Anda di halaman 1dari 11

Standar Pelayanan Rumah Sakit

A. Pengertian

Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan


kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan kesehatan masyarakat. Rumah sakit
dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.

Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif, kurative dan
rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat (Kepmenkes/228/Menkes/SK/III/2008). Salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat
diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran
pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang
sangat kompleks.

Keputusan Menteri Kesehatan no. 228 tahun 2002 menyatakan bahwa


standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan
dalam melakukan kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan
propinsi, kabupaten/kota sesuai dengan evidencebase. Standar pelayanan rumah
sakit daerah adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit,
pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan, baik rawat
inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit.

Standar pelayanan dokter/dokter gigi yang harus diatur adalah standar


pelayanan yang diberikan secara langsung oleh dokter kepada pasien, terlepas dari
strata unit pelayanan tempat dia bekerja. Masalah keterbatasan sarana dan
teknologi hanya menjadi pertimbangan ketika kelak terjadi penyimpangan
(Mohamad, 2005).

Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu


pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur
pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada
masyarakat (Kepmenkes/228/Menkes/SK/III/2008).
Standar pelayanan yang digunakan harus sesuai dengan standar profesi yang
berlaku dan kode etik kedokteran saat ini. Setiap rumah sakit gigi dan mulut
dalam memberikan pelayanan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
pelayanan sesuai dengan standar profesi kedokteran gigi yang ditetapkan.
Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila telah dilakukan penilaian-
penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud, ciri-ciri pelayanan
kesehatan dan kepatuhan terhadap standar pelayanan. Setiap orang mempunyai
kriteria untuk kualitas dan mempunyai cara-cara penilaian yang berbeda. Penyedia
layanan kesehatan tidak dapat mengetahui apakah para pasien yang memberikan
pendapat yang positif atau negatif bisa mewakili seluruh populasi yang dilayani
(Kongstvedt, 2000). Perbedaan tersebut dapat diatasi dengan kesepakatan bahwa
mutu suatu pelayanan kesehatan dianggap baik apabila tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi yang
telah ditetapkan (Azwar, 1996).
Kegiatan penilaian secara umum harus meliputi tiga tahap. Tahap pertama
adalah menetapkan standar, kemudian tahap kedua adalah menilai kinerja yang
ada dan membandingkan dengan standar yang sudah disepakati dan tahap ketiga
meliputi upaya memperoleh kinerja yang menyimpang dari standar yang sudah
ditetapkan (Aditama, 2002). Standar ini telah dikembangkan oleh badan usaha,
atau badan usaha dapat menggunakan standar yang dikembangkan oleh organisasi
profesional dan dipublikasikan dalam literatur medis (Kongstvedt, 2000).
Tiga aspek penilaian mutu pelayanan menurut Jonas dan Rosenberg dalam
Aditama (2002), yaitu:
1. Aspek pendekatan
a. Pendekatan secara umum
Pendekatan secara umum dilakukan dengan menilai kemampuan rumah
sakit dan atau petugas dan membandingkannya dengan standar yang ada. Para
petugas dapat dinilai tingkat pendidikannya, pengalaman kerjanya, serta
pengalaman yang dimilikinya. Rumah sakitnya dapat dinilai dalam segi bangunan
fisik, administrasi organisasi dan manajernya, kualifikasi SDM yang tersedia dan
kemampuan memberi pelayanan sesuai standar yang berlaku saat itu.
b. Pendekatan secara khusus
Pendekatan secara khusus dilakukan dengan menilai hubungan antara pasien
dengan pemberi pelayanan di rumah sakit.
2. Aspek teknik
Dilakukan penilaian atas tiga komponen, yaitu:
a. Komponen struktur
Komponen struktur menilai keadaan fasilitas yang ada, keadaan bangunan
fisik, struktur organisasi, kualifikasi staf rumah sakit dan lain-lain.
 Komponen proses
Komponen proses menilai apa yang terjadi antara pemberi pelayanan
dengan pasiennya.
 Komponen hasil
Komponen hasil menilai hasil pengobatan (dengan berbagai
kekurangannya). Penilaian dapat dilakukan dengan menilai dampak pengobatan
terhadap status pengobatan dan kepuasan pasiennya.
 Aspek kriteria
- Kriteria eksplisit, yaitu kriteria yang nyata tertulis
- Kriteria implisit ,yaitu kriteria yang tidak tertulis.
B. Maksud dan Tujuan Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit
1. Maksud
Standar pelayanan minimal ini dimaksudkan agar tersedianya panduan bagi
daerah dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta
pengawasan dan pertanggung jawaban penyelenggaraan Standar pelayanan
minimal Rumah Sakit.
2. Tujuan
Standar pelayanan ini bertujuan untuk menyamakan tentang pemahaman
