Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/282295455

Determination of Minimum Miscibility Pressure at AB-4 and AB-5 Layers of


Air Benakat Formation-South Sumatra Basin Based on Experiments,
Simulations, Equation of State, and Correla...

Article · April 2015

CITATIONS READS

0 257

2 authors:

Muslim Bin Darbi Abdurrahman Asep Kurnia Permadi


Universitas Islam Riau Bandung Institute of Technology
25 PUBLICATIONS   19 CITATIONS    54 PUBLICATIONS   53 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Preliminary Study CO2 EOR in Indonesia View project

Flow Assurance View project

All content following this page was uploaded by Muslim Bin Darbi Abdurrahman on 30 September 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 0216-6410

Jurnal Teknologi Minyak dan Gas Bumi


JTMGB

Volume 7 Nomor 1 April 2015

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia


Society of Indonesian Petroleum Engineers

Jakarta
JTMGB Vol. 7 No. 1 Hal. 1-62 ISSN 0216-6410
April 2015
Penentuan Tekanan Tercampur Minimum Pada Lapisan AB-4 dan AB-5
Formasi Air Benakat-Cekungan Sumatera Selatan Berdasarkan Eksperimen,
Simulasi, Persamaan Keadaan, dan Korelasi

Determination of Minimum Miscibility Pressure at AB-4 and AB-5 Layers of Air


Benakat Formation-South Sumatra Basin Based on Experiments,
Simulations, Equation of State, and Correlations

Muslim1 dan A.K. Permadi2


1Sejong University, Seoul, Korea Selatan
2Institut Teknologi Bandung, akp@tm.itb.ac.id

Abstrak

Setelah tahap primer (atau tahap sekunder), proses produksi masih menyisakan sejumlah minyak yang
cukup besar. Kondisi ini terjadi di Lapisan AB-4 dan AB-5 di mana jumlah minyak yang tertinggal setelah tahap
primer sebesar masing-masing 47 % dan 90% dari jumlah minyak awal di tempat. Dengan demikian, ada potensi
untuk menambah cadangan dan meningkatkan produksi dari kedua lapisan tersebut melalui metode enhanced
oil recovery (EOR). Metode injeksi gas CO2 sedang dipertimbangkan untuk diterapkan berdasarkan sifat fluida
reservoir yaitu jenis minyak ringan dengan viskositas rendah.
Studi ini bertujuan untuk menentukan minimum miscibility pressure (MMP) antara gas CO2 dan minyak
di kedua reservoir tersebut. Studi dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) metode secara bersamaan, yaitu
eksperimen menggunakan metode slim tube, simulasi numerik satu-dimensi, persamaan keadaan (equation of
state, EOS), dan korelasi.
Dibandingkan dengan hasil eksperimen, hasil simulasi memberikan perbedaan terkecil yaitu sebesar
0.48 % - 2.04 % untuk kedua lapisan pada berbagai temperatur yang digunakan dalam studi ini diikuti oleh hasil
dari EOS dan korelasi. Faktor utama yang menyebabkan perbedaan antara hasil eksperimen dan simulasi adalah
minyak yang digunakan, yaitu live oil dalam simulasi dan dead oil dalam eksperimen.
Penggunaan berbagai metode dapat memberikan rentang harga MMP yang lebih dapat dipercaya dimana
hasil eksperimen digunakan sebagai rujukan utama. Temperatur adalah faktor yang sangat dominan terhadap hasil
penentuan MMP. Semakin tinggi temperatur, tekanan yang diperlukan untuk terjadi pencampuran (miscibility)
antara gas CO2 dengan fluida reservoir semakin besar.
Kata kunci: minimum miscibility pressure, CO2, slim tube, EOS, korelasi.

