan uji kerja
submaksimal yang menyerupai aktivitas fisik sehari- hari dan bagian dari protokol
test fitness lansia yang dirancang untuk menilai kebugaran para lansia dan tidak
memerlukan usaha yang berlebihan, sederhana, mampu laksana, relatif lebih aman
dan dapat memberikan indikasi objektif kemampuan fungsional dan toleransi
latihan karena jarak ambulasi diperlihatkan dalam hubungan dengan gejala yang
muncul akibat konsumsi oksigen yang terbatas. Tes ini merupakan salah satu
modalitas uji kerja yang sangat populer karena murah, mudah dilakukan, tidak
memerlukan alat canggih dan hasilnya mampu memberikan evaluasi objektif
kemampuan fungsional seseorang.(13),(14) Adapun yang dimaksud dengan
kemampuan fungsional merupakan kemampuan individu untuk menggunakan
kapasitas fisik yang dimilikinya guna memenuhi kebutuhan hidupnya, melakukan
aktivitas produktif serta melakukan interaksi dengan lingkungan dimana ia
berada.(6)

Berdasarkan uraian dan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang hubungan antara kebugaran dengan aktivitas fisik, status gizi,
asupan gizi, status kesehatan dan perilaku merokok pada calon jamaah haji di desa
Mojosari karena belum ada penelitian sebelumnya tentang kebugaran calon
jamaah haji di desa Mojosari dan melihat karakteristik calon jamaah haji
Indonesia dari tahun ke tahun yang beresiko tinggi terus menggalami peningkatan,
yaitu pada tahun 2017, 71% calon jamaah haji berusia >60 tahun. (15) Penelitian
ini dilakukan karena ingin mengetahui hubungan antara kebugaran dengan
aktivitas fisik, status gizi, asupan gizi, status kesehatan dan perilaku merokok
pada calon jamaah haji dan masih sedikit penelitian tentang tingkat kebugaran
calon jamaah haji dan faktor- faktor yang berhubungan, padahal kebugaran sangat
penting bagi calon jamaah haji sebagai evaluasi/ tes bagi calon jamaah haji.
Informasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai acuan program latihan untuk
menjaga dan meningkatkan kebugaran sehingga jamaah haji bisa menjalankan dan
5

menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dengan baik sesuai dengan
ketentuan agama islam dan bisa mencapai haji mabrur.

1.2 Rumusan Masalah


Penelitian ini dilakukan di desa Mojosari, berdasarkan latar belakang diatas,
kami dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara kebugaran (six minute walking test) dengan
aktivitas fisik, status gizi, asupan gizi, status kesehatan dan status
merokok pada calon jamaah haji di desa Mojosari?

1.3 Hipotesis Penelitian


1. Terdapat hubungan antara kebugaran dengan aktivitas fisik, kebugaran
dengan status gizi, kebugaran dengan asupan gizi, kebugaran dengan
status kesehatan dan kebugaran dengan status merokok pada calon
jamaah haji di desa Mojosari.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian di atas:

1.4.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kebugaran calon


jamaah haji.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara kebugaran dengan aktivitas fisik, kebugaran


dengan status gizi menurut Indeks Massa Tubuh (IMT), kebugaran dengan
asupan gizi, kebugaran dengan status kesehatan (riwayat DM dan Hipertensi)
dan kebugaran dengan status merokok pada calon jamaah haji di desa
Mojosari.
6

1.5 Manfaat Penelitian


Dari penelitian ini ,beberapa manfaat yang dapat diambil diantaranya adalah
sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Bagi Calon Jamaah haji

1. Mengetahui pentingnya menjaga dan meningkatkan kebugaran dalam


rangka persiapan haji dengan cara beraktifitas fisik, mengatur asupan
gizi seimbang dan beragam, menjaga sttaus kesehatan serta
menghindari perilaku merokok.
2. Terjaganya stamina fisik selama melaksanakan rangkaian ibadah haji
karena bugar sehingga terwujud haji yang mabrur.

1.5.2 Manfaat Bagi KUA Kecamatan Sedan

1. Dapat digunakan sebagai acuan program latihan fisik bagi calon


jamaah haji untuk menjaga dan meningkatkan kebugarannya di masa
mendatang.
2. Sebagai tambahan informasi atau referensi dalam melakukan evaluasi
pelayanan bimbingan manasik haji.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijakan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
4. Meningkatkan standar pelayanann bimbingan manasik haji sehingga
terwujud kepuasan bagi jamaah haji.

1.5.3 Manfaat Bagi Penulis

1. Mengetahui tingkat kebugaran calon jamaah haji dalam persiapan


melaksanakan ibadah haji di desa Mojosari.
2. Sebagai media pengaplikasian Ilmu Kedokteran khususnya bidang
kedokteran olaraga dan gizi yang selama ini sudah dipelajari.
3. Sebagai bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
7

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Mekanisme Pembentukan Energi

Energi diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas fisik manusia,


salah satunya untuk kontraksi otot. Energi tersebut dihasilkan dari makanan
yang kita konsumsi sehari- hari. Energi untuk kontraksi otot dan berbagai
aktivitas lain tidak didapatkan langsung dari makanan, akan tetapi energi ini
terlebih dahulu harus diubah menjadi senyawa kimia berenergi tinggi, yaitu
Adenosine Tri Phosphate (ATP). Adapun proses biologis yang
menggunakan ATP sebagai sumber enereginya antara lain: proses
biosintesis, transportasi ion-ion secara aktif melalui membran sel, kontraksi
otot, konduksi saraf dan sekresi kelenjar. Apabila ATP pecah menjadi
Adenosine Diposphate (ADP) dan Phosphate inorganic (Pi), maka sejumlah
energi akan dilepaskan. Energi inilah yang akan gunakan untuk kontraksi
otot dan proses-proses biologi lainnya.(16) ATP dibutuhkan banyak oleh
jaringan otot untuk kontraksi sehinga menimbulkan gerakan - gerakan
sebagai aktivitas fisik, akan tetapi ATP yang di dalam sel otot jumlahnya
sangat terbatas, yaitu sekitar 4 - 6 m M/kg otot. ATP yang tersedia ini hanya
cukup untuk aktivitas cepat dan berat selama 3 - 8 detik. (17) Oleh karena itu,
untuk aktivitas yang relatif lama, perlu segera dibentuk ATP kembali,
sehingga dalam melakukan aktivitas fisik sebenarnya tidak murni hanya
menggunakan 1 sistem aerobik atau anaerobik saja tergantung intensitas dan
waktunya. Untuk aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dengan waktu
relatif singkat maka sistem yang predominan adalah aerobik, demikian pula
sebaliknya.
8

Proses metabolisme untuk menghasilkan ATP melalui 4 sistem


1. Glikolisis
Glikolisis adalah reaksi kimia penguraian glukosa menjadi asam
piruvat, NADH, dan ATP. NADH (Nikotinamid Adenin Dinukleotida
Hidrogen) adalah koenzim yang mengikat elektron (H), sehingga disebut
sebagai sumber elektron berenergi tinggi. ATP (Adenin Trifosfat)
merupakan senyawa berenergi tinggi, yang setiap pelepasan gugus
fosfatnya menghasilkan energi. Pada proses glikolisis 1 molekul glukosa
diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP. Proses ini
dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Pada glikolisis
aerobik terdapatnya oksigen akan menghambat terbentuknya asam laktat,
sehingga menghambat terjadinya kelelahan. (18),(19)

Gambar 2.1 Proses Glikolisis (19)


9

2. Dekarboksilasi oksidatif
Tahap dekarboksilasi oksidatif terjadi di mitokondria sebelum masuk
ke siklus krebs. Pada tahap ini asam piruvat hasil glikolisis dioksidasi
menjadi asetil koenzim A di dalam mitokondria. Setelah piruvat memasuki
mitokondria, enzim piruvat dehidrogenase akan menukar piruvat dengan
acetyl dengan melepaskan karbon dioksida.(18) Pada reaksi ini dua molekul
karbon dioksida dan empat atom hidrogen dilepaskan, sedangkan bagian
lain dari 2 asam piruvat bergabung dengan koenzim A untuk membentuk 2
molekul asetil- Ko- A. Dalam konversi ini, ATP tidak dibentuk namun akan
dibentuk 6 molekul ATP ketika 4 atom hidrogen yang dilepaskan tersebut
dioksidasi.(19)

Gambar 2.2 Proses Dekarboksilasi Oksidatif (19)


3. Siklus Krebs
Siklus krebs terjadi di matriks mitokondria. Pada tahap ini asetil Ko-
A hasil dari dekarbokilasi oksidatif masuk matriks mitokondria untuk
bergabung menjadi asam oksaloasetat dan membentuk asam sitrat.(18) Siklus
ini merupakan lanjutan reaksi kimia saat gugus asetil dan asetil- KoA
dipecah menjadi karbon dioksida dan atom hidrogen. Atom hidrogen yang
dilepaskan kemudian akan menambah jumlah atom hidrogen yang
dioksidasi kemudian, yang akan melepaskan sejumlah energi untuk
membentuk ATP. Pada gambar dibawah ini memperlihatkan berbagai tahap
reaksi kimia siklus krebs. Pada bagian puncak kolom dapat dilihat bahwa
siklus krebs dimulai dengan asam oksaloasetat, dan dibagian bawah rantai
reaksi terbentuk asam oksaloasetat kembali. Dengan demikian, siklus ini
dapat berlangsung berulang kali.
10

Gambar 2.3 Siklus Krebs (19)


11

Siklus asam sitrat tidak melepaskan energi dalam jumlah yang besar,
hanya satu dari reaksi kimia selama pengubahan asam α- ketoglutarat
menjadi asan suksinat, yang membentuk satu molekul ATP. Jadi untuk
setiap molekul glukosa yang dimetabolisme, dua molekul asetil- KoA akan
melalui siklus krebs, yang masing- masing membentuk 1 molekul ATP, atau
total 2 molekul ATP yang terbentuk.(19)
4. Transfer elektron
Atom hidrogen yang dilepaskan selama reaksi kimia, yaitu: 4 atom
hidrogen ketika proses glikolisis, 4 atom hidrogen ketika proses
pembentukan asetil- KoA dari piruvat, dan 16 atom hidrogen ketika siklus
krebs. Jadi total keseluruhan atom hidrogen yang dilepaskan ketika proses
tersebut 24 untuk 1 molekul glukosa. Atom hidrogen yang dilepaskan
didalam cairan intraseluler dilepaskan dalam satu paket berisi 2 atom, dan
setiap pelepasanya dikatalis oleh enzim protein khusus yang disebut
dehidrogenase. 24 atom hidrogen yang dilepas segera bergabung dengan
dinukleotida adenin nikotinamid (NAD+), suatu derivat vitamin niasin,
dengan reaksi sebagai berikut:

Reaksi ini tidak akan berlangsung tanpa dehidrogenase spesifik atau tanpa
NAD+ yang bekerja sebagai pembawa hidrogen. Baik ion hidrogen yang
bebas maupun yang terikat dengan (NAD+) berturut- turut masuk ke dalam
reaksi kimia oksidatif yang membentuk sejumlah besar ATP. Proses
pembentukan ATP ini disebut dengan fosforilasi oksidatif, yang terjadi di
dalam mitokondria melalui proses khusus yang disebut mekanisme
kemiosmotik. Proses ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
12

Gambar 2.4 Mekanisme kemiosmotik mitokondriadan fosforilasi oksidatif.(19)

Setiap atom hidrogen yang dilepaskan berpasangan, satu segera menjadi ion
hidrogen (H+) dan satu segera bergabung dengan NAD+ membentuh NADH. Pada
gambar diatas , dapat kita ketahui bahwa tahap awal adalah pembebasan atom
hidrogen lain dari NADH untuk membentuk ion hidrogen (H+) yang lain, proses
ini juga membentuk kembali NAD+ yang akan dipakai berulang- ulang. Elektron
yang dikeluarkan dari atom hidrogen untuk menimbulkan ionisasi hidrogen,
segera memasuki rantai transpor elektron dari akseptor elektron, yang merupakan
bagian integral dari membran dalam mitokondria. Akseptor elektron secara
reversibel dapat dikurangi/dioksidasi dengan menerima atau memberikan
elektron. Unsur penting dari transpor elektron adalah flavoprotein, protein sulfida
besi, ubiquinon, dan sitokrom B, CI, C, A, dan A3. Setiap elektron dilepaskan
dari salah satu akseptor ini ke akseptor yang lain sampai akhirnya menuju
sitokrom A3, yang disebut sitokrom oksidase, karena mampu memberikan 2
elektron, sehingga mengurangi oksigen elemental untuk membentuk oksigen
berion, yang kemudian bergabung dengan ion hidrogen untuk membentuk air.
Sewaktu elektron melewati rantai transpor elektron, sejumlah besar energi
dibebaskan. Energi ini dipakai untuk memompa ion hidrogen dari bagian dalam
13

matriks mitokondria ke dalam bilik luar diantara membran mitokondria dalam dan
luar. Keadaan ini menghasilkan ion hidrogen bermuatan positif berkonsentrasi
tinggi dalam bilik ini, dan juga menghasilkan potensial listrik negatif yang kuat
dibagian dalam matriks. Selanjutnya dalam fosforilasi oksidatif adalah mengubah
ADP menjadi ATP, karena adanya ATPase. Konsentrasi ion hidrogen bermuatan
positif yang tinggi di bilik luar dan perbedaan potensial listrik yang besar melalui
membran bagian dalam menyebabkan ion hidrogen mengalir ke dalam matriks
mitokondria melalui zat molekul ATPase. Sewaktu hal tersebut terjadi, energi
yang dihasilkan dari aliran ion hidrogen ini digunakan oleh ATPase untuk
mengubah ADP menjadi ATP dengan menggabungkan ADP dengan fosfat ionik
bebas (Pi). Langkah akhir dalam proses ini adalah pemindahan ATP dari bagian
dalam mitokondria kembali ke sitoplasma sel. Proses ini terjadi melalui difusi
pasif keluar dari membran bagian dalam dan kemudin difusi sederhana melewati
membran luar mitokondria yang permeabel. Selanjutnya, ADP secara kontinou
ditransfer dalam arah yang berlawanan untuk dikonversi menjadi ATP secara
berkesinambungan. Untuk 2 elektron yang melalui rantai transpor elektron
(mewakili ionisasi 2 atom hidrogen), dapat disintesis sampai 3 molekul ATP.(19)

2.1.2 Kebugaran

2.1.2.1 Pengertian Kebugaran


Kebugaran adalah kemampuan seseorang untuk dapat melakukan
aktivitas yang biasa maupun tidak biasa dilakukan sehari- hari secara baik
tanpa menimbulkan kelelahan fisik.(20) Kebugaran adalah kemampuan tubuh
seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari- hari tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti.(7) Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kebugaran adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas sehari- hari tanpa menimbulkan kelelahan berarti
dengan masih mempunyai semangat dan energi untuk menikmati waktu
luangnya serta dapat terhindar dari berbagai penyakit akibat kurang
aktivitas. Jadi kebugaran yang dibutuhkan oleh setiap individu sangat
bervariasi bergantung pada tingkat pembebanan aktivitas fisik terhadap
dirinya.
14

2.1.2.2 Jenis Kebugaran


1. Aerobik
Metabolisme aerobik adalah suatu sistem yang hanya akan
memproduksi energi bergantung dari ketersediaan oksigen. (21) Aktivitas
aerobik adalah aktivitas dengan intensitas cukup rendah sehingga sistem
kardiovaskular dan respirasi mampu mensuplai oksigen yan cukup untuk
aktivitas tersebut dalam jangka waktu yang lama. (22) Kebugaran aerobik
adalah kapasitas untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen.
(23) Kebugaran aerobik adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi
beban latihan lebih dari 3 menit secara terus menerus karena sistem sirkulasi
dan kardiorespirasinya mampu untuk mengatur dan menyesuaikan dari kerja
yang berat dan mampu untuk memulihkan dari efek latihan berat itu sendiri.
Olahraga aerobik sangat mengutamakan daya tahan kerja optimal dari otot
- otot organ seperti jantung, paru, dan pembuluh darah. Dengan bekerjanya
secara optimal dari otot jantung, paru dan pembuluh darah maka suplai
oksigen akan terpenuhi sehingga proses pembakaran sumber energi dapat
berjalan dengan sempurna. Proses ini berjalan secara berkesinambungan dan
dalam jangka waktu yang lama. Adapun cabang olahraga yang termasuk
kelompok ini adalah berjalan, jogging, renang jarak menengah dan jauh, lari
jarak jauh, balap sepeda jarak menengah dan jauh, mendayung.(8)
Metabolisme anaerobik adalah suatu sistem yang tidak mengandalkan
ketersediaan oksigen untuk memproduksi energi.(21) Aktivitas anaerobik
adalah aktivitas dengan intensitas sangat besar sehingga keperluan akan
oksigen lebih besar dari pada kemampuan tubuh untuk mensuplai
oksigen.(22) Olahraga anaerobik adalah aktivitas dimana terjadi proses
glikolisis yang dapat menghasilkan ATP tanpa keberadaan oksigen dan
proses ini berlangsung lebih cepat daripada fosforilasi oksidatif meskipun
menghasilkan ATP yang lebih sedikit. Olahraga jenis ini mengandalkan
kekuatan otot dan tenaga ledakan tinggi yang hanya berlangsung dalam
waktu singkat dan tidak dapat dilakukan secara terus menerus, karena
menghasilkan produk sampingan berupa asam laktat yang apabila
terakumulasi akan menghambat kontraksi otot dan menimbulkan rasa nyeri
15

pada otot dan inilah alasan mengapa olahraga anaerobik hanya dapat
berlangsung dalam waktu singkat dan memerlukan interval waktu untuk
dapat meregenerasi sumber energinya. Aktivitas anaerobik adalah kegiatan
yang dominan memelukan kecepatan dan kekuatan. Energi yang diperlukan
untuk aktivitas anaerobik ini dihasilkan melalui proses hidrolisis
phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik.(24)
Contoh olahraga anaerobik adalah lari sprint 100m, tenis lapangan dan bulu
tangkis.(23)

2.1.2.3 Klasifikasi Kebugaran


Kebugaran terdiri dari dua aspek yaitu: komponen yang berhubungan
dengan kesehatan (health related fitness) dan komponen yang berhubungan
dengan ketrampilan (skill related fitness). Komponen kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan terdiri dari: daya tahan jantung-paru
(cardiorespiratory), kekuatan muskuloskeletal, fleksibilitas dan komposisi
tubuh. Sedangkan komponen kebugaran yang berhubungan dengan
ketrampilan antara lain : koordinasi, keseimbangan, kecepatan, power, dan
kecepatan waktu reaksi.(25) Berikut adalah pembahasan dari masing- masing
kategori kebugaran.

1. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (health related


fitness).
Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan didefinisikan sebagai
suatu kemampuan untuk melakukan aktivitas harian yang membutuhkan
energi serta kualitas dan kapasitas yang diasosiasikan dengan rendahnya
resiko penyakit hipokinetik dini akibat kurangnya aktivitas fisik. (26)

Kebugaran dalam kategori ini merupakan kategori yang paling sering


digunakan dalam konteks kebugaran (kesegaran jasmani) secara umum
karena merupakan salah satu indikator kondisi tubuh masyarakat secara luas
dan tidak terbatas pada komunitas tertentu. Kebugaran dalam kategori ini
juga sering dihubungkan dengan kemampuan fungsional seseorang sehingga
16

dapat berfungsi untuk menilai kemampuan kerja pada individu usia


produktif..(27)

2. Kebugaran yang berhubungan dengan ketrampilan (skill related


fitness)
Kebugaran yang berhubungan dengan ketrampilan atau skill related
fitness adalah kebugaran yang penting untuk malakukan gerakan- gerakan
fisik dalam aktivitas atletik atau olahraga. Skill related fitness yang baik
dapat meningkatkan kualitas hidup secara umum dengan meningkatkan
kemampuan seseorang untuk menghadapi kondisi- kondisi darurat yang
terkadang membutuhkan ketangkasan.(20) Namun kategori tersebut lebih
banyak berperan pada kelompok atletik dibanding pada masyarakat secara
umum sehingga penggunaannya terbatas pada komunitas dan kegiatan
olaraga.(26)

2.1.2.4 Komponen Kebugaran


Komponen Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan antara
lain sebagai berikut :
a. Ketahanan Kardiorespirasi
Ketahanan kardiorespirasi adalah kemampuan jantung, paru dan
pembuluh darah untuk menyalurkan oksigen ke seluruh sel-sel dalam rangka
memenuhi tuntutan aktivitas fisik yang berkepanjangan.(28) Ketahanan
kardiorespirasi adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas dengan
seluruh tubuh dan terus bergerak untuk periode lama tanpa mengalami
kelelahan.(25) Daya tahan merupakan suatu keadaan yang menekankan pada
kapasitas kerja tubuh secara terus- menerus, khususnya sistem
kardioresipasi dalam menyediakan cadangan oksigen selama aktivitas
berlangsung. Kemampuan metabolisme yang dimiliki oleh seorang individu
digambarkan dengan kemampuan pengambilan oksigen selama aktivitas
fisik. (29) Tubuh bergantung pada sistem kardiorespirasi untuk menyalurkan
oksigen pada seluruh sel, jaringan dan organ tubuh. Sistem kardiorespirasi
merupakan sistem penyokong kebutuhan dasar tubuh. Tanpa oksigen, sel
dalam seluruh tubuh manusia tidak dapat berfungsi dan menggalami
17

kematian. Setiap orang memerlukan beberapa derajat ketahanan sistem


kardiorespirasi untuk melakukan aktivitas sehari- hari. Jika sedang
melakukan olahraga sistem kardiorespirasi harus bekerja lebih keras untuk
mensuplai oksigen yang cukup agar aktivitas tetap berjalan sehingga saat
sistem kardiorespirasi lebih efisien dalam mensuplai oksigen maka tingkat
ketahanan kardiorespirasi akan meningkat dan tubuh akan lebih tahan
terhadap rasa lelah. Melakukan olahraga juga akan meningkatkan ketahanan
kardiorespirasi dan menggurangi resiko sakit jantung. Oleh karena itu jika
ketahanan kardiorespirasi tubuh rendah, resiko sakit jantung akan
meningkat. Kapasitas sistem kardiorespirasi untuk membawa oksigen
didalam tubuh tergantung pada koordinasi 4 komponen, yaitu 1) paru 2)
jantung 3) pembuluh darah 4) darah. Peningkatan ketahanan sistem
kardiorespirasi melalui olahraga terjadi karena adanya peningkatan
kemampuan 4 kompenen tersebut dalam mensuplai oksigen yang cukup
untuk aktivitas.(25)
Salah satu cara pengukuran tingkat ketahanan kardiorespirasi adalah
dengan mengukur VO2 maks atau volume maksimal oksigen yang diproses
oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Orang
yang memiliki daya tahan kardiorespirasi rendah, ia harus bekerja lebih
keras untuk memenuhi kebutuhan oksigen.(28) American College Sport and
Medicine (ACSM) telah merekomendasikan aktivitas fisik moderat sampai
sedang, selama 3-5 hari dalam satu minggu minimal 20-30 menit dalam 1
kali aktivitas fisik.(30) Aktivitas fisik yang dapat meningkatkan ketahanan
kardiorespirasi diantaranya: berjalan, dansa aerobik, lompat tali, berlari,
jogging, berenang, bersepeda, mendayung, bola tangan.(22)

b. Kekuatan Muskuloskeletal
Tubuh kita mengandung lebih dari 400 otot rangka, yang membentuk
sekitar 40% berat tubuh pada pria dan 32% pada wanita, dengan otot polos
dan otot jantung membentuk 10% lainya dari berat total. Otot rangka
tersusun oleh kumpulan fasikulus, fasikulus dibentuk oleh sekumpulan
serabut otot, dan serabut otot terbentuk dari sekumpulan serat otot/miofibril.
Adapun miofibril tersusun atas kumpulan filamen (benang- benang halus
18

otot tebal dan tipis) aktin dan miosin. Pembungkus fasikulus disebut
perimisium. Pembungkus kumpulan fasikulus disebut dengan epimisium.
Diluar epimisium terdapat fasia otot. Diantara fasikulus satu dengan
fasikulus lain terdapat jaringan ikat yang disebut dengan endomisium.(24)

Gambaran 2.5. Struktur Otot (24)

Filamen aktin terdiri dari tiga protein: aktin, tropomiosin dan troponin.
Adapun filamen miosin terdiri dari protein, kepala mioin dan ekor miosin.
Setiap molekul aktin memiliki suatu tempat pengikatan khusus untuk
melekatnya jembatan silang miosin. Pengikatan molekul miosin dan aktin di
jembatan silang menyebabkan kontraksi serat otot yang memerlukan energi.
Sehingga aktin dan miosin sering disebut dengan protein kontraktil. Karena
protein, ia mudah sekali terurai dan terikat kembali. Saat otot melemas,
kontraksi tidak terjadi karena aktin tidak dapat berikatan dengan jembatan
silang, karena posisi dua protein lain, yaitu tropomiasin dan troponin.
Tropomiasin menutupi bagian aktin yang berikatan dengan jembatan silang,
sedang troponin ketika tidak berikatan dengan Ca, ia menstabilkan
tropomiasin dalam posisinya menutupi tempat pengikatan jembatang silang
di aktin. Karena inilah tropomiosin dan troponin sering disebut protein
regulatorik.(24)
19

Mekanisme kontraksi otot

Gambar .2.5. Mekanisme Kontraksi Otot (24)

Mekanisme kontraksi otot terjadi ketika implus listrik menyebar ke


seluruh sel otot, sampai ke miofibril melalui tubulus T. Lalu implus di
tubulus T menyebabkan ion Ca2+ keluar dari retikulum sarkoplasma.
Selanjutnya ion Ca2+ yang sampai ke miofibril berikatan dengan troponin C.
Ikatan Ca2+ dengan troponin C menyebabkan tropomiosin bergeser dan
binding site aktin untuk kepala miosin yang ditempati tropomiosin terbuka.
Aktin berikatan dengan kepala miosin yang juga mengandung ATP-ase
yang memecah ATP menjadi ADP sehingga menghasilkan energi untuk
menggerakkan aktin ke arah garis M. Demikian seterusnya sampai impuls
listrik berakhir dan ion Ca2+ di pompa kembali ke retikulum sarkoplasma
sehingga tidak terjadi ikatan ion Ca2+ dengan troponin C dan terbukanya
binding site untuk kepala miosin pada aktin karena tertutup oleh
tropomiosin. Inilah proses relaksasi.(24)
20

Secara garis besar, serabut otot dibagi menjadi dua jenis

1. Tipe I – Serabut Slow- Twitch (ST) atau Slow Twitch Oxidative (SO)
atau Slow- Contracting Low- Fatigability.
Tipe ini adalah serabut otot yang memiliki kemampuan maksimal untuk
menghasilkan energi secara aerobik. Jenis ini dapat menurun jumlahnya
pada keadaan imobilisasi (tidak bergerak)
2. Tipe II – Serabut Fast – Twitch (FT)
Tipe II merupakan serabut yang memiliki kemampuan maksimal untuk
menghasilkan energi secara anaerobik. Serabut tipe ini berkontraksi dengan
cepat.(31)

Kekuatan Otot adalah kemampuan otot dalam menghasilkan tenaga.