tentang definisi operasional indicator kinerja, ukuran atau satuan , rujukan target
nasional untuk tahun 2007 sampai 2012, cara perhitungan , rumus , pembilang,
dan penyebut, standar, satuan pencapaian kinerja dan sumber data. Standar
pelayanan minimal ini juga dapat dijadikan acuan bagi pengelola Rumah Sakit
dan unsur terkait dalam melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan
setiap jenis pelayanan agar dapat dukungan. Untuk itu bagi Pemerintah Daerah
Propinsi maupun kabupaten/kota dapat menjadikan SPM sebagai bahan verifikasi
kepada para Direktur Rumah Sakit diwilayahnya apakah komit dan serius dalam
pelaksanaan SPM jikalau ingin mewujudkan pelayanan Rumah Sakit yang lebih
bernas dan berkualitas.
C. Fungsi Standar Minimal Rumah Sakit.
1. Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan dasar kepada masyaratat
secara merata.
2. Menjamin tercapainya kondisi rata – rata minimal yang harus dicapai
pemerintah sebagai penyedia lapangan kepada masyarakat
3. Pedoman pengukuran kinerja penyelenggaraan bidang kesehatan
4. Acuan pioritas perencanaan daerah dan pembiayaan APBD bidang
kesehatan dalam melakukan pengevaluasian dan monitoring pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
D. Standart Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam pedoman ini meliputi jenis-
jenis pelayanan indikator dan standar pencapaiain kinerja pelayanan rumah sakit.
Fungsi standar pelayanan minimal adalah mengurangi kesenjangan mutu
pelayanan kesehatan antar daerah dan sebagai aspek sumber dana desentralisasi
dan dana dekonsentrasi atau pembatuan.
1) Jenis – jenis pelayanan rumah sakit
Jenis – jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh
rumah sakit meliputi :
a. Pelayanan gawat darurat
indikator :
 Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa, standar 100%;
 Jam buka pelayanan gawat darurat, standar 24 jam;
 Pemberi pelayanan kegawatdaruratan yang bersertifikat ’yang masih
berlaku’ (BLS / PPGD / GELS / ALS), standar 100%;
 Ketersediaan tim penanggulangan bencana, standar 1 tim;
 Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat, standar ≤ 5 menit
terlayani setelah pasien datang;
 Kepuasan pelanggan, standar ≥ 70%;
 Kematian pasien ≤ 24 jam, standar ≤ 2 per 1000 (pindah ke pelayanan
rawat inap setelah 8 jam);
 Khusus untuk RS jiwa, pasien dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam,
standar 100%;\
 Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka, standar
100%.
b. Pelayanan rawat jalan
indikator :
 Dokter pemberi pelayanan poliklinik spesialis, standar 100% dokter
spesialis;
 Ketersediaan pelayanan, standar klinik anak, klinik penyakit dalam, klinik
kebidanan, klinik bedah;
 Ketersediaan pelayanan di RS jiwa, standar anak remaja, napza, gangguan
psikotik, gangguan neurotik, mental retardari, mental organik, usia lanjut;
 Jam buka pelayanan, standar 08.00 s.d 13.00, setiap hari kerja, kecuali
jum’at 08.00 s.d. 11.00;
 Waktu tunggu di rawat jalan, standar ≤ 60 menit;
 Kepuasan pelanggan, standar ≥ 90%;
 Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB, standar ≥
60%;
 Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS, standar ≥
60%.
c. Pelayanan rawat inap
indikator :
 Pemberi pelayanan di rawat inap, standar dokter spesialis, perawat
minimal D3;
 Dokter penanggungjawab pasien rawat inap, standar 100%;
 Ketersediaan pelayanan rawat inap, standar anak, penyakit dalam,
kebidanan, bedah;
 Jam visite dokter spesialis, standar 08.00 s.d. 11.00 setiap hari kerja;
 Kejadian infeksi pasca operasi, standar ≤ 1.5%;
 Kejadian infeksi nosokomial, standar ≤ 1.5%;
 Tidak adanya kejaadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan / kematian,
standar 100%;
 Kematian pasien ≥ 48 jam, standar ≤ 0.24%;
 Kejadian pulang paksa, standar ≤ 5%;
 Kepuasan pelanggan, standar ≥ 90%
 Rawat inap TB :
- Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis, standar ≥
60%;
- Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS, standar ≥
60%;
 Ketersediaan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan
pelayanan jiwa, standar napza, gangguan psikotik, gangguan neurotik,
gangguan mental organik;
 Tidak adanya kejadian kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh diri,
standar 100%;
 Kejadian re-admission pasien gangguan jiwa dalam waktu ≤ 1 bulan,
standar 100%;
 Lamanya hari perawatan pasien gangguan jiwa, standar ≤ 6 minggu.
d. Pelayanan bedah
indikator :
 Waktu tunggu operasi elektif, standar ≤ 2 hari;
 Kejadian kematian di meja operasi, standar ≤ 1%;
 Tidak adanya kejadian operasi salah sisi, standar 100%;
 Tidak adanya operasi salah orang, standar 100%;
 Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi, standar 100%;
 Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing / lain pada tubuh pasien
setelah operasi, standar 100%;
 Komplikasi anestesi karena overdosis, reaksi anestesi dan salah
penempatan endotracheal tube, standar 6%;
e. Pelayanan persalinan dan perinatologi
indikator :
(kecuali rumah sakit khusus di luar rumah sakit ibu dan anak)