Abstract

After the primary (or secondary) stage of production, significant amount of oil may still remain in the
reservoir. This condition occurs at AB-4 and AB-5 Layers where the remaining oil after the primary process is found
to be about 47% and 90% of its initial oil volume, respectively. Thus, there is possibility to increase the reserves
and to enhance the production from both reservoirs by applying an enhanced oil recovery (EOR) method. The CO2
injection method is being considered to be implemented as the oil is light with low-enough viscosity.
The objective of this study is to determine the minimum miscibility pressure (MMP) between CO2
and the reservoir oil. The investigation uses 4 (four) methods simultaneously, i.e. slim tube experiment, one-
dimensional numerical simulation, equation of state (EOS), and correlations.
Comparing with that of the slim tube experiment, the simulation provides the nearest result with the
difference of between 0.48 % - 2.04 % for both layers at various temperatures used in this study followed
by that of EOS and correlations. The main factor causing the difference between the experiment and the
simulation results is the oil used, i.e. live oil in the simulations and dead oil in the experiments.
The use of various methods may provide the range of MMP values that are more convincing with the main
reference is based on the experiment result. The temperature plays the dominating role in determining the MMP. The
higher the temperature, the higher the pressure to create miscibility between CO2 and the reservoir fluid.
Keywords: minimum miscibility pressure, CO2 , slim tube, EOS, correlations.

53
JTMGB, Vol. 7 No. 1 April 2015: 53-62
54

I. Pendahuluan minimum miscibility pressure (MMP). Data ini


menentukan besarnya tekanan minimum yang
Kebutuhan minyak bumi sebagai diperlukan sehingga gas yang diinjeksikan dapat
sumber energi semakin meningkat dengan tercampur dengan minyak pada kondisi reservoir.
berkembangnya perekonomian Indonesia saat Perolehan minyak menjadi lebih maksimal jika
ini. Di sisi lain, cadangan dan produksi minyak injeksi dilakukan pada atau di atas MMP. Metode
Indonesia mengalami penurunan sejak 1997 yang sering digunakan untuk menentukan MMP
(SKKMIGAS, 2012). Terdapat beberapa faktor antara lain eksperimen slim tube di laboratorium,
yang menyebabkan turunnya produksi dan yang simulasi, persamaan keadaan (EOS), dan korelasi.
paling utama adalah kondisi lapangan yang sudah Studi ini bertujuan untuk menentukan
tua atau mature (SKKMIGAS, 2012). Sebagian MMP dengan menggunakan keempat metode
besar lapangan minyak telah mencapai puncak di atas secara bersamaan. Metode eksperimen
produksi (peak production) dan setelah fase ini slim tube menjadi acuan dalam studi ini. Metode
produksi mengalami penurunan secara alamiah. lainnya digunakan sebagai pembanding untuk
Peningkatkan produksi minyak bumi meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap
dapat dilakukan dengan beberapa metode. Cara hasil eksperimen. Hasil studi ini diharapkan