Mempertahankan kekuatan dalam tingkat normal pada sekelompok otot
adalah penting untuk aktivitas normal. Perkembangan dari kekuatan dan
daya tahan otot mempunyai beberapa keuntungan terkait kesehatan,
termasuk peningkatan kepadatan tulang, ukuran otot, dan kekuatan jaringan
penghubung dan meningkatkan kepercayaan diri. Kelemahan otot atau
ketidakseimbangan otot dapat menghasilkan pergerakan yang abnormal
ataupun gait dan menganggu fungsi pergerakan yang normal. Diantara usia
30 tahun hingga 70 tahun, ukuran dan kekuatan otot menurun rata-rata 30%
dan mengakibatkan aktivitas yang kurang. Kekuatan otot sangat berkaitan
dengan ketahanan otot. Ketahanan otot adalah kemampuan untuk
melakukan kontraksi otot berulang terhadap beberapa tahanan dalam jangka
waktu tertentu.(25)

Kekuatan Otot dapat digambarkan dengan kontraksi maksimal yang


dihasilkan oleh otot dalam melakukan aktivitas fisik. Secara garis besar, ada
3 jenis kontraksi otot, yaitu sebagai berikut:

1. Kontraksi Isometrik, terjadi kontraksi tegangan yang maksimal. Terjadi


saat seseorang beraktivitas melawan suatu objek yang tidak bergerak.
2. Kontraksi Isotonik, terjadi gerakan otot yang diikuti dengan perubahan
lingkup gerak sendi, sehingga disertai dengan pemendekan.
21

3. Kontraksi Isokinetik, ditandai dengan memendeknya otot selama proses


tegangan dengan kecepatan konstan maksimal pada seluruh sudut sendi
melalui lingkup gerak sendi penuh.(30)

Gambar 2.6 Jenis Kontraksi (11)


c. Fleksibilitas/ Kelenturan
Fleksibilitas adalah kemampuan anggota tubuh untuk bergerak secara
bebas dalam ruang lingkup gerak tanpa nyeri. (25) Kelenturan berkaitan
dengan persendian, otot, tendon, dan ligamen yang berada pada
sekeliling.(29) Komponen ini dapat tercermin dengan kemampuan seseorang
untuk menekuk, meregang dan memutar tubuhnya. Beberapa keuntungan
dalam bidang kesehatan dari memiliki kelenturan adalah memiliki
pergerakan yang baik, meningkatkan resistensi cedera dan rasa sakit pada
otot, mengurangi resiko sakit pinggang (low back pain), meningkatkan
postur tubuh dan penampilan pribadi, perkembangan ketrampilan
berolahraga, tubuh dapat bergerak lebih gemulai serta mengurangi tekanan
darah dan stres. (25) Beberapa faktor fisiologis yang dapat memengaruhi
kelenturan anatara lain: usia, jenis kelamin, komponen sendi, dan latihan
atau kebiasaan olaraga.(20)
22

d. Komposisi Tubuh
Komposisi Tubuh adalah persentase lemak dalam tubuh terhadap
jaringan tubuh lainya. Komposisi massa tubuh tanpa lemak terdiri dari
seluruh bahan kimia dan jaringan sisa komposisi lemak tubuh, termasuk air,
otot, tulang, jaringan ikat dan organ dalam.(25) Persentasi lemak tubuh yang
dianjurkan untuk laki- laki sekitar 15% dan 23% untuk perempuan dari
total berat tubuh.(30)
Metode untuk memprediksi total komposisi tubuh, khususnya
persentasi lemak tubuh dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: secara
langsung dan tidak langsung. Metode perhitungan persentase lemak tubuh
secara langsung memberikan ketepatan yang paling baik dibandingkan
dengan perhitungan dengan metode tidak langsung. Namun metode
langsung tidak dapat diaplikasikan pada subjek yang masih hidup. Beberapa
metode perhitungan lemak secara tidak langsung yang umum digunakan dan
memiliki validitas dan realibilitas tinggi, yaitu metode underwater
weighing, rontgenologi, USG, CT Scan, BIA (Bioelectrical Impedance
Analiyses) dan metodologi antropometri dengan teknik skinfold.(31)

2.1.2.5 Pengukuran Kebugaran


Pengukuran terhadap komponen kebugaran yang berhubungan dengan
kesehatan melalui pengukuran volume oksigen maksimal (VO2maks).
VO2maks adalah jumlah oksigen maksimal dalam tubuh manusia yang
berguna untuk beraktivitas sehari- hari dalam satuan ml/kg/menit. Nilai
VO2maks dapat dipengaruhi oleh 3 fungsi sistem tubuh yaitu : 1) fungsi
sistem pernafasan, untuk menentukan jumlah oksigen yang
ditransportasikan melalui darah dan diserap oleh paru 2) fungsi dari sistem
kardiovaskular yang berperan dalam memompa dan mendistribusikan
darah dan oksigen keseluruh tubuh 3) fungsi sistem muskuloskeletal yang
bertugas mengubah karbohidrat dan lemak menjadi ATP (Adenosine
Triphosphate) sebagai energi untuk melakukan kontraksi otot dan produksi
panas.(28)
23

Pengukuran kebugaran dibagi atas dua jenis yaitu pengukuran


langsung dan tidak langsung, seperti berikut:

1. Tes Kebugaran Langsung

Metode langsung dilakukan dengan pengukuran kapasitas aerobik


(VO2maks) dapat dilakukan menggunakan alat Douglas Bag (dua kantong
udara yang disambung dengan selang pada mulut dan hidung dengan cara
dipanggul) selama melakukan aktivitas fisik. Metode lain yang dapat
dilakukan di Laboratorium dengan menggunakan spirometri yang
terkomputerisasi sehingga dinilai paling objektif.(11) Pengukuran VO2maks
terbagi atas dua cara, yakni tes maksimal dan submaksimal. Pada tes
maksimal VO2maks diukur pada kondisi kelelahan maksimal selama
melakukan pembebanan latihan fisik sehingga sistem kardiorespirasi benar-
benar sedang mengalami kelelahan maksimal. Pengukuran VO2maks
submaksimal dapat dilakukan dengan uji Astrand- Rhyming Nomogram.
Prosedur ini menganggap bahwa ambilan oksigen dan detak jantung
berhubungan linear sehingga VO2maks maksimal dapat diprediksi.(32)
Namun pengukuran laboratorium VO2maks relatif mahal, memakan waktu,
memerlukan tenaga yang terampil dan tidak praktis untuk tes masal.(11)

1). Tes Treadmill


Treadmill test adalah tes kebugaran dengan menggunakan alat khusus
yang diatur dengan kecepatan dan kemiringanya. Tes ini bertujuan untuk
mengukur kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2 Maks) untuk
menggambarkan derajat kebugaran. Hasil tes ini berupa nilai kebugaran
dalam METs atau dalam ml O2/kgBB/menit. Tes ini dilakukan dengan
menggunakan alat treadmill dan stopwatch yang dilakukan selama 4 menit.
Kecepatan alat treadmill yang dianjurkan pada rentang 2 sampai 4,5 mph
dan kemudian dihitung menggunakan rumus seperti pada peesamaan
berikut.(12)
VO2 Maks = 1,51 +(21,8 × kecepatan) – (0,327 × denyut jantung)
– (0,263 × kecepatan × umur) + (0,00504 × denyut jantung ×
umur) + 5,98n × jenis kelamin
24

Keterangan:
0 = jenis kelamin perempuan
1 = jenis kelamin laki- laki

2). Tes Ergometer Sepeda


Tes kebugaran ini hampir sama dengan treadmill, yang membedakan
diantara keduanya hanya alat yang digunakan yaitu Cycle ergometer.

2. Tes Pengukuran Tidak Langsung


Metode tidak langsung dilakukan dengan metode prediksi melalui
detak jantung. (33) Pada individu yang bugar detak jantung atau denyut nadi
lebih sedikit jumlahnya karena sistem kardiorespirasinya bekerja secara
lebih efisien, yaitu setiap detak oksigen yang terpompa dalam darah lebih
banyak sehingga kebutuhan oksigen dapat langsung terpenuhi.(34)
Pengukuran tes VO2 maks secara tidak langsung terbagi atas 2 jenis yaitu tes
naik turun tangga dan tes lapangan.
Tes naik turun tangga telah berkembang diantaranaya: 1) Queen’s
College step test adalah tes kebugaran dengan cara naik turun kursi
sebanyak 24 kali dalam 1 menit untuk laki- laki dan 22 kali dalam 1 menit
untuk perempuan yang dilakukan selam 3 menit, 2) Canadian home fitness
test merupakan tes kebugaran dengan naik tangga setinggi 20,3 cm , 3)
Chester step test dengan menggunakan tinggi kursi yang bervariasi antara
15-30 cm yang disesuaikan dengan tingkat aktivitas dan usia responden ,4)
YMCA 3 minutes step test adalah tes kebugaran yang dilakukan dengan
menggunakan kursi setinggi 12 feet / 31 cm dengan pengaturan metronome
96 bpm, biasanya digunakan untuk tes massal selama 3 menit dan memiliki
perhitungan paling sederhana.(12)

Adapun tes lapangan diantaranya sebagai berikut:1) Test Balke,


adalah tes kebugaran yang dilakukan dengan subjek berjalan cepat atau
berlari selama 15 menit dengan jarak tempuh 1 atau 1,5 mil. Salah satu
prosedur tes Balke ini subjek tidak boleh berhenti diam atau istirahat
didalam lintasan.(35) 2) Test Cooper, tes kebugaran yang hampir sama
25

dengan tes Balke, yang berbeda hanya lama waktu dari tes yang harus
dilakukan oleh subjek, yakni: tes kebugaran Cooper diukur dengan berlari
atau berjalan selama 12 menit. (28) 3) Shuttle Run Test 20 m, adalah tes
kebugaran lapangan yang menggunakan estimasi VO2maks dengan cara
berlari sepanjang 20m bolak balik dan mengikuti tanda yang telah
ditentukan dengan peningkatan level kecepatan disetiap titik (tanda beep)
tertentu. Tanda beep terdiri atas 2 jenis, singgle beep menunjukkan tanda
berakhirnya waktu disetiap lapangan. Bunyi triple beep menunjukkan
bahwa subjek harus meningkatkan kecepatan larinya. Subjek dinyatakan
gagal apabila tertinggal sebanyak dua kali berturut- turut tanda beep atau
kelelahan.(12) 4) Six Minute Walk Test, Uji jalan 6 menit merupakan salah
satu modalitas uji latih sub maksimal yang menyerupai aktivitas sehari- hari
yang sangat populer karena mudah dilakukan, tidak memerlukan alat
canggih dan hasilnya mampu memberikan evaluasi objektif kapasitas
fungsional seseorang. Uji jalan 6 menit ini hampir sama dengan uji Balke
ataupun Cooper yang berbeda hanya waktunya, jika dalam tes Balke selama
15 menit, test Cooper 12 menit dan subjek bisa berlari dan tidak boleh
berhenti didalam lintasan selama test, dalam uji jalan 6 menit ini subjek
berjalan kaki selama 6 menit , tidak boleh berlari dan dihitung jarak yang
ditempuhnya serta subjek boleh beristirahat selama test jika memang
memerlukan.

Six Minute Walk Test ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu sebagai
berikut:

1. Uji Jalan 6 menit


Uji jalan 6 menit dilakukan dengan cara berjalan kaki selama 6 menit.
Kemudian diukur seberapa jauh jarak yang ditempuh selama 6 menit. Rata-
rata langkah orang Indonesia adalah 0,5 meter. Jadi tes ini juga bisa
dilakukan dengan terus berjalan selama 6 menit, sambil terus menghitung
berapa banyak langkah kita selama 6 menit. Untuk mempermudah berapa
langkah yang telah kita lakukian dengan menggunakan tally- counter atau
tasbih ceklok mekanik. Selanjutnya tinggal dikalikan jumlah langkah yang
26

telah kita lakukan dengan 0,5 meter. Dari jarak yang berhasil kita tempuh
barulah kita bisa mengetahui: prediksi nilai VO2maks kita. Untuk
mengetahui prediksinya, kita menggunakan persamaan rumus sebagai
berikut: 0,03 x jarak (m) + 3,98

Tabel 2.1 Kategori Kebugaran Jasmani Berdasarkan Konsumsi


Oksigen (VO2 maks)

No Kategori Tingkatan Konsumsi


1 Kategori I Sangat kurang VO2 maks < 28 ml/ kgBB/ menit
(SK)
2 Kategori II Kurang (K) VO2 maks antara 28,1 s/d 34 ml/
kgBB/ menit
3 Kategori III Sedang (S) VO2 maks antara 34,1 s/d 42 ml/
kgBB/ menit
4 Kategori IV Baik (B) VO2 maks antara 42,1 s/d 52 ml/
kgBB/ menit
5 Kategori V Baik sekali (BS) VO2 maks > 52,1 ml/ kgBB/
menit

2. Rumus 56.
Selain tes “uji jalan 6 menit”, yang mengukur tingkat kebugaran
seseorang berdasarkan pada capaian tingkat konsumsi oksigen, ada satu tes
kebugaran yang sama akuratnya yaitu dengan menggunakan “rumus 56”
yang menggukur tingkat kebugaran berpatokan pada jarak tempuh.
Menurut penelitian, orang yang memiliki tingkat kebugaran yang
baik dalam waktu 6 menit, mereka mampu berjalan sejauh 500 meter dan
tidak tampak kelelahan. Berjalan 500 meter selama 6 menit itu sepadan
dengan melangkah sebanyak 1000 langkah. Tingkat kebugaran
berdasarkan “Rumus 56” memiliki beberapa kategori yaitu sebagai
berikut:
27

Tabel 2.2 Kategori Kebugaran Jasmani Berdasarkan Uji jalan 6


Menit.
No Kategori Jarak Tempuh
1 Sangat buruk <300 meter
2 Sedang 300- 400 meter
3 Baik 400- 500 meter
4 Sangat baik >500 meter

Uji ini dipilih dalam penelitian ini karena selain melihat karakteristik
jamaah haji Indonesia yang dari tahun ke tahun untuk jamaah beresiko
tinggi semakin meningkat, yaitu pada tahun 2017 jamaah haji yang berusia
diatas 60 tahun sebanyak 71%.(15) Uji ini juga mudah dilakukan, tidak
memerlukan peralatan canggih, lebih aman, tidak memerlukan usaha yang
berlebihan bagi lansia, mampu memberikan penilaian yang objektif terhadap
fungsi kapasitas fungsional khususnya bagi penderita jantung, serta tes ini
lebih menggambarkan aktivitas sehari- hari yaitu berjalan.(6)

2.1.3 Faktot- faktor yang Mempengaruhi Kebugaran

2.1.3.1 Usia
Menurut Depkes, usia adalah masa hidup responden dalam tahun
dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang
terakhir. Umur mempunyai peranan dalam kebugaran. Menurut WHO
(2005), penggolongan umur dikategorikan menjadi 4, yaitu anak- anak (<10
tahun), remaja (10-24 tahun), dewasa (25-59 tahun), dan lanjut usia (>60
tahun).(36) Tingkat kebugaran jasamani akan meningkat sampai dengan
mencapai maksimal pada usia 25- 30 tahun, kemudian akan terjadi
penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira- kira sebesar 0,8 –
1% pertahun. Usia sangat mempengaruhi kebugaran jasmani disebabkan
oleh:
28

1. Daya tahan jantung dan pembuluh darah


Pada anak- anak daya tahan jantung dan pembuluh darah meningkat
hingga usia sekitar 20 tahun dan akan mencapai maksimal pada usia 20 – 30
tahun, dan menurun seiring dengan peningkata usia. Sehingga pada usia 70
tahun hanya memiliki daya tahan jantung dan pembuluh darah sekitar 50%
saja, karena terjadi penurunan elastisitas dari pembuluh darah.
2. Kekuatan otot
Pada usia 25 tahun kekuatan otot mencapai optimal, dan setelah itu
kekuatan otot akan mengalami penurunan, hingga pada usia 65 tahun
kekuatanya hanya sekitar 65-70% dari kekuatan yang dimiliki sewaktu usia
25 tahun. Setelah usia 65 tahun akan terjadi penurunan yang lebih cepat
lagi. Seiring dengan semakin tuanya seseorang maka akan terjadi penurunan
kebugaran yang disertai dengan penurunan status kesehatan. Gejala tersebut
ditandai dengan semakin berkurangnya elastisitas jaringan ikat,
penggurangan kepadatan kapiler di banyak jaringan, aktivitas mitosis
menjadi semakin lambat. Perubahan terkait usia seseorang yang terjadi di
jantung antara lain: 1) penurunan curah jantung istirahat dan maksimal 2)
penurunan nadi maksimal 3) peningkatan waktu kontraksi dan relaksasi otot
jantung 4) penurunan jumlah sel otot fungsional 5) peningkatan kekakuan
otot jantung saat fase disatolik 6) akumulasi pigmen dalam sel otot
jantung.(37)

2.1.3.2 Jenis Kelamin


Perbedaan kebugaran antara laki- laki dan perempuan berkaitan
dengan kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan
tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormon,
kapasitas paru dan lain sebagainya. Sampai usia sebelum pubertas tidak ada
perbedaan tingkat kebugaran yang signifikan anatara laki- laki dan
perempuan. Kapasitas aerobik pada perempuan 15-25% lebih rendah
dibanding laki- laki. (38) Hal tersebut terjadi karena,1) Laki- laki memiliki
serat otot yang lebih tebal, besar, dan kuat bahkan tanpa melakukan latihan
beban. Hal tersebut terjadi karena efek hormon testosteron yang mendorong
sintesis dan penyusunan aktin dan miosin yang menyebabkan masa otot
29

laki- laki secara alamiah lebih besar 2) Perempuan memiliki jaringan lemak
yang lebih banyak, karena adanya perbedaan hormon testosteron dan
estrogen serta kadar hemoglobin yang lebih rendah.

2.1.3.3 Genetik
Tingkat kemamapuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada
dalam tubuh. Menurut Montgemory genetik adalah sifat- sifat spesifik yang
ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir.(33) Sifat genetik memengaruhi
perbedaan dalam kekuatan, pergerakan anggota tubuh, kecepatan lari,
fleksibilitas dan keseimbangan pada setiap orang. Menurut hasil study tim
peneliti President Council On Physical Fitness and Sport (1993) dinyatakan
bahwa faktor genetik seseorang dapat berpengaruh terhadap kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan (health related fitness). Pengaruh genetik
terhadap kebugaran terlihat pada komponen- komponen morfologis,
muskular, kardiorespirasi, dan metabolik. Masing- masing komponen
tersebut dipengaruhi oleh kode genetik yang akan terlihat pada fenotipe
tubuh individu.(38)

2.1.3.4 Aktivitas fisik


Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan atau perubahan tubuh
yang dilakukan oleh otot rangka yang membutuhkan energi untuk
peningkatan kebugaran dan kesehatan.(20) Latihan fisik adalah aktivitas fisik
yang membutuhkan perencanaan, terstruktur dan pengulangan gerak tubuh
yang dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan kebugaran
seseorang. Para ahli epidemiologi membagi aktivitas fisik kedalam dua
kategori, yaitu aktivitas fisik terstruktur (kegiatan olahraga) dan aktivitas
fisik tidak terstruktur (kegiatan sehari- hari seperti berjalan, bersepeda dan
bekerja).(22) Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur ,benar dan terukur
dan terstruktur dapat mengurangi resiko terhadap penyakit seperti
Cardiovascular Disease (CVD), stroke, diabetus millitus(DM), kanker kolon
serta mencegah dari penyakit tidak menular dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.(39) Selain itu aktivitas fisik yang dilakukan secara
rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang
30

diantaranya peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung,


penurunan tekanan darah, peningkatan efesiensi kerja otot jantung,
mencegah mortalitas dan morbiditas akibat ganguan jantung, peningkatan
ketahanan saat melakukan latihan fisik, peningkatan metabolisme tubuh
serta mencegah obesitas.(40) Latihan fisik yang dapat meningkatkan
kebugaran harus memenuhi beberapa syarat diantaranya sebagai berikut:
1. Intensitas Latihan
3. Lamanya/ durasi Latihan
4. Frekuensi Latihan

Jenis- Jenis Aktivitas Fisik


Aktivitas Fisik dapat digolongkan menjadi 3 tingkatan sebagai
berikut:
1. Kegiatan Ringan, hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak
menyebabkan perubahan dalam pernafasan atau ketahanan. Contoh: berjalan
kaki, menyapu lantai, mencuci baju, piring, kendaraan, berdandan, duduk,
les disekolah/ luar sekolah, mengasuh adik, menonton TV, bermain play
station, bermain komputer, belajar dirumah.
2. Kegiatan Sedang, membutuhkan tenaga intens atau terus menerus,
gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Contoh: berlari
kecil, tenis meja, berenang, bersepeda, bermain musik dan berjalan cepat.
3. Kegiatan berat, biasanya berhubungan dengan olahraga dan
membutuhkan kekuatan (strength), membuat berkeringat. Contoh:
taekwondo, bermain sepak bola, aerobik, bela diri dan outbond.(41)

Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dapat memberikan


beberapa manfaat bagi kebugaran seseorang, antara lain sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemakain oksigen dan curah jantung, karena


sistem kardiorespirasi bekerja secara efisien.
2. Penurunan detak jantung, penurunan tekanann darah, peningkatan
efesiensi kerja otot jantung
3. Mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung
4. Peningkatan ketahanan saat melakukan aktivitas fisik
31

5. Peningkatan metabolisme tubuh


6. Meningkatkan kemampuan otot, dan
7. Mencegah obesitas. (40),(41),(42)

Cara Pengukuran Aktivitas Fisik


Pengukuran aktivitas fisik tergolong kompleks dan tidak mudah.
Berbagai pendekatan telah dilakukan diantaranya klasifikasi pekerjaan,
observasi perilaku, penggunaan alat sensor gerakan, penandaan fisiologi
(detak jantung) serta penggunaan kuesioner. Metode yang paling sering
digunakan saat ini adalah self- reported survey (survei dengan palaporan
diri).(43)
Penilaian aktivitas fisik dengan menggunakan menggunakan IPAQ
(International Physical Activity Questionnaire). International Physical
Activity Questionnaire (IPAQ) merupakan kuesioner internasional yang
dirancang untuk mengukur aktivitas fisik pada orang dewasa pada 7 hari
sebelumnya yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik seseorang yang
berisi pertanyaan tentang jenis aktivitas fisik, durasi dan frekuensi seseorang
dalam melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu tertentu misalnya
dalam 7 hari terakhir . Berbagai aktivitas tersebut dikelompokkan menjadi
aktivitas berjalan, aktivitas sedang dan aktivitas berat. Pengukuran aktivitas
fisik bisa juga dilakukan dengan mengukur banyaknya energi yang
dikeluarkan atau dibutuhkan pada setiap menit kegiatan. (44) Kelebihan
pengukuran aktivitas fisik dengan menggunakan IPAQ karena IPAQ
memiliki ketelitian yang tinggi, mudah digunakan khususnya pada orang
dewasa, perhitunganya berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan /
dibutuhkan tubuh dari setiap bobot kegiatan fisik oleh tubuh/ hari.(45)

Standar yang digunakan untuk banyaknya energi yang dikeluarkan


oleh tubuh dalam keadaan istirahat atau duduk dinyatakan dalam satuan
METs. METs merupakan kelipatan dari resting metabolic rate (RMR),
dimana 1 METs adalah energi yang dikeluarkan per menit/kg BB orang
dewasa (1 METs = 1,2 kkal/ menit aktivitas fisik dinyatakan dalam METs-
32

min sebagai jumlah kegiatan setiap menit), IPAQ meenetapkan skor


aktivitas fisik berdasarkan rumus, seperti berikut (WHO, 2005).(44)

METs-min/ minggu = aktivitas berjalan (METs x durasi (menit) x


frekuensi (hari) hari/minggu) + aktivitas sedang (METs x durasi x
frekuensi hari/minggu) + aktivitas berat (METs x durasi x frekuensi
hari/minggu

1. Aktivitas ringan jika tidak melakukan aktivitas fisik tingkat sedang- berat
<10 menit/ hari atau <600 METs-min/minggu
2. Aktivitas sedang terdiri dari 3 kategori:
a. ≥3 hari melakukan aktivitas fisik berat >20 menit/hari
b. ≥5 hari melakukan aktivitas sedang/berjalan >30 menit/hari
c. ≥5 hari kombinasi berjalan intensitas sedamg, aktivitas berat
minimal >600 METs-min/minggu
3. Aktivitas berat, ada 2 kategori:
a. Aktivitas bera >3 hari dan dijumlahkan >1500 METs- min/minggu
b. ≥7 hari berjalan kombinasi dengan aktivitas sedang/berat dan total
>3000 METs-min/ minggu.

2.1.3.5 Status Gizi


Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
zat- zat gizi dan penggunaan zat gizi. Status gizi baik atau optimal terjadi
jika tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
mungkin. Sedangkan zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya, yaitu dengan menghasilkan energi,
membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses kehidupan. (46)

Ketersediaan zat gizi didalam tubuh akan berpengaruh terhadap kemampuan


otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskular. Melalui status gizi yang
baik, kesehatan dan kebugaran yang optimal dapat dicapai selain itu tubuh
juga harus melakukan latihan- latihan olahraga yang cukup dan tidur yang
cukup. Indikator status gizi yang digunakan pada orang dewasa didasarkan
33

pada pengukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
yang disajikan dalam bentuk Indeks Masa Tubuh (IMT) untuk memantau
berat normal orang dewasa dan sangat sensitif untuk menentukan status gizi
kurang, normal dan lebih. Indeks Masa Tubuh (IMT) dapat memperkirakan
ukuran lemak tubuh walaupun hanya estimasi, tetapi lebih akurat dari pada
hanya berat badan saja.(47) Indeks Masa Tubuh (IMT) dihitung berdasarkan
berat badan dalam kilogram (kg) di bagi dengan tinggi badan (TB) yang
dikuadratkan dalam satuan meter (m).

Rumus Perhitungan IMT adalah

IMT = Berat Badan (kg)/ Tinggi Badan (m)2

Berikut merupakan klasifikasi IMT khusus untuk populasi Asia-


Pasifik.(48)
Tabel 2.3 Klasifikasi BMI untuk Asia Pasifik
Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (Kg/m2)
Underweight <18,5
Normal 18,5 – 22,9
Overweight 23 – 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥30
Sumber: WHO/IASO/IOTF.2000. The Asia- Pasific perspektive
redefening obesity and its treatment. Health Communications
Australia Pty Ltd.

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak


langsung. Penilaian Status Gizi Secara Langsung ada beberapa cara, antara
lain Antropometri, pengukuran antropometri bisa dengan mengukur 1) IMT
(Indeks Masa Tubuh), merupakan alat yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Untuk kepentingan di Indonesia, ambang batas
dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil di beberapa negara
berkembang 2) Klinis, pemeriksaan klinis adalah metode yang paling
34

penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan- perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak
cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat dari jaringan epitel seperfisial seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ- organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid 3) Biokimia, penilaian status
gisi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot 4) Biofisika, penilaian status gisi dengan
biofisika adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.(49)

Adapun Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung bisa dengan


cara Survei Konsumsi Makanan yaitu penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis gizi yang dikonsumsi. Metode
survei konsumsi makanan untuk individu yaitu : metode food recall 24 jam,
metode estimated food record, metode penimbangan makanan (food
weighting), metode food dietary histoty dan metode frekuensi makanan
(food frequency).

