Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita.

Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk

dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney et al, 2007). Tujuan dari

pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu

dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk

mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan

bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan

(Koblinsky et al, 2006).

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka

Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu 208/100.000

kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2013).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 yaitu 305 per

100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga

penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan

infeksi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2014,

Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Timur mencapai 93,52 per 100.000

kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yang

mencapai 97,39 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab tingginya Angka

Kematian Ibu (AKI) di Jawa Timur tahun 2014 disebabkan oleh perdarahan

1
(25,57%), pre eklamsi/eklamsi (31,04%), infeksi (6,17%), jantung (12,35%),

penyebab lainnya (24,87%). Sedangkan penyebab Angka Kematian Ibu (AKI)

tahun 2013 yaitu perdarahan (21,81%), pre eklamsi/eklamsi (36,29%), infeksi

(6,07%), jantung (12,93%), penyebab lainnya (22,90%). Dilihat dari penyebab

kematian ibu tahun 2013-2014 terjadi peningkatan pada faktor pendarahan,

infeksi dan pre eklamsi atau eklamsi (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2014).

Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesejahteraan perempuan dan target yang telah ditentukan dalam tujuan

pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) tujuan ke 5 yaitu

meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun

2015 adalah mengurangi sampai 3⁄4 resiko jumlah kematian ibu atau

102/100.000 kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target

tersebut masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus

(Kemenkes RI, 2013).

Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain, terlalu muda atau

terlalu tua saat melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara

teratur, dan banyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga non profesional

(Koblinsky et al, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian Misar (2012) yang

menyatakan bahwa kejadian komplikasi persalinan ibu melahirkan dengan

kualitas pelayanan kesehatan yang tidak baik beresiko lebih besar untuk

mengalami komplikasi dibanding ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan yang

baik.

Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian

maternal antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan

2
pelayanan yang baik ketika persalinan (Reeves, 2010). Faktor lain yang dapat

mengurangi angka kematian maternal yaitu akses ke tempat pelayanan

kesehatan terjangkau dan fasilitas kesehatan yang memadai (Aboagye, 2013).

Tata laksanan ideal persalinan memerlukan dua sudut pandang yang

berbeda. Pertama, persalinan harus dikenali sebagai proses fisiologis normal

yang sebagian besar perempuan mengalaminya tanpa komplikasi. Kedua,

komplikasi intrapartum yang muncul secara cepat dan tiba-tiba harus diantisipasi.

Petugas kesehatan harus bisa membuat setiap perempuan yang melahirkan dan

keluarga merasa nyaman dan memastikan keselamatan ibu serta neonatus jika

sewaktu-waktu terjadi komplikasi (Cunningham et al, 2006).

Sebagian besar wanita pada proses persalinan mengalami perubahan

fisik dan psikologis sebagai respon dari apa yang dirasakan dalam proses

persalinannya. Perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan

persalinan pada pasien. Dukungan sosial dan emosional serta pelayanan selama

persalinan adalah salah satu intervensi yang tepat digunakan untuk mencapai

pengalaman melahirkan yang positif (Alexander et al, 2013).

Petugas kesehatan harus memiliki sikap empati dan kesabaran untuk

mendukung calon ibu yang melahirkan dan keluarga. Petugas kesehatan

sebagai pemberi perawatan dalam persalinan juga harus mampu memenuhi

tugas diantaranya mendukung wanita; pasangan dan keluarga selama proses

persalinan, mengobservasi saat persalinan berlangsung; memantau kondisi janin

dan kondisi bayi setelah lahir; mengkaji faktor resiko; mendeteksi masalah sedini

mungkin, melakukan intervensi minor jika diperlukan seperti amniotomi dan

episiotomi; perawatan bayi baru lahir, merujuk ke tingkat perawatan yang lebih

tinggi jika terjadi komplikasi (Tasnim et al, 2011).