yang bersifat jangka pendek di antaranya dengan dapat menjadi acuan dalam mendesain injeksi
melakukan stimulasi, workover, dan infill drilling. gas CO2 di kedua lapisan pada waktu yang akan
Beberapa cara tersebut dapat meningkatkan datang. Berdasarkan harga MMP, injeksi CO2
laju produksi namun tidak dapat menambah dapat dilakukan dengan mekanisme injeksi
jumlah cadangan. Usaha yang dilakukan untuk tercampur (miscible) atau injeksi tidak tercampur
meningkatkan produksi dalam jangka panjang dan (immiscible) serta disesuaikan dengan kondisi
menambah cadangan adalah dengan melakukan tekanan reservoir terkini.
secondary recovery atau dengan melakukan
enhanced oil recovery (Lake, 1989). Metode II. Metode
enhanced oil recovery (EOR) yang telah terbukti
memberikan hasil yang signifikan adalah steam Penentuan MMP dalam studi ini
flood dan injeksi gas Karbon Dioksida (CO2). dilakukan dengan menggunakan 4 (empat)
Lapisan AB-4 dan AB-5 merupakan metode secara bersamaan, yaitu eksperimen
dua reservoir yang terletak di Cekungan menggunakan slim tube, simulasi satu-dimensi
Sumatera Selatan dan memiliki light crude oil menggunakan software komersial dari Computer
dengan viskositas yang cukup rendah. Jumlah Modelling Group (CMG) yaitu Gem Versi
original oil in-place (OOIP) adalah sebesar 2013, persamaan keadaan (EOS) menggunakan
6 MMSTB dan 25 MMSTB untuk masing- Winprop, dan beberapa korelasi. Contoh minyak
masing lapisan. Kumulatif produksi sebesar 3.2 yang digunakan berasal dari Formasi Air Benakat
MMSTB dari Lapisan AB-4 atau sekitar 53% Lapisan AB-4 dan AB-5. Komposisi minyak untuk
dan 2.5 MMSTB dari Lapisan AB-5 atau sebesar kedua lapisan diperlihatkan pada Tabel 1 dan 2
10%. Berdasarkan data yang tersedia, terdapat dan sifat fisik minyak serta reservoir ditunjukkan
peluang yang cukup besar untuk meningkatkan pada Tabel 3. Temperatur yang digunakan adalah
produksi dan cadangan. Metode EOR yang 140 oF dan 150 oF untuk Lapisan AB-4 dan 150
sedang dipertimbangkan untuk dilaksanakan oF dan 158 oF untuk Lapisan AB-5. Gas CO
2
adalah injeksi gas CO2. Pertimbangan untuk yang digunakan mempunyai tingkat kemurnian
menggunakan metode ini antara lain karena jenis 99.99%.
minyak yang terkandung, kedalaman reservoir,
dan sumber CO2 dari lapangan sekitarnya. II.1 Eksperimen Slim Tube
Berdasarkan literatur dan pengalaman beberapa
lapangan yang telah melakukan injeksi gas Slim tube adalah sebuah pipa yang terbuat
CO2, metode ini dapat memberikan peningkatan dari stainless steel yang mempunyai diameter
perolehan sebesar 5% sampai 20 % (Lake, 1989). kecil dengan panjang tertentu. Di dalamnya berisi
Sebelum dilakukan injeksi gas CO2 pada pasir kwarsa dengan permeabilitas dan porositas
Lapisan AB-4 dan AB-5, perlu diketahui data yang nilainya sudah diketahui. Karakteristik
Penentuan Tekanan Tercampur Minimum Pada Lapisan AB-4 dan AB-5 Formasi Air Benakat-
Cekungan Sumatera Selatan Berdasarkan Eksperimen, Simulasi, Persamaan Keadaan, dan
Korelasi (Muslim, A.K. Permadi) 55