 Kejadian kematian ibu karena persalinan, standar perdarahan ≤ 1%, pre-


eklamsi ≤ 30%, Sepsis ≤ 0.2%;
 Pemberi pelayanan persalinan normal, standar dokter SpOG, dokter umum
terlatih (asuhan persalinan normal), Bidan;
 Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit, standar tim PONEK yang
terlatih;
 Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi, standar dokter
SpOG, dokter SpA, dokter SpAn;
 Kemampuan menangani BBLR 1500 gr – 2500 gr, standar 100%;
 Pertolongan persalinan melalui secsio cesaria, standar ≤ 20%
 Keluarga Berencana :
- % KB (vasektomi dan tubektomi) yang dilakukan oleh tenaga kompeten,
standar doter SpOG;
- % peserta KB mantap yang mendapat konseling KB mantap oleh Bidan,
standar dokter SpB;
- % Gakin yang mengikuti KB mantap yang mendapat pembiayaan 100%,
standar dokter SpU;
- % peserta KB mantap yang mendapat pembiayaan 75%, standar ≥ 80%;
 Kepuasan pelanggan, standar ≥ 80%;
f. Pelayanan intensif
indikator :
 Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang
sama < 72 jam, standar ≤ 3%;
 Pemberi pelayanan unit intensif, standar dokter SpAn dan dokter spesialis
sesuai dengan kasus yang ditangani, 100% perawat minimal D-3 dengan
sertifikat perawat mahir ICU / setara D-4;
g. Pelayanan radiologi
indikator :
 Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto, standar ≤ 3 jam;
 Pelaksanaan ekspertisi, standar dokter spesialis radiologi;
 Kejadian kegagalan pelayanan rontgen, standar kerusakan foto ≤ 2%;
 Kepuasan pelanggan, standar ≥ 80%;
h. Pelayanan laboratorium patologi klinik
indikator :
 Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium, standar ≤ 140 menit kimia
rutin dan darah rutin;
 Pelaksanaan ekspertisi, standar dokter SpPK;
 Tidak adanya kesalahan pemberian hasil pemeriksaan laboratorium,
standar 100%
 Kepuasan pelanggan, standar ≥ 80%;
i. Pelayanan rehabilitasi medik
indikator :
 Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi medik yang
direncanakan, standar ≤ 50%;
 Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik, standar
100%;
 Kepuasan pelanggan, standar ≥ 80%;
j. Pelayanan farmasi
indikator :
 Waktu tunggu pelayanan :

- Obat jadi, standar ≤ 30 menit;


- Obat racikan, standar ≤ 60 menit;

 Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat, standar 100%;