Metode food recall 24 jam, prinsip dari metode food recall 24 jam
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Pada recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif, oleh karena itu untuk
mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi individu ditanyakan
secara teliti dengan menggunakan URT/ Ukuran Rumah Tangga (Sendok,
piring, gelas dll) atau ukuran lainya yang biasa digunakan sehari- hari.
Apabila pengukuran hanya dilakukan sekali (1 x 24 jam) maka data yang
diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan
seseorang. Oleh karena itu metode food recall 24 jam sebaiknya dilakukan
minimal 2 kali dan harinya tidak berturut- turut.(49)
35

Adapun kelebihan dari metode food recall 24 jam, antara lain:


1. Mudah melaksanakanya sehingga tidak membebani responden.
2. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan
tempat yang luas untuk wawancara.
3. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
5. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar- benar dikonsumsi
oleh individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Adapun kekurangan dalam metode food recall 24 jam, antar lain:


1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari- hari jika hanya
dilakukan recall sehari.
2. Ketepatan sangat bergantung pada daya ingat responden. Oleh karena
itu responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga
metode ini tidak cocok dilakukan pada anak yang usianya dibawah 7
tahun, orang tua yang berusia diatas 70 tahun dan orang yang hiilang
ingatan atau orang yang pelupa.
3. The flate slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang
kurus untuk melaporkan konsumsinya yang lebih banyak (over
estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderuung melaporkan
lebih sedekat (under estimate).
4. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
menggunakan alat- alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang
dipakai menurut kebiasaan masyarakat.
5. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan
penelitian.
6. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari- hari recall
jangan dilakukan saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat
melakukan.(49)
36

2.1.3.6 Asupan Gizi


Asupan gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kebugaran
karena berkaitan dengan aktivitas fisik dan status gizi. Status gizi sangat
ditentukan oleh kebiasaan makan yang baik dalam jangka waktu yang lama.
(50) Proses pencapaian kebugaran tidak terlepas dari pengaturan gizi meski
pada awalnya pengaturan gizi ini hanya berfokus pada penanggulangan
defesiensi zat gizi dan pencegahan penyakit kronik. Dampak dari
perubahan gaya hidup dan meningkatnya angka harapan hidup,
menyebabkan konsep kebugaran mulai diterapkan. Konsep kebugaran yang
dimaksud adalah kemampuan untuk hidup aktif dan sehat dengan kualitas
hidup yang baik karena adanya kecukupan dan keseimbangan antara zat gizi
mikro dan makro.(33) Energi untuk beraktivitas dapat diperoleh melalui
karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat dalam makanan. Karbohidrat
menyumbang sebesar 4,1 kkal/gr, sedangkan protein dan lemak masing-
masing menyumbang energi sebesar 5,65 kkal/gr dan 8,87 kkal/gr.(51)
1. Karbohidrat
Semakin meningkatnya aktivitas fisik seseorang maka akan diiringi
dengan pemakaian energi.(27) Adapun sumber energi yang utama adalah
karbohidrat. Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon,
hidrogen dan oksigen yang disimpan dalam otot dan hati, serta dapat diubah
dengan cepat ketika tubuh memerlukan. (31) Kebutuhan karbohidrat harian
laki- laki usia 19- 29 tahun adalah sebesar 375 gram dan 292 gr untuk
perempuan.(51) Untuk memelihara kesehatan, konsumsi karbohidrat yang
dianjurkan dalam sehari sekitar 50-65% dari konsumsi energi total yang
berasal dari karbohidrat kompleks dan 10% dari karbohidrat sederhana.(51)
2. Protein
Protein merupakan cadangan energi bagi tubuh apabila karbohidrat
yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk menghasilkan energi pada saat
melakukan latihan intensif, protein digunakan sebagai energi setelah
karbohidrat dan lemak.(33) Protein merupakan komponen dalam setiap sel
hidup adalah molekul yang kompleks, besar dan tersusun atas unit- unit
pembangun yang disebut asam amino. Sama halnya dengan karbohidrat,
37

asam amino juga merupakan senyawa yang tersusun dari atom karbon,
hidrogen dan oksigen. Yang unik dari asam amino adalah komponen
nitrogenya yang membedakan asam amino dari zat gizi penghasil energi
lainya.
Otot sebagian besar dibentuk oleh protein, sehingga wajar apabila
seorang atlet membutuhkan protein lebih banyak dari kebutuhan biasanya
karena protein banyak dibutuhkan pada awal program latihan.(33) Kenaikan
awal masa otot, jumlah sel darah merah untuk membawa oksigen dan
jumlah enzim aerobik pada otot untuk menggunakan bahan bakar secara
efisien dapat meningkatkan kebutuhan protein seorang atlet. Selain itu,
perubahan hormonal yang terjadi selama latihan sementara dapat
memperlambat jumlah protein otot dan mendorong otot untuk memecah
cadangan proteinya. Jumlah protein yang digunakan seorang atlet sebagai
bahan bakar tergantung pada intensitas latihan dan durasi, tingkat kebugaran
dan simpanan glikogen dalam otot atlet. Ketika simpanan glikogen terisi
dengan baik, protein hanya menyumbang 5% dari kebutuhan bahan bakar
untuk energi.(21) Kebutuhan protein untuk kebutuhan dalam malakukan
latihan intensif adalah 5- 15% dari total energi.
Pemecahan protein otot mendominasi selama latihan berat dan
pertumbuhan otot meningkat setelah latihan. Latihan yang konsisten akan
meningkatkan penumpukan protein otot. Untuk mengatasi hal tersebut, otot
menggunakan cadangan asam amino untuk memperbaiki dan membangun
serta membersihkan penumpukan protein otot tersebut. The American
Dietetic Association merekomendasikan bahwa protein untuk dewasa
adalah 0,8g/ kg BB/ hari, sedangkan untuk ketahanan seorang atlet
konsumsi protein yang direkomendasikan sebesar 1,2- 1,6 g/ kg BB/ hari.
Sementara atlet dengan latihan yang sangat berat, maka asupan protein yang
disarankan sebesar 1,6- 1,7 g/kg BB/ hari.(21) Adapun faktor lain yang turut
menentukan seberapa banyak kebutuhan protein tubuh diantaranya: stress
emosional ataupun fisik, infeksi, suhu lingkungan yang meningkat juga
meningkatkan kebutuhan akan protein, serta luka bakar. Kebutuhan protein
juga meningkat sewaktu tubuh dalam masa penyembuhan seperti pasca
38

operasi, trauma. Namun konsumsi protein tidak dianjurkan melebihi 2g/


kgBB/ hari, karena kelebihan protein akan menyebabkan spesific dynamic
action (SDA) dan akan merugikan metabolisme serta memperberat kerja
ginjal apabila kelebihan protein tersebut terjadi dalam waktu yang lama. (33)
Selain itu konsumsi protein yang tinggi meningkatkan ekskresi kalsium
sehingga meningkatkan resiko osteoporosis, meningkatkan ekskresi nitrogen
melalui ginjal sehingga berperan dalam timbulnya gangguan fungsi ginjal,
meningkatkan resiko atherosklerosis, serta kanker kolon dan prostat.(51)
Perlu diketahui bahwa otot tidak menanggapi kelebihan protein dengan
hanya menerimanya. (22) Dengan demikian cara untuk membuat sel- sel otot
tumbuh adalah dengan membuat mereka bekerja. Otot akan merespon
dengan mengambil nutrisi termasuk asam sehingga otot tersebut dapat
tumbuh.
3. Lemak
Lemak merupakan penghasil energi terbesar, bahkan 2 kali lipat dari
energi yang dihasilkan dari karbohidrat dan protein. Lemak sendiri
merupakan senyawa organik yang larut dalam alkohol dan larutan organik
lainya, namun tidak larut dalam air. Lemak juga mengandung oksigen,
karbon dan hidrogen. Walaupun elemen- elemen ini ini juga menyusun
karbohidrat, namun perbandingan elemen oksigen terhadap karbon dan
hidrogen lebih rendah pada lemak. Karena lemak mengandung lebih sedikit
oksigen, kalori yang dihasilkan 2 kali lebih banyak dari pada kabohidrat
dalam jumlah yang sama. Lemak berfungsi sebagai sumber cadangan energi
saat melakukan latihan dengan intensitas sedang – berat dalam jangka waktu
cukup lama. Dalam pemecahanya lemak menghasilkan energi 9 kkal.
Konsumsi harian lemak yang dianjurkan sebesar 20-25% dari total
kebutuhan energi. Jumlah tersebut sudah memenuhi kebutuhan asam lemak
esensial dan dari lemak tidak jenuh dan 10% diantaranya berasal dari lemak
jenuh dan kolesterol.(33)
Bila mengkonsumsi lemak kurang dari kebutuhan kalori total tidak
akan memberi keuntungan pada kinerja dan kebugaran fisik, demikian pula
dengan mengkonsumsi lemak lebih dari 35% dari kebutuhan kalori totalnya
39

akan membahayakan bagi kesehatan. HDL (High Density Lipoprotein) dan


LDL (Low Density Lipoprotein) adalah janis lemak yang berkombinasi
dengan protein disebut dengan lipoprotein. Apabila mengandung sedikit
lemak dan banyak protein disebut dengan HDL dan apabila mengandung
banyak lemak sedikit protein disebut dengan LDL (Low Density
Lipoprotein). Olahraga aerobik secara teratur dapat meningkatkan kadar
HDL. Kolesterol dibutuhkan oleh tubuh untuk membangun membran sel,
vitamin D, hormon adrenal, estrogen dan hormon lain serta membangun
garam empedu. (16)
Lemak tidak banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk beraktifitas
minimal 20 menit pertama dan tidak digunakan sebagi bahan bakar utama
sampai setelah 2 jam. Semakin moderat intensitas latihanya dan semakin
lama durasinya seperti: jogging, menari aerobik, maka semakin besar lemak
yang digunakan untuk bahan bakar. Semakin tinggi intensitas latihanya
seperti berlari, rintangan, dayung maka semakin besar karbohidrat yang
digunakan untuk bahan bakar. Pada 20 menit pertama penggunaan lemak
hanya sekitar 15% dari kebutuhan total. Namun apabila latihan terus
dilakukan sampai >2 jam maka penggunaan lemak sebagai bahan bakar
akan meningkat hinga 85%. Konsumsi tinggi lemak berdampak buruk pada
tubuh karena tidak dapat menghasilkan VO2 maks >60%. Konsumsi tinggi
lemak (>30% total kalori) diketahui akan menurunkan konsumsi karbohidrat
sehingga glikogen otot tidak dapat dijaga. Selain itu makan makanan tinggi
lemak juga akan menyebabkan obesitas, meningkatkan resiko jantung
koroner, stroke dan kanker. (21)
4. Vitamin dan Mineral.
Aktivitas fisik akan meningkatkan laju metabolisme zat gizi yang juga
akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan zat- zat gizi oleh tubuh
termasuk vitamin dan mineral. Vitamin merupakan zat organik kompleks
yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat
dibentuk oleh tubuh dan merupakan penghubung dan regulator yang
memproduksi energi.(52) Mineral merupakan bagian dari tubuh dan
memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada
40

tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain
itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai
kofaktor dalam aktivitas enzim- enzim. Keseimbangan ion- ion mineral di
dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim- enzim,
pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu transfer ikatan- ikatan
penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf
terhadap rangsang, Mineral sendiri digolongkan menjadi mineral mikro dan
mineral makro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral miro dibutuhkan kurang
dari 100 mg sehari, Jumlah mineral mikro dalam tubuh <15 mg.(52) Adapun
fungsi vitamin dan mineral selama melakukan aktivitas fisik, diantaranya:
Tabel 2.4 Fungsi Vitamin, Mineral dan Mikronutrien
Vitamin dan Mineral Fungsi
Thiamin, Riboflavin, Energy Melepaskan energi
releasing reactions pantothenic
acid, niacin, magnesium
Vitamin B6, Zinc Membangun protein otot
Folate, bitamin B12, copper Membangun sel darah merah untuk
membawa oksigen
Vitamin C Pembentukan dan kolagen untuk
integritas jaringan sendi dan lainya serta
kemampuan antioksidan dapat
mengurangi kerusakan jaringan
oksidatif
Vitamin E Melindungi membran sel dari kerusakan
oksidatif
Iron Transpor oksigen didalam darah ke otot
Calcium, vitamin D,vitamin A, Membangun struktur tulang, kontraksi
phosphorus otot dan transmisi saraf
Sodium, potasium, chloride Pemeliharaan keseimbangancairan,
transmisi impuls saraf untuk kontraksi
otot
41

Chromium Asistensi insulin


Magnesium Kontraksi jantung dan otot- otot lainya
Biotin Mensintesis lemak dan glikogen
Sumber: (Fatmah, 2011, Boyle dan Long, 2010)

5. Vitamin B1 (Tiamin)
Tiamin dalam bentuk koenzim Tiamin Pirofosfat (TPP) atau Tiamin
Trifosfat (TTP) memegang peranan esensial dalam transformasi energi,
konduksi membran dan saraf serta dalam sintesisi pentosa dan bentuk
koenzim tereduksi dari niasin. Nama lain dari tiamin adalah aneurin atau
faktor aneuritik.
Tiamin diabsopsi secara aktif terutama di duodenum bagian atas yang
bernuansa asam, dengan bantuan adenin trifosfatase (ATP ase) yang
bergantung pada natrium. Tiamin yang dikonsumsi lebih dari 5 mg/hari
sebagian akan diabsopsi secara pasif. Absopsi aktif dihambat oleh alkohol.
Setelah diabsopsi, ± 30 mg tiamin mengalami fosforilasi dan disimpan
sebgai Tiamin Pirofosfat (TPP) di dalam jantung, otak, hati, dan jaringan
otot. Tubuh manusia mengandung 30 – 70 mg tiamin, 80% dalam bentuk
TPP. Separuh tiamin berada dalam otot, selebihnya di hati, otak, ginjal dan
jantung. Ekresi tiamin melalui urin dalam bentuk utuh dan segagian kecil
dalam bentuk metabolit, terutama tiamin difosfat dan disulfit, ketika tubuh
kekurangan tiamin maka ekskresi tiamin akan turun dengan cepat. Tiamin
dapat disintesis oleh mikroorganisme dalam saluran cerna manusia dan
hewan, tetapi yang dapat dimanfaat tubuh hanya kecil.(53)
Tiamin pirofosfat (TPP) berperan sebagai koenzim dalam
metabolisme karbohidrat untuk mengubah energi. Koenzim tersebut
berfungsi memungkinkan karboksilase, memisahkan karbondioksida dari
asam piruvat, sedangkan sisanya selanjutnya dirombak menjadi
karbondioksida dan air. Fungsi tiamin yaitu: 1) metabolisme karbohidrat 2)
mempengaruhi keseimbangan air dalam tubuh 3) mempengaruhi penyerapan
zat lemak dalam usus.53 Angka kecukupan tiamin sehari menurut Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004) adalah untuk laki- laki 1,2 gr
sedangkan pada perempuan 1,0 gr. (52) Sumber utama tiamin di dalam
42

makanan adalah serelia/setengah giling, atau yang difortifikasi dengan


tiamin dan hasilnya, kacang- kacangan, semua daging organ, daging tanpa
lemak dan kuning telur.(53)
6. Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu vitamin larit lemak. Secara teoritis,
defesiensi vitamin A dapat mempengaruhi performa aktivitas fisik.(25)
Penelitian yang dilakukan pada wanita menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara konsumsi buah dengan kesehatan kardiovaskuler.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara β-
karoten (berasal dari vitamin A) dalam darah dengan daya tahan
kardiovaskuler.(42) Penelitian - penelitian sepuluh tahun terakhir
menunjukkan kemungkinan hubungan antara β- karoten dan vitamin A
dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koeroner dan
kanker. Hal ini dikaitkan dengan fungsi β- karoten dan vitamin A sebagai
antioksidan yang mampu menyesuaikan fungsi kekebalan dan sistem
perlawanan tubuh terhadap mikroorganisme atau proses merusak lainya. (53)
Angka kecukupan vitamin A besi sehari menurut Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi (2004) adalah untuk laki- laki 600 RE (Retinol
Ekivalen) sedangkan pada perempuan 500 RE (Retinol Ekivalen).(52)
Adapun sumber vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan
karoten terutama di dalam pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati
kuning telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Sumber karoten
adalah sayuran berwarna hijau tua dan buah- buahan yang berwarna kuning
- jingga seperti daun singkong, daun kacang, kankung, bayam, kacang
panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka dan
jeruk.(53)
7. Besi (Fe)
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gr di dalam tubuh manusia
dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh: sebagai
alat angkut oksigen dari paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron
di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam
43

jaringan tubuh.(53) Fungsi besi sebagai alat angkut oksigen ini sangat
penting, terutama bagi orang yang melakukan latihan aerobik berupa daya
tahan dan harus memiliki asupan yang cukup.(25) Sebanyak 80% besi tubuh
berada dalam hemoglobin, dan sisanya terdapat di mioglobin dan protein
lain yang mengandung besi. Zat besi bersatu dengan dengan hemoglobin
dalam sel darah merah sehingga dapat membantu melepaskan energi sebagai
bahan bakar untuk kerja sel.(21) Menurunya produktifitas kerja pada
kekurangan besi disebabkan oleh dua hal: 1) berkurangnya enzim- enzim
yang mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim- enzim yang terlibat
dalam metabolisme energi 2) menurunya hemoglobin darah. Penelitian
menyatakan bahwa penurunan kebugran (VO2 maks) pada wanita non
anemia dengan defesiensi besi dapat disebabkan oleh faktor- faktor yang
berhubungan dengan rendahnya simpanan zat besi dalam tubuh.(53) Angka
kecukupan besi sehari menurut Widya Karya Nas ional Pangan dan Gizi
(2004) adalah untuk laki- laki 13 mg sedangkan pada perempuan 26 mg. (52)
Adapun sumber besi yang baik adalah makanan hewani, seperti daging,
ayam, ikan, telur, serelia tumbuk, kacang- kacangan, sayur hijau dan
beberapa jenis buah.(53)
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan
tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat gizi.
Kekurangan ataupun kelebihan energi akan zat gizi bergantung pada
berbagai faktor seperti umur, gender, berat badan, iklim dan akrivitas fisik.
Sehingga disusunlah angka kecukupan gizi yang sesuai dengan rata- rata
penduduk yang hidup didaerah tertentu dan dengan angka kecukupan gizi
yang dianjurkan dapat digunakan sebagai standar dalam mencapai status
gizi optimal bagi penduduk. Angka kecukupan gizi di Indonesia pertama
kali ditetapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangann dan Gizi
yang diselengarakan oleh Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI).
AKG ini kemudian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak saat itu
secara berkala tiap lima tahun sekali.(53)
Gizi untuk usia dewasa mengutamakan pentingnya makanan untuk
menjaga kesehatan, mencegah penyakit dan menghambat perkembangan
44

penyakit degeneratif. Susunan makanan yang dapat mengoptimalkan


kesehatan gizi jangka panjang adalah dengan menerapkan pola makan
seimbang, beragam, rendah lemak terutama lemak jenuh, mengutamakan
makanan sumber protein dari ikan dan kacang- kacangan seperti kedelai,
mengonsumsi sayur dan buah- buahan serta mengurangi garam dan gula.
Untuk mengetahui angka kecukupan gizi dewasa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.5 Angka Kecukupan Gizi Dewasa 2004
Zat gizi Laki- laki Perempuan
19-29 30-49 50-64 19-29 30-49 50-64
tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Energi (Kkal) 2550 2350 2250 1900 1800 1750
Protein (gram) 60 60 60 50 50 50
Vitamin A (RE) 600 600 600 500 500 500
Vitamin D (μg) 5 5 10 5 5 10
Vitamin E (mg) 15 15 15 15 15 15
Vitamin K (μg) 65 65 65 55 55 55
Tiamin (mg) 1,2 1,2 1,2 1,0 1,0 1,0
Riboflavin (mg) 1,3 1,3 1,3 1,1 1,1 1,1
Niasin (mg) 16 16 16 14 14 14
Asam folat (μg) 400 400 400 400 400 400
Piridoksin (mng) 1,3 1,3 1,7 1,3 1,3 1,5
Vitamin B12 (μg) 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Vitamin C (μg) 90 90 90 90 90 90
Kalsium (mg) 800 800 1000 800 800 1000
Fosfor (mg) 600 600 600 600 600 600
Magnesium (mg) 290 300 300 250 270 270
Besi (mg) 13 13 13 26 26 12
Yodium (μg) 150 150 150 150 150 150
Seng (mg) 13 13,4 13,4 9,3 9,8 9,8
Selenium (μg) 30 30 30 30 30 30
45

Mangan (mg) 2,3 2,3 2,3 1,8 1,8 1,8


Flour (mg) 3 3,1 3,1 2,5 2,7 2,7
Sumber : AKG Depkes RI, 2004

2.1.3.7 Status Kesehatan


Status kesehatan merupakan salah satu faktor penentu dari daya tahan
kardiovaskular.(54) Kemampuan untuk menjalani aktivitas fisik yang lebih
berat dari biasanya dapat diketahui dengan menggambarkan status
kesehatan seseorang. Hal tersebut juga diperlukan sebelum melakukan tes
kebugaran sehingga status kesehatan responden dapat dikontrol.
Salah satu instrument yang dapat digunakan untuk mengetahui status
kesehatan adalah kuesioner PAR-Q (Physical Activity Readiness
Questionnaire). Kuesioner tersebut meninjau status kesehatan melalui enam
pertanyaan yang meliputi kondisi jantung berdasarkan keterangan dokter,
ada atau tidaknya nyeri dada saat beraktifitas dan tidak beraktifitas, rasa
pusing atau pengalaman kehilangan kesadaran, masalah tulang dan sendi,
obat tekanan darah atau jantung yang sedang dikonsumsi serta alasan lain
yang berhubungan dengan status kesehatanya.(54)

2.1.3.8 Perilaku Merokok


Kebiasaan merokok berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskular,
karena pada asap rokok mengandung 4% karbon monoksida (CO). Daya
ikat atau afinitas CO terhadap hemoglobin lebih besar 200- 300 kali
dibanding dengan oksigen, yang berarti CO lebih cepat berikatan dengan
hemoglobin dibandingkan daripada oksigen. Hemoglobin berfungsi untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, dengan adanya CO pada hemoglobin
maka akan menghambat proses pengangkutan dan penyebaran oksigen ke
seluruh jaringan dan sel tubuh.(55) Selain mengandung CO, rokok juga
mengandung zat aditif lain, yaitu nikotin. Nikotin dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah dan memperlambat laju peredaran darah. Hal
tersebut dapat mengganggu bahkan menurunkan tingkat kebugaran
seseorang akibat rusaknya metabolisme oksigen di dalam darah.(55) Dampak
46

rokok dimulai dengan peningkatan denyut nadi selama istirahat yang


kemudian diikuti dengan peningkatan denyut nadi selama beraktifitas,
hingga penurunan pencapaian pemompaan. Penurunan jumlah oksigen yang
disebabkan oleh merokok menyebabkan perokok mempunyai tingkat
jantung istirahat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
merokok, yang berarti jantung perokok bekerja lebih keras untuk memompa
darah dan menyalurkan oksigen ke seluruh jaringan dan sel tubuh bahkan
untuk kegiatan sehari- hari seperti berjalan dan menaiki tangga.(56) Daya
tahan jantung perokok 7,2% lebih kecil dibandingkan bukan perokok.
Semakin tinggi denyut nadi istirahat berarti jantung akan bekerja lebih keras
untuk memopa darah dan meyalurkan oksigen ke seluruh tubuh sehingga
perokok akan lebih cepat mengalami kelelahan. Sehingga intervensi yang
dapat dilakukan pada perokok untuk menjaga daya tahan kardiorespirasi
adalah mengubah gaya hidup lebih sehat dengan berolahraga teratur,
berhenti merokok secara perlahan serta mengontrol berat badan.(57)

2.1.3.9 Kapasitas vital paru


Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013 kapasitas
vital paru adalah kemampuan seseorang untuk masih dapat memasukkan
dan mengeluarkan udara setelah ia menghirup dan mengehembuskan secara
maksimal.(8) Kapasitas vital paru adalah kemampuan paru seseorang untuk
dapat menghirup atau menghembuskan udara secara maksimal dari luar
kedalam tubuhnya ataupun sebaliknya.(24) Dari beberapa uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa kapasitas vital adalah volume tambahan udara yang
masih dapat diinspirasikan/ diekspirasikan seseorang setelah seseorang
melakukan inspirasi dan ekspirasi secara normal, volume kapasitas vital
paru kira- kira 4600- 5000 ml.(58) Semua kapasitas dan volume paru seorang
wanita 20 %-25% lebih rendah dibawah pria, demikian pula kapasitas dan
volume paru seseorang yang bertubuh besar dan atlet lebih besar dari pada
orang yang bertubuh kecil dan astenikus. Hal tersebut karena perbedaan
bentuk anatomi seseorang. Namun selain perbedan anatomi seseorang, ada
beberapa faktor yang sangat mempengaruhi kapasitas vital paru diantaranya
: 1) posisi tubuh seseorang selama pengikuran kapasitas vital paru 2)
47

kekuatan otot- otot pernafasan 3) distensibilitas paru dan sangkar dada atau
yang disebut “compliance paru”. Kapasitas vital paru rata- rata pada pria
dewasa kira- kira 4- 5 L, sedangkan untuk wanita dewasa kira- kira 3,1 L
atau juga bisa nilai- nilai tersebut lebih besar pada beberapa orang dengan
berat badan yang sama dengan orang lain.(58)

2.1.4 Ritual Haji

2.1.4.1 Pengertian Haji


Secara bahasa haji berasal bahasa Arab hajj yang artinya
mengunjungi tempat yang agung. Adapun menurut istilah, kalangan ahli
fiqh mengartikan bahwa haji adalah datang ke Baitullah untuk menunaikan
ritual ibadah tertentu pada waktu tertentu dengan memenuhi beberapa syarat
tertentu sebelumnya.

2.1.4.2 Dasar Hukum Haji


Haji merupakan rukun islam yang kelima. Melaksanakan haji
hukumnya wajib „ain bagi orang yang telah memenuhi syarat–syarat
Haji.(59) Kewajiban Haji ditetapkan dengan Al-quran, sebagaimana Firman
Allah SWT berikut (1) :
ۚ ‫ۗ وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَ ْيتِ مَنِ ٱسْ َتطَا عَ إِلَيْ ِه سَبِيلًۭا‬
Artinya:“...Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah;
yaitu (bagi) orang yang sanggupmengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS.
Ali Imran: 97).

