LAPSUS APN Dr. MOR
LAPSUS APN Dr. MOR
PENDAHULUAN
Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk
dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney et al, 2007). Tujuan dari
pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan
Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu 208/100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000 kelahiran hidup
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 yaitu 305 per
100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga
infeksi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2014,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Timur mencapai 93,52 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yang
Kematian Ibu (AKI) di Jawa Timur tahun 2014 disebabkan oleh perdarahan
1
(25,57%), pre eklamsi/eklamsi (31,04%), infeksi (6,17%), jantung (12,35%),
infeksi dan pre eklamsi atau eklamsi (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2014).
derajat kesejahteraan perempuan dan target yang telah ditentukan dalam tujuan
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai 3⁄4 resiko jumlah kematian ibu atau
102/100.000 kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target
tersebut masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus
Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain, terlalu muda atau
teratur, dan banyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga non profesional
(Koblinsky et al, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian Misar (2012) yang
kualitas pelayanan kesehatan yang tidak baik beresiko lebih besar untuk
baik.
maternal antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan
2
pelayanan yang baik ketika persalinan (Reeves, 2010). Faktor lain yang dapat
komplikasi intrapartum yang muncul secara cepat dan tiba-tiba harus diantisipasi.
Petugas kesehatan harus bisa membuat setiap perempuan yang melahirkan dan
keluarga merasa nyaman dan memastikan keselamatan ibu serta neonatus jika
fisik dan psikologis sebagai respon dari apa yang dirasakan dalam proses
persalinan pada pasien. Dukungan sosial dan emosional serta pelayanan selama
persalinan adalah salah satu intervensi yang tepat digunakan untuk mencapai
dan kondisi bayi setelah lahir; mengkaji faktor resiko; mendeteksi masalah sedini
episiotomi; perawatan bayi baru lahir, merujuk ke tingkat perawatan yang lebih
3
Sebagian besar wanita menyatakan bahwa kehadiran petugas kesehatan
rasa sakit, menghindari stres dan trauma saat persalinan (Deitrick, 2008). Hal ini
sejalan dengan penelitian Enkin (2000) yang menyatakan bahwa jika wanita
diperhatikan dan diberi dukungan selama proses persalinan, maka mereka akan
aman dan merasa nyaman serta persalinan juga akan berlangsung lebih cepat.
sebagai berikut :
normal ?
1.3 Tujuan
persalinan normal
4
1.4 Manfaat
normal.
5
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
No Register : 1142XXXX
Umur : 30th
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
Suku : Jawa
Status : Menikah 1x
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : TNI AD
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
Suku : Jawa
2.2.1 Keluhan utama : Pasien rujukan dari RSIA PURI BUNDA dengan
thrombositopenia+fetal distress.
6
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
10 Februari 2019
RSSA.
E Lahir P
1. Ab - - - - - -
gram tahun
3. Ab - - - - - -
4. Hamil ini - - - - - -
7
2.2.5 Riwayat Haid
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 9 Mei 2019
Siklus : 28 hari
Lamanya haid : 7 hari
Jumlah haid : biasa (ganti pembalut sampai 2-3x/hari )
Menarche : 12 tahun
Nyeri haid : sakit ringan (+)
2.2.6 Riwayat Antenatal Care dan Kontrasepsi
Pasien rutin ANC ke Sp.OG (sudah 9x ANC) di RSIA PURI BUNDA, terakhir
kontrol tanggal 3 Februari 2019. Saat ini pasien tidak menggunakan kontrasepsi.
selama hamil dan tidak ada riwayat panas badan, lebam pada kulit, dan gusi
8
2.2.13 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
2.2.14 Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang Ibu Rumah Tangga, tinggal bersama
Hamil
BMI : 34 kg/m2
Nadi : 88x/menit
Tax : 36,5o C
Kepala dan leher : Anemis -/-, icterus -/-, pembesaran KGB (-)
P/ v|v Rh - | - Wh - |-
v|v - | - - |-
v|v - | - - |-
9
Abdomen : Protuberant, soefl, BU (+) normal
edema (-)
158bpm,
His 10.3.35/sk
dalam
10
Hitung Jenis
Eosinofil : 0,1 % (0-4)
Basofil : 0.2 % (0-1)
Neutrofil : 88,5 % (51-67)
Limfosit : 8,4 % (25-33)
Monosit : 2,8 % (2-5)
Faal Hemostasis
PPT
Pasien : 9,4 detik 9,4 -11,3
Kontrol : 11,0 detik
INR : 0,9
APTT
Pasien : 26,20 detik 24.6-30,6
Kontrol : 25,9 detik
URINALISIS
Kekeruhan : Jernih
Warna : Kuning
pH : 6,0 4,5-8,0
Berat Jenis : 1,025 1,005-1,030
Glukosa : Negatif Negatif
Protein : trace Negatif
Keton : trace Negatif
Bilirubin : Negatif Negatif
Urobilinogen : 3,2 Negatif
Nitrit : Negatif Negatif
Lekosit : Negatif Negatif
Darah : 3+ Negatif
10x
Epitel : 2,8 / LPK ≤3
Silinder : Negatif / LPK
Hialin : - /LPK ≤2
11
Berbutir : - /LPK Negatif
Lain-lain : - /LPK
40x
Eritrosit : 71,6 /LPB ≤3
Eumorfik : 95%
Dismorfik : 5%
Lekosit : 3,2 / LPB ≤5
Kristal : - / LPB
Bakteri : 5,5 x 103 / mL ≤93 x 103 mL
Lain-lain
Kehamilan : Positif
2.4 Assessment
G4P1001Ab200 gr 39 – 40 minggu T/H
+ ODS Miopia
+ Obesitas
2.5 Planning
Planning diagnosis :-
Planning treatment :