 Kepuasan pelanggan, standar ≥ 80%;
 Penulisan resep sesuai formularium, standar 100%;
k. Pelayanan gizi
indikator :
 Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien, standar ≥ 90%;
 Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien, standar ≤ 20%;
 Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet, standar 100%.
l. Pelayanan transfusi darah
indikator :
 Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfusi, standar 100% terpenuhi;
 Kejadian reaksi transfusi, standar ≤ 0.01%;
m. Pelayanan keluarga miskin
indikator :
Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit
pelayanan, standar 100% terlayani;
n. Pelayanan rekam medis
indikator :
 Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan,
standar 100%;
 Kelengkapan informed concent setelah mendapatkan informasi yang jelas,
standar 100%;
 Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan, standar ≤
10 menit;
 Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap, standar ≤
15 menit;
o. Pengelolaan limbah
indikator :
 Baku mutu limbah cair, standar BOD < 30 mg/l, COD < 80 mg/l, TSS <
30 mg/l, pH 6-9;
 Pengelolaan limbah pada infeksius sesuai dengan aturan, standar 100%;
p. Pelayanan administrasi manajemen
indikator :
 Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan direksi, standar 100%;
 Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja, standar 100%;
 Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat, standar 100%;
 Ketepatan waktu pengurusan gaji berkala, standar 100%;
 Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam pertahun, standar ≥
60%;
 Cost recovery, standar ≥ 40%;
 Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan, standar 100%;
 Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap,
standar ≤ 2 jam;
 Ketepatan waktu pemberian imbalan / insentif sesuai kesepakatan waktu,
standar 100%;
q. Pelayanan ambulans atau kereta jenazah
indikator :
 Waktu pelayanan ambulance / kereta jenasah, standar 24 jam;
 Kecepatan memberikan pelayanan ambulance / kereta jenasah di RS,
standar ≤ 30 menit;
 Response time pelayanan ambulance oleh masyarakat yang membutuhkan,
standar sesuai ketentuan daerah
r. Pelayanan pemulasaraan jenazah
indikator :
Waktu tanggap (response time) pelayanan pemulasaraan jenasah, dengan
standar ≤ 2 jam
s. Pelayanan laundry
indikator :
 Tidak adanya kejadian linen yang hilang, standar 100%;
 Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap, standar 100%;
t. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
indikator :
 Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat, standar ≤ 80%;
 Ketepatan waktu pemeliharaan alat, standar 100%;
 Peralatan laboratorium dan alat ukur yang digunakan dalam pelayanan
terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi, standar 100%;
u. Pencegah Pengendalian Infeksi
indikator :
 Adanya tim PPI yang terlatih, standar anggota tim PPI yang terlatih 75%;
 Tersedianya APD di setiap instalasi departemen, standar 60%;
 Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial / HAI (Health care
Associated Infection) di RS (min 1 parameter), standar 75%;
E. Prinsip Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal
1. Konsensus berdasarkan kesepakatan bersama berbagai komponen atau
sektor terkait dari unsur-unsur kesehatan dan departemen terkait yang
secara rinci terlampir dalam daftar tim penyusun.
2. Sederhana standar pelayanan minimal disusun dengan kalimat yang mudah
dimengerti dan dipahami.
3. Nyata standar pelayanan minimal disusun dengan memperhatikan dimensi
ruang , waktu dan persyaratan atau prosedur teknis.
4. Terukur seluruh indikator dan standar di dalam standar pelayanan minimal
dapat di ukur secara kualitatif dan kuantitatif.
5. Terbuka standar pelayanan minimal dapat diakses oleh seluruh warga atau
lapisan masyarakat.
6. Terjangkau standar pelayanan minimal dapat dicapai dengan
menggunakan sumber daya dan dana yang tersedia.
7. Akuntabel standar pelayanan minimal dapat dipertanggung gugatkan
kepada public.
8. Bertahap standar pelayanan minimal mengikuti perkembangan kebutuhan
dan kemampuan, keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaian
standar pelayanan minimal.
F. Standar Pelayanan Minimal Berkaitan Dengan Pelayanan
Kesehatan Tahun 2010-2015

Sesuai PERMENKES RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang


standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota terdapat 4 jenis
pelayanan beserta indikator kinerja dan target pada tahun 2010-2015
1) Pelayanan Kesehatan Dasar :
a. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% pada tahun 2015.
b. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80% pada tahun 2015.
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan 90% pada tahun 2015.
d. Cakupan pelayanan nifas 90% pada tahun 2015.
e. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% tahun 2010.
f. Cakupan kunjungan bayi 90% pada tahun 2010.
g. Cakupan desa atau kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100%
pada tahun 2010.
h. Cakupan pelayanan anak balita 90% pada tahun 2010.
i. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan
keluarga miskin 100% pada tahun 2010.
j. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% pada tahun 2010.
k. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100% pada tahun
2010.
l. Cakupan peserta KB aktif 70% pada tahun 2010.
m. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100% pada tahun
2010.
2) Pelayanan Kesehatan Rujukan
a. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100% pada
tahun 2015.
b. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana
kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota 100% pada tahun 2015.
3) Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Cakupan Desa/Kelurahan mengalami kejadian luar biasa yang dilakukan
penyelidikan epidemiologi < 24 jam 100% pada tahun 2015.
4) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Cakupan desa siaga aktif 80% pada tahun2015

Anda mungkin juga menyukai