2.1.4.3 Syarat–syarat Haji


Para ulama sepakat bahwa orang yang telah memenuhi syarat berhaji
maka mereka wajib berhaji. Adapun syarat berhaji adalah beragama islam,
berakal, merdeka, baligh, sehat, dan mampu, sekali dalam seumur hidup.
Dalam hal ini baik laki-laki ataupun perempuan syarat-syaratnya sama, jika
salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka kewajiban haji seseorang tersebut
menjadi hilang.(60)
1. Islam dan Berakal
48

Islam dan berakal adalah syarat sah dan wajib untuk ibadah haji, oleh
karena itu orang yang kafir dan murtad tidak wajib haji, seluruh ulama
sepakat atas hal ini. Sedangkan seseorang yang tidak berakal/ gila tidak
diwajibkan atas haji, sebab orang gila tidak memiliki orientasi,dan orientasi
merupakan salah satu syarat sah dalam beribadah (termasuk haji), kecuali
orang gila tersebut sadar kembali.
2. Baligh dan Merdeka
Sebenarnya baligh adalah salah satu syarat yang harus dicukupi bagi
seseorang yang akan pergi haji, tetapi bukan syarat sah. Karena itu bagi
anak-anak dibawah umur baligh tidaklah di wajibkan untuk berhaji. Hal ini
disepakati oleh para ulama berdasarkan sabda Nabi:“Diangkatlah pena dari
tiga orang: Anak kecil hingga ia baligh, orang gila hingga ia sadar, dan
orang tidur hingga ia terbangun.”
3. Sehat dan Mampu
Syarat wajib haji adalah mampu, jika seseorang melaksanakan haji
dalam keadaan sakit, sudah tua, bahkan miskin maka hajinya adalah sah dan
mencukupi. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya:
: “...Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah;
yaitu (bagi) orang yang sanggupmengadakan perjalanan ke Baitullah.(1)
Istitha‟ah yang dimaksudkan dalam ayat tersebut meliputi istitha‟ah
maliyah yaitu mampu menyiapkan biaya pergi haji maupun bagi keluarga
yang ditinggalkan. Selain istitha‟ah maliyah, ada istitha‟ah amniah artinya
mampu secara transportasi dan keamanan selama pergi dan pulang haji.
Adapun istitha‟ah yang ketiga adalah istitha‟ah badaniyah, artinya
mempunyai kemampuan fisik, baik secara lahir batin.(61)

2.1.4.4 Rukun Haji


Rukun haji adalah kegiatan-kegiatan yang apabila tidak dikerjakan,
maka hajinya dianggap batal. Berbeda dengan wajib haji, wajib haji adalah
suatu perbuatan yang perlu dikerjakan, apabila wajib haji tidak dikerjakan
maka wajib digantinya dengan dam (denda), namun hajinya tetap sah,
karena wajib haji tidak menentukan sah tidaknya ibadah haji.(61)
Adapun rukun haji adalah sebagai berikut:
49

1. Ihram (berniat)
Adalah berniat mengerjakan haji. Ihram wajib dimulai miqatnya, baik
miqat zamani maupun miqat makani. Untuk pakaian ihram bagi laki-laki
dan perempuan berbeda, untuk laki-laki berupa pakaian yang tidak dijahit
dan tidak bertutup kepala, sedangkan perempuan seperti halnya shalat
(tertutup semua kecuali muka dan telapak tangan).
2. Wukuf (hadir) diArafah
Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu dzuhur, setiap
seorang yang haji wajib baginya untuk berada di padang Arafah pada waktu
tersebut. Wukuf adalah rukun penting dalam Haji, jika wukuf tidak
dilaksanakan dengan alasan apapun, maka Hajinya dinyatakan tidak sah dan
harus diulang pada waktu berikutnya.
3. Thawaf (mengelilingi Ka‟bah)
Thawaf adalah mengelilingi ka‟bah 7 kali dan dianggap sah apabila
memenuhi syarat sebagai berikut:1) Suci, dari hadas besar, hadas kecil, dan
najis.2) Menutup aurat.3) Sempurna tujuh kali putaran, jika lupa atau ragu,
maka mulailah pada hitungan yang sedikit.4) Dimulai dan diakhiri di Hajar
Aswad.5)Ka‟bah berada pada sebelah kiri orang yang thawaf.6) Jika thawaf
dilakukan diluar Ka‟bah maka hendaknya masih berada di Masjidil Haram.
4. Sa‟i
Sa‟i dalah Berlari-lari kecil antar bukit Shafa dan Marwah. Adapun
syarat untuk Sa‟i yaitu: 1) Dimulai dari bukit Shafa dan dikahiri di bukit
Marwah. 2) Hendaknya tujuh kali (dari Shafa ke Marwah dihitung satu kali,
dan sampai ke Shafa kembali dihitung dua kali). 3) Waktu yang tepat untuk
Sa‟i adalah sesudah Thawaf.
5. Mencukur rambut
Mencukur atau mengunting adalah rukun haji sebagai penghalal
terhadap hal yang diharamkan dalam Haji. Dalam mencukur rambut
sedikitnya adalah tiga helai rambut, dan bagi perempuan tidak perlu dicukur
melainkan hanya dipotong saja.
50

6. Tertib
Tertib berurutan, mendahulukan yang semestinya paling utama. Yaitu
mendahulukan Ihram dari rukun yang lain, mendahulukan Wukuf dari
Thawaf, mendahulukan sa‟i daripada bercukur.

2.1.4.5 Wajib Haji


Amalan dalam ibadah Haji yang wajib dikerjakan disebut wajib Haji.
Wajib Haji tidak menentukan sahnya ibadah haji. Jika tidak dikerjakan Haji
tetap sah, namun dikenakan dam (denda). (61) Berikut adalah beberapa wajib
haji, yaitu :
1. Ihram dari Miqat
Miqat dalam berihram ada 2 macam, yaitu miqat makani dan zamani.
Adapun yang dimaksud miqat zamani adalah bataspara jamaah
mengerjakan haji (mulai 1 Syawal sampai terbit fajar tanggal 10
Dzulhijjah) sedangkan yang dimaksud miqat makani adalah tempat awal
jamaah menggunakan pakaian ihram dan berniat mengerjakan ibadah haji.
2. Bermalam di Muzdalifah
Muzdalifah adalah tempat antara Arafah dan Mina. Dilakukan sesudah
wukuf di arafah (sesudah terbenamnya matahari) pada tanggal 9 dzulhijjah.
Di Muzdalifah melaksanakan sholat Maghrib dan Isya‟ melakukan jamak
dan qasar karena suatu perjalanan jauh. Di Muzdalifah inilah kita dapat
mengambil kerikil-kerikil untuk melaksanakan wajib Haji selanjutnya
(Melempar Jumrah) kita bisa mengambil sebanyak 49 atau 70 butir kerikil.
3. Melempar Jumrah „aqabah
Pada tanggal 10 Dzulhijjah di Mina dilaksanakannya melempar
jumrah sebanyak tujuh butir kerikil sebanyak tujuh kali lemparan. Waktu
paling utama untuk melempar jumrah ini yaitu waktu dhuha, setelah
melakukan ini kemudian melaksanakan tahalul pertama (mencukur atau
memotong rambut).
4. Melempar Jumrah ula, wustha, dan „aqabah
Melempar ketiga jumrah ini dilaksanakan pada tanggal 11, 12, dan 13
Dzulhijjah, diuatamakan sesudah tergelincirnya matahari. Dalam hal ini ada
51

yang melaksanakan hanya pada tanggal 11 dan 12 saja kemudian ia kembali


ke Mekkah, inilah yang disebut dengan nafar awal. Selain nafar awal ada
juga yang disebut nafar sani, yaitu orang yang baru datang pada tangal 13
Dzulhijjah nya, orang-orang ini diharuskan melempar jumrah tiga sekaligus,
yang masing-masing tujuh kali lemparan.
5. Bermalam di Mina
Pada tanggal 11-13 Dzulhijjah ini lah yang diwajibkan bermalam di
Mina. bagi yang nafar awal diperbolehkan hanya bermalam pada tanggal
11-12 saja.
6. Thawaf wada‟
Sama dengan Thawaf sebelumnya, Thawaf wada‟ dilakukan disaat
akan meninggalkan Baitullah Makkah.

2.1.5 Calon Jamaah Haji

Pengertian jamaah haji menurut UU NO.13 Tahun 2008 adalah warga


negara Indonesia yang beragama islam yang telah mendaftarkan diri untuk
menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Jadi
calon jamaah haji adalah sekelompok atau rombongan kaum muslimin yang
akan menunaikan ibadah haji ke Makkah, sedang dalam masa tunggu dalam
periode tertentu dan dengan cara tertenttu pula dalam rangka memenuhi
perintah allah dan mengharap ridloNya.(2)
52

2.2 Kerangka Teori

Faktor internal
Faktor Eksternal

Genetik

Usia Aktivitas fisik

Jenis Kelamin Karbohidrat


Asupan gizi

Protein

Vitamin &
Mineral

Tingkat
kebugaran calon Lemak
jamaah haji
(6MWT)
Status rokok

Kapasitas vital
paru

Status alkohol

Persentase
lemak Status gizi

IMT
Status Kesehatan
53

2.3 Kerangka Konsep


Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara kebugaran dengan faktor- faktor yang mempengaruhinya pada calon
jamaah haji. Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran
diantaranya: genetik, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, status gizi, asupan
gizi, status kesehatan, status merokok dan alkohol. Namun tidak semua
faktor- faktor tersebut dijadikan sebagai faktor independen dalam penelitian
ini dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Genetik, Usia, Jenis kelamin
Genetik, usia dan jenis kelamin merupakan faktor yang tidak dapat
dicegah maupun dimodifikasi.(23)
2. Mengkonsumsi alkohol
Variabel tersebut homogen karena responden yang diteliti adalah calon
jamaah haji.
Aktivitas fisik
Status Gizi (Indeks masa tubuh)
Jumlah asupan kabohidrat
Jumlah asupan protein Genetik
Jumlah asupan lemak Usia
Jumlah asupan Vitamin A Jenis kelamin
Jumlah asupan B1
Konsumsi alkohol
Jumlah asupan besi
Status Kesehatan( Riwayat DM
dan Hipertensi)
Status merokok

kebugaran
54

2.4 Definisi Operasional


Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
No ukur
Variabel Dependen
1. Kebugaran Kekuatan aerobik yang Metode 6 Dihitung jarak Jarak Ratio
diukur dengan MWT- Six tempuh selama tempuh
menghitung jarak yang Minute 6 menit dalam selama 6
ditempuh setelah Walk Test satuan meter menit
melakukan aktivitas (meter)
fisik (jalan kaki selama
6 menit).6

Variabel Independen
1. Aktivitas Nilai aktivitas selain IPAQ-SF Aktivitas jalan Jumlah Ratio
fisik rutinitas yang dilakukan (METs x aktivitas
dalam frekuensi dan durasi x fisik yang
durasi tertentu.45 frequensi) + dilakukan
akvtivitas (METs/mg)
sedang (METs
x durasi x
frequensi) +
aktivitas berat
(METs x
durasi x
frequensi)
2. Indeks Keadaan gizi seseorang 1.Timbang Pengukuran Nilai IMT Ratio
Masa yang dihitung dari an injak antropometri dalam kg/
Tubuh perbandingan antara 2.Microtoi m2
(IMT) berat badan dalam (kg) se
dibagi dengan tinggi
badan(m2).49
55

3. Asupan Jumlah rata- rata energi Kuesioner Perhitungan Jumlah Ratio


Karbohidr yang dikonsumsi Recall 24 hasil pengisian asupan
at sesesorang yang berasal jam keusioner karbohidrat
dari makanan, minuman Recall 2 x 24 (% dari
dan suplemen dalam jam yang kebutuhan
satu hari sebelum dianalisis total)
dilakukan wawancara dengan nutri
sebanyak 2 kali pada survey 2007
hari yang berlainan.49
4. Asupan Jumlah rata- rata protein Kuesioner Perhitungan Jumlah Ratio
Gizi yang dikonsumsi Recall 24 hasil pengisian asupan
(Protein) sesesorang yang berasal jam keusioner protein (%
dari makanan, minuman Recall 2 x 24 dari
dan suplemen dalam jam yang kebutuhan
satu hari sebelum dianalisis total)
wawancara yang dengan nutri
dilakukan sebanyak 2 survey 2007
kali pada hari yang
berlainan.49
5. Asupan Jumlah rata- rata Kuesioner Perhitungan Jumlah Ratio
Lemak konsumsi lemak baiuk Recall 24 hasil pengisian asupan
sari sumber makanan, jam keusioner lemak (%
minuman dan suplemen Recall 2 x 24 dari
dalam satu hari sebelum jam yang kebutuhan
wawancara yang dianalisis total)
dilakukan sebanyak 2 dengan nutri
kali pada hari yang survey 2007
berlainan.49
6. Asupan Jumlah rata- rata Kuesioner Perhitungan Jumlah Ratio
Vitamin A vitamin A yang Recall 24 hasil pengisian asupan
dikonsumsi sesesorang jam keusioner vitamin A
yang berasal dari Recall 2 x 24 (μg)
56

makanan, minuman dan jam yang


suplemen dalam satu dianalisis
hari sebelum wawancara dengan nutri
yang dilakukan survey 2007
sebanyak 2 kali pada
hari yang berlainan.49
7. Asupan Jumlah rata- rata Kuesioner Perhitungan Jumlah Ratio
Vitamin vitamin B yang Recall 24 hasil pengisian asupan
B1 dikonsumsi sesesorang jam keusioner vitamin B
yang berasal dari Recall 2 x 24 dalam
makanan, minuman dan jam yang miligram
suplemen dalam satu dianalisis (mg).
hari sebelum wawancara dengan nutri
yang dilakukan survey 2007
sebanyak 2 kali pada
hari yang berlainan.49
8. Asupan Jumlah rata- rata zat besi Kuesioner Perhitungan Jumlah Ratio
Zat Besi yang dikonsumsi Recall 24 hasil pengisian asupan zat
(Fe) sesesorang yang berasal jam keusioner besi dalam
dari makanan, minuman Recall 2 x 24 miligram
dan suplemen dalam jam (mg).
satu hari sebelum
wawancara yang
dilakukan sebanyak 2
kali pada hari yang
berlainan.49
9 Status Keterangan yang 1.Gluko Pengukuran 1. Ya Nomi
Kesehatan mengambarkan kondisi chek (easy gula darah, 2. Tida nal
kardiorespirasi, vaskuler touch) tekanan darah k
dan muskuloskeletal 2.Sfigmo dan pertanyaan
individu terkait.43 manomete adanya riwayat
r dan DM serta
57

steteskop hipertensi
3.Kuesion
er riwayat
hipertensi
dan DM
10 Status Katerangan yang kuesioner Hasil 3. Ya Nomi
Merokok diperoleh dari individu wawancara 4. Tida nal
terkait status merokok terkait status k
merokok atau
tidak merokok
58

Bab III

Metodologi Penelitian

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif dengan
pendekatan cross sectional, dimana pengumpulan data dilakukan pada satu
waktu secara bersamaan. Dalam penelitian ini desain ini dipilih karena
mudah dilaksanakan, sederhana, murah, ekonomis dalam hal waktu dan
hasilnya dapat diperoleh lebih cepat.(62)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada 27 juli sampai 12 agustus 2017 di
desa Mojosari di rumah masing- masing responden.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah sejumlah sasaran atau subjek penelitian


yang memiliki kriteria tertentu.(63) Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh calon jamaah haji Indonesia, sedangkan untuk populasi terjangkau
dalam penelitian ini adalah calon jamaah haji di desa Mojosari yang
dibuktikan dengan memiliki nomor porsi haji.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan


menggunakan cara tertentu sehingga mampu mempresentasikan
populasinya.(63) Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan purposive
sampling yaitu dengan pertimbangan peneliti bahwa subyek yang dipilih
untuk menjadi sampel memenuhi kriteria untuk mejadi sampel, yaitu calon
59

jamaah haji di desa Mojosari yang dibuktikan dengan memiliki nomor porsi
haji dan yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4 Besar Sampel


Metode pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dengan
persyaratan sebagai berikut: merupakan calon jamaah haji yang dibuktikan
dengan nomor porsi haji, warga desa mojosari, bersedia menjadi responden
dengan mengisi kuesioner dan melakukan uji jalan 6 menit. Calon Jamaah
haji di desa Mojosari didata kamudian dilakukan penghitungan sampling.
Besar sample dihitung dengan menggunakan rumus (64):

{ } +3

Keterangan:
Zα = Kesalahan tipe I ditetapkan 5%, hipotesis dua arah sebesar 1,96 (tabel
kurva normal)
Zβ = Kesalahan tipe II ditetapkan 10%, hipotesis dua arah sebesar 1,282
(tabel kurva normal)
r = 0,759 (Febriyanti, 2015)(65) hubungan aktivitas fisik dengan kebugaran.
Berdasarkan rumus diatas maka didaparkan sampel :

N={ } +3

N = 14 orang

Berdasarkan dari perhitungan rumus sampel diatas didapatkan bahwa


sampel sebanyak 14 orang, dengan pertimbangan kriteria eksklusi maka
peneliti menambahkan sampel sebanyak 10%, sehingga total sampel
minimal yang dibutuhkan 16 orang.
60

3.5 Kriteria Pemilihan Sampel

3.5.1 Kriteria Inklusi

 Calon jamaah haji desa Mojosari yang sudah mendaftarkan diri ke


Kementrian Agama RI dan dibuktikan dengan nomor porsi haji.
 Bersedia menjadi sampel dengan mengisi lembar persetujuan
penelitian, mengisi kuesioner dan bersedia melakukan six minute
walking test atau uji jalan 6 menit.

3.5.2 Kriteria Eksklusi

Calon jamaah haji di desa Mojosari yang tidak mengisi kuesioner


dengan lengkap, tidak bersedia melakukan six minute walk test, dan
mempunyai salah satu penyakit dibawah ini, karena merupakan
kontraindikasi untuk melakukan six minute walk test:
1. Ada riwayat sakit jantung, dan Kontraindikasi Relatif
2. HR saat istirahat > 120x/ menit
3. BPS > 180 mmHg, BPD > 100 mmHg

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Sumber Data Primer

Data Primer yang lansung diperoleh dalam penelitian ini adalah


kebugaran dengan six minute walk test atau uji jalan 6 menit, aktivitas fisik
dengan kuesioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire) dan
status gizi dengan antropometri (IMT), asupan gizi dengan wawancara food
recall 24 jam, yang dilakukan 2 kali dengan waktu selang 1 hari, status
kesehatan dengan kuesioner riwayat sakit jantung, diabetes mellitus,
tekanan darah tinggi dan pemeriksaan gula darah dan tekanan darah, serta
kuesioner tentang perilaku merokok.
61

3.6.2 Instrumen Penelitian

a. Lembar persetujuan menjadi responden


b. Kuesioner penelitian yang berisi pendahuluan dan kolom data diri,
kolom recall 24 jam, form aktivitas fisik menggunakan IPAQ-SF
(International Physical Activity Questionnaire Short Form) dan kolom hasil
pengukuran atropometri, kuesioner riwayat sakit jantung, Diabetes Mellitus,
tekanan darah tinggi dan pemeriksaan gula darah dan tekanan darah, serta
kuesioner tentang perilaku merokok.
c. Timbangan berat badan
d. Pengukuran tinggi badan (microtoise).
e. Meteran
f. Sempritan
g. Formulir uji latih
h. Gluko chek (easy touch)
i. Sfigmomanometer dan steteskop
j. Pengukur waktu (stopwatch) 1 buah

3.6.3 Prosedur Penggumpulan Data

1. Responden mengisi kuesioner aktivitas fisik IPAQ


2. Wawancara recall 24 jam (kolom recall 24 jam diisi oleh petugas)
3. Pengukuran tinggi badan menggunakan micotoise
4. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan
5. Pengukuran tekanan gula darah da tekanan darah
6. Tes uji jalan 6 menit

3.6.3.1 Prosedur Penggumpulan dan Pengukuran Data Kebugaran


1. Syarat minimal yang harus dipenuhi dalam 6 uji jalan 6 menit
a. Uji latih harus dilaksanakan pada lintasan datar dan mudah dijangkau
jika terjadi keadaan gawat darurat serta tersedia alat komunikasi.
b. Uji latih harus dihentikan jika ada gejala nyeri dada, sesak yang tidak
dapat ditoleransi, kram pada tungkai, sempoyongan, dan terlihat pucat.(12)
62

2. Syarat lokasi pelaksanaan uji jalan 6 menit


a. Harus didalam ruangan (indoor).
b. Lintasan pada permukaan panjang, datar, keras, lurus dalam koridor yang
tertutup bukan jalan umum
c. Panjang lintasan sebaiknya 100 feet (kurang lebih 30m), jika panjang
lintasan kurang dari 30m, maka pasien akan lebih sering putar balik, hal ini
akan mengurangi jarak tempuh dalam 6 menit.
d. Saat putaran lintasan diberi tanda, bisa dengan garis atau cone.
e. Garist start, merupakan batas mulai dan akhir 1 putaran ,diberi tanda
perekat dengan warna cerah agar lebih mudah dikenali ataupun dengan
kursi.(12)

3. Persiapan responden/ sampel


1. Responden menggunakan pakaian yang nyaman untuk uji latih
2. Responden tidak diperkenankan melakukan aktivitas ataupun latihan
yang berlebihan dalam 2 jam sebelum uji latih dilakukan.(13)

4. Pelaksanaan Uji Jalan 6 menit


1. Jika diperlukan, pengujian bisa dilakukan berulang pada waktu yang
sama untuk mengurangi perbedaan/ bias pada hasil karena kemungkinan
timbul perubahan seperti kondisi fisik,waktu latihan dan diambil nilai jarak
terjauh, dan karena hal inilah 2 jam sebelum uji jalan 6 menit responden
tidak diperkenankan beraktivitas berlebihan.
2. Responden tidak dianjurkan melakukan pemanasan sebelum dilakukan
uji jalan 6 menit.
3. Sebelum dilakukan tes uji jalan 6 menit, responden diperiksa tekanan
darahnya terlebih dahulu, untuk mengetahui adanya kontra indikasi atau
tidak.
4. Sebelum uji latih dimulai responden di beri instruksi dan informasi yang
utama adalah berjalan sejauh mungkin selama 6 menit, jangan lari ataupun
jogging dan diperbolehkan untuk memperlambat, berhenti ataupun istirahat
jika diperlukan.
63

5. Responden harus istirahat di dekat posisi awal, ± 5- 10 menit sebelum tes


dimulai.
6. Responden berdiri di garis start, berjalan dilintasan yang telah
disediakan.
7. Responden berjalan selama 6 menit dengan lintasan bolak balik.
8. Selama uji dilakukan, penguji harus tetap berdiri digaris start, tidak
diperkenankan berjalan- jalan dan berbicara dengan responden.
9. Dihitung total jarak yang ditempuh, dengan menandai tempat mereka
berhenti ketika waktu habis serta dinilai tingkat kebugaranya. Dihitung
jumlah putaran dari konter (jumlah centang pada lembar).

Responden diperiksa tekanan darahnya terlebih


dahulu sebelum tes

Diberikan instruksi dan informasi untuk dapat dapat berjalan sejauh-


jauhnya dalam 6 menit, tapi tidak boleh berlari ataupun jogging dan
boleh memperlambat jalanya, berhenti ataupun istirahat jika
diperlukan.

Responden istirahat didekat


garis start setidaknya 5-10
menit
Bunyi
sempritan Persiapan, pasien berdiri di
tanda garis start
mulai
Responden berjalan dalam
lintasan selama 6 menit

Bunyi
Responden berhenti di tempat
sempritan
terakhir ketika waktu habis
tanda
berakhir
Diukur jarak tempuh
responden oleh peneliti
64

3.6.3.2 Prosedur Pengumpulan dan Pengukuran Data Aktivitas Fisik


Untuk mengetahui aktivitas fisik responden, peneliti menggunakan
kuesioner International Physical Activity Questioner Short Form (IPAQ-
SF) yang telah terstandarisasi secara internasional dengan tingkat validitas
(r= 0,40) dan reabilitas yang cukup besar yaitu 0,70- 0,87.(66) Oleh sebab itu
kuesioner IPAQ yang digunakan dalam penelitian ini tidak memerlukan uji
validitas dan reabilitas lagi. Kuesioner IPAQ-SF terdiri atas 7 pertanyaan
tentang aktivitas fisik, yaitu olahaga, waktu luang, aktivitas di sekolah,
tempat kerja, kampus dan aktivitas kesenangan lainya dalam satu mingggu.
Aktivitas fisik yang dilakukan dihitung dalam durasi (menit) dan frekuensi
(hari). Nilai total aktivitas fisik dapat dilihat dalam MET-s menit/minggu
yang berdasarkan atas penjumlahan dari aktivitas berjalan, aktivitas sedang
dan aktivitas berat. Kategori rendah jika jumlah aktivitas fisik yang
dilakukan < 600 MET-s menit/minggu, sedang jika jumlah aktivitas fisik
yang dilakukan > 600- 1500 MET-s menit/minggu, berat jika jumlah
aktivitas fisik yang dilakukan >1500 MET-s menit/minggu.(44)

3.6.3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengukuran Data Status Gizi (IMT)


Dalam penelitian ini status gizi diperoleh dengan melihat Indeks Masa
Tubuh (IMT) yang dilakukan dengan pengukuran langsung berat badan (kg)
dan tinggi badan (m) dengan menggunakan timbangan dan microtoise. Hasil
pengukuran dihitung dengan pembagian antara berat badan (kg) dibagi
dengan tinggi badan (m2) oleh peneliti.

3.6.3.4 Prosedur Pengumpulan dan Pengukuran Data Asupan Gizi


Untuk mengetahui asupan gizi responden maka digunakan teknik
wawancara food recall 24 jam yang dilakukan 2 kali dalam waktu yang
berlainan. Wawancara menanyakan makanan, minuman maupun suplemen
yang dikonsumsi responden 1 hari sebelumnya dengan takaran ukuran
rumah tangga untuk mengetahui jumlah yang dikonsumsi. Hasil wawancara
dimasukkan dalam Nutrisi Survey 2007 (versi Indonesia) software sehingga
langsung dapat diketahui jumlah zat gizi. Wawancara dilakukan oleh
peneliti dan teman peneliti.
65

3.7 Alur Penelitian


Persiapan penelitian

Menentukan metode penelitian

Menentukan jumlah sampel dan responden calon jamaah haji

Mendapat persetujuan dari calon jamaah haji untuk menjadi responden

Mengumpulkan Data

Pengisian inform consent, Mengukur BB dan TB, Uji latih jalan 6 menit,
kuesioner IPAQ, food pengukuran gula darah dan tekanan darah
recall 2 kali

Mengolah data

Menganalisis data

Penyajian hasil

3.8 Manajemen Data


1. Penyuntingan (Editing)
Penyuntingan data dilakukan sebelum pemasukan data ke dalam komputer.
Sehingga apabila terdapat data yang meragukan atau kurang dapat
ditanyakan langsung kepada responden maupun melalui telephone.
2. Entry Data (Entry)
Entri data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel dan
dilakukan pengecekan kembali selama entri data untuk menghindari
kesalahan dalam memasukkan data dalam software. Kemudian data diolah
lebih lanjut didalam software penggolahan data spss versi 22.0 untuk
dilakukan analisis data.
66

3. Koreksi (Cleaning)
Pembersihan data atau pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada
kesalahan dalam melakukan entri. Hal ini perlu dilakukan untuk
membersihkan data dari kesalahan yang mungkin terjadi. Dalam
pembersihan data biasanya dilakukan pengecekan ulang dengan melihat
distribusi frekuensi sehingga akan muncul kesalahan dalam mengentri data.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini menggambarkan distribusi


frekuensi, median, mean, standar deviasi, nilai terendah dan tertinggi dari
karakteristik responden serta masing- masing variabel, baik variabel
dependen (tingkat kebugaran) maupun variabel independen (aktivitas fisik,
indeks masa tubuh, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak,
asupan vitamin A, asupan vitamin B1, asupan besi serta status merokok) dan
variabel dependen yaitu berupa kebugaran pada calon jamaah haji di desa
Mojosari. Dalam uji univariat ini baik variabel dependen maupun
independen merupakan data numerik, kecuali variabel status merokok.