dan peralatan slim tube yang digunakan untuk 2007). Persamaan keadaan yang digunakan
eksperimen dalam studi ini ditunjukkan pada adalah persamaan Peng-Robinson (1978). Model
Tabel 4 dan Gambar 1. viskositas yang digunakan adalah korelasi Jossi-
Eksperimen dimulai dengan Stiel-Thodos dengan aqueous phase salinity
menginjeksikan sampel minyak ke dalam slim (konsentrasi NaCL) = 0. Minyak diperlakukan
tube sejumlah 184 ml atau 2 pore volume (PV). sebagai komponen primer dan gas CO2 sebagai
Jumlah ini ditentukan berdasarkan volume pori komponen sekunder. Metode EOS yang digunakan
pada slim tube dimana volume pori tersebut merupakan “tool” yang tersedia dalam CMG
telah diketahui sebesar 92 ml. Minyak yang software yaitu Winprop Versi 2013. Tahapan
diinjeksikan sejumlah 2 PV tersebut didasarkan pengerjaan yang dilakukan adalah sebagai
pada anggapan dapat menjenuhi slim tube berikut: masukkan data komposisi minyak,
100%. Sebuah Isco Pump D260 digunakan sesuaikan tekanan dan temperatur reservoir
untuk mengatur laju alir gas dan sampel minyak dengan data lapangan atau data laboratorium,
sesuai dengan laju alir yang diinginkan. Total dan gunakan komposisi gas injeksi yang sama
volume gas yang diinjeksikan ke dalam slim tube yaitu dengan tingkat kemurnian 99.99%. Setelah
adalah sebesar 1.2 PV dengan laju alir injeksi dilakukan running, keluaran yang diperoleh
gas konstan sebesar 0.2 cc/menit. Pengaturan adalah besaran MMP berdasarkan komposisi
tekanan di dalam slim tube menggunakan back minyak dan temperatur yang telah ditentukan.
pressure regulator (BPR) dengan kapasitas 5,000
psia. Tekanan injeksi yang diberikan mulai dari II.4 Korelasi
1,000 psia sampai 2,500 psia dan setiap volume
minyak yang diproduksikan pada setiap tekanan Sebanyak 7 (tujuh) korelasi digunakan
ditampung. untuk menentukan MMP dalam studi ini.
Volume minyak yang terkumpul pada Sebagian korelasi memerlukan input data seperti
setiap tekanan tersebut dikonversi menjadi faktor temperatur reservoir dan API-gravity minyak.
perolehan (recovery factor, RF). Selanjutnya Sebagian korelasi lainnya memerlukan data
recovery factor diplot terhadap tekanan sehingga yang lebih banyak seperti temperatur reservoir,
menghasilkan sebuah grafik. MMP kemudian komponen C2-C6, komponen CH4, dan N2 yang
ditentukan berdasarkan grafik tersebut dengan terkandung di dalam minyak (Ahmed, 2007).
melihat break-over point yang terjadi. Ketujuh korelasi tersebut adalah: National
Petroleum Council (1976), Cronquist (1978),
II.2 Simulasi Numerik Satu-Dimensi Yellig-Metcalfe (1980), Johnson-Pollin (1981),
Glaso (1985), Yuan, et al. (2005), dan Petroleum
Simulasi dilakukan sebagai salah satu Recovery Institute (Ahmed, 2007 dan Stalkup,
metode selain eksperimen dan digunakan sebagai 1984).
pembanding terhadap hasil ekperimen. Simulator
yang digunakan adalah Gem Versi 2013 dari III. Hasil
CMG. Model satu-dimensi dibuat untuk meniru
keadaan slim tube dengan ukuran sebagai berikut: III.1 Eksperimen Slim Tube
arah-i = 20 x 2.04 ft, arah-j = 1 x 0.013267 ft dan
ketebalan grid = 0.013267 ft, seperti ditunjukkan Hasil eksperimen slim tube memberikan
pada Gambar 2. Data yang digunakan dalam nilai MMP pada temperatur yang ditetapkan. MMP
ditentukan berdasarkan break-over point (BOP)
model disesuaikan dengan data yang digunakan
seperti terlihat pada Gambar 3 sampai 5. Gambar
dalam eksperimen. Data tersebut antara lain
3 menunjukkan miscibility terjadi di Lapisan
porositas, permeabilitas, komposisi minyak, sifat
AB-4 pada tekanan 1,680 psia untuk temperatur
fisik minyak, temperatur reservoir, dan tekanan.
150 oF dan Gambar 4 menunjukkan miscibility
II.3 Persamaan Keadaan (EOS) terjadi di Lapisan AB-5 pada tekanan 1,700 psia
untuk temperatur 150 oF. Sedangkan Gambar 5
Metode selanjutnya yang digunakan menunjukan miscibility terjadi di Lapisan AB-5
adalah persamaan keadaan atau EOS (Ahmed, pada tekanan 1,960 psia untuk temperatur 158 oF.
JTMGB, Vol. 7 No. 1 April 2015: 53-62
56