3
Sebagian besar wanita menyatakan bahwa kehadiran petugas kesehatan

saat persalinan sangat penting karena mereka memberikan dukungan dan

informasi terkait proses persalinannya. Wanita merasa bahwa bentuk dukungan

yang diberikan oleh petugas kesehatan saat proses persalinan menimbulkan

dampak yang positif diantaranya dapat menurunkan kecemasan, menurunkan

rasa sakit, menghindari stres dan trauma saat persalinan (Deitrick, 2008). Hal ini

sejalan dengan penelitian Enkin (2000) yang menyatakan bahwa jika wanita

diperhatikan dan diberi dukungan selama proses persalinan, maka mereka akan

aman dan merasa nyaman serta persalinan juga akan berlangsung lebih cepat.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah definisi asuhan persalinan normal?

2. Apakah faktor resiko yang dapat mempengaruhi asuhan persalinan

normal ?

3. Bagaimana tatalaksana asuhan persalinan normal?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui definisi asuhan persalinan normal

2. Mengetahui faktor resiko yang dapat mempengaruhi asuhan

persalinan normal

3. Mengetahui tatalaksana asuhan persalinan normal

4
1.4 Manfaat

Menambah pemahaman dan pengetahuan dokter muda mengenai

definisi, faktor resiko dan penatalaksanaan pada kasus asuhan persalinan

normal.

5
BAB 2

LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
No Register : 1142XXXX

Nama : Ny. KAC

Umur : 30th

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Agama : Hindu

Suku : Jawa

Status : Menikah 1x

Lama menikah : 8 Tahun

Suami : Tn. KHD

Umur : 37 Tahun

Pekerjaan : TNI AD

Pendidikan : SMA

Agama : Hindu

Suku : Jawa

Alamat : Perumahan Dodikjur Blok F No 9 Malang RT3/RW10

Tanggal MRS : 10 Februari 2019

2.2 SUBJEKTIF (10 Februari 2019)

2.2.1 Keluhan utama : Pasien rujukan dari RSIA PURI BUNDA dengan

diagnosis G4P1001Ab200 UK 39-40 minggu T/H inpartu+ Kala 1 fase laten+

thrombositopenia+fetal distress.

6
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
10 Februari 2019

16:00 : Pasien mengeluh kenceng-kenceng → pasien tetap dirumah.

18:00 : Pasien mengeluh kenceng-kenceng semakin sering → ke IGD RSIA

PURI BUNDA → diperiksa VT  2 cm dan thrombosit 100.000 → karena

thrombositopenia saran rujuk RSSA → keluarga berunding

22:00 : Pasien tiba di IGD RSSA

2.2.3 Riwayat Pernikahan:


Pasien menikah sekali, dengan suami sudah 8 tahun. Pasien menikah saat
usia 22 tahun. Memiliki seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
2.2.4 Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
2.2.4.1 Riwayat Kehamilan Sekarang

HPHT: 9 Mei 2019 39-40 minggu

Taksiran Persalinan: 13 Februari 2019

Pasien mengeluh kenceng-kenceng yang semakin sering kemudian pasien

dibawa ke IGD RSIA PURI BUNDA, setelah diperiksa VT  2 cm dan thrombosit

100.000, dikarenakan thrombositopenia pasien disarankan untuk dirujuk ke

RSSA.

2.2.4.2 Riwayat Kehamilan dan Persalinan


No. At/P/I/Ab/ BBL Cara Penolong L/ Umur H/M

E Lahir P

1. Ab - - - - - -

2. At 3300 Spontan B Bidan L 5 H

gram tahun

3. Ab - - - - - -

4. Hamil ini - - - - - -

7
2.2.5 Riwayat Haid
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 9 Mei 2019
Siklus : 28 hari
Lamanya haid : 7 hari
Jumlah haid : biasa (ganti pembalut sampai 2-3x/hari )
Menarche : 12 tahun
Nyeri haid : sakit ringan (+)
2.2.6 Riwayat Antenatal Care dan Kontrasepsi

Pasien rutin ANC ke Sp.OG (sudah 9x ANC) di RSIA PURI BUNDA, terakhir

kontrol tanggal 3 Februari 2019. Saat ini pasien tidak menggunakan kontrasepsi.

