Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hiperglikemia merupakan suatu kondisi dimana kadar glukosa darah

melebihi batas normal. Jika hal ini terjadi terus menerus dan berlangsung

menahun, maka akan mengakibatkan penyakit diabetes mellitus. Hiperglikemia

tejadi ketika tubuh kekurangan insulin dalam jumlah tertentu, dimana kadar

glukosa darah diasup tidak dapat dimanfaaatkan secara efektif sehingga glukosa

dalam darah terlalu tinggi. Diabetes mellitus merupakan suatu sindroma khas yang

ditandai dengan hiperglikemia kronik serta gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan insulin baik relatif

maupun absolut serta gangguan kerja insulin (Dalimartha,2005).

Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah.

Secara medis, pengertian diabetes melitus meluas pada suatu kumpulan aspek

gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan

kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin. Hal ini juga dapat disebabkan oleh

perubahan gaya hidup masarakat, salah satunya adalah pola makan yang

kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast

food. Komposisi makanan cepat saji tersebut banyak mengandung karbohidrat dan

lemak (Prapti, 2004).

Diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula

normal. Peningkatan kadar gula darah ini akan memicu produksi hormon insulin

1
2

oleh kelenjar pankreas. Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling banyak

menyebabkan terjadinya penyakit lain (komplikasi). Komplikasi yang lebih sering

terjadi dan mematikan adalah serangan jantung dan stroke. Hal ini berkaitan

dengan kadar glukosa darah meninggi secara terus-menerus, sehingga berakibat

rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Zat kompleks yang

terdiri dari gula didalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah

menebal. Akibat penebalan ini, maka aliran darah akan berkurang, terutama yang

menuju ke kulit dan saraf (Ranakusuma, 2007).

Prevalensi penyakit diabetes melitus di beberapa negara berkembang

cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini diakibatkan karena

peningkatan kemakmuran di negara tersebut sehingga terjadi perubahan gaya

hidup masyarakat seperti mengkonsumsi makanan cepat saji dan berlemak.

Memakan makanan yang berlebihan dan jarang berolah raga merupakan faktor

yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini (Endang Lanywati, 2006).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 1998 tentang

jumlah penderita diabetes melitus di dunia, Indonesia menduduki ranking ke 6

setelah India, Cina, Rusia, Jepang, dan Brasil. Jumlah penderita Diabetes Mellitus

di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 1995 tercatat

sebanyak 5 juta orang dan pada tahun 2025 nanti diperkirakan mencapai 12 juta

orang (Kompas, 2000). Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah

pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.

Diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula atau

kencing manis diakibatkan oleh kekurangan hormon insulin. Hal ini disebabkan
3

oleh pankreas sebagai produsen insulin tidak memproduksi insulin dalam jumlah

yang cukup besar dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga pembakaran

dan penggunaan karbohidrat menjadi tidak sempurna (Tjokroprawiro, 2006).

Kadar gula darah yang melebihi normal memebuat insulin yang ada tidak

cukup untuk mengubah semua glukosa darah menjadi glikogin, sehingga glukosa

yang berlebih tersebut dikeluarkan dari ginjal melalui cairan tubuh, seperti urin.

Kurangnya hormone insulin mengakibatkan glokosa tidak dapat diubah menjadi

tenaga atau energi dan tertimbun di dalam darah. Sementara itu, kadar gula dalam

darah yang tinggi setelah makan akan merangsang β pulau langerhans untuk

mengeluarkan insulin (Sudewo, 2004).

Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas. Ketika

mengkonsumsi makanan, pankreas mensekresikan insulin menuju ke pembuluh

darah untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah yang lebih lanjut dan

menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Insulin merupakan

parameter yang dipilih, sebab insulin merupakan salah satu parameter yang

spesifik pada diabetes mellitus tipe 2.

