Anda di halaman 1dari 8

Bronchus

Percabangan trachea setinggi batas vetebra thoracal IV-V disebut bifurcatio trachea.
Bifurcatio trachea memberi cabang 2 buah brochus, yaitu brochus primarius dextra dan sinistra.
Selanjutnya, bronchus primarius akan memberikan cabang-cabang ke setiap lobus paru,
disebut bronchus secunderius. Broncus secunderius bercabang lagi menjadi bronchus tersier
(bronchus segmentalis).
Bronchus dextra
Lobus superior: Segmen apical, anterior, dan segmen posterior.
1) Lobus media: Segmen medial dan lateral.
2) Lobus inferior: Segmen superior, medial basal, lateral basal, anterior basal, dan
posterior basal.
Bronchus sinistra
1) Lobus superior: Segmen apico posterior, anterior, lingularis superior, dan lingularis
inferior.
2) Lobus inferior: Segmen superior, mediobasal, laterobasal, anterobasal, dan
posterobasal.
Perbedaan bronchus dextra dan sinistra
1) Lumen bronchus dextra lebih luas dibandingkan sinistra.
2) Bronchus dextra lebih pendek dengan panjang 2,5 cm dan terdiri dari 6-8 buah
cincin, sedangkan sinistra panjangnya 5 cm dengan 9-12 buah cincin.
3) Bronchus dextra membentuk sudut 25˚ dengan garis tengah, sedangkan sinistra 45˚
sehingga posisi bronchus kanan lebih curam.

Pulmo
Paru adalah organ utama untuk proses pernafasan yang berbentuk kerucut, dimana
bagian apex terdapat dibagian atas dan basal pada bagian bawah. Paru terletak dalam cavum
thorax yang mengisi ruangan dibagian lateral dari mediastinum.
Pulmo dibungkus oleh jaringan ikat kuat yaitu pleura.
Pleura dibagi menjadi 2, yaitu :
A. Pleura parietalis
Lapisan luar yang melapisi dinding dada yang terletak dibawah fascia
endothoracica.
Berdasarkan letaknya pleura parietalis tebagi atas :
1. Pleura costalis yaitu pleura yang melapisi iga.
2. Pleura diaphragmatica yaitu pleura yang melapisi diaphragma.
3. Pleura mediastinalis yaitu pleura yang melapisi mediastinum.
4. Pleura cervicalis (cupula pleura) yaitu pleura yang melapisi bagian apex
paru.
B. Pleura visceralis
Bagian pleura yang melekat ke paru-paru. Pada kedua lapisan pleura tersebut
terdapat rongga / ruangan yang disebut dengan cavum pleura dimana rongga tersebut
mengandung sedikit cairan pleura yang dihasilkan oleh lapisan pleura parietalis yang
berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi friksi antara kedua lapisan pleura.
Recessus pleura adalah kantong pleura yang terdapat pada lipatan pleura parietalis,
disebabkan paru tidak sepenuhnya mengisi cavum pleura. Fungsi recessus ini adalah pada
waktu inspirasi paru akan mengembang dan akan mengisi recessus tersebut.
Pada kedua hillus paru kedua lapisan pleura berhubungan dan bergantung longgar
diatas hillus dan disebut dengan ligamentum pulmonale. Ligamentum pulmonale berfungsi
untuk mengatur pergerakan alat dalam hillus selama proses respirasi.
Pulmo terdiri dari 2 buah, yaitu :
1. Pulmo dextra
Terdiri dari 3 lobus : lobus superior, lobus media dan lobus inferior.
2. Pulmo sinistra
Terdiri dari 2 lobus : lobus superior dan lobus inferior.