3.9.2 Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui


korelasi variabel dependen dengan variabel independen atau untuk
membuktikan hipotesis. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan
uji parametrik Korelasi Pearson, T- Independent dan uji non parametrik
Rank Spearman, Mann Whitney. Uji Korelasi Pearson digunakan untuk
menganalisis variabel- variabel numerik yang terdistribusi secara normal.
Adapun variabel yang diuji dengan Korelasi Pearson adalah hubungan
kebugaran dengan aktivitas fisik, hubungan kebugaran dengan IMT,
hubungan kebugaran dengan asupan protein, hubungan kebugaran dengan
67

asupan vitamin A, hubungan kebugaran dengan asupan besi. Uji T-


Independent untuk menganalisis hubungan anatara variabel numerik dengan
kategorik (independent) yang datanya terdistribusi secara normal, yaitu
untuk variabel hubungan kebugaran dengan status merokok. Sementara
variabel yang diuji dengan Rank Spearman adalah hubungan kebugaran
dengan asupan karbohidrat, hubungan kebugaran dengan asupan lemak dan
hubungan kebugaran dengan asupan vitamin B1, uji ini digunakan untuk
menganalisis data numerik- numerik yang tidak terdistribusi secara normal.
Adapun uji Mann Withney, digunakan untuk menganalisis hubungan antara
variabel numerik dengan variabel kategorik (independent) yang terdistribusi
secara tidak normal, yaitu variabel antara hubungan kebugaran dengan
riwayat Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Dari hasil uji korelasi ini,
nantinya akan didapatkan nilai Pvalue, jika P<0,05 artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel dependen dan variabel independen
, jika P>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
dependen dan variabel independen, selain itu juga akan didapatkan nilai R
yang menggambarkan kekuatan hubungan secara kualitatif antar variabel
numerik ke dalam 4 kategori sebagai berikut:
1. 0 – 0,25 : tidak berhubungan/ berhubungan lemah
2. 0,26 – 0,50 : hubungan sedang
3. 0,50 – 0,75 : hubungan kuat
4. 0,75 – 1,00 : hubungan sangat kuat.
Selain signifikasi hubungan dan kekuatan hubungan, dalam uji
korelasi ini, kita juga dapat mengetahui arah hubungan antar variabel, jika
positif (+), artinya naiknya variabel satu diikuti naiknya variabel yang lain,
sedangkan jika bernilai negatif (-), artinya naiknya variabel yang satu diikuti
turunya variabel yang lain.(63)
68

BAB IV

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.1 Prosedur Pengumpulan Data


Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dari pengisian kuesioner food recall, IPAQ (International Physical
Activity Questionaire) oleh responden dan tes kebugaran secara tidak langsung
dengan uji lapangan jalan 6 menit serta pengukuran berat badan dan tinggi
badan.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

1. Mendapat surat izin dari dekan fakultas dan persetujuan dari pembimbing
untuk turun ke lapangan dalam rangka pengambilan data pada 14 Juni 2017.
2. Mencari KBIH untuk melakukan pengambilan data, dimulai dari pencarian
informasi mengenai tempat bimbingan calon jamaah haji di Demak, Ciputat,
Bandung, dan Lampung, Rembang, Tuban serta mengajukan permohonan
untuk pengambilan data mulai pada pertengahan bulan Juni 2017 tetapi
sampai pertengahan bulan Juli , tetapi belum ada satupun KBIH yang telah
dihubungi yang memberikan izin.
3. 2 minggu sebelum keberangkatan kloter jamaah haji terakhir, Pembimbing
memberikan saran untuk pengambilan data pada calon jamaah haji tahun
berapapun yang penting responden merupakan calon jamaah haji yang
sudah terdaftar di kemenag di tempat yang bisa terjangkau dan
memungkinkan untuk dilakukan pengambilan data, dan diputuskan tempat
penggambilan data di desa Mojosari.
4. Sebenarnya 2 minggu sebelum keberangkatan kloter terakhir, masih ada 1
KBIH yang memungkinkan untuk dilakukan pengambilan data disana, yaitu
di Islamic Center Bekasi, namun karena penelitian saya ada uji kebugaran
berupa uji jalan 6 menit yang membutuhkan lokasi agak luas sebagai
lintasan sedangkan pada saat itu proses bimbingan sangat padat, maka hal
69

tersebut menjadi pertimbangan tersendiri bagi peneliti untuk tidak


memaksakan melakukan pengambilan data di Islamic Center Bekasi .
5. Kamis, 27 Juli menanyakan kepada kepala desa Mojosari tentang warga
yang sudah mendaftarkan diri untuk berhaji dan mulai mendata calon
jamaah haji beserta alamatnya.
6. Jum‟at, 28 Juli 2017 peneliti mulai melakukan pengambilan data dengan
mendatatangi satu persatu calon jamaah haji, dan pada hari ini berhasil
dilakukan pengambilan data 4 calon jamaah haji, sebenarnya ada 5 calon
jamaah haji yang di datangi, namun ada 1 calon jamaah haji laki- laki yang
tidak bersedia menjadi responden dengan alasan peneliti dan asisten
peneliti perempuan.
7. Sabtu, 29 Juli 2017 dilakukan pengambilan data lagi dan didapatkan 4
calon jamaah haji.
8. Minggu, 30 Juli tidak dilakukan penggambilan data, karena setiap hari
minggu akhir bulan dilakukan gotong royong oleh seluruh warga desa untuk
membersihkan makam desa dilanjutkan dengan tahlil dan kirim doa bersama
dan baru selesai sore hari.
9. Senin, 31 Juli dilakukan penggambilan data kembali (untuk food recall
yang ke-2 pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya pada hari
jumat dan sabtu)
10. Selasa, 1 Agustus 2017 dilakukan pengambilan data dan didapatkan 4
calon jamaah haji
11. Rabu, 2 Agustus 2017 dilakukan penggambilan data kembali dan
didapatkan 4 calon jamaah haji
12. Kamis, 3 Agustus Juni 2017, hanya bisa didapatkan 2 calon jamaah haji
yang kesemuanya perempuan, karena untuk calon jamaah haji agak sulit
untuk dilakukan pengambilan data pada siang hari, karena pada umumnya
pagi buta mereka sudah pergi ke sawah dan baru pulang ketika senja, dan
untuk mendatangi pada malam hari lewat jam 9 tidak memungkinkan
karena kebiasaan di desa Mojosari lewat jam 9 seluruh pintu rumah warga
sudah terkunci, kecuali sebelumnya telah datang untuk meminta izin,
persetujuan dan membuat janji untuk dilakukan penggambilan data di
70

kemudian hari. Dan pada hari ini dilakukan penggambilan data kembali
(untuk food recall ke-2 pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya
pada hari selasa sebelumnya)
13. Jumat, 4 Agustus mendatangi 4 calon jamaah haji untuk meminta izin dan
persetujuannya untuk menjadi responden dan janji akan datang untuk
dilakukan penggambilan data dan dilakukan penggambilan data kembali
(untuk food recall yang ke-2 pada calon jamaah haji yang telah diambil
datanya pada hari rabu sebelumnya) .
14. Sabtu, 5 Agustus juga melakukan hal yang sama dengan hari jumat,
mendatangi 6 calon jamaah haji untuk meminta izin, persetujuan untuk
menjadi reesponden dan janji akan datang untuk dilakukan penggambilan
data dan dilakukan penggambilan data kembali (untuk food recall yang ke-2
pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya pada hari kamis
sebelumnya) .
15. Minggu, 6 Agustus, dilakukan penggambilan data pada 4 calon jamaah
haji yang telah dibuat janji pada hari jumat sebelumnya.
16. Senin, 7 Agustus dilakukan penggambilan data pada 6 calon jamaah haji
yang telah ada janji pada hari sabtu sebelumnya, namun ternyata ada 2 calon
jamaah haji yang pergi ke luar kota karena urusan keluarga dan 2 minggu
lagi baru kembali.
17. Selasa, 8 Agustus mendatangi 5 calon jamaah haji, untuk meminta izin dan
persetujuannya untuk menjadi responden dan janji akan datang untuk
dilakukan penggambilan data dan dilakukan penggambilan data kembali.
Pada hari juga dilakukan penggambilan data kembali (untuk food recall
yang ke-2 pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya pada hari
minggu sebelumnya) .
18. Rabu, 9 Agustus peneliti melakukan pengambilan data pada 5 calon
jamaah haji yang telah meminta izin pada hari selasa sebelumnya. Pada hari
juga dilakukan penggambilan data kembali (untuk food recall yang ke-2
pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya pada hari senin
sebelumnya) .
71

19. Kamis, 10 Agustus 2017 melakukan penggambilan data pada 4 calon


jamaah haji.
20. Jumat, 11 Agustus dilakukan penggambilan data pada 4 calon jamaah haji.
Pada hari ini juda dilakukan pengambilan data kembali (untuk food recall
ke-2 pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya pada hari rabu).
21. Sabtu, 12 Agustus dilakukan penggambilan data pada 3 calon jamah haji .
Pada hari ini juda dilakukan pengambilan data kembali (untuk food recall
ke-2 pada calon jamaah haji yang telah diambil datanya pada hari kamis).
22. Pada hari senin, 14 Agustus 2017, dilakukan food recall ke-2 pada 3 calon
jamaah haji yang diambil datanya pada hari sabtu, via telephon karena
peneliti sudah berada di Jakarta.
23. Total sampel yang berhasil diambil 42 calon jamaah haji dari seharusnya
jumlah sampel minimal 16 orang.

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian ini adalah calon jamaah haji di desa Mojosari
yang dibuktikan dengan memiliki nomor porsi haji. Adapun karakteristik
sampel dalam penelitian ini terdiri dari: usia, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan. Karakteristik tersebut menggambarkan keadaan umum dari
sampel dalam penelitian ini, seperti pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1
Karakteristik Sampel Penelitian
Variabel Jumlah
N %
<41 tahun 9 21,4
41- 60 tahun 18 42,9
Usia >61 tahun 15 35,7

Laki- laki 17 40,5


Jenis Kelamin Perempuan 25 59,5

SD 23 54,8
Tingkat
SLTP 7 16,7
Pendidikan
SLTA 5 11,9
72

D3 1 2,4
S1 6 14,3

Petani 17 40,5
IRT 12 28,6
Guru 5 14,3
Pekerjaan Pedagang 6 11,9
Bidan 1 2,4
Tidak bekerja 1 2,4

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari total sampel 42 calon jamaah
haji di desa Mojosari, terdapat sebanyak 18 calon jamaah haji (42,9%)
berusia antara 41-60 tahun, 25 (59,5%) calon jamaah haji dengan jenis
kelamin perempuan, 23 (54,8%) calon jamaah haji dengan pendidikan
terakhir SD, dan 17 (40,5%) calon jamaah haji dengan pekerjaan sebagai
petani.

4.3 Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Gambaran Kebugaran Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.

Pengukuran kebugaran dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan


uji jalan 6 menit.
Gambaran kebugaran calon jamaah haji di desa Mojosari dilihat pada
tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Gambaran Kebugaran Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari
Jenis Min-Max
Variabel N Mean Median SD
Kelamin (meter)
Kebugar Laki- Laki 17 444,71 430 70,33 320 – 580
an Perempuan 25 388,32 380 67,44 280 – 520
73

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa rata- rata jarak yang berhasil
di tempuh oleh calon jamaah haji laki- laki selama 6 menit sebesar 444,71
meter yang termasuk dalam kategori kebugaran baik dengan variasi jarak
tempuh sebesar 70,33 meter dan sebaran nilai jarak tempuh terendah
selama 6 menit yang ditempuh calon jamaah haji laki- laki selama 6 menit
320 meter dan jarak tempuh terjauh selama 6 menit sebesar 580 meter.
Sedangkan pada calon jamaah haji perempuan didapatkan rata- rata jarak
yang ditempuh selama 6 menit adalah 388, 32 meter yang termasuk dalam
kategori kebugaran sedang dengan variasi jarak tempuh sebesar 67,44
meter. Sedangkan sebaran nilai jarak terendah yang ditempuh selama 6
menit oleh calon jamaah haji perempuan adalah 280 meter dan jarak terjauh
yang ditempuh selama 6 menit sebesar 520 meter.

4.3.2 Gambaran Aktivitas Fisik Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.

Gambaran aktivitas fisik calon jamaah haji di desa Mojosari dilihat


pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Gambaran Aktivitas Fisik Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.
variabel Jenis kelamin N Mean Median SD Min-Max
(METs/ mg)
Aktivit Laki- laki 17 2769,53 2973 973,25 1404 – 4135
as Fisik Perempuan 25 2252,20 2044 831, 88 1438 – 4879

Berdasarkan Tabel 4.3 kita bisa melihat bahwa rata - rata nilai
aktivitas fisik calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 2769,53
METs/mg yang termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat, dengan variasi
nilai aktivitas fisik sebesar 973,25 METs/mg dan sebaran nilai aktivitas
fisik terendah calon jamaah haji laki- laki 1404 METs/mg dan nilai
tertinggi 4135 METs/mg. Sedangkan pada calon jamaah haji perempuan di
desa Mojosari didapatkan rata - rata nilai aktivitas fisik 2252,20 METs/mg
yang termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat dengan variasi nilai
74

aktivitas fisik sebesar 831, 88 METs/mg, dan sebaran nilai aktivitas fisik
terendah calon jamaah haji perempuan 1438 METs/mg dan nilai tertinggi
4879 METs/mg.

4.3.3 Gambaran Status Gizi Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.

Penilaian status gizi pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur


Indeks Massa Tubuh calon jamaah haji.
Gambaran status gizi calon jamaah haji di desa Mojosari dilihat pada
tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4
Gambaran Gizi Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari
variabel Jenis kelamin N Mean Median SD Min- Max(kg/m2)
IMT Laki- laki 17 21,94 22,11 3,04 16,5 – 30,4
Perempuan 25 22.62 22,3 3,80 17,7 – 31,5

Berdasarkan Tabel 4.4 kita bisa melihat bahwa rata- rata nilai IMT
calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 21,94 kg/m2 yang
tergolong dalam kategori status gizi normoweight , dengan variasi nilai IMT
sebesar 3,04 kg/m2 dan sebaran nilai IMT terendah calon jamaah haji laki-
laki 16,5 kg/m2 dan nilai IMT tertinggi 31,5 kg/m2. Sedangkan pada calon
jamaah haji perempuan di desa Mojosari didapatkan rata - rata nilai IMTnya
22,62 kg/m2 yang tergolong dalam kategori status gizi noromoweight
dengan variasi nilai IMT sebesar 3,80 kg/m2, dan sebaran nilai IMT
terendah calon jamaah haji perempuan 17,7 kg/m2 dan nilai 31,5 kg/m2.

4.3.4 Gambaran Asupan Karbohidrat Calon Jamaah Haji di Desa


Mojosari.

Data terkait gambaran asupan gizi calon jamaah haji di desa Mojosari
diperoleh dari akumulasi food recall 2 x 24 jam , lalu diolah untuk dianalisis
kandungan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi dengan menggunakan
Software Nutry Survei 2007 lalu dirata- rata hasilnya. Adapun zat gizi
75

yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: karbohidrat, protein, lemak,


vitamin A, Vitamin B1, dan zat besi. Berikut tabel hasil uji analisi univariat
asupan zat gizi calon jamaah haji desa Mojosari.

Gambaran asupan karbohidrat calon jamaah haji di desa Mojosari dapat


dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5
Gambaran Asupan Karbohidrat Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.
Variabel Jenis N Mean Medi SD Min-Max(%
Kelamin an kebutuhan Total)
Asupan Laki- laki 17 55,29 57 10,8 30 – 80
Karbohidrat Perempuan 25 45,56 43 5,97 28 – 68

Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa rata- rata asupan karbohidrat
calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 55,29% dari
kebutuhan total, dengan variasi 10,8% dari kebutuhan total, dan nilai
sebaran asupan karbohidrat terendah 30% dari kebutuhan total dan nilai
asupan karbohidrat tertinggi 80% dari kebutuhan total. Sedangkan pada
calon jamaah haji perempuan di desa Mojosari rata- rata asupan
karbohidratnya sebesar 45,56% dari kebutuhan total , dengan variasi 5,97%
dari kebutuhan total, dan nilai sebaran asupan karbohidrat terendah 28%
dari kebutuhan total dan nilai asupan karbohidrat tertinggi 68% dari
kebutuhan total.

4.3.5 Gambaran Asupan Protein Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.


Gambaran asupan protein calon jamaah haji di desa Mojosari dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut:
76

Tabel 4.6
Gambaran Asupan Protein Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.
Variabe Jenis n Mean Median SD Min-Max(%
l Kelamin kebutuhan Total)
Asupan Laki- laki 17 14,14 13 5,97 6 – 32
Protein Perempuan 25 15,80 16 3,89 8 – 22
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat dilihat bahwa rata- rata asupan protein
calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 14,14% dari kebutuhan
total, dengan variasi 5,97% dari kebutuhan total, dan nilai sebaran asupan protein
terendah 6% dari kebutuhan total dan nilai asupan protein tertinggi 32% dari
kebutuhan total. Sedangkan pada calon jamaah haji perempuan di desa Mojosari
rata- rata asupan protein sebesar 15,8% dari kebutuhan total, dengan variasi
3,89% dari kebutuhan total, dan nilai sebaran asupan protein terendah 8% dari
kebutuhan total dan nilai asupan protein tertinggi 22% dari kebutuhan total.

4.3.6 Gambaran Asupan Lemak Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.

Gambaran asupan lemak calon jamaah haji di desa Mojosari dapat


dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Gambaran Asupan Lemak Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari
Variabe Jenis N Mean Median SD Min-Max(%
l Kelamin kebutuhan Total)
Asupan Laki- laki 17 31,29 30 9,16 16- 49
Lemak Perempuan 25 38,76 40 7,83 21 – 50

Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat dilihat bahwa rata- rata asupan
lemak calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 31,29% dari
kebutuhan total, dengan variasi 9,16% dari kebutuhan total, dan nilai
sebaran asupan lemak terendah 16% dari kebutuhan total dan nilai asupan
lemak tertinggi 49% dari kebutuhan total. Sedangkan pada calon jamaah
haji perempuan di desa Mojosari rata- rata asupan lemak sebesar 38,76%
77

dari kebutuhan total, dengan variasi 7,83% dari kebutuhan total, dan nilai
sebaran asupan lemak terendah 21% dari kebutuhan total dan nilai asupan
lemak tertinggi 50% dari kebutuhan total.

4.3.7 Gambaran Asupan Vitamin A Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.

Gambaran asupan vitamin A calon jamaah haji di desa Mojosari dapat


dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Gambaran Asupan Vitamin A Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.
Variabel Jenis Kelamin N Mean Median SD Min- Max(μg)
Asupan Laki- laki 17 662,73 491 372,3 198,7 – 1376,5
Vitamin A Perempuan 25 697,14 653 279 236 - 1375

Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat dilihat bahwa rata- rata asupan
vitamin A calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 662,73 μg ,
dengan variasi 372,3 μg, dan nilai sebaran asupan vitamin A terendah 198,7
μg dan nilai asupan vitamin A tertinggi 1376,5 μg. Sedangkan pada calon
jamaah haji perempuan di desa Mojosari rata- rata asupan vitamin A
sebesar 697,14 μg, dengan variasi 279 μg, dan nilai sebaran asupan vitamin
A terendah 236 μg dan nilai asupan vitamin A tertinggi 1375 μg.

4.3.8 Gambaran Asupan Vitamin B1 Calon Jamaah Haji di Desa


Mojosari.

Gambaran asupan vitamin B1 calon jamaah haji di desa Mojosari


dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Gambaran Asupan Vitamin B1 Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.
Variabel Jenis Kelamin N Mean Median SD Min- Max(mg)
Asupan Laki- laki 17 0,718 0,7 0,25 0,2 – 1,1
Vitamin B1 Perempuan 25 0,652 0,6 0,20 0,3 – 1,1
78

Dari tabel 4.9 diatas dapat dapat dilihat dilihat bahwa rata- rata asupan
vitamin B1 calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 0,718 mg,
dengan variasi 0,25 mg, dan nilai sebaran asupan vitamin B1 terendah 0,2
mg dan nilai asupan vitamin B1 tertinggi 1,1 mg. Sedangkan pada calon
jamaah haji perempuan di desa Mojosari rata- rata asupan vitamin B1
sebesar 0,652 mg, dengan variasi 0,2 mg, dan nilai sebaran asupan vitamin
B1terendah 0,3 mg dan nilai asupan vitamin B1 tertinggi 1,1 mg.

4.3.9 Gambaran Asupan Besi Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.

Gambaran asupan besi calon jamaah haji di desa Mojosari dapat


dilihat pada tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10
Gambaran Asupan Besi Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.
Variabel Jenis Kelamin n Mean Median SD Min- Max(mg)
Asupan Laki- laki 17 10,79 10,2 2,24 7,7 - 16
Fe Perempuan 25 9,02 9,4 3,63 0,1- 5,7

Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa rata- rata asupan zat besi
calon jamaah haji laki- laki di desa Mojosari sebesar 10,79 mg, dengan
variasi 2,24 mg, dan nilai sebaran asupan zat besi terendah 7,7 mg dan nilai
asupan zat besi tertinggi 16 mg. Sedangkan pada calon jamaah haji
perempuan di desa Mojosari rata- rata asupan zat besi sebesar 9,02 mg,
dengan variasi 3,63 mg, dan nilai sebaran asupan zat besi terendah 0,1 mg
dan nilai asupan zat besi tertinggi 15,7 mg.

4.3.10 Gambaran Riwayat Diabetes Mellitus Calon Jamaah Haji di


Desa Mojosari.

Gambaran riwayat Diabetes Mellitus calon jamaah haji di desa Mojosari


dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:
79

Tabel 4.10
Gambaran Riwayat DM Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari
Riwayat Diabetes Mellitus (DM)
Jenis kelamin DM Non DM
n % N %
Laki- laki 2 11,8 15 88,2
Perempuan 2 8 23 92
Total 4 9,5 38 90,5

Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa dari 42 calon jamaah haji di
desa Mojosari , sebanyak 4 orang (9,5 %) calon jamaah haji di desa
Mojosari mempunyai riwayat DM.

4.3.11 Gambaran Riwayat Hipertensi Calon Jamaah Haji di Desa


Mojosari.

Gambaran riwayat Hipertensi calon jamaah haji di desa Mojosari dapat


dilihat pada tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11
Gambaran Riwayat Hipertensi Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari
Hipertensi
Jenis kelamin Hipertensi Non Hipertensi
n % N %
Laki- laki 6 35,3 11 64,7
Perempuan 7 28 18 72
Total 13 32,5 29 67,5

Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa dari 42 calon jamaah haji di
desa Mojosari, sebanyak 13 orang (32,5%) calon jamaah haji di desa
Mojosari mempunyai riwayat Hipertensi.
80

4.3.12 Gambaran Status Merokok Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.

Gambaran status merokok calon jamaah haji di desa Mojosari dapat


dilihat pada tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11
Gambaran Status Merokok Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari
Status Merokok
Jenis kelamin Merokok Tidak merokok
n % N %
Laki- laki 14 100 3 17,6
Perempuan 0 0 25 89,3
Total 14 33,3 28 66,7

Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa dari 42 calon jamaah haji di
desa Mojosari , sebanyak 14 orang (33,3 %) calon jamaah haji di desa
Mojosari yang merokok dan semuanya berjenis kelamin laki- laki.

4.3.11 Hubungan antara Kebugaran dengan Aktivitas Fisik Pada Calon


Jamaah Haji di Desa Mojosari.