2.2.7 Riwayat Keputihan


Riwayat keputihan disangkal
2.2.8 Riwayat Koitus Saat Hamil
(-)
2.2.9 Riwayat Pijat
(-)
2.2.10 Riwayat Minum Jamu-Jamuan atau Obat-Obatan
Pasien mempunyai riwayat abortus 2 kali. Pasien tidak pernah minum jamu

selama hamil dan tidak ada riwayat panas badan, lebam pada kulit, dan gusi

berdarah. Minum jamu (-)

2.2.11 Riwayat Trauma


(-)
2.2.12 Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat diabetes melitus (-)
 Riwayat sakit jantung (-)
 Riwayat asma (-)
 Riwayat gastritis (-)

8
2.2.13 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
2.2.14 Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang Ibu Rumah Tangga, tinggal bersama

suaminya. Pasien tidak mempunyai riwayat merokok maupun minum

alkohol. Suami pasien adalah seorang TNI AD.

2.3 OBJEKTIF (10 Februari 2019)


2.3.1 Status Generalis:
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis,456
Tinggi badan : 150 cm
Berat Badan Sesudah : 85 kg

Hamil

Tinggi Badan : 150 cm

BMI : 34 kg/m2

Tekanan Darah : 125/65 mmHg

Nadi : 88x/menit

Laju Pernapasan : 20x/menit

Tax : 36,5o C

Trect : Tidak diperiksa

Kepala dan leher : Anemis -/-, icterus -/-, pembesaran KGB (-)

Thorax : Rongga dada simetris, retraksi (-)

C/ S1S2 tunggal, murmur (-)

P/ v|v Rh - | - Wh - |-

v|v - | - - |-

v|v - | - - |-

9
Abdomen : Protuberant, soefl, BU (+) normal

Ekstremitas : Normal, akral hangat, CRT <2 detik,

edema (-)

2.3.2 Status Obstetri

Abdomen : TFU: 31 cm, letak bujur U, TBJ 3100gr, DJJ

158bpm,

His 10.3.35/sk

Genitalia Eksterna : Aliran ketuban (+) minimal

Inspeksi : Flux (-) minimal, laserasi (-), varices (-).

VT : 6cm, Eff 100%, bidang hodge 1 Presentasi Kepala

dengan donominator ubun-ubun kecil arah jam 2, UPD

dalam

2.3.3 Pemeriksaan Penunjang :

PEMERIKSAAN LABORATORIUM (HEMATOLOGI) 10 Februari 2019 18.00


RSIA PURI BUNDA
Hb : 15,10 g/dL (11,4-15,1)
Sel darah merah : 5,09 106/uL (4,0 106-5,0 106)
Sel darah putih : 17,29 103/uL (4.7 103-11.3 103)
Hematokrit : 43,40 % (38-42)
Trombosit : 196 103/Ul (142 103-424 103)
MCV : 85,30 fL (80-93)
MCH : 29,7 pg (27-31)
MCHC : 34,80 g/dL (32-36)
RDW : 13,60 % (11,5-14,5)
PDW : 11,8 fL (9-13)
MPV : 9,8 fL (7,2-11,1)
P-LCR : 24,1 % (15,0-25,0)
PCT : 0,19 % (0,150-0,400)

10
Hitung Jenis
Eosinofil : 0,1 % (0-4)
Basofil : 0.2 % (0-1)
Neutrofil : 88,5 % (51-67)
Limfosit : 8,4 % (25-33)
Monosit : 2,8 % (2-5)

Faal Hemostasis
PPT
Pasien : 9,4 detik 9,4 -11,3
Kontrol : 11,0 detik
INR : 0,9

APTT
Pasien : 26,20 detik 24.6-30,6
Kontrol : 25,9 detik

URINALISIS
Kekeruhan : Jernih
Warna : Kuning
pH : 6,0 4,5-8,0
Berat Jenis : 1,025 1,005-1,030
Glukosa : Negatif Negatif
Protein : trace Negatif
Keton : trace Negatif
Bilirubin : Negatif Negatif
Urobilinogen : 3,2 Negatif
Nitrit : Negatif Negatif
Lekosit : Negatif Negatif
Darah : 3+ Negatif
10x
Epitel : 2,8 / LPK ≤3
Silinder : Negatif / LPK
Hialin : - /LPK ≤2