Alat – alat penting yang terdapat pada hillus pulmonis :


1. Alat-alat yang masuk pada hillus pulmonis :
Bronchus primer, A. Pulmonalis, A. Bronchialis, dan syaraf.
2. Alat-alat yang keluar dari hillus pulmonis :
2 buah vena pulmonalis,vena bronchialis, dan limfonodus.
Pada jaringan paru bagian posterior didapatkan alur :
1. impresio cardiaca.
2. sulcus vena cava.
3. sulcus aorta thoracalis.
4. sulcus oesophagia
Pendarahan Paru
Bronchi, jaringan ikat paru, dan pleura visceralis menerima darah dari arteriae
bronchiales yang merupakan cabang aorta ascendens. Venae bronchiales (yang berhubungan
dengan venae pulmonales) mengalirkan darahnya ke vena azygos dan vena hemiazygos.
Alveoli menerima darah terdeoksigenasi dari cabang-cabang terminal arteriae
pulmonales. Darah yang teroksigenasi meninggalkan kapiler-kapiler alveoli masuk ke cabang-
cabang venae pulmonales yang mengikuti jaringan ikat septa intersegmentalis ke radix
pulmonis. Dua venae pulmonales meninggalkan setiap radix pulmonis untuk bermuara ke
dalam atrium sinistrum cor.
Persarafan Paru
Pada radix setiap paru terdapat plexus pulmonalis yang terdiri atas serabut eferen
dan aferen saraf otonom. Plexus ini dibentuk dari cabang-cabang truncus symphaticus dan
menerima serabut-serabut parasimpatis dari nervus vagus.
Serabut-serabut eferen simpatis mengakibatkan bronchodilatasi dan vasokonstriksi.
Serabut-serabut eferen parasimpatis mengakibatkan bronchokonstrinksi, vasodilatasi, dan
peningkatan sekresi kelenjar.
Impuls aferen yang berasal dari mucosa bronchus dan dari reseptor regang pada dinding
alveoli berjalan ke susunan saraf pusat dalam saraf simpatis dan parasimpatis.

1.2 Mikroskopis Saluran Pernafasan Bawah

TRAKEA
Dilapisi oleh mukosa respirasi, epitel bertingkat silindris. Ligamen fibroelastis dan
berkas-berkas otot polos (M. trakealis) terikat pada periostium dan menjembatani kedua ujung
bebas tulang rawan berbentuk C ini. Ligamen mencegah overdistensi dari lumen, sedangkan
muskulus memungkinkan lumen menutup. Kontraksi otot dan penyempitan lumen trakea
akibat bekerjanya refleks batuk.

BRONKUS DAN BRONKIOLUS

Bronkus

Memiliki lapisan sel epitel pseudostratified cilliated collumnar dengan sedikit sel
goblet. lamina propia dipisah dari submukosa oleh lapisan otot polos. sedikit kelenjar
seromukous dan kartilago lebih pipih.

Bronkiolus
Diameter < 1 mm, tidak terdapat tulang rawan, epitel selapis torax bersilia dengan
beberapa sel goblet. Tanpa kelenjar di lamina propria, terdapat otot polos. Makin kecil
bronkiolusnya epitelnya selapis kubis bersilia tanpa sel goblet. Pada bronkiolus kecil terdapat
sel clara yang menghasilkan surfaktan.

Bronkiolus terminalis

Epitel kuboid atau kolumner selapis bersilia tanpa sel goblet. sel clara (tidak bersilia)
terdapat di antara epitel bersilia, tidak terdapat kelenjar mukosa dan lamina propia tersusun
atas sel otot polos dan serabut elastic.

Bronkiolus respiratori

Memiliki mukosa sel kuboid, sedikit atau tidak bersilia, tanpa sel goblet, memiliki
sedikit sel clara dan memiliki lapisan otot polos

Ductus Alveolaris

Ductus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, bebentuk kerucut.Epitel selapis gepeng,
diluar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fiboelastis.Alveoli dipisahkan septum
interalveolaris.

ALVEOLI
Dipisahkan oleh septum interalveolar/dinding alveolus.Terdiri atas 2 lapis epitel
gepeng, didalamnya terdapat kapiler, serat elastin, kolagen, retikulin, fibroblast. Antara
dinding alveoli yang berdekatan terdapat lubang kecil dengan diameter 10-15 mm,disebut
stigma alveoli (porus alveolaris) untuk sirkulasi udara atau Septum Intralveolaris.
Pada Septum Intralveolaris terdapat sel yang hanya dapat dibedakan dgn mikroskop elektron :

1. Sel pneumosit tipe I/epitel alveoli/alveolar cell : inti gepeng, 95 % dinding


alveoli,sitoplasma tipis.
2. Sel pneumosit tipe II/septal/alveolar besar/sekretorius : bentuk kubis, inti
bulat,berkelompok 2-3 sel, sel menonjol ke arah lumen, sitoplasma
mengandungmultilamelar bodies (surfaktan).
3. Sel alveolar fagosit/debu/dust cell : berasal dari monosit, sel agak besar inti
bulat,sitoplasma bervakuola (sel darah yg telah memfagosit) /bergranula tanpa
vakuola(mitosis dri makrofag).