Hasil analisis antara kebugaran dengan aktivitas fisik pada calon


jamaah haji di desa Mojosari dapat dilihat padaTabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12
Analisis hubungan kebugaran dengan aktivitas fisik pada calon jamaah haji di
desa Mojosari.
Variabel Jumlah Korelasi (r) P value
Aktivitas fisik 42 0,469 0,02

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi person didapatkan hubungan


yang signifikan antara kebugaran dengan aktivitas fisik dengan nilai Pvalue
0,02 (p<0,05). Nilai koefisien korelasinya (r) 0,469 yang artinya kekuatan
hubungan antara kebugaran dengan aktivitas fisik sedang, dengan arah
hubungan positif, sehingga dengan semakin bertambahnya aktifitas fisik
81

maka nilai kebugaranya juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Sari (2014) menunjukkan hubungan yang
signifikan antara kebugaran dengan aktivitas fisik dengan bilai
Pvalue<0,0001.(67) Penelitian yang dilakukan Dion (2017) tentang hubungan
tingkat kebugaran jasmani dengan aktivitas fisik siswa kelas X di SMK
Muhamadiyah 1 Wates dengan nilai Pvalue=0.003 dan nilai r= 0,336. (68)

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2015) terhadap


107 mahasiswa fakultas kedokteran Udayana dengan menggunakan metode
pengukuran VO2 maks dari Harvard Step Test dan aktivitas fisik dengan
IPAQ, tentang hubungan aktivitas fisik dengan daya tahan kardiovaskular
didapatkan hasil Pvalue=0,000 dan r= 0,759.(65) Penelitian yang dilakukan
Burgi dkk (2011) pada 217 anak usia 4-6 tahun di Switzerland didapatkan
hasil bahwa terdapat hubungan antara kebugaran aerobik dengan aktivitas
fisik dengan nilai Pvalue=0,001.(69) Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan kebugaran. Menurut Sharkley,
aktivitas fisik yang dilakukan teratur dapat mengurangi beban kerja jantung
sehingga dapat lebih efisien dan meningkatkan ketahanan sistem
kardiorespirasi, meningkatkan jumlah mitokondria, meningkatkan aktivitas
mioglobin ke mitokondria , dapat mengurangi denyut jantung istirahat
maupun denyut jantung pada beban kerja maksimal, meningkatkan
kontraksi otot jantung sehingga meningkatkon stroke volume dan
mengurangi rangsangan hormon adrenalin.(23)
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan atau perubahan tubuh
yang dilakukan oleh otot rangka yang membutuhkan energi untuk
peningkatan kebugaran dan kesehatan.(20) Pengukuran nilai aktivitas fisik
calon jamaah haji di desa Mojosari diperoleh dari perhitungan total skor
IPAQ (International Physical Activity Questionaire) yang tersaji dalam
ukuran Metabolic Equivalen/ MET-s. Aktivitas fisik yang rutin dapat
memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, karena dengan
beraktivitas fisik dapat meningkatkan efesiensi kerja sistem kardiorespirasi
seseorang, sehingga orang yang yang telah terlatih untuk beraktivitas fisik
sitem kardiorespirasinya akan bekerja lebih efisien sehingga dapat
82

menyediakan oksigen lebih untuk dapat dipergunakan dalam pembentukan


energi.(70) Menurut Kristanti (2012) Aktifitas fisik dapat menimbulkan efek
seketika yang disebut respon akut dan efek jangka panjang akibat latihan
yang teratur dan terprogram yang disebut dengan adaptasi. Adapun efek
respon akut dari beraktivitas fisik dapat berupa peningkatan frekuensi
denyut jantung, peningkatan frekuensi pernafasan, peningkatan tekanan
darah dan peningkatan suhu tubuh. Sedangkan yang termasuk dalam
adaptasi akibat latihan fisik yang teratur dan terprogram antara lain:
peningkatan masa otot, bertambahnya masa tulang, bertambahnyan sistem
pertahanan antioksidan serta penurunan frekuensi jantung saat istirahat.(71)
Tingkat kebugaran bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor internal seperti: genetik, umur dan jenis kelamin. dan faktor eksternal
seperti: perilaku merokok, mengkonsumsi alkohol, asupan gizi, dan perilaku
sedentary life.(7) Adapun cara untuk meningkatkan kebugaran yaitu dengan
latihan yang terprogram dan terstruktur karena dengan latihan ini dapat
meningkatkan kapasitas VO2 maks antara 10%- 20%. dengan demikian kita
ketahui bahwa kebugaran khususnya kapasitas aerobik dapat ditingkatkan
melalui latihan aerobik dengan memperhatikan faktor seperti intensitas
latihan, frekuensi latihan dan lama latihan. Semakin berat latihan yang
dilakukan maka semakin besar efek yang didapat, adapun intensitas yang
dianjurkan antara 72%- 87% denyut nadi maksimal (220 – umur). Frekuensi
latihan yang dianjurkan 3 -5 kali dalam seminggu dan lama latihan yang
dianjurkan 30 menit.(72)

4.3.12 Hubungan antara Kebugaran dengan Status Gizi Berdasarkan


Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Calon Jamaah Haji di Desa
Mojosari.
Hasil analisis kebugaran dengan status gizi berdasarkan nilai indeks
massa tubuh (IMT) pada calon jamaah haji di desa Mojosari dapat dilihat
padatabel 4.13 sebagai berikut:
83

Tabel 4.13
Analisis kebugaran dengan status gizi berdasarkan nilai indeks massa tubuh (IMT)
pada calon jamaah haji di desa Mojosari.
Variabel Jumlah Korelasi (r) P value
Indeks Massa Tubuh 42 0,18 0,912

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi pearson didapatkan tidak


terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan indeks massa
tubuh dengan nilai Pvalue 0,912 (p>0,05). Nilai koefisien korelasinya (r)
0,18 yang menunjukkan hubungan pola antar variabel positif dengan pola
hubungan yang lemah atau hampir tidak terdapat berhubungan antara status
dengan kebugaran calon jamaah haji di desa Mojosari. Sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kharisma dkk (2015) pada karyawan
Indocement di Bogor didapatkan hasil yang tidak signifikan antara nilai
IMT dengan VO2 maks.(73) Berbeda penelitian yang dilakukan oleh
Febriyanti (2015) tentang hubungan indeks masa tubuh dengan kebugaran
yang dinilai dari daya tahan kardiovaskular nya didapatkan hasil p=0,001
dan r= -0,674, yang artinya semakin tinggi nilai IMT seseorang maka daya
tahan kardiorespirasinya akan semakin rendah. Tidak didapatkan
kemaknaan anatara hubungan IMT dengan kebugaran karena banyak faktor
yang memengaruhi kebugaran seseorang selain dari IMT, selain itu dari
hasil analisis univariat juga menunjukkan bahwa rata- rata calon jamaah haji
di desa Mojosari mempunyai IMT normal.(65)

Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang akibat konsumsi,


absopsi dan penggunaan zat gizi.(49) Penilaian status gizi dalam penelitian ini
dengan menilai IMT (Indeks Massa Tubuh), yang merupakan pengukuran
antropometri sebagai indikator status gizi dan merupakan salah satu cara
yang sederhana dan umum digunakan untuk menilai dan memantau status
gizi pada dewasa.(49) Indeks masa tubuh yang berlebih bisa disebabkan oleh
timbunan lemak akibat konsumsi makanan yang berlebihan dari kebutuhan
84

seharusnya ataupun karena kurangnya aktivitas. Timbunan lemak didalam


tubuh dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga sistem
kardiorespirasi perlu bekerja ekstra untuk dapat mensuplai kebutuhan
oksigen sel dan seluruh jaringan didalam tubuh.(74) Selain itu efek karena
peningkatan IMT terdapat sel- sel yang membesar sehingga meningkatkan
kebutuhan nutrisi dan menyebabkan peningkatan denyut jantung akibat
oksigen yang dihantarkan pada satu kali curah jantung belum memenuhi
kebutuhan oksigen untuk nutrisi seluruh sel- sel yang lebih besar.(75)
Karena terjadi ketidakefisien sistem kardiorespirasi maka akan
menyebabkan penurunan tingkat kebugaran.(23) Sehingga Hal ini akan
menyebabkan kelelahan dini bagi orang yang memiliki berat badan lebih
dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal. Kelebihan berat
badan akan menurunkan tingkat kebugaran karena peningkatan kebutuhan
energi aerobik untuk melakukan pergerakan.(75) Penurunan IMT, total
lemak tubuh pada orang yang obesitas terjadi setelah dilakukan latihan
aktivitas fisik selama 3 bulan dengan ergometer cycle selama 30 menit dan
frekuensi 3 kali seminggu, selain itu juga didapatkan peningkatan puncak
ambilan oksigen, waktu untuk mengalami serangan panas, rata- rata waktu
maksimal untuk kerja, denyut nadi, tekanan darah sistolik, dan tekanan
darah diatolik istirahat maupun aktivitas.(76)

4..3.13 Hubungan Antara Kebugaran Dengan Asupan Karbohidrat Pada


Calon Jamaah Haji Di Desa Mojosari.
Hasil Analisis Antara Kebugara Dengan Asupan Karbohidrat Pada
Calon Jamaah Haji Di Desa Mojosari dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14
Analisis kebugaran dengan asupan karbohidrat pada calon jamaah haji di desa
Mojosari.
Korelasi
Variabel Jumlah Pvalue
(r)
Asupan Karbohidrat 42 0,09 0,955
85

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi rank - spearman didapatkan


tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan asupan
karbohidrat dengan nilai Pvalue 0,955 (p>0,05). Nilai koefisien korelasinya
(r) 0,09 yang menunjukkan hubungan pola antar variabel positif dengan
pola hubungan yang lemah atau hampir tidak terdapat hubungan antara
kebugaran calon jamaah haji di desa Mojosari dengan asupan karbohidrat.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widiarti (2013) bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat dengan estimasi nilai
VO2 maks pada siswa SMP Negeri 187 Jakarta dengan nilai (p=0,746) dan
nilai (r=0,029).(77) Berbeda dengan penelitian Sonia dkk (2014) yang
didapatkan hasil terdapat hubungan yamg signifikan antara asupan
karbohidrat dengan VO2 maks pada remaja laki- laki di Serpong City Soccer
Scholl Tangerang dengan nilai Pvalue = 0,024 dan r = 0,411.(78) Tidak
ditemukanya kemaknaan antara kebugaran dengan asupan karbohidrat,
karena keterbatasan dalam penelitian ini yaitu food recall hanya dilakukan 2
kali sedangkan menurut teori untuk mendapatkan hasil yang benar- benar
bisa menggambarkan kebiasaan makan responden, seharusnnya food recall
dilakukan minimal 3 kali agar serta salah satu kekurangan metode food
recall sangat bergantung pada ingatan responden dan seperti kita ketahui
dari karakteristik responden bahwa dalam penelitian ini 35,7% responden
berusia lebih dari 60 tahun yang kemungkinan daya ingatnya sudah mulai
menurun dan kemungkinan terjadi flate slope syndrome, yaitu
kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya
yang lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk
cenderuung melaporkan lebih sedekat (under estimate).

Energi dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan hidup,


menunjang pertumbuhan dan untuk melakukan aktivitas fisik. Semakin
meningkatnya aktivitas fisik seseorang maka akan diiringi dengan
peningkatan pemakaian energi.(24) Data terkait gambaran asupan
karbohidrat calon jamaah haji desa Mojosari diperoleh dari akumulasi
food recall 2 x 24 jam, lalu diolah untuk dianalisis kandungan zat gizi dari
makanan yang dikonsumsi dengan menggunakan software nutry survei 2007
86

lalu dirata- rata hasilnya. Tubuh mensuplai glukosa ke dalam otot. Jika
hanya sebagian energi yang digunakan untuk beraktivitas fisik, maka
kelebihanya disimpan dalam bentuk glikogen di hati, otot dan jaringan
lemak. Semakin meningkat intensitas, durasi dan frekuensi aktivitas fisik
maka semakin besar suplai glukosa yang dibutuhkan tubuh.(21) Selain fungsi
utama karbohidrat sebagai sumber energi utama, karbohidrat juga sebagai
penghemat protein selama proses produksi energi, dan membantu dalam
proses pembakaran lemak.(31)

4.3.14 Hubungan Antara Kebugara dengan Asupan Protein Pada Calon


Jamaah Haji di Desa Mojosari.

Hasil analisis antara kebugara dengan asupan protein pada calon


jamaah haji di desa Mojosari dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15
Analisis kebugaran dengan asupan protein pada calon jamaah haji di desa
Mojosari.
Variabel Jumlah Korelasi (r) Pvalue
Asupan Protein 42 -0,047 0,768

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi pearson didapatkan tidak


terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan asupan protein
dengan nilai Pvalue 0,768 (p>0,05). Nilai koefisien korelasinya (r) -0,047
yang menunjukkan hubungan pola antar variabel negatif dengan pola
hubungan yang lemah atau hampir tidak terdapat hubungan antara
kebugaran dengan asupan protein calon jamaah haji di desa Mojosari, yang
juga berarti semakin tinggi asupan protein seseorang maka tingkat
kebugaranya akan semakin turun. Sejalan penelitian Sonia dkk (2014) yang
didapatkan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan
Protein dengan VO2 maks pada 30 remaja laki- laki di Serpong City Soccer
Scholl Tangerang dengan nilai Pvalue = 0,638 dan r = -0,042.(78) Demikian
juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) pada 60 orang
87

mahasiswa program studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat kebugaran dengan asupan protein.(79)Tidak ditemukanya kemaknaan
antara kebugaran dengan asupan protein, karena keterbatasan dalam
penelitian ini yaitu food recall hanya dilakukan 2 kali sedangkan menurut
teori seharusnnya dilakukan minimal 3 kali agar didapatkan hasil yang
benar- benar bisa menggambarkan kebiasaan makan responden serta salah
satu kekurangan metode food recall sangat bergantung pada ingatan
responden dan seperti kita ketahui dari karakteristik responden bahwa
dalam penelitian ini 35,7% responden berusia lebih dari 60 tahun, yang
kemungkinan daya ingatnya sudah mulai menurun dan terjadi flate slope
syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk
melaporkan konsumsinya yang lebih banyak (over estimate) dan bagi
responden yang gemuk cenderuung melaporkan lebih sedekat (under
estimate).

Protein merupakan cadangan energi bagi tubuh apabila karbohidrat


yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk menghasilkan energi pada saat
melakukan latihan intensif. Protein digunakan sebagai energi setelah
karbohidrat dan lemak.(30) Protein diperlukan tubuh untuk proses
pertumbuhan, perbaikan kerusakan sel dan jaringan serta sebagai katalisator.
Data terkait gambaran asupan protein calon jamaah haji desa Mojosari
diperoleh dari akumulasi food recall 2 x 24 jam, lalu diolah untuk dianalisis
kandungan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi dengan menggunakan
software nutry survei 2007 lalu dirata- rata hasilnya.

Menurut Sharkey J. Brian (2013) bahwa protein memiliki hubungan


tidak langsung terhadap kebugaran seseorang karena otot tidak merespon
kelebihan protein dengan hanya menerimanya, karena cara untuk membuat
otot tumbuh adalah dengan cara membuatnya bekerja.(23) Protein berperan
besar sebagai pembentuk otot, sehingga wajar apabila seorang atlet
membutuhkan protein lebih banyak dari kebutuhan biasanya. Kebutuhan
protein untuk malakukan latihan intensif adalah 5- 15% dari total energi.
88

Anjuran konsumsi protein untuk laki- laki yaitu sebesar 60 gram dan untuk
perempuan sebesar 57 gram.(52) Protein banyak dibutuhkan pada awal
program latihan.(30) Adapun faktor lain yang turut menentukan seberapa
banyak kebutuhan protein tubuh diantaranya: stress emosional ataupun fisik,
infeksi, luka bakar, suhu lingkungan yang meningkat juga akan
meningkatkan kebutuhan akan protein. Kebutuhan protein juga meningkat
sewaktu tubuh dalam masa penyembuhan seperti pasca operasi, trauma
namun konsumsi protein tidak dianjurkan melebihi 2 g/kg BB/hari, karena
kelebihan protein akan menyebabkan Spesific Dynamic Action (SDA) yang
tinggi dan akan merugikan metabolisme serta memperberat kerja ginjal
apabila kelebihan protein tersebut terjadi dalam waktu yang lama.(30) Selain
itu konsumsi protein yang berlebihan tidak bermanfaat bagi tubuh, karena
biasanya makanan yang tinggi protein juga tinggi lemak, selain itu juga
makanan yang tinggi protein akan meningkatkan kerja hati dan ginjal untuk
mengeluarkan nitrogen, meningkatkan ekskresi kalsium sehingga
meningkatkan resiko osteoporosis, meningkatkan resiko atherosklerosis,
serta kanker kolon dan prostat.(51)

4.3.15 Hubungan Antara Kebugara Dengan Asupan Lemak Pada Calon


Jamaah Haji Di Desa Mojosari.
Hasil Analisis Antara Kebugara Dengan Asupan Lemak Pada Calon
Jamaah Haji Di Desa Mojosari dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16
Analisis kebugaran dengan asupan lemak pada calon jamaah haji di desa
Mojosari.
Variabel Jumlah Korelasi (r) Pvalue
Asupan Lemak 42 -0,97 0,539

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi rank - spearman didapatkan


tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan asupan
lemak dengan nilai Pvalue 0,539 (p>0,05) dan nilai koefisien korelasinya
(r) -0,97 yang menunjukkan hubungan pola antar variabel negatif dengan
pola hubungan yang lemah atau hampir tidak terdapat berhubungan antara
89

kebugaran calon jamaah haji di desa Mojosari dengan asupan lemak, yang
juga berarti semakin meningkatnya konsumsi lemak maka juga akan
menurunkan tigkat kebugaran seseorang. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri (2015) terhadap 110 mahasiswa program studi
kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan asupan lemak dengan
nilai Pvalue 1,00 (p>0,05).(79) Demikian juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widiartha didapatkan tidak terdapat hubungan antara asupan
lemak dengan kebugaran dengan nilai Pvalue = 0,287 dan nilai r = 0,094.(77)
Tidak ditemukanya kemaknaan antara kebugaran dengan asupan lemak,
karena keterbatasan dalam penelitian ini yaitu food recall hanya dilakukan 2
kali sedangkan menurut teori seharusnnya dilakukan minimal 3 kali agar
didapatkan hasil yang benar- benar bisa menggambarkan kebiasaan makan
responden serta salah satu kekurangan metode food recall sangat bergantung
pada ingatan responden dan seperti kita ketahui dari karakteristik responden
bahwa dalam penelitian ini 35,7% responden berusia lebih dari 60 tahun,
yang kemungkinan daya ingatnya sudah mulai menurun dan terjadi flate
slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk
melaporkan konsumsinya yang lebih banyak (over estimate) dan bagi
responden yang gemuk cenderuung melaporkan lebih sedekat (under
estimate).

Lemak merupakan penghasil energi terbesar, bahkan 2 kali lipat dari


energi yang dihasilkan dari karbohidrat dan protein. Konsumsi harian lemak
yang dianjurkan sebesar 20-25% dari total kebutuhan energi. Bila
mengkonsumsi lemak kurang dari kebutuhan kalori total tidak akan
memberi keuntungan pada kinerja dan kebugaran fisik, demikian pula
dengan mengkonsumsi lemak lebih dari 35% dari kebutuhan kalori totalnya
akan membahayakan bagi kesehatan.(51) Lemak tidak banyak digunakan
sebagai bahan bakar untuk beraktifitas minimal 20 menit pertama dan tidak
digunakan sebagi bahan bakar utama sampai setelah 2 jam. Namun apabila
latihan terus dilakukan sampai >2 jam maka penggunaan lemak sebagai
bahan bakar akan meningkat hinga 85%.(21) Konsumsi tinggi lemak
90

berdampak buruk pada tubuh karena dapat menyebabkan penyempitan


pembuluh darah, sehingga memperberat kerja dari sistem kardiorespirasi
untuk memompa dan mensuplai kebutuhan akan oksigen keseluruh sel dan
jaringan tubuh dan hal ini akan menyebabkan penurunan tingkat kebugaran
seseorang, meningkatkan VO2 maks > 60%, menyebabkan obesitas dan
meningkatkan resiko jantung koroner dan stroke.(80)

4.3.16 Hubungan Antara Kebugara Dengan Asupan Vitamin A Pada


Calon Jamaah Haji Di Desa Mojosari.

Hasil Analisis Antara Kebugara Dengan Asupan Vitamin A Pada


Calon Jamaah Haji Di Desa Mojosari dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut:
Tabel 4.17
Analisis kebugaran dengan asupan vitamin A pada calon jamaah haji di desa
Mojosari.
Variabel Jumlah Korelasi (r) Pvaleu
Asupan Vitamin A 42 0,84 0,599
Berdasarkan hasil uji statistik korelasi pearson didapatkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan asupan vitamin
A dengan nilai Pvalue 0,599 (p>0,05). Nilai koefisien korelasinya (r) 0,84
yang menunjukkan hubungan pola antar variabel positif dengan pola
hubungan yang lemah atau hampir tidak terdapat berhubungan antara
kebugaran dengan asupan vitamin A calon jamaah haji di desa Mojosari,
dan juga berarti semakin tinggi asupan vitamin A seseorang maka tingkat
kebugaranya akan semakin meningkat. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Widiartha (2013) didapatkan hasil tidak terdapat hubungan
anatara kebugaran dengan vitamin A dengan nilai Pvalue =0,524 dengan r=
-0,056.(77) Demikian pula hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lilik (2013) pada 97 orang mahasiswa program studi kesehatan
masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, didapatkan hasil bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara tingkat kebugaran dengan asupan
vitamin A, dengan nilai korelasi -0,079, yang berati semakin bertambahnya
asupan vitamin A seseorang maka denyut nadinya akan semakin berkurang
91

setelah melakukan tes kebugaran yang artinya kebugaranya akan semakin


meningkat.(81) Tidak ditemukanya kemaknaan antara kebugaran dengan
asupan vitamin A, karena keterbatasan dalam penelitian ini yaitu food recall
hanya dilakukan 2 kali sedangkan menurut teori seharusnnya dilakukan
minimal 3 kali agar didapatkan hasil yang benar- benar bisa
menggambarkan kebiasaan makan responden serta salah satu kekurangan
metode food recall sangat bergantung pada ingatan responden dan seperti
kita ketahui dari karakteristik responden bahwa dalam penelitian ini 35,7%
responden berusia lebih dari 60 tahun, yang kemungkinan daya ingatnya
sudah mulai menurun dan terjadi flate slope syndrome, yaitu
kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya
yang lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk
cenderuung melaporkan lebih sedekat (under estimate).

Vitamin A adalah salah satu vitamin larut lemak. Secara teoritis,


defesiensi vitamin A dapat mempengaruhi performa aktivitas fisik.(22)
Penelitian - penelitian sepuluh tahun terakhir menunjukkan kemungkinan
hubungan antara β- karoten dan vitamin A dengan pencegahan dan
penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini dikaitkan
dengan fungsi β- karoten dan vitamin A sebagai antioksidan yang mampu
menyesuaikan fungsi kekebalan dan sistem perlawanan tubuh terhadap
mikroorganisme atau proses merusak lainya. Defesiensi vitamin A dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, menurunya daya tahan tubuh,
menurunya mobilisasi zat besi dan menurunya respon imun (sel natural
killer, limfosit).(82) Angka kecukupan vitamin A besi sehari menurut Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004) adalah untuk laki- laki 600 RE
(Retinol Ekivalen) sedangkan pada perempuan 500 RE (Retinol Ekivalen).
(52) Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lyold (1998) dengan
study kohort di Pensylvania, AS dengan metode laboratorium juga
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan vitamin A dalam darah
dengan kebugaran. Hal ini bisa karena metode yang digunakan dengan
laboratorium sehingga hasilnya mempunyai ketelitian yang lebih tinggi.(83)
92

4.3.17 Hubungan Antara Kebugara Dengan Asupan Vitamin B1 Pada


Calon Jamaah Haji Di Desa Mojosari.

Hasil Analisis Antara Kebugara Dengan Asupan Vitamin B1 Pada


Calon Jamaah Haji Di Desa Mojosari dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.18
Analisis kebugaran dengan asupan vitamin B1 pada calon jamaah haji di desa
Mojosari.
Variabel Jumlah Korelasi (r) Pvaleu
Asupan Vitamin B1 42 0,001 0,999

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi rank - spearman didapatkan


hubungan yang tidak signifikan antara kebugaran dengan asupan vitamin B1
dengan nilai Pvalue 0,999 (p>0,05). Nilai koefisien korelasinya r= 0,00
yang menunjukkan hubungan pola antar variabel positif dengan pola
hubungan yang lemah atau hampir tidak terdapat berhubungan antara
kebugaran calon jamaah haji di desa Mojosari dengan asupan vitamin B1,
yang juga berarti semakin meningkatnya konsumsi vitamin B1 maka juga
akan meningkatkan tigkat kebugaran seseorang. Tidak ditemukanya
kemaknaan antara kebugaran dengan asupan vitamin B1, karena
keterbatasan dalam penelitian ini yaitu food recall hanya dilakukan 2 kali
sedangkan menurut teori seharusnnya dilakukan minimal 3 kali agar
didapatkan hasil yang benar- benar bisa menggambarkan kebiasaan makan
responden serta salah satu kekurangan metode food recall sangat bergantung
pada ingatan responden dan seperti kita ketahui dari karakteristik responden
bahwa dalam penelitian ini 35,7% responden berusia lebih dari 60 tahun
yang kemungkinan daya ingatnya sudah mulai menurun dan terjadi flate
slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk
melaporkan konsumsinya yang lebih banyak (over estimate) dan bagi
responden yang gemuk cenderuung melaporkan lebih sedekat (under
estimate).
Tiamin memegang peranan esensial dalam transformasi energi,
konduksi membran dan saraf serta dalam sintesisi pentosa dan bentuk
93

koenzim tereduksi dari niasin.(46) Vitamin B1 bekerja sebagai koenzim


dalam metabolisme glikogen dalam otot, juga sebagai koenzim reaksi untuk
melepaskan energi dalam karbohidrat dan meningkatkan daya tahan dalam
melakukan olah raga durasi panjang.(43) Tiamin pirofosfat yang merupakan
salah satu bentuk koenzim vitamin B1 berperan dalam mengubah piruvat ke
asetil Ko- A sebelum maksuk dalam siklus krebs.(84) Teori ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Vaz dkk (2011) yang dilakukan di Banglore,
India pada anak- anak usia 7- 10 tahun yang menunjukkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara kebugaran dengan peningkatan
status vitamin B1 dalam tubuh dan mikronutrien lainya yang dikonsumsi.(85)

4.3.18 Hubungan Antara Kebugara Dengan Asupan Besi Pada Calon


Jamaah Haji Di Desa Mojosari.
Hasil Analisis Antara Kebugara Dengan Asupan Besi Pada Calon
Jamaah Haji Di Desa Mojosari dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.19
Analisis kebugaran dengan asupan besi pada calon jamaah haji di desa Mojosari.
Variabel Jumlah Korelasi (r) Pvaleu
Asupan Besi 42 -0,085 0,592

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi pearson didapatkan tidak


terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan asupan besi
dengan nilai Pvalue 0,592 (p>0,05). Nilai koefisien korelasinya (r) -0,085
yang menunjukkan hubungan pola antar variabel negatif dengan pola
hubungan yang lemah atau hampir tidak terdapat berhubungan antara
kebugaran dengan asupan besi calon jamaah haji di desa Mojosari, yang
artinya dengan meningkatnya asupan besi maka kebugaran akan semakin
turun. Penelitian ini sejalan dengan Penelitian Lilik (2013) bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara kebugaran dengan asupan zat besi
dengan nilai Pvalue 0,341 (p>0,05).(81) Berbeda dengan penelitian
Widiartha yang didapatkan hubungan antara VO2 maks dengan asupan besi
dengan nilai (p>0,027) dan nilai (r= -0,194).(77) Dalam penelitian yang
dilakukan Arsenault pada wanita ditemukan hubungan anatara kadar feritin
94

dengan VO2 maks, dimana wanita yang kadar feritin dalam darahnya rendah
maka nilai VO2 maksnya juga rendah.(86)
Tidak ditemukanya kemaknaan antara kebugaran dengan asupan zat
besi, karena keterbatasan dalam penelitian ini yaitu food recall hanya
dilakukan 2 kali sedangkan menurut teori seharusnnya dilakukan minimal 3
kali agar didapatkan hasil yang benar- benar bisa menggambarkan kebiasaan
makan responden serta salah satu kekurangan metode food recall sangat
bergantung pada ingatan responden dan seperti kita ketahui dari
karakteristik responden bahwa dalam penelitian ini 35,7% responden
berusia lebih dari 60 tahun, yang kemungkinan daya ingatnya sudah mulai
menurun dan terjadi flate slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi
responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya yang lebih banyak
(over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderuung melaporkan
lebih sedekat (under estimate). Selain itu perbedaan nilai korelasi penelitian
ini dengan penelitian yang dilakukan Arsenault mungkin disebabkan
perbedaan karakteristik, jumlah sampel dan metode pengukuran, dimana
dalam penelitian Arsenault pengukuran feritin dengan laboratorium
sehingga hasilnya lebih akurat.