MRS KABER
12
2.5.1 Tatalaksana
Laporan Tindakan persalinan
Tanggal : 11-02-2019
Pukul : 02.00-02.10
Tindakan : SPT B
1. Edukasi pasien mengejan.
2. Dilakukan VT pembukaan lengkap Eff 100%, ketuban (-), presentasi
kepala, denominator UUK jam 12, Hodge 3. Penderita ditidurkan dengan
posisi litotomi. Bersamaan dengan HIS Ibu dipimpin mengejan. Pada saat
kepala merenggang vulva dilakukan episiotomi mediolateral.
3. Dengan tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri mengatur
defleksi kepala dan dengan sub oksiput dibawah symphisis sebagai
hipomoglion, berturut-turut lahirlah UUB, dahi,mulut,dagu, dan akhirnya
lahirlah seluruh kepala. Kepala mengadahkan putar paksi luar, mulut dan
hidung bayi dibersihkan. Kepala dipegang secara biparietal ditarik curam
ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian dielevasi keatas sampai
bahu belakang lahir lalu ditarik sesuai dengan arah sumbu panggul.
4. Lahirlah bayi perempuan
5. Tali pusat dikelm di dua tempat ( 5cm dan 10 cm) diatas abdomen bayi,
dipotong ditengah-tengah kemudian bayi dirawat.
6. Plasenta dilahirkan secara Perengan Tali Pusat Terkendali, berat 500
gram, ukuran diameter 20 cm panjang tali pusat 50 cm
7. Eksplorasi jalan lahir, OBR, cervix, vagina didapatkan luka episiotomi.
8. Dilakukan penjahitan lua episiotomi.
13
Catatan Perkembangan Pasien
11 Februari 2019 dari KABER pukul
12 Februari 2019 Ruang 4 pukul 10.00
04.10
S: post partum S: tidak ada keluhan.
O: K/U cukup, CM, K/L a -/i-, thorax c/p O: K/U cukup, CM, TD: 100/70 mmHg,
dbn, abdomen TFU 2 jari dibawah nadi: 83x/mnt regular, RR: 20x/mnt,
pusat, kontraksi (+) baik, GE suhu: 36,7o C, dyspnea (-), abd:
lochea(+). TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi
A: P2002Ab200 PP SPT B H0+ODS baik, GE lochea(+).
Miopia+Obesitas+BOH A: P2002Ab200 PP SPT B H1+ODS
P: Miopia+Obesitas+BOH
Pindah ruang biasa
Mobilisasi bertahap P: PTx :
Diet TKTP Usul KRS
Drip oksitosin 20iu dalm 500cc RL Cefadroxil 2 x 500 mg,
28 tpm sampai dengan 12 jam post Asam Mefenamat 3 x 500 mg
partum Rob 1 x 1 tab
PO: Cefradoxil 2X500mg Menejemen laktasi
As. Mefenamat 3X500mg
Metergin 3X1
Rob 1X1
PMo :
Subjektif, Vital sign,keluhan
pendarahan
14
15
BAB 3
PERMASALAHAN
3.1 Definisi
Apakah definisi asuhan persalinan normal?
normal ?
16
BAB 4
LANDASAN TEORI
4.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Rustam
4.2.1 His
dari kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang
disebut his pendahuluan atau his palsu, yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari pada kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini tidak teratur
dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha tidak
17
seperti his persalinan. Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila
kuat dengan majunya waktu bertentangan dengan his persalinan yang makin
lama makin kuat. Yang paling penting ialah bahwa his pendahuluan tidak
His persalinan :
Walaupun his itu suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis akan
tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya, bersifat nyeri. Nyeri ini
mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel dalam cervix dan segmen bawah
karena kontraksi atau regangan dan tarikan pada peritoneum waktu kontraksi.
Perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita yang
dipengaruhi oleh kemauan, walaupun begitu dapat dipengaruhi dari luar misalnya
jantung pada his juga ada “pacemakers” yang memulai kontraksi dan mengontrol
frekuensinya.
dalam.
18
Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :
mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot
Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar
tapi jauh lebih kuat lagi. Rupanya waktu kepala sampai pada dasar panggul,
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, kalau pembukaan sudah lengkap
dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak
dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yangpadat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak,
19
tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus
berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena
itu ukuran dan bentuk panggul harus ditrentukan sebelum persalinan dimulai
(Bobak, 2005).
Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk pokok
menjadi cukup sulit, meskipun sang bayi tidak bermasalah dan kontraksi juga
bagus. Bisa jadi panggul terlalu sempit atau bentuknya tidak sempurna seperti
- Diameter antero-posterior
20
4.3 Tatalaksana Asuhan Persalinan Normal
- Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10 cm), sekitar 6 jam.
• Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2 jam
pada multigravida.
• Kala III: segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30
menit.
(WHO,2013)
1. KALA I
Tatalaksana
• Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur sarankan
• Anjurkan suami atau keluarga memjiat punggung atau membasuh muka ibu
21
• Ajari teknik bernapas
Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang
Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air
besar/kecil.
bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 250C dan semua pintu serta
Tatalaksana
Tatalaksana pada kala II, III, dan IV tergabung dalam 58 langkah APN yaitu:
22
• Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
• Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/ atau
vaginanya.
• Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap dalam
wadahnya
• Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih dan
hangat
• Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan
bersih
• Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di
• Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau
kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak
• Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan kristaloid, set infus
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau tisu
bersih.
23
6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10
unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set/ wadah DTT atau steril
7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau
sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan
syarat: kepala sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali/ menit). Ambil
Meneran
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
• Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman.
24
Gambar 1. Posisi setengah duduk
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
4. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang
lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
25
kepala.
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi.
• Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat lewat kepala
bayi.
• Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu gunting di
antaranya.
26
Jangan lupa untuk tetap lindungi leher bayi.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
• Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
• Gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang seperti gambar
berikut :
27
Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
• Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang
• Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk
26. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal.
• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya KECUALI
• Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus
(hamil tunggal).
28. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk
28
membantu uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unitIM
menyuntikkan oksitosin!).
30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada
sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan
sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
• Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting tali
• Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan
simpul kunci.
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada
di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada
kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas
simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
29
tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati, seperti
• Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan
30
menggunakan kedua tangan.
• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
keras).
• Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-
• Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke-45-
60, dan berlangsung selama 10-20 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
31
• Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di
• Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi
• Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam, posisikan
bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama
• Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke
ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan
neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan
kehangatannya.
• Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu
saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian
telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat
kembali.
• Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam
jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
keinginannya.
• Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau
antibiotika lain).
32
• Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2 mg/mL) IM di paha kiri
anterolateral bayi.
• Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu, waktu
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis
• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
• Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus tidak
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan
medis.
49. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15
menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua
33
pascasalin.
• Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascasalin.
50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
• Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal 24 jam
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
diinginkannya.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
Catatan: Pastikan ibu sudah bisa buang air kecil setelah asuhan persalinan
selesai (WHO,2013).
34
BAB 5
PEMBAHASAN
- Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10 cm), sekitar 6 jam.
• Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2 jam
pada multigravida.
• Kala III: segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30
menit.
35
posisi litotomi. Bersamaan dengan HIS Ibu dipimpin mengejan. Pada saat
kepala merenggang vulva dilakukan episiotomi mediolateral.
3. Dengan tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri mengatur
defleksi kepala dan dengan sub oksiput dibawah symphisis sebagai
hipomoglion, berturut-turut lahirlah UUB, dahi,mulut,dagu, dan akhirnya
lahirlah seluruh kepala. Kepala mengadahkan putar paksi luar, mulut dan
hidung bayi dibersihkan. Kepala dipegang secara biparietal ditarik curam
ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian dielevasi keatas sampai
bahu belakang lahir lalu ditarik sesuai dengan arah sumbu panggul.
4. Lahirlah bayi perempuan
5. Tali pusat dikelm di dua tempat ( 5cm dan 10 cm) diatas abdomen bayi,
dipotong ditengah-tengah kemudian bayi dirawat.
6. Plasenta dilahirkan secara Perengan Tali Pusat Terkendali, berat 500
gram, ukuran diameter 20 cm panjang tali pusat 50 cm
7. Eksplorasi jalan lahir, OBR, cervix, vagina didapatkan luka episiotomi.
8. Dilakukan penjahitan lua episiotomi.
5.3 Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah mengarah ke baik (dubia ad bonam)
karena dengan bayi lahir tanpa komplikasi, setelah observasi dua jam post
partum tidak didapatkan keluhan, perdarahan berlebihan, kontraksi uterus baik
dan keadaan umum pasien stabil.
36
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Persalinan adalah suatu proses hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
- Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10 cm), sekitar 6 jam.
• Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2 jam
pada multigravida.
• Kala III: segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30
menit.
37
6.2 Saran
1. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang persiapan
makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi menyusu dini
(IMD).
38
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, et al. 2014. William Obstetrics 24th edition. USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Depkes RI. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di
Indonesia.Jakarta : BAPPENAS
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2014. Profil kesehatan Provinsi Jawa Timur 2014.
Gajah Mada.
UNDP. 2009. Millenium Development Goals. Diunduh pada 2 Maret 2011 dari
http://www.undp.org/mdg/basics.shtml
39