III.2 Simulasi Numerik Satu-Dimensi miscible injection) sehingga memberikan tingkat


perolehan yang maksimal (Jarrell, et al., 2002).
Data keluaran simulasi digunakan untuk Metode penentuan MMP yang digunakan secara
menentukan MMP seperti ditunjukkan oleh bersamaan dalam studi ini adalah pengukuran
Gambar 6 sampai 9. Gambar 6 menunjukan di laboratorium menggunakan slim tube (Yellig,
miscibility terjadi di Lapisan AB-4 pada tekanan et al., 1980), simulasi numerik satu-dimensi,
1,544 psia untuk temperatur 140 oF. Gambar 7 menggunakan persamaan keadaan (EOS) dan
menunjukan misciblility terjadi di Lapisan AB-4 korelasi. Ringkasan hasil dari masing-masing
pada tekanan 1,672 psia untuk temperatur 150 metode dapat dilihat pada Tabel 7.
oF. Gambar 8 menunjukan miscibility terjadi di Di dalam berbagai literatur dinyatakan
Lapisan AB-5 pada tekanan 1,670 psia untuk bahwa hasil slim tube biasanya digunakan sebagai
temperatur 150 oF. Gambar 9 menunjukan acuan dalam menentukan MMP (Elsharkawy,
miscibility terjadi di Lapisan AB-5 pada tekanan 1996). Eksperimen untuk menentukan MMP
1,920 psia untuk temperatur 158 oF. dilakukan pada kedua Lapisan AB-4 dan AB-5
dengan rentang harga temperatur reservoir
III.3 Persamaan Keadaan (EOS) tertentu. Hasil pengukuran menunjukan kenaikan
temperatur memberikan nilai MMP yang lebih
Keluaran Winprop adalah MMP hasil dari tinggi. Oleh karena itu, diperlukan tekanan injeksi
penggunaan suatu persamaan keadaan. Gambar yang lebih besar untuk mencapai miscibility.
10 sampai 25 menunjukkan proses miscibility Kenyataan ini sesuai dengan hasil yang diperoleh
yang terjadi pada masing-masing lapisan. Gambar oleh peneliti sebelumnya (Holm and Josendal,
tersebut berupa rangkaian ternary diagram yang 1982 dan 1974). Dengan menggunakan metode
menunjukan proses terjadinya miscibility pada eksperimen slim tube, MMP pada Lapisan AB-5
berbagai temperatur. Gambar 10 sampai 13 diperoleh sebesar 1,700 psia untuk temperatur
menunjukkan proses miscibility yang terjadi 150 oF dan 1,960 psia untuk temperatur 158 oF.
di Lapisan AB-4 yaitu pada tekanan 1,650 psia Kenaikan temperatur sekitar 8 oF memberikan
dengan temperatur 140 oF. Gambar 14 sampai kenaikan MMP sebesar 260 psia. Dengan
17 menunjukan proses miscibility yang terjadi demikian, semakin besar kenaikan temperatur
di Lapisan AB-4 yaitu pada tekanan 1,750 psia akan menaikkan tekanan yang dibutuhkan secara
dengan temperatur 150 oF. Gambar 18 sampai signifikan untuk terjadi miscible. Perlu dicatat di
21 menunjukan proses miscibility yang terjadi sini bahwa pada Lapisan AB-4 dengan temperatur
di Lapisan AB-5 yaitu pada tekanan 1,780 psia 140 oF tidak dilakukan eksperimen slim tube
dengan temperatur 150 oF. Gambar 22 sampai karena keterbatasan waktu pada saat pelaksanaan
25 menunjukkan proses miscibility yang terjadi eksperimen. Satu set pekerjaan eksperimen (satu
di Lapisan AB-5 yaitu pada tekanan 1,870 psia harga temperatur dengan beberapa harga tekanan)
dengan temperatur 158 oF. memerlukan waktu eksperimen sekitar 3-4
bulan; sehingga untuk 3 harga temperatur waktu
III.4 Korelasi eksperimen yang dibutuhkan hampir 1 tahun.
Dari grafik hasil plot antara tekanan
MMP yang dihasilkan dari penggunaan dan recovery factor, data hasil eksperimen
korelasi pada Lapisan AB-4 dan AB-5 dengan tidak memberikan grafik yang halus (smooth)
temperatur yang telah ditetapkan dapat dilihat seperti ditunjukkan pada Gambar 3 sampai 5.
masing-masing pada Tabel 5 dan 6. Hal ini merupakan salah satu kekurangan dari
eksperimen dalam menentukan MMP yang
IV. Pembahasan kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor
termasuk di antaranya ketidak-akuratan peralatan
Studi ini ditujukan untuk menentukan dan kesalahan operator (human error) pada saat
minimum miscibility pressure (MMP) yang melakukan eksperimen. Walaupun demikian,
diperlukan agar CO2 dan minyak dapat tercampur dari kecenderungn kurva yang dihasilkan (curve
pada kondisi reservoir. Dengan demikian, dapat trends), data hasil eksperimen tersebut masih
direncanakan injeksi CO2 tercampur (CO2 dapat digunakan untuk menentukan MMP.
Penentuan Tekanan Tercampur Minimum Pada Lapisan AB-4 dan AB-5 Formasi Air Benakat-
Cekungan Sumatera Selatan Berdasarkan Eksperimen, Simulasi, Persamaan Keadaan, dan
Korelasi (Muslim, A.K. Permadi) 57