Penyakit diabetes melitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik

disertai berbagai kelainana metabolik akibat gangguan hormonal. Penyebabnya

adalah berkurangnya hormon insulin yang dihasilkan oleh sekelompok sel beta di

kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa dalam sel

tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi dalam tubuh tidak bisa diserap semua dan

tidak mengalami metabolisme sel. Kadar glukosa yang berlebih tersebut

dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urin sehingga menyebabkan


4

seseorang banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat badan (Douglas,

2001).

Diabetes mempunyai tiga gejala utama, yaitu :meningkatnya rasa haus,

meningkatnya rasa lapar, dan meningkatnya buang air kecil. Ada dua tipe utama

diabetes melitus, yaitu tipe I dikenal dengan sebutan IDDM (Insulin Dependent

Diabetes Mellitus) yang terjadi karena destruksi autoimun, factor genetik dan

infeksi virus; tipe II dikenal dengan sebutan NIDDM (Non Insulin Dependent

Diabetes Mellitus) yang terjadi karena hipofungsi sel-sel beta pancreas bersama

resistensi insulin yang meningkat. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan jenis

diabetes yang mencakup lebih lebih dari 90% seluruh populasi diabetes di

Indonesia (Rahardja, 2003).

Penyakit diabetes mellitus memerlukan pengobatan jangka panjang dan

biaya yang mahal, sehingga perlu mencari obat anti diabetes yang relatif murah

dan terjangkau masyarakat. Pada tahun 1980 WHO merekomendasikan agar

dilakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki efek menurunkan kadar

gula darah karena pemakaian obat modern kurang aman (Lanywati, 2006).

Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit diabetes adalah yang

mampu menghambat absorbsi glukosa pada usus, yang merangsang sintesa insulin

di pankreas, dan yang ketiga adalah insulin dari luar yang menggantikan insulin

yang produksinya tidak ada atau kurang. Obat-obatan yang bereaksi cepat itu

membuat obat-obatan tradisional seperti jamu dan ramu-ramuan menjadi

ketinggalan zaman. Namun kenyataan membuktikan bahan pengobatan tradisional


5

mempunyai banyak kelebihan, misalnya tingkat bahaya lebih rendah dari pada

obat-obatan kimia (Munktiningsih, 2001 dalam Marthiandini, 2004).

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan

keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu ± 40.000 jenis tumbuhan dan

banyak dari masyarakat Indonesia yang memanfaatkan tumbuhan yang ada

sebagai obat tradisional. Sudah sekitar 1300 jenis tumbuhan yang ada di Indonesia

digunakan sebagai obat tradisional (Muktiningsih, 2001).

Sejak dahulu pengobatan secara tradisional sudah digunakan oleh

masyarakat Indonesia. Indonesia dengan iklim tropis yang memiliki kekayaan

alam khususnya keanekaragaman hayati belum dimanfaatkan secara maksimal.

Dengan demikian masyarakat dapat memanfaatkan tanaman di lingkungannya

masing-masing sehingga biaya pengobatan dapat dikurangi. Berdasarkan alasan

tersebut maka diambil salah satu cara pengobatan alternatif dengan memakai

bahan obat dari alam yang disebut terapi herbal. Terapi herbal yang dimaksud

adalah suatu proses penyembuhan diabetes mellitus dengan menggunakan

berbagai organ tanaman yang berkhasiat obat. Salah satunya menggunakan

tanaman pare (Tabrani, 2005).

Daun dan buah pare mengandung momordicin dan charantin. Momordicin

adalah sejenis glukosida yang terkandung dalam pare yang mampu menurunkan

kadar gula dalam darah dan membantu pankreas menghasilkan insulin. Sedangkan

charantin adalah sejenis alkaloid yang disebut juga sebagai phytoinsulin.

Phytoinsulin merupakan insulin yang berasal dari tumbuhan. Manfaat dari

charantin ini adalah menstimulasi sel beta kelenjar pankreas tubuh untuk
6

memproduksi insulin lebih banyak yang memiliki efek menurunkan kadar gula

darah ((Azwar, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Berbagai Dosis Ekstrak Daun dan Buah Pare

(Momordica charantia) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada

Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Hiperglikemia

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah pemberian berbagai jenis ekstrak pare mempengaruhi penurunan

kadar glukosa darah pada tikus putih jantan hiperglikemia?

2. Apakah pemberian berbagai dosis jenis ekstrak pare mempengaruhi penurunan

kadar glukosa darah pada tikus putih jantan hiperglikemia?

3. Apakah interaksi antara berbagai jenis ekstrak pare dalam berbagai dosis

mempengaruhi perbedaan kadar glukosa darah tikus putih jantan

hiperglikemia?

4. Pada pemberian jenis ekstrak pare manakah yang memiliki pengaruh efektif

dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan hiperglikemia?

5. Pada pemberian dosis jenis ekstrak pare berapakah yang memiliki pengaruh

efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan

hiperglikemia?
7

6. Pada pemberian jenis ekstrak pare dan pemberian dosis berapakah memiliki

pengaruh efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih

jantan hiperglikemia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pemberian jenis ekstrak pare dalam mempengaruhi

perbedaan penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan hiperglikemia.

2. Untuk menganalisis pemberian berbagai dosis jenis ekstrak pare dalam

mempengaruhi perbedaan penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan

hiperglikemia.

3. Untuk menganalisis interaksi antara jenis ekstrak pare dalam mempengaruhi

perbedaan penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan hiperglikemia.

4. Untuk menentukan pada pemberian jenis ekstrak pare manakah yang memiliki

pengaruh efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih

jantan hiperglikemia.

5. Untuk menentukan pada pemberian berbagai dosis jenis ekstrak pare

berapakah yang memiliki pengaruh efektif dalam menurunkan kadar glukosa

darah pada tikus putih jantan hiperglikemia.

6. Untuk menentukan pada pemberian jenis ekstrak pare dan pemberian dosis

berapakah yang memiliki pengaruh efektif dalam menurunkan kadar glukosa

darah pada tikus putih jantan hiperglikemia.


8

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan melalui penelitian ini, dapat diperoleh manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat bagi pendidikan yaitu dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumber belajar biologi dalam bidang kesehatan masyarakat dan fitofarmaka

serta pemanfaatan daun dan buah pare terhadap penurunan kadar glukosa

darah.

2. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai

manfaat daun dan buah pare terhadap penurunan kadar glukosa darah.

3. Manfaat bagi masyarakat yaitu memberikan informasi kepada masyarakat

tentang pemanfaatan daun dan buah pare sebagai obat alternatif yang berhasiat

untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah yang dapat mengurangi resiko

terjadinya diabetes mellitus dan aman bagi kesehatan.

1.5 Batasan Penelitian

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka

perlu diberikan batasan-batasan penelitian agar tidak menyimpang dari rumusan

masalah. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Peneliti hanya melihat pengaruh jenis ekstrak pare terhadap penurunan kadar

glukosa darah pada tikus putih jantan percobaan.

2. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan buah tumbuhan pare.
9

3. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis pemberian jenis

ekstrak pare yaitu 0 mg/100g BB (kontrol aquades), 100 mg/100g BB, 133

mg/100g BB, 166 mg/100g BB.

4. Obyek yang diteliti adalah tikus putih jantan yang telah mengalami

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia).

1.6 Definisi Istilah

1. Dosis adalah takaran obat untuk sekali pakai yang harus diberikan pada satu

waktu (Dorland, 2008).

2. Jenis ekstrak pare adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari daun dan buah pare dengan menggunakan pelarut etanol,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk

yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Duke, 2007).

3. Penurunan kadar glukosa darah adalah mekanisme berkurangnya volume

kadar gula dalam darah.

4. Tikus putih jantan adalah hewan yang digunakan sebagai objek dalam

penelitian yang merupakan hewan mamalia dari family Muridae (Herawati,

2001).

5. Hiperglikemia adalah ketika tubuh kekurangan insulin dalam jumlah tertentu,

dimana kadar glukosa yang diasup tidak dapat dimanfaatkan secara efektif

sehingga kondisi kadar glukosa dalam darah melebihi normal (Dalimartha,

2005).

Anda mungkin juga menyukai