11
Berbutir : - /LPK Negatif
Lain-lain : - /LPK
40x
Eritrosit : 71,6 /LPB ≤3
Eumorfik : 95%
Dismorfik : 5%
Lekosit : 3,2 / LPB ≤5
Kristal : - / LPB
Bakteri : 5,5 x 103 / mL ≤93 x 103 mL
Lain-lain
Kehamilan : Positif

2.4 Assessment
G4P1001Ab200 gr 39 – 40 minggu T/H

+ Kala 1 Fase Aktif

+ ODS Miopia

+ Obesitas

+ Bad Obstetric History

2.5 Planning
Planning diagnosis :-
Planning treatment :
MRS KABER

Evaluasi 2 jam lagi

Pro Expectative pervaginaan

Planning monitoring : VS, Keluhan subjektif, his, DJJ, kemajuan persalinan

Planning edukasi :KIE (Komunikasi, Infomasi, Edukasi) pasien dan keluarga


tentang: Kemajuan persalinan,Tindakan medis yang akan
dilakukan, jika dibutuhkan, Efek samping dari tindakan
yang akan dilakukan, Asupan nutrisi.
.

12
2.5.1 Tatalaksana
Laporan Tindakan persalinan
Tanggal : 11-02-2019
Pukul : 02.00-02.10
Tindakan : SPT B
1. Edukasi pasien mengejan.
2. Dilakukan VT pembukaan lengkap Eff 100%, ketuban (-), presentasi
kepala, denominator UUK jam 12, Hodge 3. Penderita ditidurkan dengan
posisi litotomi. Bersamaan dengan HIS Ibu dipimpin mengejan. Pada saat
kepala merenggang vulva dilakukan episiotomi mediolateral.
3. Dengan tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri mengatur
defleksi kepala dan dengan sub oksiput dibawah symphisis sebagai
hipomoglion, berturut-turut lahirlah UUB, dahi,mulut,dagu, dan akhirnya
lahirlah seluruh kepala. Kepala mengadahkan putar paksi luar, mulut dan
hidung bayi dibersihkan. Kepala dipegang secara biparietal ditarik curam
ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian dielevasi keatas sampai
bahu belakang lahir lalu ditarik sesuai dengan arah sumbu panggul.
4. Lahirlah bayi perempuan
5. Tali pusat dikelm di dua tempat ( 5cm dan 10 cm) diatas abdomen bayi,
dipotong ditengah-tengah kemudian bayi dirawat.
6. Plasenta dilahirkan secara Perengan Tali Pusat Terkendali, berat 500
gram, ukuran diameter 20 cm panjang tali pusat 50 cm
7. Eksplorasi jalan lahir, OBR, cervix, vagina didapatkan luka episiotomi.
8. Dilakukan penjahitan lua episiotomi.

13
Catatan Perkembangan Pasien
11 Februari 2019 dari KABER pukul
12 Februari 2019 Ruang 4 pukul 10.00
04.10
S: post partum S: tidak ada keluhan.
O: K/U cukup, CM, K/L a -/i-, thorax c/p O: K/U cukup, CM, TD: 100/70 mmHg,
dbn, abdomen TFU 2 jari dibawah nadi: 83x/mnt regular, RR: 20x/mnt,
pusat, kontraksi (+) baik, GE suhu: 36,7o C, dyspnea (-), abd:
lochea(+). TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi
A: P2002Ab200 PP SPT B H0+ODS baik, GE lochea(+).
Miopia+Obesitas+BOH A: P2002Ab200 PP SPT B H1+ODS
P: Miopia+Obesitas+BOH
Pindah ruang biasa
Mobilisasi bertahap P: PTx :
Diet TKTP  Usul KRS
Drip oksitosin 20iu dalm 500cc RL  Cefadroxil 2 x 500 mg,
28 tpm sampai dengan 12 jam post  Asam Mefenamat 3 x 500 mg
partum  Rob 1 x 1 tab
PO: Cefradoxil 2X500mg  Menejemen laktasi
As. Mefenamat 3X500mg
Metergin 3X1
Rob 1X1
PMo :
Subjektif, Vital sign,keluhan
pendarahan