Besi merupakan mineral mikro yang penting karena berhubungan


dengan hemoglobin dalam darah dan merupakan mineral yang jumlahnya
paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak
3-5 gr di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi
esensial di dalam tubuh, diantaranya: sebagai alat angkut oksigen dari paru
ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai
bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.(46) Fungsi
besi sebagai alat angkut oksigen ini sangat penting, terutama bagi orang
yang melakukan latihan aerobik berupa daya tahan dan harus memiliki
asupan besi yang cukup.(22) Sebanyak 80% besi tubuh berada dalam
hemoglobin, dan sisanya terdapat di mioglobin dan protein lain yang
mengandung besi. Zat besi bersatu dengan dengan hemoglobin dalam sel
darah merah sehingga dapat membantu melepaskan energi sebagai bahan
bakar untuk kerja sel.(21) Menurunya produktifitas kerja pada kekurangan
95

besi disebabkan oleh dua hal: 1) berkurangnya enzim- enzim yang


mengandung besi dan besi sebagai kofaktor enzim- enzim yang terlibat
dalam metabolisme energi 2) menurunya hemoglobin darah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Vaz (2011) di Banglore, India


pada anak- anak usia 7- 10 tahun juga menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara kebugaran dengan asupan besi, apabila zat
besi tersebut dikunsumsi bersamaan dengan mikrinutrien lain seperti
vitamin C dan vitamin B kompleks.(85)

4.3.19 Hubungan Antara Kebugara Dengan Riwayat DM Pada Calon


Jamaah Haji Di Desa Mojosari.
Hasil Analisis Antara Kebugaran dengan Riwayat DM Pada Calon
Jamaah Haji di Desa Mojosari dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.19
Analisis kebugaran dengan riwayat DM pada calon jamaah haji di desa Mojosari.
Variabel Jumlah P valeu
Riwayat DM 42 0,072

Berdasarkan hasil uji statistik Mann Withney didapatkan tidak


terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan riwayat DM
dengan nilai Pvalue 0,072 (p>0,05). Tidak didapatkan kemaknaan antara
riwayat DM dengan kebugaran dalam penelitian ini, kemungkinan
dikarenakan jumlah responden yang sedikit atau banyak faktor lain yang
dapat memengaruhi kebugaran. Hasil ini sejalan dengan penelitian Abidah
dkk, yang didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara kebugaran dengan
kadar gula pada pasien DM dengan (P= 0,799).(87)

Diabetes dalam jangka panjang akan memberikan dampak yang parah


pada sistem kardiovaskular. Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat
penebalan membran basalis pembuluh darah. Penebalan membran basalis
pembuluh darah akan menyebabkan hipokisa dan penurunan penyaluran
oksigen dan nutrisi ke jaringan. Hipoksia kronik secara langsung akan
96

merusak dan menghancurkan sel. Pada makrovaskular di lapisan endotel


arteri akibat hiperglikemi menyebabkan permeabilitas sel endotel meningkat
sehingga molekul yang mengandung lemak masuk arteri. Kerusakan endotel
akan memicu respon inflamasi sehingga akhirnya akan terjadi pengendapan
trombosit, makrofag dan jaringan fibrosa. Penebalan dinding arteri akan
menyebabkan hipertensi yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan
yang lebih parah pada endotel. Kerusakan mikrovaskular maupun
makrovascular ini akan menurunkan tingkat kebugaran seseorang, karena
kebugaran sangat mengandalkan daya tahan kerja optimal dari sistem
kardiovaskular dan paru untuk menyediakan kebutuhan oksigen selama
melakukan aktivitas fisik.(88)

4.3.20 Hubungan Antara Kebugaran Dengan Riwayat Hipertensi Pada


Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari.

Hasil Analisis Antara Kebugara dengan Riwayat Hipertensi Pada


Calon Jamaah Haji di Desa Mojosari dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut:
Tabel 4.20
Analisis kebugaran dengan riwayat hipertensi pada calon jamaah haji di desa
Mojosari.
Variabel Jumlah P valeu
Riwayat Hipertensi 42 0,198

Berdasarkan hasil uji statistik Mann Withney didapatkan tidak


terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan riwayat
hipertensi dengan nilai Pvalue 0,198 (p>0,05). Tidak didapatkan
kemaknaan antara riwayat hipertensi dengan kebugaran dalam penelitian ini,
kemungkinan dikarenakan jumlah responden yang sedikit atau banyak
faktor lain yang dapat memengaruhi kebugaran. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan Utami yang didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tekanan darah dengan kebugaran jasmani pada pasien DM
tipe 2, dengan (P=0,049) dan (r= 0,225).(89) Penelitian Ferawati (2008) juga
97

melaporkan bahwa ada hubungan yang secara bermakna antara aktivitas


fisik dengan tekanan darah sistol dan diastol.(90)

Hipertensi dapat menurunkan kebugaran seseorang, karena hipertensi


merupakan faktor resiko kuat untuk penyakit kardiovaskular. Hipertensi
akan menyebabkan sklerosis pada dinding arteri. Proses ini akan
mempermudah pembentukan bekuan darah dan melemahkan pembuluh
darah penderita hipertensi, sehingga kemampuan sitem pembuluh darah dan
paru dalam menyediakan oksigen akan menurun, padahal suplai oksigen
yang baik merupakan salah satu indikator kebugaran yang baik. Kebugaran
kardiorespirasi yang baik merupakan kemampuan sistem pembuluh darah
dan pernafasan untuk menyediakan oksigen guna melakukan aktivitas fisik
yang berkelanjutan. Penelitian menunjukkan bahwa rendahnya kebugaran
pada usia dewasa muda dikaitkan dengan perkembangan faktor resiko
penyakit kardiovascular pada usia pertengahan.(91) Orang yang kebugaranya
baik, tekanan darah diastoliknya lebih rendah dari pada orang yang
kebugaran jasmaninya rendah.(92) Hal ini berkaitan dengan stroke volume
yang meningkatkan heart rate yang lebih rendah sehingga kapilarisasi otot
dan ekstraksi lebih baik dari arteri.(72) Jenis latihan kesegaran jasmnai yang
tepat akan membantu menurunkan tekanan darah pada tingkat yang rendah,
meskipun kegiatan latihan jasmani itu senidiri akan meningkatkan tekanan
darah untuk sementara waktu.(93)

4.3.21 Hubungan Antara Kebugara Dengan Status Merokok Pada Calon


Jamaah Haji Di Desa Mojosari.
Hasil Analisis Antara Kebugara Dengan Status Merokok Pada Calon
Jamaah Haji di Desa Mojosari dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut:
Tabel 4.21
Analisis kebugaran dengan status merokok pada calon jamaah haji di desa
Mojosari.
Variabel Jumlah P valeu
Status Merokok 42 0,086
98

Berdasarkan hasil uji statistik t independen didapatkan tidak terdapat


hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan status merokok dengan
nilai Pvalue 0,086 (p>0,05). Tidak didapatkan kemaknaan anatara status
merokok dan kebugaran dalam penelitian ini, dikarenakan 100% perokok
pada responden laki- laki. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Haryono bahwa didapatkan hubungan antara nilai VO2 maks dengan status
merokok dengan uji chi- square dengan nilai (p= 0,004).(94) Demikian juga
dengan penelitian Lystianto (2015) pada 98 siswa kelas XI SMA Negeri 1
Pacet, didapatkan hasil (p=0,000) dengan nilai (r=-0,539), yang artinya
terdapat hubungan yang signifikan anatara kebiasaan merokok dengan
tingkat kebugaran dengan kekuatan hubungan kuat dan arah hubungan
negatif, artinya dengan meningkatnya kebiasaan merokok maka tingkat
kebugaranya akan semakin menurun.(95)

Kebiasaan merokok berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskular,


karena pada asap rokok mengandung 4% karbon monoksida (CO). Daya
ikat atau afinitas CO terhadap hemoglobin lebih besar 245 kali dibanding
dengan oksigen, yang berarti CO lebih cepat berikatan dengan hemoglobin
dibandingkan daripada oksigen.(96) Hemoglobin berfungsi untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, dengan adanya CO pada
hemoglobin maka akan menghambat proses pengangkutan dan penyebaran
oksigen ke seluruh jaringan dan sel tubuh.(55) Pada orang yang merokok
10- 12 batang sehari, didalam hemoglobinya akan mengandung C0 4,9%
sehingga kadar oksigen yang diedarkanya juga akan berkurang sebesar
5%.(97) Selain mengandung CO, rokok juga mengandung zat aditif lain
seperti: nikotin dan hidrokarbon. Nikotin dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah sistolik dan diastolik, peningkatan denyut jantung sehingga
kebututuhan moicard akan oksigen juga akan meningkat.(97),(98) Keadaan
ini disebabkan karena nikotin menyebabkan pelepasan katekolamin medula
adrenal dan jaringan kromafin jantung. Selain itu nikotin juga bekerja pada
kemoreseptor badan karotis sehingga meningkatkan kadar
karboksihemoglobin yang mengurangi jumlah oksigen untuk miocard.(99)
Nikotin pada sitem vaskular dapat menyebabkan peningkatan resistensi
99

vaskular karena menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan


memperlambat laju peredaran darah. Hal tersebut dapat mengganggu
bahkan menurunkan tingkat kebugaran seseorang akibat rusaknya
metabolisme oksigen di dalam darah.(55),(100) Kandungan hidrokarbon pada
rokok dapat menyebabkan metaplasia skuamosa, Aurbach (1994)
menemukan setelah terpajan oleh asap rokok, sel- sel bronkus menjadi
abnormal, terjadi perubahan sel goblet dan mikrovili.(101) Pada perokok
pembuluh darah cenderung dalam kondisi kontriksi daripada dilatasi,
sehingga hal ini akan meningkatkan tekanan dinding arteri dan tekanan
darah, pencapaian kapasitas pacu jantung maksimum lebih cepat dibanding
bukan perokok. Kandungan nikotin selain sebagi stimulan untuk
meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi juga akan menyebabkan
defek pada permukaan pembuluh darah, hal ini akan menyebabkan LDL
menempel pada dinding pembuluh darah dan membuat plak, sehingga
dinding arteri kurang fleksibel dan menyempit. Hal ini dapat memicu
serangan jantung dan stroke.(95) Daya tahan jantung perokok 7,2% lebih
kecil dibandingkan bukan perokok. Semakin tinggi denyut nadi istirahat
berarti jantung akan bekerja lebih keras untuk memopa darah dan
meyalurkan oksigen ke seluruh tubuh sehingga perokok akan lebih cepat
mengalami kelelahan. Sehingga intervensi yang dapat dilakukan pada
perokok untuk menjaga daya tahan kardiorespirasi adalah mengubah gaya
hidup lebih sehat dengan berolahraga teratur, berhenti merokok secara
perlahan serta mengontrol berat badan.(57)

4.4 Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti sudah berusaha untuk memenuhi semua
ketentuan yang telah dicantumkan dalam metodologi, namun dalm
pelaksanaanya masih terdapat banyak kekurangan diantaranya:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada calon jamaah haji desa Mojosari,
yang jumlah populasinya sedikit.
2. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, sehingga
nantinya sampel belum tentu merepresentatifkan populasi, seperti halnya
kerika random sampling.
100

3. Dalam pengambilan data, peneliti asisten peneliti mendatangi satu per


satu rumah sampel, dan belum tentu bisa bertemu langsung bisa
dilakukan pengambilan data, karena sampel khususnya yang laki- laki
pada pagi sampai senja hari rata- rata bekerja dan baru di rumah ketika
malam hari dan malam hari setelah lewat jam 9 sudah tidak menerima
tamu (kebiasaan di desa Mojosari) dan hal ini menghabiskan banyak
waktu.
4. Dalam proses pengukuran tingkat kebugaran, dimetodologi disebutkan
bahwa panjang lintasan minimal 30 meter, namun karena keterbatasan
tempat dalam pelaksanaan di lapangan, lintasan dimodifikasi sedemikian
rupa menyesuaikan dengan panjang rumah masing- masing calon jamaah
haji di desa Mojosari. Selain itu dalam metodologi untuk persiapan
responden juga disebutkan bahwa responden harus memakai pakaian
yang nyaman untuk uji latih, namun di lapangan ketentuan itu tidak
dijalankan, pasien hanya memakai pakaian apa yang dipakai saat itu dan
pengukuran kebugaran yakni uji jalan 6 menit juga hanya dilakukan
sekali.
5. Dalam instrumen untuk pengukuran aktivitas fisik menggunakan
kuesioner IPAQ (International Physical Activity Questionaire) meskipun
kuesioner tersebut telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan
dimodifikasi sedemikian rupa dengan diberikan contoh apa yang
termasuk kategori aktivitasn fisik ringan, sedang, berat namun tetap
terjadi kesulitan dalam pengisianya. Sehingga dalam penelitian ini,
dilakukan wawancara oleh teman peneliti untuk menghindari hasil bias.
Selain itu karena sampel merupakan warga desa, yang tidak semuanya
juga faham bahasa Indonesia.
6. Dalam penelitian ini, analisis asupan nutrisi dengan food recall hanya
dilakukan 2 kali, padahal didalam teori syarat minimal untuk bisa benar-
benar mendapatkan gambaran keniasaan makan, minimal food recall
dilakukan 3 kali dan kemungkinan data yang didapatkan belum
menggambarkan asupan sebenarnya karena food recall sangat bergantung
pada ingatan responden, sedangkan kita ketahui bahwa 35% responden
101

dalam penelitian ini berusia >60 tahun yang kemungkinan daya ingatnya
sudah mulai menurun.
7. Dalam food recall, untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi
peneliti menggunakan URT (Ukuran Rumah Tangga), meskipun
demikian juga belum benar- benar bisa menggambarkan jumlah
konsumsi sebenarnya.
8. Dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai analisis bivariat.
102

BAB V

Simpulan Dan Saran

5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada calon jamaah haji desa
Mojosari dapat deketahui bahwa:

1. Berdasarkan tes uji jalan 6 menit, didapatkan rata- rata kebugaran calon
jamaah haji laki- laki di desa Mojosari dengan status kebugaran baik
dengan nilai rata- rata jarak tempuh 6 menit 444,71 meter, sedangkan rata-
rata kebugaran calon jamaah haji perempuan di desa Mojosari dengan
status kebugaran sedang dengan nilai rata- rata jarak tempuh 6 menit
388,32 meter.
2. Rata- rata aktivitas fisik calon jamaah haji laki- laki dan perempuan di
desa Mojosari secara berturut- turut didapatkan hasil 2769,53
METs/minggu dan 2252,2 METs/minggu yang keduanya termasuk dalam
kategori aktivitas fisik berat.
3. Berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh, didapatkan rata- rata IMT
calon jamaah haji laki- laki dan perempuan di desa Mojosari secara
berturut- turut didapatkan hasil 21,947 kg/m2 dan 22,62 kg/m2 yang artinya
baik calon jamaah haji laki- laki maupun perempuan mempunyai status
gizi normal.
4. Rata- rata asupan karbohidrat calon jamaah haji laki- laki dan perempuan
secara berturut- turut didapatkan hasil, 55,29% dan 45,56% dari
kebutuhan total, yang artinya untuk asupan karbohidrat calon jamaah haji
sudah mencukupi dari AKG seharusnya, sedangkan untuk asupan
karbohidrat calon jamaah haji perempuan masih belum memenuhi AKG
seharusnya.
5. Rata- rata asupan protein calon jamaah haji laki- laki dan perempuan
secara berturut- turut didapatkan hasil, 14,14% dan 15,8% dari kebutuhan
total, yang artinya untuk asupan protein baik calon jamaah haji laki- laki
maupun perempuan sudah mencukupi dari AKG seharusnya.
103

6. Rata- rata asupan lemak calon jamaah haji laki- laki dan perempuan secara
berturut- turut didapatkan hasil, 31,29% dan 38,76% dari kebutuhan total,
yang artinya untuk asupan lemak baik calon jamaah haji laki- laki maupun
perempuan sudah mencukupi dari AKG seharusnya bahkan melebihi dari
yang seharusnya yaitu sebesar 20-25%.
7. Rata- rata asupan vitamin A calon jamaah haji laki- laki dan perempuan
secara berturut- turut hasilnya 662,73 μg dan 697,14 μg, yang artinya
untuk asupan vitamin A calon jamaah haji laki- laki maupun perempuan
sudah memenuhi AKG yaitu 70% dari 900 μg/ 630 μg.
8. Rata- rata asupan vitamin B1 calon jamaah haji laki- laki dan perempuan
secara berturut- turut hasilnya 0,718 mg dan 0,652 mg, yang artinya untuk
asupan vitamin B1 calon jamaah haji laki- laki maupun perempuan belum
memenuhi AKG yaitu 70% dari 1,2 mg/ 0,84 mg.
9. Rata- rata asupan besi calon jamaah haji laki- laki dan perempuan secara
berturut- turut hasilnya 10,79 mg dan 9,024 mg, yang artinya untuk
asupan besi calon jamaah haji laki- laki sudah memenuhi AKG yaitu 70%
dari 13 mg/9,1 mg, sedangkan asupan besi calon jamaah haji perempuan
belum memenuhi AKG yaitu 70% dari 26 mg/ 18,2 mg.
10. Dari 42 calon jamaah haji haji di desa Mojosari, 33,3 % diantaranya
mempunyai status merokok dan semuanya berjenis kelamin laki- laki.
11. Dari 42 calon jamaah haji haji di desa Mojosari, 9,5% mempunyai riwayat
Diabetes Mellitus.
12. Dari 42 calon jamaah haji haji di desa Mojosari, 35,2% mempunyai
riwayat hipertensi.
13. Berdasarkan uji analisis bivariat diketahui
a. Variabel aktivitas fisik dengan kebugaran memiliki hubungan yang
signifikan dengan Pvalue 0,002 dan kekuatan hubungan sedang yaitu
r = 0,469 .
b. Variabel status gizi, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan
lemak, asupan vitamin A, asupan vitamin B1, asupan besi, status
kesehatan (riwayat DM dan Hipertensi) dan status merokok tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kebugaran.
104

5.2 Saran

5.2.1 Bagi KUA Kecamatan Sedan

1. Dilakukan uji penilaian kebugaran awal semua calon jamaah haji,


terlebih dari karakteristik responden diatas 35,5 % termasuk calon
jamaah haji resiko tinggi sehingga nanti dapat dikelompokkan menjadi
kelompok- kelompok mana saja yang perlu perhatian dan pembinaan
lebih dalam upaya promotif dan preventif selama masa tunggu. Dan
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi/ tes kebugaran
dalam membuat acuan program latihan fisik bagi calon jamaah haji untuk
yang sudah mempunyai tingkat kebugaran yang baik agar tetap dijaga
dan ditingkatkan lagi.
2. Dilakukanya pembinaan program latihan fisik calon jamaah haji minimal
6 bulan sebelum keberangkatan .

5.2.2 Bagi Calon Jamaah Haji

1. Meningkatkan aktivitas fisik, agar tetap bugar dan terhindar dari penyakit
akibat hipokinetik, misalnya dengan melakukan olahraga minimal selama
30 menit, 3 kali dalam satu minggu.
2. Menjaga pola asupan nutrisinya dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi seimbang dan beragam.
3. Mengubah dan berhenti dari perilaku merokoknya, terutama bagi calon
jamaah haji di desa Mojosari yang berjenis kelamin laki- laki.
105

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Subjek dalam penelitian ini lebih banyak dan bukan hanya di satu
wilayah, serta metode pengambilan sampel dengan random sampling
sehingga nantinya hasil dapat digeneralisasikan untuk populasi umum.
2. Jika sampel kita terbatas waktunya, harus benar- benar dipersiapkaan
jauh sebelumnya, sehingga nanti tepat waktu dalam penggambilan
sampelnya.
3. Jika memungkinkan, untuk mengumpulkan sampel dalam 1 waktu dan 1
tempat agar waktu yang diperlukan untuk uji kebugaran lebih singkat.
Tapi kemungkinan untuk kondusif sulit, sehingga hasil yang
diperolehpun tidak menggambarkan tingkat kebugaran responden
sebenarnya, sehingga perlu dilakukan setting tempat senyaman dan
sekondusif mungkin.
4. Melakukan penelitian dengan uji kebugaran lain dengan menggunakan
metode yang paling sesuai dengan sampel, serta metode yang mudah,
mampu laksana dilapangan namun representatif terhadap kebugaran
sesungguhnya.
5. Sebaiknya untuk uji kebugaran khususnya tes jalan 6 menit dilakukan
lebih satu kali dan diambil nilai tertingginya, karena banyak faktor yang
bisa memengaruhi hasil tes kebugaran seperti kondisi fisik dan waktu.
6. Jika pengukuran aktivitas fisik menggunakan kuesioner IPAQ
(International Physical Activity Questionaire) dilakukan modifikasi
bahasa yang mudah difahami serta disertai contoh- contoh yang biasa dan
sering dilakukan oleh subjek yang dituju.
7. Untuk mengetahui asupan nutrisi dengan food recall sebaiknya minimal
dilakukan 3 kali dan untuk mengetahui jumlah konsumsi selain dengan
URT diberi contoh/ gambar ukuran yang telah disepakati, sehingga nanti
persepsi setiap responden mengenai URT sama.
8. Untuk meneliti variabel- variabel zat gizi lain yang diduga berhubungan
dengan kebugaran, seperti asupan vitamin C, Zn.
9. Dilakukan analisis lebih lanjut, multivariat agar diketahui hubungan antar
variabel lebih lanjut.
106

Daftar Pustaka

[1] Kementerian. Agama. RI, Al Quranul Karim dan Terjemahanya Surat Ali
Imran 97, tentang perintah menjalankan ibadah haji. Jakarta, 2010.

[2] Anonim, “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13


TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
DENGAN,”2008.[Online].Available:http://en.wikipedia.org/wiki/ISO_853.

[3] Kementerian. Kesehatan. Republik Indonesia, “KMK442-0609.pdf,”


Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji, 2009. .

[4] Kementerian. Kesehatan. Republik Indonesia, “Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 201,” Tentang Istitha’ah
Kesehatan Haji, 2016.

[5] Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,


“Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jama‟ah Haji,” 2010.

[6] S. H. Luthfie, Rahasia Bugar Sehat Saat Berhaji dan Umrah, 1st ed. Solo:
Tinta Medina, 2011.

[7] Kemenkes, Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011.

[8] Kementerian Kesehatan Republik. Indonesia., Pedoman Gizi Olahraga


Prestasi. Direktorat Jendera Bina Gizi, 2013.

[9] Winarno, Joko. “Tatalaksana Nutrisi Jamaah Haji Selama Masa Tunggu
Dalam Upaya Promotif dan Preventif. dalam Buku Prosiding Temu Ilmiah
Nasional Haji dan Umrah 2016.,” 2016.

[10] M. S. Mansur and S. P. K. Drs. M. Yunus SB, M.M. Endang Rini Sukamti,
M.S. Danardono, “Laporan Pengabdian Masyarakat Pelatihan Kondisi Fisik
Pelatihan Senam Di Daerah Yogyakarta,” Yogyakarta, 2009.

[11] Thomas. W. Rowland M.D, Developmental exercise physiology / Thomas


W. Rowland., 96th ed. USA: Human Kinetics Publisher, 1996.
107

[12] D. C. Ashok, Test Your Physical Fitness. Delhi: India Kalpaz Publivation,
2008.

[13] Ricard Coates. Crapo et al., “ATS statement: Guidelines for the six-minute
walk test,” Am. J. Respir. Crit. Care Med., vol. 166, no. 1, pp. 111–117,
2002.

[14] H. Zou et al., “Reference equations for the six-minute walk distance in the
healthy Chinese population aged 18–59 years,” PLoS One, vol. 12, no. 9, p.
e0184669, 2017.

[15] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., “Profil Calon Jamaah Haji


2017,” 2017.

[16] R. Murray, Harper’s Illustrated Biochemistry 28th Ed, 28th ed. New York:
Lange Medical Publications, 2009.

[17] V. L. Mc Ardle, W. D, Katch, F. I. & Katch, Exercise Physiology:


Energy,Nutrition, and Human Performance 2nd, 2nd ed. Philadelphia: Lea
& Febiger, 1986.

[18] Neil. A. Campbell and J. B. Reece, Biology, 7th ed. USA, 2005.

[19] Guyton, Arthur. C. Guyton Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit,


11th ed. January. Jakarta:EGC, 2011.

[20] S. A. Hoeger, W. W. K. & Hoeger, Fitness and Wellness, 9th ed. United
State of America: Weadswort Cengage Learning.

[21] Boyle, S. M. A. & Long, Personal Nutrition, 7th ed. USA: Wadsworth
Cengage Learning, 2010.

[22] Robert. M. Williams, Nutrition, Health and Fitness. New York, USA: Mc
Graw Hill, 2002.
108

[23] Brian. J. Sharkley, Health & Fitness, 7th ed. United State of America:
Courier Company. Inc, 2013.

[24] Lauralee. Sheerwod, Human Physiology From Cells to System, 9th ed.
Canada: Cengage Learning Product, 2016.

[25] William. E. Prentice, Get Fit, stay fit. USA: Mc Graw Hill, 2004.

[26] David. R. Gisolfi, Carl V. Dan Lamb, Perspectives In Exercise Science and
Sport Medicine Volume 2: Youth, Exercise and Sport. USA:
BenchmarkPress Inc, 1989.

[27] Larasati. Indrawagita, “Hubungan antara Status Gizi, Asupan Gizi dan
Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program Studi Gizi
FKM UI tahun 2009,” Depok, 2009.

[28] S. A. Hoeger, W. W. K. & Hoeger, Fitness and Wellness, 9th ed. United
State of America: Weadsworth Cengage Learning, 2011.

[29] Nieman, D “The Exercise Test as A Components of The Total Fitness


Evaluation,” Clin. Riview Artik., vol. 2001 Mar;2, 2001.

[30] Scott, K. Power and Edwars T, Exercice Physiology. NewYork: McGraw


International Edition, 2007.

[31] Willkins, L. W. A. Nutrition Made Incredicle Easy. USA: Wolters


Kluwers Health Inc, 2007.

[32] Bonci, Cristine. M. et al., “National athletic trainers‟ association position


statement: Preventing, detecting, and managing disordered eating in
athletes,” J. Athl. Train., vol. 43, no. 1, pp. 80–108, 2008.

[33] Fatmah, SKM, MSc, Gizi Kebugaran dan Olah Raga. Bandung: Lubuk
Agung, 2011.

[34] Anspaugh, at. al. David J, WELLNESS Concept and Applivations. New
York, USA: McGraw- Hill Book Compan, 1997.
109

[35] Budiman, I “Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer
Sepeda Astrand,” J. Kesehat. Masy., vol. 7, pp. 91–97, 2007.

[36] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Republik Indonesia,


“Riset Kesehatan Dasar,” 2013.

[37] Sigit, Bangun Prabowo, “Tingkat Kebugaran Jasmani Anggota


Klubjantung Sehat Mugas Kota Semarang Tahun 2013,” 2013.

[38] Eri. Desmarini. N, Kebugaran dan Kesehatan (terjemah dari Fitness and
Health ), Rajawali P. Jakarta, 2011.

[39] Departemen Kesehatan Republik Indonesia, “Gizi Atlet Sepakbola,”


Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2003. .

[40] Astrand, “Physical activity and Fitness,” Am. J. Clin. Nutr. 1992;551231s-
6S, 1992.

[41] Triwinarto, Agus Thesis, “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status


Kegemukan pada Kohort Anak Tahun 2001- 2006 di Kota Bogor,”
Universitas Indonesia, 2006.

[42] Lloyd, at. al. Tom, “Friut Consumption, Fitness, and Cardiovascular Health
in Female Adolescent.The Penn State Young Women‟s Health Study.,”
Am. J. Clin. Nutr. 67 .2007; 624-30, 2007.

[43] Haskell, William, L et al., “Physical activity and physical fitness:


Standardizing assessment with the Phenx toolkit,” Am. J. Prev. Med., vol.
42, no. 5, pp. 486–492, 2012.

[44] Ipaq, “Guidelines for Data Processing and Analysis of the International
Physical Activity Questionnaire ( IPAQ ) – Short and Long Forms,” Ipaq,
no. November, pp. 1–15, 2005.
110

[45] Harikedua, Vera T and Tando, Naomi M “Aktivitas Fisik dan Pola Makan
Dengan Obesitas Sentral Pada Tokoh Agama Di Kota Manado,” Gizido,
vol. 4, no. 1, pp. 289–298, 2012.

[46] Sunita. J. Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. akarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001.

[47] Andry. Hartono, Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. jakarta: EGC, 2013.