Sel pneumosit tipe I dan Sel pneumosit tipe I


2. Mengetahui dan Menjelaskan Fisiologi Saluran Pernafasan Bawah
2.1 Mekanisme Saluran Pernafasan Bawah
Disfungsi mekanisme pertahanan tersebut mendasari banyak penyakit respirasi(Ward,
2008).
Debu dan partikel dengan ukuran lebih besar dari 10 µm akan dihambat oleh rambut dan
mukus pada lubang hidung dan nasofaring. Transpor mukosilier pada akhirnya akan
memindahkan partikel tersebut ke faring dan kemudian ditelan. Hanya partikel yang kurang
dari 5 µm biasanya kemudian masuk melewati trakea. Nasofaring juga memiliki fungsi sebagai
penghangat dan pelembab penting bagi udara inhalasi, sehingga mencegah kekeringan epitel.
Partikel iritan dalam hidung dan trakea yang diinhalasi atau dibawa dari regio distal melalui
transpor mukosilier merangsang reseptor iritan mencetuskan bersin dan batuk untuk
mengeluarkan benda asing(Rahmatullah 2007).
Transpor mukosilier adalah pemindahan pemindahan benda asing menuju faring untuk
kemudian ditelan. Transpor mukosilier melibatkan silia dan mukus pada epitel respiratori.
Epitel respiratori dilapisi oleh 5-10 µm lapisan mukus gelatinosa (fase gel) yang mengambang
pada suatu lapisan cair yang sedikit lebih tipis (fase sol). Silia pada sel - sel epitel berdenyut
secara sinkron membawa partikel debris dan seluler bersamanya. Waktu yang diperlukan
mukus dari bronkus besar untuk mencapai faring adalah sekitar 40 menit dan dari bronkolus
respiratorius perlu beberapa hari. Banyak faktor yang dapat mengganggu mekanisme tersebut
misalnya peningkatan viskositas atau ketebalan mukus. Transpor mukosilier dapat mengalami
penurunan akibat merokok, polutan, anestetik dan infeksi, serta pada fibrosis
kistik (Rahmatullah 2007).
Mukus dihasilkan oleh sel - sel goblet pada epitel dan kelenjar submukosa. Unsur
utamanya adalah glikoprotein kaya karbohidrat (musin) yang memberikan sifat seperti gel pada
mukus. Mukus mengandung beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel - sel epitel atau sel - sel
yang berasal dari plasma seperti α1-antitripsin. α1-antitripsin akan menghambat aksi protease
yang dilepaskan oleh bakteri dan neutrofil yang akan mendegradasi protein. Defisiensi α1-
antitripsin merupakan predisposisi terjadinya gangguan elastin dan perkembangan
emfisema (Rahmatullah 2007).
Protein surfaktan A memperkuat fagositosis dengan menyelubungi atau mengopsonisasi
bakteri dan partikel - partikel lain. Lisozim disekresi dalam jumlah besar pada jalan nafas dan
memiliki sifat anti jamur dan bakterisidal. Lisozim, protein antimikroba, laktoferin,
peroksidase, dan defensin yang berasal dari neutrofil akan membentuk imunitas nonspesifik
pada saluran nafas. Imunoglobulin A sekretori (IgA) adalah imunoglobulin utama dalam
sekresi jalan nafas. IgA, IgM, dan IgG akan mengaglutinisasi dan mengopsonisasi partikel
antigenik. IgA juga menahan perlekatan mikroba ke mukosa (Rahmatullah 2007).
Makrofag adalah fagosit mononuklear yang ditemukan di sepanjang saluran nafas.
Makrofag memberikan proteksi halus melawan mikroorganisme yang diinhalasi dan partikel
lain dengan fagositosis (menelan semua). Bahan organik yang difagosit biasanya ditelan,
sedangkan bahan anorganik disekuestrasi di dalam sel. Karena epitel alveolar tidak memiliki
silia, maka makrofag alveolar merupakan kunci untuk membuang materi. Pada infeksi yang
lebih berat makrofag dapat menginisiasi respons radang dan melalui
pelepasan chemoattractant seperti leukotrienB4 meningkatkan infiltrasi neutrofil dari plasma.
Fungsi lain dari makrofag adalah bersihan protein surfaktan dan supresi respons imun yang
tidak diperlukan dengan menghasilkan sitokin anti-inflamasi seperti interleukin-10 (IL-10)
dan transforming growth factor β (TGFβ) (Rahmatullah 2007).