14
15
BAB 3
PERMASALAHAN

3.1 Definisi
Apakah definisi asuhan persalinan normal?

3.2 Faktor Resiko yang Mempengaruhi Asuhan Persalinan Normal


Apakah faktor resiko yang dapat mempengaruhi asuhan persalinan

normal ?

3.3 Tatalaksana Asuhan Persalinan Normal

Bagaimana tatalaksana asuhan persalinan normal?

16
BAB 4
LANDASAN TEORI

4.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat

hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Rustam

Mochtar 1998). Sedangkan menurut Bobak (1995) persalinan adalah proses

pengeluaran janin dan plasenta dari uterus.

Menurut Farer (2001) menyatakan persalinan normal adalah:

 Terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur).

 Selesai dalam 24 jam (bukan partus presipitalis atau partus lama)

 Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forceps)

 Mempunyai janin tunggal dengan presentasi vertex (puncak kepala)

 Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan yang hebat)

 Mencakup kelahiran plasenta yang normal

4.2 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan menurut Bobak (2004):

4.2.1 His

His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.Pada bulan terakhir

dari kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang

disebut his pendahuluan atau his palsu, yang sebetulnya hanya merupakan

peningkatan dari pada kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini tidak teratur

dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha tidak

menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah

17
seperti his persalinan. Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila

dibawa berjalan, malahan sering berkurang. His pendahuluan tidak bertambah

kuat dengan majunya waktu bertentangan dengan his persalinan yang makin

lama makin kuat. Yang paling penting ialah bahwa his pendahuluan tidak

mempunyai pengaruh pada cervik.

His persalinan :

Walaupun his itu suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis akan

tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya, bersifat nyeri. Nyeri ini

mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel dalam cervix dan segmen bawah

rahim oleh serabut-serabut otot-otot yang berkontraksi, regangan dari cervix

karena kontraksi atau regangan dan tarikan pada peritoneum waktu kontraksi.

Perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita yang

ditentukan oleh keadaan jiwanya. Kontraksi Rahim bersifat otonom tidak

dipengaruhi oleh kemauan, walaupun begitu dapat dipengaruhi dari luar misalnya

rangsangan oleh jari-jari tangan dapat menimbulkan kontraksi. Seperti kontraksi

jantung pada his juga ada “pacemakers” yang memulai kontraksi dan mengontrol

frekuensinya.

Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikanialah :

 Lamanya kontraksi : kontraksi berlangsung 45 detik sampai 75 detik.

 Kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan intrauterine

sampai 35 mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan

dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding Rahim ke

dalam.

 Interval antara dua kontraksi : Pada permulaan persalinan his timbul

sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

18
Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :

 His pembukaan ialah his yang menimbulkan pembukaan dari cervix

 His pengeluaran ialah his yang mendorong anak keluar. His

pengeluaran biasanya disertai dengan keinginan mengejan.

 His pelepasan uri yang melepaskan uri.

4.2.2 Tenaga mengejan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang

mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot

dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.

Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar

tapi jauh lebih kuat lagi. Rupanya waktu kepala sampai pada dasar panggul,

timbul suatu reflex yang mengakibatkan bahwa pasien menutup glottisnya,

mengontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya ke bawah.

Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, kalau pembukaan sudah lengkap

dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak

dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan

harus dibantu dengan forceps.Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta

setelah placenta lepas dari dinding rahim (Sastrawinata, 1983).

4.2.3 Jalan lahir

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yangpadat, dasar

panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak,

khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi,

19
tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus

berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena

itu ukuran dan bentuk panggul harus ditrentukan sebelum persalinan dimulai

(Bobak, 2005).

Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk pokok

jenis panggul menurut Mochtar (1998):

(a) Ginekoid : paling ideal, bulat : 45%

(b) Android : panggul pria, segitiga : 15%

(c) Antropoid : agak lonjong sepertri telur : 35%

(d) Platipeloid : menyempit arah muka belakang : 5%

Tulang panggul si ibu yang bermasalah bisa menyebabkan persalinan

menjadi cukup sulit, meskipun sang bayi tidak bermasalah dan kontraksi juga

bagus. Bisa jadi panggul terlalu sempit atau bentuknya tidak sempurna seperti

bengkok atau berbentuk segitiga (Indiarti, 2008).

Pada pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan pemeriksaan panggul,

menurut Mochtar (1998) yang terdiri dari :

(1) Pemeriksaan panggul luar

(2) Pemeriksaan panggul dalam (VT); yang dievaluasi antara lain:promontorium,

linea innominata, spina ischiadika, dinding samping,kurvatura sacrum, ujung

sacrum, dan akkus pubis.

Pada pemeriksaan ini dicoba memperkirakan ukuran:

- Konjugata diagonalis dan konjugata vera

- Distansia interspinarum (diameter bispinosium)

- Diameter antero-posterior

20
4.3 Tatalaksana Asuhan Persalinan Normal

Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika:

 Usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)

 Persalinan terjadi spontan

 Presentasi belakang kepala

 Berlangsung tidak lebih dari 18 jam

 Tdak ada komplikasi pada ibu maupun janin

• Pada persalian normal, terdapat beberapa fase:Kala I dibagi menjadi 2:

- Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam.

- Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10 cm), sekitar 6 jam.

• Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2 jam

pada multigravida.

• Kala III: segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30

menit.

• Kala IV: segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum.

(WHO,2013)

1. KALA I

Tatalaksana

 Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu

 Jika ibu tampak gelisah/kesakitan:

• Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur sarankan

untuk miring kiri.

• Biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya

• Anjurkan suami atau keluarga memjiat punggung atau membasuh muka ibu

21
• Ajari teknik bernapas

 Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang

lain tanpa seizin ibu.

 Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air

besar/kecil.

 Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada

bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 250C dan semua pintu serta

jendela harus tertutup.

 Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

 Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.

 Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan partograf.

Tabel 1. Penilaian dan Intervensi selama Kala 1

2. KALA II, III, DAN IV

Tatalaksana

Tatalaksana pada kala II, III, dan IV tergabung dalam 58 langkah APN yaitu:

 Mengenali tanda dan gejala kala dua

1. Memeriksa tanda berikut:

22
• Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

• Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ atau

vaginanya.

• Perineum menonjol dan menipis.

• Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

 Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial.

• Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap dalam

wadahnya

• Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih dan

hangat

• Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan

bersih

• Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di

dalam partus set/wadah DTT

• Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau

kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak

60 cm diatas tubuh bayi.

• Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan kristaloid, set infus

3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup

kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.

4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan

dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau tisu

bersih.

5. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.

23
6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10

unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set/ wadah DTT atau steril

tanpa mengontaminasi spuit.

 Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik

7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau

kasa yang dibasahi air DTT.

8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks

sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan

syarat: kepala sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali/ menit). Ambil

tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

 Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan

Meneran

11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

• Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman.

24
Gambar 1. Posisi setengah duduk

• Anjurkan ibu untuk cukup minum.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran.

• Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

• Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

4. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,

jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

 Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan

handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

 Membantu Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum

dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang

lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya

25
kepala.

• Anjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan dangkal.

20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi.

Gambar 2. Memeriksa Lilitan tali Pusat

• Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat lewat kepala

bayi.

• Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu gunting di

antaranya.

Gambar 3. Menggunting tali pusat

26
Jangan lupa untuk tetap lindungi leher bayi.

21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

 Membantu Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

• Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan

muncul di bawah arkus pubis seperti pada gambar berikut.

Gambar 4. Melahirkan bahu depan

• Gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang seperti gambar

berikut :

Gambar 5. Melahirkan bahu belakang

27
 Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah

perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

• Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan

dan siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang

berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.

• Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang

masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

 Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk

menilai apakah ada asfiksia bayi:

• Apakah kehamilan cukup bulan?

• Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

• Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

26. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal.

Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu

• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya KECUALI

BAGIAN TANGAN TANPA MEMBERSIHKAN VERNIKS.

• Ganti handuk basah dengan handuk yang kering

• Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu

27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus

(hamil tunggal).

 Manajemen Aktif Kala III

28. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk

28
membantu uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unitIM

di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikkan oksitosin!).

30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada

sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan

sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah

distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Potong dan ikat tali pusat.

• Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting tali

pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).

• Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan

kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan

simpul kunci.

• Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.

32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi

dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi

menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada

di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada

kepala bayi.

34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas

simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil

29
tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati, seperti

gambar berikut, untuk mencegah terjadinya inversio uteri.

Gambar 6. Melakukan peregangan tali pusat terkendali

• Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga

untuk menstimulasi puting susu.

37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,

lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan

tekanan dorso-kranial, seperti gambar berikut.

• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10

cm dari vulva dan lahirkan plasenta

• Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

-Beri dosis ulangan oksitosin 10 unitIM

- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir

- Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan

30
menggunakan kedua tangan.

• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk

melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem

DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus

dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan

gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba

keras).

• Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik

melakukan rangsangan taktil/ masase.

 Menilai Perdarahan

40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan

pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.

41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.

 Melakukan Asuhan Pasca Persalinan (Kala IV)

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-

bayi (di dada ibu minimal 1 jam).

• Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu

• Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam

waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke-45-

60, dan berlangsung selama 10-20 menit. Bayi cukup menyusu dari satu

payudara.

31
• Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di

dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

• Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi

menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan

kontak kulit ibu dan bayi.

• Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam, posisikan

bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama

30-60 menit berikutnya.

• Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke

ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan

neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan

kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.

• Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga

kehangatannya.

• Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu

saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian

telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat

kembali.

• Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam

jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering

keinginannya.

44. Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai:

• Timbang dan ukur bayi.

• Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau

antibiotika lain).

32
• Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2 mg/mL) IM di paha kiri

anterolateral bayi.

• Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5 – 37,5oC).

• Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu, waktu

lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada.

• Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibir

sumbing/langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-tanda

bahaya pada bayi.

45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis

B di paha kanan anterolateral bayi.

• Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.

• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di

dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pecegahan perdarahan pervaginam:

• Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.

• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.

• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.

• Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus tidak

berkontraksi dengan baik.

47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,

mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan

medis.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15

menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua

33
pascasalin.

• Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascasalin.

• Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).

• Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal 24 jam

setelah suhu stabil.

51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,

lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

54. Pastikan ibu merasa nyaman.

• Bantu ibu memberikan ASI.

• Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang

diinginkannya.

55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian

dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.

58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan

asuhan kala IV.

Catatan: Pastikan ibu sudah bisa buang air kecil setelah asuhan persalinan

selesai (WHO,2013).

34
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Kriteria Persalinan Normal


Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika:

 Usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)

 Persalinan terjadi spontan

 Presentasi belakang kepala

 Berlangsung tidak lebih dari 18 jam

 Tdak ada komplikasi pada ibu maupun janin

• Pada persalian normal, terdapat beberapa fase:Kala I dibagi menjadi 2:

- Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam.

- Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10 cm), sekitar 6 jam.

• Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2 jam

pada multigravida.

• Kala III: segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30

menit.

• Kala IV: segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum.

5.2 Analisis Penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal

Pada pasien ini dilakukan asuhan persalinan normal pada tanggal 16

Februari 2019 pukul 02.00 WIB.

1. Edukasi pasien mengejan.


2. Dilakukan VT pembukaan lengkap Eff 100%, ketuban (-), presentasi
kepala, denominator UUK jam 12, Hodge 3. Penderita ditidurkan dengan

35
posisi litotomi. Bersamaan dengan HIS Ibu dipimpin mengejan. Pada saat
kepala merenggang vulva dilakukan episiotomi mediolateral.
3. Dengan tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri mengatur
defleksi kepala dan dengan sub oksiput dibawah symphisis sebagai
hipomoglion, berturut-turut lahirlah UUB, dahi,mulut,dagu, dan akhirnya
lahirlah seluruh kepala. Kepala mengadahkan putar paksi luar, mulut dan
hidung bayi dibersihkan. Kepala dipegang secara biparietal ditarik curam
ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian dielevasi keatas sampai
bahu belakang lahir lalu ditarik sesuai dengan arah sumbu panggul.
4. Lahirlah bayi perempuan
5. Tali pusat dikelm di dua tempat ( 5cm dan 10 cm) diatas abdomen bayi,
dipotong ditengah-tengah kemudian bayi dirawat.
6. Plasenta dilahirkan secara Perengan Tali Pusat Terkendali, berat 500
gram, ukuran diameter 20 cm panjang tali pusat 50 cm
7. Eksplorasi jalan lahir, OBR, cervix, vagina didapatkan luka episiotomi.
8. Dilakukan penjahitan lua episiotomi.

5.3 Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah mengarah ke baik (dubia ad bonam)
karena dengan bayi lahir tanpa komplikasi, setelah observasi dua jam post
partum tidak didapatkan keluhan, perdarahan berlebihan, kontraksi uterus baik
dan keadaan umum pasien stabil.

36
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Persalinan adalah suatu proses hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat

hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain

Rustam Mochtar 1998). Sedangkan menurut Bobak (1995) persalinan

adalah proses pengeluaran janin dan plasenta dari uterus.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan menurut Bobak

(2004): His, tenaga mengejan, dan jalan lahir

3. Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika:

 Usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)

 Persalinan terjadi spontan

 Presentasi belakang kepala

 Berlangsung tidak lebih dari 18 jam

 Tdak ada komplikasi pada ibu maupun janin

• Pada persalian normal, terdapat beberapa fase:Kala I dibagi menjadi 2:

- Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam.

- Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10 cm), sekitar 6 jam.

• Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2 jam

pada multigravida.

• Kala III: segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30

menit.

• Kala IV: segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum.

4. Prognosis pada kasus ini adalah mengarah ke baik (dubia ad bonam).

37
6.2 Saran
1. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang persiapan

persalinan, peran suami atau pasangan dan keluarga selama kehamilan

dan persalinan,tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai, pemberian

makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi menyusu dini

(IMD).

2. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang Penyakit

yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin misalnya hipertensi,

TBC, HIV, serta infeksi menular seksual lainnya. Perlunya menghentikan

kebiasaan yang berisiko bagi kesehatan, seperti merokok dan minum

alkohol. Program KB terutama penggunaan kontrasepsi pascasalin,

Informasi terkait kekerasan terhadap perempuan, serta kesehatan ibu

termasuk kebersihan, aktivitas, dan nutrisi,

38
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.

Cunningham, et al. 2014. William Obstetrics 24th edition. USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Depkes RI. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di

Indonesia.Jakarta : BAPPENAS

Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2014. Profil kesehatan Provinsi Jawa Timur 2014.

Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas edisi 2.Jakarta : EGC.

Kolbinsky, M., 1997. Kesehatan Wanita. Sebuah Perspektif Global, Universitas

Gajah Mada.

Liewellyn, D.,dkk, 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :

Hipokrates. 37. Adhikari, S.,et al, 2005.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Edisi 2. Jakarta: EGC.


Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.

Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. Ilmu kandungan.Edisi 2.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono; 2007.

Sastrawinata, Sulaeman. 2008. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung
Sastrawinata, Sulaiman, 1983, Obstetri Fisiologi, Bandung : EGC.

SDKI.2012. Survei Demografi & Kesehatan Indonesia. Jakarta: BPS.

UNDP. 2009. Millenium Development Goals. Diunduh pada 2 Maret 2011 dari

http://www.undp.org/mdg/basics.shtml

WHO. 2013. Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan


Edisi 1. Jakarta, Indonesia.

39

Anda mungkin juga menyukai