[48] International Diabetes Institute/ Western Pacific World Health


Organization/ International and A. for the study of O. I. O. T. Force, “The
Asia-Pacific perspective: redefining obesity and its treatment,” Geneva,
Switzerland: World Health Organization. Health Communications
Australia, p. 56, 2000.

[49] Suparisa, E, al. I Dewa Nyoman, Penilaian Status Gizi. jAKARTA: EGC,
2002.

[50] Dinas Kesehatan DKI Jakarta, “Proyek Pengembangan Kesehatan Olahraga


RI. Manual Kesehatan Olahraga.,” 1985. .

[51] Sunita, Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2010.

[52] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , “Pedoman gizi seimbang,”


Jakarta Kementeri. Kesehat. RI, p. 44, 2014.

[53] Linda, Dwijayanthi, Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Jakarta: EGC,
2011.

[54] Profesional, The Regidter of Exercise “PAR Q - Physical Activity


Readiness Questionnarie 1,” 2013. .

[55] Lisa Ellizabet Aula, Stop Merokok. Yogyakarta: Penerbit Garai Ilmu, 2010.

[56] Bustan, M. Najib “Perokok Vs Pengolahraga Manfaat Olahraga Bagi


Perokok Dan Risiko Rokok Bagi Pengolahraga,” J. AKK, vol. 2, no. 3, pp.
1–6, 2013.
111

[57] Erawati, Eli, Yovi, Miftah Arzin Indra “Hubungan Kebiasaan Merokok
Dengan Ketahanan Kardiorespirasi Pada Dosen Pria Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Riau Eli,” JOMFK Vol. 1 No. 2 Oktober 2014,
vol. 1, no. 2, pp. 1–7, 2014.

[58] Guyton, Arthur C and J. E. Hall, Effect of Estrogen on Bone. 2006.

[59] Abd al Rahman al Jaziri, Kitab al- Fiqh “ala al- Madzahib al- Arba”ah 1-
5. Lebanon: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 2010.

[60] Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Ibadah. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009.

[61] Departemen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam, 9th ed. Jakarta:
Departemen Agama, 2001.

[62] Soelidjo, Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Rineka Cipta, 2010.

[63] Sudigdo Sostroasmoro, PenelitianDasar- Dasat Metodologi Penelitian


Klinis. Jakarta: Sagung Seto, 2014.

[64] Dahlan, Muhamad Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan


Sampeldalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. 1st ed.
Jakarta:Salemba Medika, 2009.

[65] Ni Kadek Febriyanti ,I Nyoman Adiputra ,I Wayan Gede Sutadarma.,


“Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Aktivitas Fisik Terhadap Daya
Tahan Kardiovaskular Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana,” vol. 831, 2015.

[66] George. Papathanasiou et al., “Reliability measures of the short


International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) in Greek young
adults.,” Hell. J. Cardiol., vol. 50, no. 4, pp. 283–94, 2009.
112

[67] Fatmah. Sari, Syafira Rembulan, “Stres sebagai Faktor Dominan terhadap
Status Kebugaran Aerobik pada Satpam Laki-Laki Universitas Indonesia
Tahun 2014,” Depok, 2014.

[68] Dion. Erwinanto, “Hubungan Antara Tingkat Aktivitas Fisik Dengan


Kebugaran Jasmani Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2016/2017 Di Smk
Muhammadiyah 1 Wates Kabupaten Kulon Progo Diy,” Yogyakarta, 2017.

[69] Bürgi et al., “Relationship of physical activity with motor skills, aerobic
fitness and body fat in preschool children: a cross-sectional and
longitudinal study (Ballabeina),” Int. J. Obes., vol. 35, no. 7, pp. 937–944,
2011.

[70] Martapura, D. I, Sman “Perbandingan nilai vo 2 maks antara siswa terlatih


dengan siswa tidak terlatih.”

[71] Ch. M. Kristanti, “Kondisi Fisik Kurang Gerak dan Instrumen


Pengukuran,” Media Litbang Kesehat. Nomor 1 Tahun 2002, vol. XII,
2002.

[72] Wilmore, J. H and Costill, Physiology of Sport and Exercise. Human


Kinetic. Canada: Windsor, 1994.

[73] Kharisma. Tamimi and Rimbawan, “Tingkat Kecukupan Zat Gizi,


Aktivitas Fisik, dan Kebugaran Kardiorespiratori Pegawai PT. Indocement
Bogor,” J. Gizi Pangan, vol. 10, no. 1, pp. 33–40, 2015.

[74] MS Anam, “The Effects Of Diet And Exercise On Body Mass Index ,
Physical Fitness, Hscrp And Lipid Profile In Obese Children,” pp. 1–66,
2010.

[75] Martin, et al, The relationship between body mass index, blod pressure, and
pulse rate amaong normotensive and hypertensive participant in the thrid
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). USA:
Departement of Medicine Drew University, 2003.
113

[76] Skrypnik et al., “Effects of Endurance and Endurance Strength Training on


Body Composition and Physical Capacity in Women with Abdominal
Obesity,” Obes. Facts, vol. 8, no. 3, pp. 175–187, 2015.

[77] Widiartha, Fani “Dengan Nilai Estimasi Vo 2 Max Pada Siswa Dan Siswi
SMP NEGERI 187 Jakarta Tahun 2013,” Depok, 2013.

[78] Yuli, Wahyuni Sonia Gandhi Surya Dewi, Mury Kuswari, “Hubungan
Antara Asupan Zat Gizi Makro, Aktivitas Fisik Dan Imt Dengan Vo2max
Pada Remaja Laki-Laki Usia 14 Dan 15 Tahun Di Serpong City Soccer
School, Tangerang School,” Jakarta, 2006.

[79] Putri, Hasanah. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kebugaran Pada


Mahasiswa Prodi Kesmas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. 2015.

[80] Coggan, A., Coleman, E., Hopkins, W.,Spriet, “Dietary Fat and Physical
Activity  : Fueling the Controversy.,” 1996.

[81] Lilik Muizzah, “Hubungan Antara Kebugaran dengan Status Gizi dan
Aktivitas Fisik pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013,” [Skripsi]. UIN Syarif
Hidayatullah, 2013.

[82] Hardibroto, Seluk Beluk Suplement. Jakarta: PT Gramedia Utama, 2004.

[83] Lyold, Tom,et, al. “Fruit Consumption, Fitness, and Cardiovascular Health
in Female Adolesent: The Penn State Young Women‟s Health Study.,” Am.
J. Clin. Nutr. 67 624-30. 1998., 1998.

[84] Melinda, M. Manore, “Effect of physical activity on thiamine, riboflavin,


and vitamin B-6 requirements,” Am. J. Clin. Nutr., vol. 72, no. 2 SUPPL.,
pp. 598–606, 2000.

[85] Mario. Vaz et al., “Micronutrient Supplementation Improves Physical


Performance Measures in Asian Indian,” J. Nutr., vol. 141, pp. 2017–2023,
2011.
114

[86] Joanne. E. Arsenault et al., “Micronutrient and anthropometric status


indicators are associated with physical fitness in Colombian
schoolchildren,” Br. J. Nutr., vol. 105, no. 12, pp. 1832–1842, 2011.

[87] Ramadhan, Raisuli. Nur Abidah, Wijaya Veny, "Kebiasaan Aktivitas Fisik
Pasien Diabetes Mellitus Terhadap Kadar Gula Darah di Rumah Sakit
Umum dr. Fauziah Bireuen,"Vol. 3 No. pp 41-48, 2016

[88] Crowlin , E. J. Buku Saku Patofisiologi (Handbook of Pathophysiology),


Jakarta: EGC, 2000.

[89] Anisyah, Ahmad. Esti Dyah Utami, Indrajati Kusuma, " Relationship
between Physican Fitness and IMT with Blood Pressure in Patient with
Type-2 Diabetes Mellitus," Acta Pharm. Indones., vol. 1,pp, 43-49, 2011.

[90] Ferawati, T. F. "Hubungan antara IMT, Aktivitas Fisik dan Kebiasaan


Mengkonsumsi Makanan Siap Saji ala Barat dengan Tekanan Darah Pada
Pensiun Pegawai PT. Pertamina Semarang." Semarang, 2008.

[91] Steela, R, E. Proper,K, L."Physican Activity, Cardiorespiratort Firtness, and


The Metabolic Syndrom in Youth," Appl Physiol, vol. 105, pp. 342-351,
2008.

[92] Sumosardjuno S, Olahraga dan Kesehatan dari A sampai dengan Z, Jakarta,


1989.

[93] Sustarni, Diabetes, 13th ed. Jakarta: Gramedia Pustaka. 2010.

[94] Mirza Hapsari; Sakti Titis Penggalih; Emy Hutiyati, “Gaya Hidup, Status
Gizi dan Stamina Atlet pada Sebuah Klub Sepakbola.,” Ber. Kedokt. Masy.,
vol. 23, no. 4, pp. 192–199, 2007.

[95] Aditya, Listyanto, “Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Tingkat


Kebugaran Jasmani ( Studi Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Pacet
Mojokerto ) Aditya Listyanto Abstrak,” J. Pendidik. Olahraga dan
Kesehat., vol. 3, pp. 208–210, 2015.
115

[96] Suma'mur, PK., Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:


Gunung Agung, 1984.

[97] Aronow, W. S. et al., “Effect of Cigarette-Smoking and Breathing Carbon-


Monoxide on Cardiovascular Hemodynamics in Anginal Patients,”
Circulation, vol. 50, no. 2, pp. 340–347, 1974.

[98] Aronow, W. S. “Effect of non-nicotine cigarettes and carbon monoxide on


angina.,” Circulation, vol. 61, no. 2, pp. 262–265, 1980.

[99] Cosio, M. G. Hale, K. A. and D. E. Niewoehner, “Morphologic and


morphometric effects of prolonged cigarette smoking on the small
airways.,” Am. Rev. Respir. Dis., vol. 122, no. 2, pp. 265–21, 1980.

[100] Repace, J. L. “The problem of passive smoking,” Bull. New York Acad.
Med. J. Urban Heal., vol. 57, no. 10, pp. 936–946, 1981.

[101] Raz, D. J. at, al, “Natural history of stage I non-small cell lung cancer:
Implications for early detection,” Chest, vol. 132, no. 1, pp. 193–199, 2007.
116

Lampiran 1
Surat Etik Penelitian
117

LAMPIRAN

Lampiran 2
Lembar Persetujuan Responden
Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Penilaian Tingkat Kebugaran Dengan Six Minutes Walking Test Dan


Faktor- Faktor Yang Berhubungan Pada Calon Jamaah Haji Di Desa
Mojosari

Calon Jamaah Haji yang terhormat,

Saat ini saya, Saudail Ghomim sebagai peneliti di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Penilaian
Tingkat Kebugaran Dengan Six Minutes Walking Test Dan Faktor- Faktor
Yang Berhubungan Pada Calon Jamaah Haji Di Desa Mojosari”

Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas kami, maka Anda
akan menjalani penelitian ini melalui pengisian kuesioner dan tes uji kebugaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kebugaran
calon jamaah haji kecamatan Sedan dan faktor- faktor yang berhubungan.

Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan dengan


penelitian ini dan berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau sewaktu-
waktu ingin berhenti dalam penelitian ini. Oleh karena penelitian ini penting
sekali, diharapkan agar Anda dapat menjalani ini dengan jujur dan sebaik-
baiknya.

Peneliti,

Saudail Ghomim

Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

Jalan Puri Laras 1 Kavling 21 – 22 Tarumanegara 78 Ciputat Timur Tangerang


Selatan

Tlp. 085290156968
118

Surat Persetujuan untuk Mengisi Kuesioner dan Melakukan Tes Kebugaran


“Jalan 6 Menit”

Yang bertanda tangan di bawah ini

Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
No Hp :

Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang


diberikan oleh Saudail Ghomim dari PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan bersedia menjalani penelitian mengenai “Gambaran Tingkat
Kebugaran Calon Jamaah Haji Kecamatan Sedan dan Faktor- Faktor yang
Berhubungan”.

Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.

Ciputat, 2017

Mengetahui,

Peneliti Peserta Penelitian

(Saudail Ghomim) ( )
119

IDENTITAS RESPONDEN

Nama
Jenis Kelamin
Usia
No. Porsi
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Alamat
Status Merokok
Riwayat DM/ Hasil GDS
Riwayat Hipertensi/ Hasil
Pengukuran TD
Riwayat Penyakit Jantung
No. HP
120

Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
KUESIONER AKTIVITAS FISIK

(IPAQ, 2005)

Petunjuk Pengisian

1. Tidak ada jawaban benar atau salah, ini bukan tes.


2. Pertanyaan harus dijawab dengan jujur dan akurat.
3. Isilah pertanyaan – pertanyaan di bawah dengan sejujur- jujurnya. Jawaban
anda semata- mata hanya untuk kepentingan penelitian dan akan DI
RAHASIAKAN.

I. Kuesioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire)


Saya akan bertanya kepada anda mengenai waktu yang anda habiskan
untuk melakukan aktifitas fisik dalam 7 hari terakhir. Mohon jawab setiap
pertanyaan meskipun anda menganggap diri anda sendiri sebagai orang
yang tidak aktif. Pikirkan mengenai aktivitas yang anda kerjakan di tempat
kerja, di rumah, untuk mencapai satu tempat ke tempat lain, dan saat waktu
luang yang anda gunakan untuk rekreasi, ataupun berolahraga.

Aktifitas fisik berat adalah aktifitas yang menggunakan tenaga fisik


kuat sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya. Seperti : Jalan cepat,
jogging/berlari, bersepeda di medan berliku/tanjakan, dansa, menari,
berkebun (dengan menggunakan peralatan berat, memanjat, memotong
ranting), melakukan pekerjaan rumah tangga (memindahkan furniture,
membawa belanja dan benda berat sambil menaiki/ menuruni tangga,
bermain dengan anak- anak (berlari, bersepeda), senam aerobik, yang
dilakukan minimal selama 10 menit.
121

1. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari anda melakukan aktifitas fisik


berat seperti yang dijelaskan diatas?
 .....hari seminggu
2. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk melakukan aktivitas berat
tersebut dalam sehari?
 .....jam/ hari
 .....menit/ hari

Aktifitas fisik sedang adalah aktifitas yang menggunakan daya fisik yang
sedang sehingga membuat anda bernafas agak lebih kuat dari biasanya.
Seperti : yoga, senam bukan aerobik (golf, tenis, voli, bulu tangkis),
berolah raga di rumah (sit up, push up), berkebun (membersihkan rumput
dan daun yang berserakan, mencangkul, menanam), pekerjaan rumah
tangga (mengepel lantai, dan membersihkan rumah dengan banyak
menggunakan tangan, menjemur pakaian yang dilakukan minimal selama
10 menit)
3. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari anda melakukan aktifitas fisik
sedang seperti yang dijelaskan diatas?
 .....hari seminggu
4. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk melakukan aktivitas
sedang tersebut dalam sehari?
 .....jam/ hari
 .....menit sehari

Berjalan kaki termasuk berjalan kaki dirumah dan ditempat kerja atau
kampus, berjalan kaki dari suatu tempat ke tempat lain dan berjalan kaki
untuk rekreasi, berolahraga, bersenam atau berjalan kaki pada waktu
senggang yang dilakukan minimal selama 10 menit.

5. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari anda melakukan berjalan kaki


seperti yang dijelaskan diatas?
 .....hari seminggu
122

6. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk melakukan berjalan kaki
tersebut dalam sehari?
 .....jam/ hari
 .....menit/ hari
Duduk termasuk bagian dari perilaku sedentary. Waktu yang digunakan
untuk duduk pada hari kerja atau dalam rumah termasuk juga waktu duduk
yang dihabiskan duduk di tempat kerja, di kampus, di rumah, waktu
belajar dan pada waktu senggang, mengunjungi teman- teman, membaca
atau duduk atau berbaring sambil menonton televisi yang dilakukan
minimal 10 menit.
7. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari yang anda anda gunakan untuk
duduk seperti yang dijelaskan diatas?
 .....hari seminggu
Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk duduk seperti yang
dijelaskan diatas dalam sehari?
 .....jam/ harui
 .....menit/ hari

Interpretasi Kuesioner IPAQ :Aktivitas ringan/ Aktivitas sedang/


Aktivitas berat

Aktivitas Fisik Berat Menit/hari


Hari/minggu
Total menit/minggu
Total MET/minggu
Ringan Menit/hari
Hari/minggu
Total menit/minggu
Total MET/minggu
Berjalan Menit/hari
Hari/minggu
Total menit/minggu
Total MET/minggu
123

*) Aktivitas ringan jika tidak melakukan aktivitas fisik tingkat sedang- berat <10
menit/ hari atau <600 METs-min/minggu. Aktivitas sedang terdiri dari 3 kategori:
≥3 hari melakukan aktivitas fisik berat >20 menit/hari, ≥5 hari melakukan
aktivitas sedang/berjalan >30 menit/hari, ≥5 hari kombinasi berjalan intensitas
sedamg, aktivitas berat minimal >600 METs-min/minggu. Aktivitas berat, ada 2
kategori: Aktivitas berat >3 hari dan dijumlahkan >1500 METs- min/minggu, ≥7
hari berjalan kombinasi dengan aktivitas sedang/berat dan total >3000 METs-min/
minggu

III. Asupan Zat Gizi (RECALL 24 JAM)

Perhitungan dimulai dari 24 jam yang lalu

Contoh: pengisian kuesioner pukul 11.00, maka perhitungan dimulai pada pukul
11.00 kemarin hingga pukul 11.00 saat ini.

Contoh Pengisian
Waktu : 12.00
Jenis makanan : nasi putih/ telur mata sapi/ sayur bayan/ ayam goreng/
nasi putih, dsb.
Jumlah (URT) :Piring , Mangkuk, Gelas, Sendok makan, Potong, Lembar.
Nasi 1 porsi = 1 gelas = 100 gram
Syuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gram
Buah 1 porsi = 50 gram
Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gram
Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gram
Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gram
Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gram
Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gram
Gula 1 porsi = 1 sdm = 20 gram
124

Food recall pertama

Waktu Jenis makanan Jumlah URT Gram (diisi


petugas)
125

Food recall kedua

Waktu Jenis makanan Jumlah URT Gram (diisi


petugas)

IV. Status Gizi

Berat Badan Kg
Tinggi Badan Cm
Indeks Massa Tubuh Kg/m2
Kadar Gula Darah Sewaktu
Kadar Kolesterol
126

V. Asupan Gizi

Zat gizi Jumlah % AKG


Karbohidrat
Protein
Vitamin A
B1
Mineral Fe

VI. Kebugaran (6- MINUTE WALK TEST)

NO Nama responden Jarak tempuh Kategori


dalam 6 menit
127

Lampiran 4
Hasil Uji SPSS
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Jarak6mwt ,084 42 ,200 ,978 42 ,596
skoraktivitassfisik ,209 42 ,000 ,891 42 ,001
*
asupanKH ,110 42 ,200 ,970 42 ,334
*
asupanLemak ,087 42 ,200 ,968 42 ,290
asupanProtein ,141 42 ,035 ,942 42 ,035
asupanvitaminA ,139 42 ,041 ,932 42 ,016
asupanvitaminB1 ,129 42 ,075 ,962 42 ,176
asupanFe ,149 42 ,020 ,928 42 ,011
IMT ,528 42 ,000 ,148 42 ,000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

2. Hasil Analisis Univariat


Statistics Statistics
Jarak6mwt (laki- laki) Jarak6mwt (perempuan)
N Valid 17 N Valid 25
Missing 0 Missing 0
Mean 444,71 Mean 388,32
Median 430,00 Median 380,00
Std. Deviation 70,033 Std. Deviation 67,441
Range 260 Range 240
Minimum 320 Minimum 280
Maximum 580 Maximum 520

Statistics Statistics

IMT (perempuan) IMT (laki- laki)

N Valid 25 N Valid 17

Missing 0 Missing 0
Mean 22,6248 Mean 21,9471
Median 22,3000 Median 22,1000
Std. Deviation 3,80234 Std. Deviation 3,04495
Range 15,87 Range 13,90
Minimum 15,70 Minimum 16,50
Maximum 31,57 Maximum 30,40
128

Statistics Statistics
Skor aktivitas fisik (laki- laki) Skor aktivitas fisik (perempuan)
N Valid 17 N Valid 25
Missing 0 Missing 0
Mean 2769,53 Mean 2252,20
Median 2973,00 Median 2044,00
Std. Deviation 973,255 Std. Deviation 831,888
Range 2731 Range 3441
Minimum 1404 Minimum 1438
Maximum 4135 Maximum 4879

Statistics Statistics
Asupan KH (perempuan) Asupan KH (laki- laki)
N Valid 25 N Valid 17
Missing 0 Missing 0
Mean 45,56 Mean 55,29
Median 43,00 Median 57,00
Std. Deviation 10,802 Std. Deviation 12,795
Range 40 Range 50
Minimum 28 Minimum 30
Maximum 68 Maximum 80

Statistics Statistics
Asupan Protein (laki- laki) Asupan Protein (peremouan)
N Valid 17 N Valid 25
Missing 0 Missing 0
Mean 14,18 Mean 15,80
Median 13,00 Median 16,00
Std. Deviation 5,971 Std. Deviation 3,894
Range 26 Range 14
Minimum 6 Minimum 8
Maximum 32 Maximum 22
129

Statistics Statistics
Asupan Lemak (perempuan) Asupan Lemak (laki- laki)
N Valid 25 N Valid 17
Missing 0 Missing 0
Mean 38,76 Mean 31,29
Median 40,00 Median 30,00
Std. Deviation 7,833 Std. Deviation 9,164
Range 29 Range 36
Minimum 21 Minimum 13
Maximum 50 Maximum 49

Statistics
Statistics
Asupan vitamin A (laki- laki)
Asupan vitamin A (perempuan)
N Valid 17
N Valid 25
Missing 0
Missing 0
Mean 662,735
Mean 697,164
Median 491,000
Median 653,000
Std. Deviation 372,3096
Std. Deviation 279,0099
Range 1177,8
Range 1139,7
Minimum 198,7
Minimum 236,0
Maximum 1376,5
Maximum 1375,7

Statistics Statistics
Asupan vitamin B1 (perempuan) Asupan vitamin B1 (laki- laki)
N Valid 25 N Valid 17
Missing 0 Missing 0
Mean ,652 Mean ,718
Median ,600 Median ,700
Std. Deviation ,2084 Std. Deviation ,2555
Range ,8 Range ,9
Minimum ,3 Minimum ,2
Maximum 1,1 Maximum 1,1
130

Statistics Statistics
Asupan Fe (laki- laki) Asupan Fe (perempuan)
N Valid 17 N Valid 25
Missing 0 Missing 0
Mean 10,794 Mean 9,024
Median 10,200 Median 9,400
Std. Deviation 2,2490 Std. Deviation 3,6337
Range 8,3 Range 15,6
Minimum 7,7 Minimum ,1
Maximum 16,0 Maximum 15,7

Riwayat DM Cahaj Laki- laki


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid DM 2 11,8 11,8 11,8
Non DM 15 88,2 88,2 100,0
Total 17 100,0 100,0

Riwayat DM Cahaj Perempuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid DM 2 8,0 8,0 8,0
Non DM 23 92,0 92,0 100,0
Total 25 100,0 100,0

Riwayat Hipertensi Calhaj Perempuan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid hipertensi 7 28,0 28,0 28,0
tidak hipertensi 18 72,0 72,0 100,0
Total 25 100,0 100,0
131

Riwayat Hipertensi Calhaj Laki- laki


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid hipertensi 6 35,3 35,3 35,3
tidak hipertensi 11 64,7 64,7 100,0
Total 17 100,0 100,0

statusmerokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rokok 14 33,3 33,3 33,3
tidak merokok 28 66,7 66,7 100,0
Total 42 100,0 100,0

3. Hasil Analisis Bivariat

Correlations
Jarak6 skoraktivit asupanPr asupanvit asupan
mwt assfisik IMT otein aminA Fe
Jarak6mwt Pearson **
1 ,469 ,018 -,047 ,084 -,085
Correlation
Sig. (2-tailed) ,002 ,912 ,768 ,599 ,592

N 42 42 42 42 42 42
skoraktivitas Pearson **
,469 1 -,167 -,217 ,022 -,002
sfisik Correlation
Sig. (2-tailed) ,002 ,290 ,167 ,891 ,990

N 42 42 42 42 42 42
IMT Pearson * *
,018 -,167 1 ,226 ,347 ,305
Correlation
Sig. (2-tailed) ,912 ,290 ,150 ,025 ,050

N 42 42 42 42 42 42
asupanProtei Pearson **
-,047 -,217 ,226 1 ,399 ,110
n Correlation
Sig. (2-tailed) ,768 ,167 ,150 ,009 ,487
132

N 42 42 42 42 42 42
asupanvitami Pearson * ** *
,084 ,022 ,347 ,399 1 ,327
nA Correlation
Sig. (2-tailed) ,599 ,891 ,025 ,009 ,035

N 42 42 42 42 42 42
asupanFe Pearson * *
-,085 -,002 ,305 ,110 ,327 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,592 ,990 ,050 ,487 ,035

N 42 42 42 42 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations
Jarak6m asupanK asupanLe asupanvita
wt H mak minB1
Spearman's Jarak6mwt Correlation
1,000 ,009 -,097 ,000
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,955 ,539 ,999
N 42 42 42 42
asupanKH Correlation **
,009 1,000 -,903 -,301
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,955 . ,000 ,053
N 42 42 42 42
asupanLemak Correlation **
-,097 -,903 1,000 ,275
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,539 ,000 . ,078
N 42 42 42 42
asupanvitami Correlation
,000 -,301 ,275 1,000
nB1 Coefficient
Sig. (2-tailed) ,999 ,053 ,078 .
N 42 42 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
133

a
Test Statistics

Jarak6mwt
Mann-Whitney U 122,500
Wilcoxon W 213,500
Z -1,799
Asymp. Sig. (2-tailed) ,072
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,072
a. Grouping Variable: tekanandarah
b. Not corrected for ties.

a
Test Statistics

Jarak6mwt
Mann-Whitney U 46,000
Wilcoxon W 56,000
Z -1,288
Asymp. Sig. (2-tailed) ,198
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,215
a. Grouping Variable: dm
b. Not corrected for ties.

Independent Samples Test (Hubungan Status Merokok dengan Kebugaran)


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Std. Confidence
Sig. Mean Error Interval of the
(2- Differe Differe Difference
F Sig. t df tailed) nce nce Lower Upper
Jarak Equal
1,76
6mwt variances ,104 ,749 40 ,086 41,143 23,376 -6,102 88,388
0
assumed
Equal
1,73 25,2
variances ,095 41,143 23,684 -7,613 89,898
7 26
not assumed
134

Lampiran 5
Daftar Riwayat Hidup

Daftar Riwayat Hidup


Nama : Saudail Ghomim

Alamat : Puri Laras 1, jalan tarumanegara Kav 21-22 Ciputat


TangSel Banten

Tempat, tanggal lahir : Rembang, 12 Mei 1997

Agama : Islam

No. Handphone : 085290156968

Email : saudail.ghomim97@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

- TK : TK. Tunas Bangsa Karas 1


- SD : SD NEGERI KARAS 1
- SMP : MTS. Riyadlotut Thalabah
- SMA : MA. Riyadlotut Thalabah
- S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
135

Lampiran 6

Dokumentasi Proses Pengambilan Data


136
137
138
139

Anda mungkin juga menyukai