2.2 Fungsi Saluran Pernafasan Bawah


Fungsi utama respiratorik adalah untuk menyediakan oksigen yang cukup bagi tubuh. Fungsi
nonrespiratorik sistem pernapasan:
1. Mengeluarkan air dan panas, udara atmosfer dilembabkan dan dihangatkan oleh saluran
napas untuk mencegah alveolus mongering.
2. Meningkatkan aliran darah vena.
3. Kita dapat berbicara, bernyanyi, dll.
4. Sebagai sistem peertahanan tubuh terhadap benda asing yang terhirup.
5. Mengeluarkan dan mengaktifkan angiotensin 1 dengan mengeluarkan ACE
6. Menonaktifkan prostaglandin.
3. Mengetahui dan Menjelaskan Mycobacterium tuberculosis
3.1 Klasifikasi Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret 1882 oleh
Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosa (TB). Bahkan
penyakit TB pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP). Robert Koch,
penemu bakteri Mycobacterium tuberculosis. Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium
tuberculosis:
Kingdom : Bacteria
Filum : Acinobacteria
Ordo : Actynomycetales
Upordo : Corynebacterineae
Family : Mycobacterieae
Genus : Mycobacterium
Spesies : M. tuberculosis

Spesies yang selalu dipertimbangkan sebagai pathogen:


Spesies Reservoir Manifestasi Klinis Umum
M. tuberculosis Manusia Paru-paru dan tuberkulosis disseminate
M. leprae Manusia Leprosi
M. bovis Manusia dan ternak Penyakit mirip tuberculosis

Spesies yang potensial patogen terhadap manusia:


Spesies Reservoir Manifestasi Klinis Umum
M. avium complex Tanah, air, unggas, burung, Disseminata, paru-paru, sangat
ternak dan lingkungan umum pada AIDS
M. kansaii Air, ternak Paru-paru
M. africanum Manusia, kera Biakan paru-paru mirip tuberculosis
M. genavense Manusia, burung Tidak diketahui
M. malmoense Tidak diketahui Paru-paru mirip tuberculosis
M. marinum Ikan, air Nodul subkutaneus dan abses
M. scrofulaceum Tanah, air, makanan yang Limfadenitis servikal
lembap
M. simiae Kera, air Pulmonary, disseminated pada
pasien AIDS
M. szulgai Tidak diketahui Pulmonary
M. ulcerans Manusia, lingkungan Nodul dan ulcer subkutaneus
M. xenopi Air, burung Pulmonary

3.2 Morfologi Mycobacterium tuberculosis


Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 μm dan panjang 1 – 4 μm.
Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).
Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-
waxes), trehalosa dimikolat yang disebut “cord factor”, dan mycobacterial sulfolipids yang
berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90)
yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan
oleh jembatan fosfodiester.
Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti
arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut
menyebebkan bakteri M.tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai, tahan
terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam–alkohol. Komponen
antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan
protein.
Karakteristik antigen M.tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan
antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal purified antigens dengan berat molekul 14 kDa
(kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa yang memberikan sensitiviti dan spesifisiti yang
bervariasi dalam mendiagnosis TB. Ada juga yang menggolongkan antigen M.tuberculosis
dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen yang
disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen 30.000 α, protein MTP 40
dan lain lain.

Anda mungkin juga menyukai