Simulasi 1-D dilakukan untuk menentukan MMP psia, yaitu jika menggunakan korelasi Cronquist,
dengan menggunakan data live oil. Hasil simulasi dan harga MMP tertinggi sebesar 4,013 psia,
memiliki perbedaan yang relatif kecil terhadap yaitu jika menggunakan korelasi Glaso untuk
hasil eksperimen. Perbedaan tersebut sebesar temperatur 140 oF. Sedangkan pada temperatur
0.48 % untuk temperatur 150 oF pada Lapisan 150 oF, harga MMP terendah sebesar 1,274
AB-4. Sedangkan pada Lapisan AB-5 untuk psia (korelasi Cronquist) dan tertinggi sebesar
temperatur 150 oF dan 158 oF perbedaan tersebut 4,231 psia (korelasi Glaso). Pada Lapisan AB-
masing-masing sebesar 1.76 % dan 2.04 %. Data 5, harga MMP terendah sebesar 1,129 psia,
keluaran simulasi menghasilkan grafik yang yaitu jika menggunakan korelasi Yuan, et al.
berbentuk relatif sama dengan grafik data hasil dan harga tertinggi sebesar 4,352 psia, yaitu jika
eksperimen seperti ditunjukkan pada Gambar 6 menggunakan korelasi Glaso untuk temperatur
sampai 9. Tidak seperti pada proses/pekerjaan 150 oF. Sedangkan pada temperatur 158 oF, harga
eksperimen, simulasi melakukan perhitungan MMP terendah sebesar 1,203 psia (korelasi Yuan,
tanpa keterlibatan human error sehingga proses et al.) dan tertinggi sebesar 4,517 psia (korelasi
perhitungan tersebut dapat memberikan hasil Glaso). Berdasarkan hasil perhitungan korelasi,
yang akurat jika input data yang diberikan sesuai harga MMP yang mendekati hasil eksperimen
dengan yang di gunakan pada saat eksperimen; untuk kedua lapisan adalah MMP yang dihasilkan
tentu dengan anggapan model yang digunakan oleh korelasi Yellig-Metcalfe. Dari korelasi ini,
dalam simulasi tersebut sudah tepat. untuk Lapisan AB-4 diperoleh MMP sebesar
Penentuan MMP berdasarkan persamaan 1,871 psia pada temperatur 150 oF; yaitu dengan
keadaan dilakukan dengan menggunakan “tool” perbedaan sebesar 11.4%. Sedangkan untuk
yang terdapat dalam Winprop. Proses miscibility Lapisan AB-5 diperoleh MMP sebesar 1,883 psia
yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar pada temperatur 150 oF; yaitu dengan perbedaan
10 sampai 25. Dengan melakukan injeksi gas, sebesar 10.76 %. Sedangkan pada temperatur
sebagian komponen minyak diekstrak oleh CO2. 158 oF, diperoleh MMP sebesar 1,981 psia; yaitu
Proses ini dinamakan vaporizing mechanism. dengan perbedaan sebesar 1.07 %.
Pada gambar-gambar tersebut dapat dilihat bahwa Setiap korelasi memberikan hasil dengan
dengan injeksi CO2 tekanan reservoir meningkat perbedaan yang signifikan karena perbedaan
hingga pada tekanan tertentu terjadi keadaan asumsi yang digunakan dalam setiap korelasi.
tercampur (miscible), di mana fasa gas dan fasa Dengan demikian, setiap korelasi mempunyai
minyak menjadi satu fasa. Hal ini dapat dilihat tingkat akurasi hasil yang tinggi hanya pada
pada Gambar 13, 17, 21, dan 25. Gambar tersebut kondisi reservoir tertentu. Hal ini mengisyaratkan
menunjukkan zona atau area 2 fasa sudah tidak bahwa penggunaan korelasi harus selalu disertai
terbentuk saat miscible sudah terjadi. Selisih perhatian terhadap keadaan reservoir dan
harga MMP dengan menggunakan EOS terhadap ketersediaan data yang dimiliki.
harga MMP hasil eksperimen sebesar 4.17 %
untuk Lapisan AB-4 dengan temperatur 150 V. Kesimpulan
oF. Sedangkan untuk Lapisan AB-5 perbedaan

tersebut sebesar 4.71 % untuk temperatur 150 Hasil studi yang telah dilakukan
oF dan 4.59 % untuk temperatur 158 oF. Seperti memberikan beberapa kesimpulan sebagai
dalam hal perbedaan hasil simulasi, perbedaan berikut:
harga MMP dari EOS terhadap eksperimen ini 1. Hasil eksperimen slim tube merupakan
kemungkinan juga disebabkan oleh perbedaan rujukan utama dalam menentukan minimum
minyak yang digunakan, yaitu dead oil dalam miscibility pressure (MMP) untuk kedua
eksperimen dan live oil dalam perhitungan EOS. Lapisan AB-4 dan AB-5.
Sebanyak 7 (tujuh) korelasi telah 2. Kenaikan temperatur menyebabkan naiknya
digunakan untuk menentukan MMP. Hasil tekanan yang dibutuhkan agar terjadi
perhitungan korelasi untuk masing-masing miscibility antara CO2 dengan minyak pada
lapisan pada kedua harga temperatur dapat kondisi reservoir.
dilihat pada Tabel 5 dan 6. Pada Lapisan AB-4, 3. Metode yang menghasilkan MMP yang
harga MMP terendah diperoleh sebesar 1,206 mendekati hasil eksperimen berturut-turut
JTMGB, Vol. 7 No. 1 April 2015: 53-62
58

adalah metode simulasi, diikuti metode CMG Software, Winprop User’s Guide, 2013.
persamaan keadaan dan metode korelasi. Computer Modelling Group, Calgary, Alberta,
Metode korelasi selayaknya digunakan untuk Canada.
reservoir dengan keadaan yang sesuai dengan Elsharkawy, A.M., 1996. Measuring CO2 MMP: Slim
anggapan yang digunakan dalam korelasi tube or Rising Bubble Method? Energy and Fuel
(March. 1996) 10, 2.
tersebut.
Holm, L.W., dan Josendal, V.A., 1982. Effect of Oil
4. Penggunaan lebih dari satu metode dalam Composition on Miscible-Type Displacement by
menentukan MMP memberikan tingkat Carbon Dioxide. Society of Petroleum Engineers
kepercayaan yang lebih tinggi terhadap harga Journal (Feb. 1982) 22, 01.
MMP yang dihasilkan. Holm, L.W., dan Josendal, V.A., 1974. Mechanism
5. Walaupun hasil yang diperoleh layak of Oil Displacement by Carbon Dioxide. Journal
digunakan sebagai rujukan utama, metode Petroleum Technology (Dec. 1974) 26, 12.
eksperimen seperti slim tube membutuhkan Jarrell, P.M., Fox, C., Stein, M., dan Webb, S.,
waktu pengerjaan yang lama dan biaya yang 2002. Practical Aspects of CO2. Flooding.
tinggi. Hasil eksperimen sebaiknya tetap SPE Monograph Series, Society of Petroleum
dibandingkan dengan metode lain sehingga Engineers of AIME, Dallas, TX.
Lake, L.W., 1989. Enhanced Oil Recovery. Prentice
diperoleh kisaran harga MMP yang lebih
Hall, New Jersey.
dapat dipercaya. SKKMIGAS, 2012. Laporan Tahunan 2012.
Stalkup Jr., F. I., 1984. Miscible Displacement. SPE
Referensi Monograph Series (Second Printing), Society of
Petroleum Engineers of AIME, Dallas, TX.
Ahmed, T., 2007. Equation of State and PVT Analysis. Yellig, W.F., dan Metcalfe, R.S., 1980. Determination
Gulf Publishing Company, Houston, Texas. and Prediction of CO2 Minimum Miscibility
CMG Software, Gem User’s Guide, 2013. Computer Pressure. Journal of Petroleum Technology (Jan.
Modelling Group, Calgary, Alberta, Canada. 1980) 32, 01.

Lampiran

Tabel 1. Komposisi minyak pada Lapisan AB-4 Tabel 2. Komposisi minyak pada Lapisan AB-5

Tabel 3. Karakteristik minyak dan data reservoir Tabel 4. Data slim tube
Penentuan Tekanan Tercampur Minimum Pada Lapisan AB-4 dan AB-5 Formasi Air Benakat-
Cekungan Sumatera Selatan Berdasarkan Eksperimen, Simulasi, Persamaan Keadaan, dan
Korelasi (Muslim, A.K. Permadi) 59

Tabel 5. MMP Lapisan AB-4 dari Korelasi pada 140 oF dan 150 oF

Tabel 6. MMP Lapisan AB-5 dari Korelasi pada 150 oF dan 158 oF

Tabel 7. Perbandingan MMP dengan berbagai metode

Gambar 1. Peralatan slim tube (Laboratorium EOR Sejong Gambar 2. Model simulasi slim tube 1-D.
University).

Gambar 3. MMP Lapisan AB-4 @ 150 oF. Gambar 4. MMP Lapisan AB-5 @ 150 oF.
JTMGB, Vol. 7 No. 1 April 2015: 53-62
60

Gambar 5. MMP Lapisan AB-5 @ 158 oF. Gambar 6. MMP Lapisan AB-4 @ 140 oF.

Gambar 7. MMP Lapisan AB-4 @ 150 oF. Gambar 8. MMP Lapisan AB-5 @ 150 oF.

CO2

C7+ C2 -C6

Gambar 9. MMP Lapisan AB-5 @ 158 oF.


Gambar 10. Pressure 500 psia @ 140 oF.

CO2 CO2

C7+ C2 -C6 C7+ C2 -C6

Gambar 11. Pressure 1,000 psia @ 140 oF. Gambar 12. Pressure 1,500 psia @ 140 oF.
Penentuan Tekanan Tercampur Minimum Pada Lapisan AB-4 dan AB-5 Formasi Air Benakat-
Cekungan Sumatera Selatan Berdasarkan Eksperimen, Simulasi, Persamaan Keadaan, dan
Korelasi (Muslim, A.K. Permadi) 61
CO2 CO2

C7+ C2 -C6 C7+ C2 -C6

Gambar 13. Pressure 2,000 psia @ 140 oF. Gambar 14. Pressure 500 psia @ 150 oF.
CO2
CO2

C7+ C2 -C6
C7+ C2 -C6

Gambar 15. Pressure 1,000 psia @ 150 oF. Gambar 16. Pressure 1,500 psia @ 150 oF.
CO2 CO2

C7+ C2 -C6 C7+ C2 -C6

Gambar 17. Pressure 2,000 psia @ 150 oF. Gambar 18. Pressure 500 psia @ 150 oF.
CO2 CO2

C7+ C2 -C6 C7+ C2 -C6

Gambar 19. Pressure 1,000 psia @ 150 oF. Gambar 20. Pressure 1,500 psia @ 150 oF.
JTMGB, Vol. 7 No. 1 April 2015: 53-62
62
CO2 CO2

C7+ C2 -C6 C7+ C2 -C6

Gambar 21. Pressure 2,000 psia @ 150 oF. Gambar 22. Pressure 500 psia @ 158 oF.
CO2 CO2

C7+ C2 -C6 C7+ C2 -C6

Gambar 23. Pressure 1,000 psia @ 158 oF. Gambar 24. Pressure 1,500 psia @ 158 oF.

CO2

C7+ C2 -C6

Gambar 23. Pressure 1,000 psia @ 158 oF.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai