Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya pemberdayaan masyarakat agar mau dan mampu serta mandiri dalam
melindungi kesehatan diri dari lingkungannya, dengan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki serta menciptakan iklim untuk berkembang dalam
memilihara dan meningkatkan kesehatan.

Promosi kesehatan bagian dari upaya kesehatan ata public secara keseluruhan
yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat. Yaitu upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat. Untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan, yang lebih bersifat upaya promotif, preventif tanpa mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabiliatif.

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik bermutu yang
mewakili dustu hal yang nyata. Model dalam keperawatan adalah aplikasi struktur
keperawatan yang memungkinkan seseorang perawat untuk menerapkannya
sebagai cara mereka bekerja.

Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga,


kebenaranyya, keyakinan mengenai ide-ide, objek, atau prilaku. Model dalam
promosi kesehatan anara lain: Health Belief Model (Model Kepercayaan
Kesehatan), Model Transteoritik , Model Komunikasi Persuasi, Teori
pemahaman sosial (Social Learning Theory), Model Theory Of Reasoned
Action (Teori Kehendak Perilaku), Model Consequences (Konsekuensi),
Teori Atribusi

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana model promosi kesehatan dalam asuhan keperawatan pada sasaran


keluarga ?
2. Bagaimana masalah yang sering terjadi dalam asuhan keperawatan berkaitan
dengan model promosi kesehatan pada sasaran keluarga ?
3. Bagaimana analisis beberapa model dalam promosi kesehatan pada sasaran
keluarga ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis yaitu:

1. Agar memahami dan mengetahui model promosi kesehatan dalam asuhan


keperawatan pada sasaran keluarga ?
2. Agar memahami dan mengetahui masalah yang sering terjadi dalam asuhan
keperawatan berkaitan dengan model promosi kesehatan pada sasaran
keluarga ?
3. Agar memahami dan mengetahui analisis beberapa model dalam promosi
kesehatan pada sasaran keluarga ?
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Model promosi kesehatan dalam asuhan keperawatan
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (fisik
dan psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik, ekonomi
seta pendidikan). Hal tersebut dapat menjadi latar belakang dikembangkannya model-
model kesehatan. Model-model promosi kesehatan tersebut di antaranya adalah
sebagai berikut :

1. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)


Model kepercayaan kesehatan (Rosenstock, 1974, 1977) sangat dekat dengan
bidang pendidikan kesehatan. Model ini menganggap bahwa perilaku kesehatan
merupakan fungsi dari pengetahuan maupun sikap. Secara khusus model ini
menegaskan bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemajuraban
pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam prilaku – prilaku
kesehatan.
Menurut model kepercayaan kesehatan (Backer, 1974, 1979) perilaku
ditentukan oleh apakah seseorang : 1) percaya bahwa mereka rentan terhadap
masalah kesehatan tertentu; 2) menganggap bahwa masalah ini serius; 3)
meyakini efektivitas tujuan pengobatan dan pencegahan; 4) tidak mahal; 5)
menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
Health belief model dapat digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan
kesehatan (smet, 1994).
Teori ini menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari
pengetahuan maupun sikap. Health belief model merupakan model kognitif
yang mempunyai arti proses kognitif dapat dipengaruhi oleh informasi dari
lingkungan termasuk hitungan.
Menurut Health belief model, perilaku dapat ditentukan oleh:
1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
Bagaimana menyadarkan masyarakat tersebut bilamana dirinya dapat
mengalami diare setiap saat. Oleh karena adanya lingkungan dengan
sanitasi yang buruk dan perilaku yang buruk terhadap kesehatan, seperti
cakupan jamban yang rendah serta sumber air bersih yang dikonsumsi
berpotensi tercemar oleh kuman. Tidak adanya WC memungkinkan adanya
lalat sebagai vektor penyebab terjadinya penularan kemanusia yang sehat
lainya. Sumber air yang digunakan dari sumur pinggir sungai/ menggali
lubang pasir di pinggir sungai sangat membahayakan bilamana ada
penderita cholera yang BAB disungai tersebut.
2. Tingkat keseriusan masalah
Terjadinya diare bukan saja dapat menyebabkan kesakitan tetapi juga
bahaya kematian. Terutama akibat dehidrasi berat oleh diare penyakit ini
setiap tahunnya merupakan pembunuh no. 1 atau no. 2 di Indonesia.
3. Meyakini keefektivitas tujuan pengobatan dan pencegahan.
Model pengobatan dini dapat Mencegah ke tahapan diare berat dengan
dehidrasi hebat, sehingga tidak perlu dirujuk di RS. Pencegahan merupakan
upaya terbaik dan murah melalui kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat
terutama sumber air yan steril, penggunaan WC dan kebiasaan cuci tangan
dengan sabun. Dimaksudkan memutuskan penularan penyakit diare.
4. Tidak mahal
Biaya yang tidak mahal karena hanya dengan merubah kebiasaan buruk di
masyarakat. Jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
kesembuhan ditambah dengan hilangnya produktifitas (waktu kerja).
5. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Melaksanakan anjuran oleh petugas kesehatan merupakan tujuan dari
perubahan perilaku.
Dalam melakukan tindakan upaya pencegahan tergantung pada hasil dari 2
keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu:
a. Ancaman yang di rasakan dari sakit atau luka
Hal ini didasarkan pada sejauh mana orang berfikir tentang penyakit
atau kesakitan betul betul ancaman pada dirinya.
Bila ancaman dirasakan semakin meningkat maka perilaku pencegahan
pun akan meningkat.
b. Pertimbangan untung dan rugi
2. Model Transteoritik
Model transteoritik (atau “Model Bertahap”, “Stages of Change”), sesuai
namanya, mencoba menerangkan serta mengukur perilaku kesehatan
dengan tidak bergantung pada perangkap yeoritik tertentu. Proschaska dan
kawan-kawan (1979) mula-mula bermaksud menjelaskan proses apa yang
terjadi bila peminum alkohol berhenti minum alkohol,dan juga terhadap
proses dalam berhenti merokok.
Penelitian ini mengidentifikasikan 4 tahap independen:
Prekontemplasi ,kontemplasi, aksi, dan pemeliharaan.“prekontemplasi”
mengacu pada tahap bila seseorang belum memikirkan sebuah prilaku sama
sekali,orang itu belum bermaksud mengubah suatu prilaku. Dalam tahap
“kontemplasi”,seseorang benar – benar memikirkan suatu perilaku,namun
masih belum siap untuk melakukan nya. Tahap “aksi”mengacu pada
keadaan bila orang telah melakukan berubahan perilaku,sedangkan
“pemeliharaan”merupakan pengentalan jangka panjang dari perubahan
yang telah terjadi. Dalam tahap “aksi”maupun “pemeliharaan”,
“kekambuhan “dapat terjadi,yaitu individu kembali pada pola perilaku
sebelum “aksi”
Model transteorik sejalan dengan teori-teori rasional atau teori-teori
pembuatan keputusan dan teori ekonomi yang lain,terutama dalam
mendasarkan diri pada proses-proses kognitif untuk menjelaskan perubahan
perilaku.
3. Model Komunikasi Persuasi
Model komunikasi atau persuasi (Mc guire,1964) menegaskan bahwa
komunikasi dapat dipergunakan untuk mengubah sikap dan perilaku
kesehatan yang secara langsung terkait dalam rantai kausal yang sama.
Efektivitas upaya komunikasi yang diberikan tergantung pada berbagai
input (stimulus) serta output (atau tanggapan terhadap stimulus). Menurut
model komunikasi atau persuasi, perubahan dan sikap merupakan
prekondisi bagi perubahan perilaku kesehatan atau perilaku-perilaku yang
lain. Variable-variabel input meliputi: sumber pesan, pesan itu sendiri,
saluran penyampai, dan karakteristik penerima, serta tujuan pesan-pesan
tersebut. Variable-variabel output merujuk pada perubahan dalam faktor-
faktor kognitif tertentu, seperti pengetahuan, sikap, pembuatan keputusan,
dan juga perilaku-perilaku yang dapat di observasi.
4. Teori pemahaman sosial (Social Learning Theory)
Teori pemahaman sosial menekankan pada hubungan segitiga antara orang
(menyangkut proses-proses kognitif), prilaku, lingkungan dalam suatu
proses deterministik resiprokal (atau kausalitas resiplokal) (Bandura, 1977;
Rotte, 1954) kalau lingkungan menentukan atau menyebabkan terjadinya
perilaku kebanyakan, maka seseorang individu menggunakan proses
kognitif nya untuk menginterpretasikan lingkungan nya maupun prilaku
yang dijalankan nya, serta memberikan reaksi dengan cara merubah
lingkungan dan menerima hasil prilaku yang lebih baik. Oleh karena itu,
teori pemahaman sosial mejambatani jurang pemisah antara model-model
kognitif, atau model-model yang berorientasi pada pembuatan keputusan
rasional dengan teori-teori di atas.
5. Model Theory Of Reasoned Action (Teori Kehendak Perilaku)
Teori aksi beralasan (fishbein dan Ajzen, 1975,1980) menegaskan peran
dari niat seseorang dalam menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi
teori ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya
mengikuti niat dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat-niat seseorang
juga dipengaruhi oleh sikap-sikap terhadap sesuatu perilaku, seperti apakah
ia yang merasa perilaku itu penting. Teori ini juga menegaskan sikap
“normatif” yang mungkin dimiliki orang-orang; mereka berfikir tentang apa
yang akan dilakukan orang lain (terutama, orang-orang yang berpengaruh
dalam kelompok) pada suatu situasi yang sama.
6. Model Consequences (Konsekuensi)
Adalah model proses model peristiwa yang terjadi di lingkungan yang
mengikuti perilaku baik yang memperkuat, memperlemah bahkan perilaku
tersebut.
1. Positif reinforcement (penguatan yang positif)
Peristiwa yang menyenangkan yang mengikuti suatu peristiwa
Contoh:
Penghargaan bagi ibu yang memberikan asi eksklusif peristiwa ini
mengingatkan kemungkinan bahwa perilaku akan terjadi lagi.
2. Negative reinforcement (penguat yang negatif)
Peristiwa yang secara terus menerus tidak menyenagkan yang juga
menguatkan perilaku
Contoh:
Ketidaknyamanan orang dalam menggunakan kondom padahal dapat
membantu mencegah penularan penyakit kelamin.
3. Punishment (hukuman)
Konsekuensi negative yang menekankan atau memperlemah perilaku.
Contoh :
Hukuman yang diberikan orang tua pada anaknya dalam rangka
memberikan pendidikan disiplin akan membuat peristiwa tidak akan
terulang kembali.
7. Teori Atribusi
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku
seseorang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor disposisional (faktor
dalam/internal), misalnya sifat, karakter, sifat dan sebagainya, ataukah
disebabkan oleh keadaan eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan
tertentu yang memaksa seseorang yg melakukan perbuatan tertentu.
Setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuwan semu (pseudo
scientist) yang berusaha mencari sebab kenapa seseorang berbuiat dengan
cara tertentu. Misalkan kita melihat seseorang bapak paruhbaya melakukan
pencurian. Sebagai manusia kita ingin mengetahui kenapa dia mencuri?
Apakah orang itu mencuri karena sikap nya dia sendiri yang suka mencuri?
Ataukah karena dia dipaksa karna situasi karena dia harus punya uang untuk
membutuhkan obat anaknya yang sakit berat ?
Ada 3 teori atribusi yaitu:
1. Theory of Corespondent Inferenct ( Edward Jones dan Keuth Davis)
Apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal,
berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap
atau karakteristik orang tersebut. Hubungan yang demikian adalah
hubungan yang dapat disimpulkan (coresponden Inferenct)
Bagaimana mengetahui bahwa perilaku berhubungan dengan
karakteristiknya,
a. Dengan melihat kewajaran prilaku orang yang bertindak wajar
sesuai dengan keinginan masyarakat sulit untuk dikatakan bahwa
tindakanya itu cerminan dari karakternya.
b. Pengamatan perilaku yang terjadi pada situasi yang memunculkan
beberapa pilihan.
c. Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa
dilakukan misalnya, seorang juru tulis diminta menjadi juru bayar.
Dengan peran yang baru akan tampak keaslian perilaku yang
merupakan gambaran dari karakternya.
2. Model of Scientific Reasoner (Harold Kelly, 1967,1971)
Harold Kelly mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku
seseorang dengan meandang pengamat seperti ilmuan, disebut ilmuan
naif. Untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi seseorang,
diperlukan 3 informasi penting. Masing-masing informasi juga harus
menggambarkan rendahnya 3 informasi itu, adalah:
a. Distinctiveness
Konsep ini merujuk pada bagian seorang perilaku dalam kondisi
yang berbeda. Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang
bersangkutan mereaksi secara khusus pada suatu peristiwa.
Sedangkan distinctiveness rendah apabila seseorang merespon sama
terhadap stimulus yang berbeda.
b. Konsistensi
Hal ini menunjukkan pada pentingnya waktu sehubungan dengan
suatu peristiwa. Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang
merespon sama untuk stimulus yang sama pada waktu yang berbeda
apabila respon nya tidak menentu maka seseorang dikatakan
konsistensinya rendah.
c. Konsensus
Apabila oranglain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti
konsekuensinya rendah,dan sebaliknya. Selain itu konsep tentang
konsensus selalu melibatkan orang lain sehubungan stimulus yang
sama.
Dari ketiga informasi di atas, dapat ditentukan atribusi pada
seseorang. Menurut Kelley ada 3 atribusi, yaitu:
a. Atribusi Internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan
gambaran dari karakternya bila distinctivenessnya rendah,
konsensusnya rendah dan konsistensinya tinggi.
b. Atribusi eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengan
distinctiveness yang tinggi, consensus yang tinggi dan
konsistensinya yang tinggi.
c. Atribusi Internal-Eksternal, ditandai dengan distincetiveness
yang tinggi, konsensus rendah dan kosistensi tinggi.
3. Konsensus (Weiner)
a. Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau
eksternal
b. Stabilitas penyebab, stasbil atau tidak stabil.

2.2 Masalah yang sering terjadi dalam asuhan keperawatan berkaitan dengan
model promosi kesehatan pada sasaran keluarga

Tuberculosis (TB) adalah penyakit yang menyebabkan kematian dan bahkan


menempati urutan 10 teratas sebagai penyakit paling mematikan menurut World Health
Organization (WHO). Jawa Timur menempati urutan kedua dalam jumlah terbanyak
penemuan kasus TB. Penggunaan Health Belief Model (HBM) mampu menilai
keyakinan kesehatan seorang penderita tuberculosis. Fokus utama penelitian ini adalah
untuk mengetahui Bagaimana health belief model (HBM) pada pasien tuberculosis,
yaitu dengan cara mengetahui. Bagaimana keyakinan terhadap kerentanan,
keparahan,manfaat dan hambatan. Faktor dalam edukasi menggunakan HBM adalah
Perceived Barriers fisik, psikologis, keuangan dapat mencegah pasien dari tindakan
kesehatan yang diadopsi, Perceived Benefits kepercayaan individu dalam tingkah laku
atau rekomendasi yang memberikan manfaat atau rekomendasi yang memberikan
manfaat atau dampak pencegahan penyakit atau redukasi dari komplikasi. Kemudian
Cues to Action termasuk pesan kesehatan, media,kepercayaan yang berefek pada
tindakan dari target kelompok dan Action yaitu mengobservasi tingkah laku kesehatan
yang menjadi target subyek. Perceived
susceptibility

Demographic variables Perceived severity Action


(class, gender, age,etc)

Health motivation
Psychological
characteritics
Health motivation
(personality, peer group
pressure, etc) Cues to
Health motivation action

Bagan Health Belief Model


HBM menjelaskan model prilaku sehat (missal memeriksakan diri) merupakan fungsi
dari keyakinan personal tentang besarnya ancaman penyakit dan penularannya, serta
keuntungan dari rekoimendasi yang diberikan petugas kesehatan. Ancaman yang di
rasakan berasal dari keyakinan tentang keseriusan yang dirasakan terhadap penyakit
dan kerentanan orang tersebut. Individu kemudian menilai keuntungan tindakan yang
diambil (missal: berobat akan memperingan symptom), meskipun dibayang-bayangi
oleh resiko-resiko dari tindakan yang diambilnya, seperti: takut akan efek samping
ataupun biaya pengobatan. Berdasarkan dinamika tersebut dapat dipahami bahwa
kepatuhan dalam mengkonsumsi obat merupakan proses yang diawali oleh keyakinan
seseorang akan keseriusan penyakitnya, yang berujung pada tindakan untuk berobat ke
petugas kesehatan, termasuk kepatuhan dalam mengkonsumsi obat, walaupun
dibayang-bayangioleh resiko atau efek samping dari tindakan tersebut.

Teori Health Belief Model (HBM)

Persepsi pasien tentang penyakit TB Paru

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi


keseriusan kerentanan keuntungan hambatan
yang di menderita yang di yang di
rasakan penyakit dapatkan ambil

Kepatuhan
berobat pasien
TB
Rancangan Pembelajaran Dengan Sasaran Keluarga

1. Pengkajian Kebutuhan Belajar


a. Factor Predisposisi
1) Pengkajian riwayat kesehatan

Di dusun X, terdapat keluarga yang salah satu anggota


keluarganya menderita penyakit TBC. Anggota keluarga tersebut
adalah Nn C. Nn C sedang menjalani pengobatan selama 2 minggu. Nn
C bekerja sebagai pengasuh anak keluarga Tn A yang merupakan salah
satu tetangga dari Nn C. keluarga Tn A merupakan keluarga yang
mampu, hanya saja Tn A dan istri sangat sibuk serta tidak memiliki
waktu mengurusi rumahnya. Setiap hari, keluarga Tn A membiarkan
jendela tertutup rapat dan jarang sekali dibuka. Tidak hanya jendela
yang jarang dibuka, Kasur tempat tidur pun jarang sekali dijemur. Dua
faktor tersebut bisa menyebabkan bakteri TBC berkembang. Hal ini
ditambah dengan anak pasien yang melakukan konta dengan penderita
TBC. Orientasi pola makan keluarga Tn A adalah yang penting
kenyang, sehingga kurang memperhatikan kandungan gizinya.
Keluarga Tn A belum mengerti apa itu TBC, apa penyebab, apa gejala
yang timbul dari TBC, penularan TBC, dan cara pencegahan TBC.

2) Pengkajian fisik
Keluarga Tn A tinggal dengan istri dan dua orang anak balitanya
di daerah yang terbilang padat penduduk dan kumuh. Kondisi rumah
keluarga Tn A sangat lembab dikarenakan kurangnya ventilasi yang
mengakibatkan sinar matahari dan sirkulasi udara yang masuk ke dalam
rumah sangat kurang. Kondisi Kasur kapuk lembab, berbau. Tidak
ditemukan scar BCG pada kedua lengan anak balitanya. Pada KMS,
anak belum mendapat BCG.
3) Pengkajian kesiapan klien untuk belajar
Keluarga banyak bertanya tentang cara penanganan TBC dan
cara pencegahannya agar keluarga pasien tidak tertular. Keluarga Tn A
bersedia menerima informasi kesehatan yang akan disampaikan dengan
waktu sesuai kesepakatan. Keluarga akan mengatur waktu, sehingga
waktu sesuai dengan waktu perawat yang akan memberi penyuluhan
kesehatan.
4) Pengkajian motivasi belajar
Hasil wawancara dengan keluarga Tn A tentang motivasi
terhadap informasi kesehatan menggambarkan bahwa keluarga Tn A
memiliki motivasi untuk menerima informasi tentang hal – hal yang
berhubungan dengan kesehatan, terutama apabila informasi yang
diberikan berkaitan dengan TBC. Keluargapun minta sesegera mungkin
penyuluhan dilaksanakan.
5) Pengkajian kemampuan membaca
Anggota keluarga Tn A dapat membaca dan mengerti Bahasa Indonesia
dengan baik. Keluargapun dapat memahami informasi yang
disampaikan melalui media yang digunakan. Keluarga Tn A diberikan
booklet dan dapat menjelaskan isi booklet dengan menggunakan
bahasanya sendiri.
b. Faktor Pemungkin
Keluarga Tn A merespon dengan baik rencana penyuluhan kesehatan.
Proses belajar difasilitasi dengan adanya tenaga perawat lulusan DIII
Keperawatan yang berkompeten untuk penyuluhan tentang TBC. Selain hal
tersebut, tersedia media belajar yang dapat menarik perhatian dan mudah
dipahami oleh keluarga. Waktu dilaksanakannya penyuluhan tidak
menganggu waktu istirahat dan keluarga bersedia bekerja sama dengan
perawat.
c. Faktor Penguat
Rencana penyuluhan didukung oleh ketua RT dan ketua dasa wisma
serta keluarga penyandang TBC yang mengasuh anak keluarga Tn A. selain
itu, keluarga menyatakan dengan senang hati menanggapi penyuluhan TBC
yang dilakukan.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Analisis Data
Data Masalah Penyebab
DO : Keluarga Kurangnya
1. Terdapat salah satu tetangga berisiko pengetahuan
keluarga Tn A yang menderita tertular TBC. keluarga
TBC. tentang
2. Anak dari keluarga Tn A diasuh penyakit TBC
oleh tetangganya yang
menderita TBC.
3. Lingkungan rumah Tn A sangat
lembab. Sinar matahari dan
sirkulasi udara yang masuk
kurang.
4. Kasur kapuk lembab.
5. Anak belum mendapatkan
imunisasi BCG.
DS :
1. Keluarga menyatakan :
a. Setiap hari tidak pernah
membuka jendela.
b. Kasur untuk tidur belum
pernah dijemur.
c. Makan tidak melihat
kandungan gizinya, yang
penting anaknya kenyang.
2. Keluarga bertanya tentang
penyakit TBC.

b. Diagnosis Keperawatan

Resiko keluarga tertular TBC berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang pencegahan dan penularan yang ditandai dengan
adanya salah satu tetangga keluarga Tn. A sangat lembab sianar matahari
dan sirkulasi udara yang masuk kurang, kasur kapuk lembab, anak belum
dapat imunisasi BCG, keluarga menyatakan setiap hari tidak pernah
membuka jendela, kasur untuk tidur belum pernah dijemur, pola makan
tidak melihat kandungan gizinya yang penting anaknya kenyang, keluarga
bertanya tentang penyakit TBC

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan kebutuhan belajar terdiri dari topik, sasaran, tujuan umum,


tujuan khusus, materi, metode, media dan alat pendukung, tempat, setting
tempat, alokasi waktu, serta rencana evaluasi.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Penyakit TBC


B. Sasaran :
1. Sasaran program: keluarga Tn.A
2. Sasaran penyuluhan: keluarga Tn.A 2 orang
C. Tujuan:
1. Tujuan umum:
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 60 menit, keluarga dapat
memahami penyakit TBC
2. Tujuan khusus:
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 60 menit, keluarga dapat:
a. Menjelaskan pengertian TBC dengan benar
b. Menyebutkan penyebab TBC
c. Menyebutkan minimal 4 tanda daan gejala TBC dengan benar
d. Menjelaskan penularan TBC dengan benar
e. Menjelaskan pencegahan TBC dengan benar
D. Materi
1. Pengertian TBC
2. Penyebab
3. Tanda dan gejala
4. Penularan TBC
5. Pencegahan TBC
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media dan alat pendukung
1. Media:
a. Leaflet tentang TBC yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, penularan, dan pencegahan TBC.
b. Lembar balik tentang penularan dan pencegahan TBC
2. Alat pendukung : Tikar 1 lembar
G. Waktu

Hari/tanggal : Rabu, 8 september 2018

Pukul : 10.00-11.00 WIB

Alokasi Waktu

Waktu Tahap Kegiatan


5’ Pembukaan 1. Memberikan 1. Pasien
salam menjawab
2. Memperkenalkan salam
diri
3. Menyampaikan 2. Pasien
tujuan mendengarlkan
4. Menyepakati 3. Pasien
kontrak waktu menjawab
menyepakati
kontrak
50’ Pelaksanaan 1. Menjelaskan 1. Paien
pengertian TBC mendengarkan
kepada sasaran secara seksama
2. Menjelaskan 2. Pasien
Penyebab TBC memperhatikan
3. Menjelaskan 3. Pasien
tanda dan gejala menjawab
TBC beberapa
4. Menjelaskan cara pertanyaan
penularan TBC yang
5. Menjelaskan cara dilontarkan
pencegahan TBC
6. Tanya jawab
7. Menyimpulkan
materi
penyuluhan
8. Mengevaluasi
hasil penyuluhan
9. Menyampaikan
hasil penyuluhan
kepada keluarga
5’ Penutup 1. Mengakhiri 1. Pasien
kegiatan dengan memperhatikan
salam 2. Pasien
2. Menyampaikan menjawab
rencana tindak salam
lanjut

H. Tempat

1. Tempat : Rumah pasien penderita pasien

2. Setting tempat :

Keterangan :
1 1.
1. Pasien
3 2. Penyuluh
3. Meja
2

I. Evaluasi
Segera setelah penyuluhan, penyuluh akan mengevaluasi pengetahuan keluarga
dengan cara mengajukan 5 pertanyaan berikut ini :
1. Apa itu penyakit TBC ?
2. Apakah penyebab TBC ?
3. Sebutkan minimal 4 tanda dan gejala TBC ?
4. Jelaskan cara penularan TBC ?
5. Jelaskan cara pencegahan TBC ?
Lampiran Materi TBC

A. Pengertian TBC
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh hasil tahan asam (BTA) nama lengkapnya bakteri mikrobakterium
tuberkulosa. Bakteri basil merupakan bakteri yang sangat kuat, sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini telah sering menginfeksi
organ paru-paru, namun juga dapat menyerang organ lain, seperti ginjal, tulang
limpa, dan otak
Tuberkulosis berasal dari bahasa latin Tuberkel yang artinya tonjolan kecil dan
keras yang terbentuk sewaktu sistem kekebalan tubuh membangun dinding
pengaman untuk membungkus bakteri mikrobakterium tuberkulosis di dalam paru
(Chofton, 2012).
B. Penyebab TBC
Penyebab penyakit TBC ialah bakteri mikobakterium tuberculosis. Pada
jaringan, bakteri mikobakterium tuberculosis berada pada keadaan dormonan, yaitu
tidak aktif atau tertidur dalam waktu beberapa tahun. Mikobakterium tuberculosis
akan mati dengan cepat jika terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup selama beberapa jam bila berada di tempat yang gelap dan lembab (Chofton,
2012).
C. Gejala TBC
1. Gejala umum
a. Batuk lebih dari empat minggu. Pengobatan biasa yang dilakukan seperti
biasa tak mampu meredakan frekuensi batuk.
b. Batuk menahun dan berlendir, terutama pada waktu bangun tidur.
c. Panas ringan pada sore hari dan berkeringat pada malam hari.
d. Terdapat rasa sakit pada dada atau punggung atas.
e. Berat badan turun dan badan semakin lemah dalam beberapa tahun
beruntun.
f. Pada anak – anak, seringkali dapat diraba pada tepi kanan atau kirinya
terdapat benjolan (pembengkakan kelenjar – kelenjar).
2. Gejala khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terserang, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru – paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara bunyi
“mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Jika ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru – paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
c. Jika mengenai tulang, akan terjadi gejala, seperti yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit dibawahnya. Pada muara ini
akan, akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak – anak, dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran, dan kejang – kejang.
D. Proses Penularan TBC
Tuberculosis ditularkan oleh doplet (percikan dahak) atau titik – titik air dari
bersin atau batuk dari batuk orang yang terinfeksi kuman tuberculosis. Bakteri TBC
terhisap melalui saluran pernapasan masuk ke dalam paru, kemudian bakteri masuk
lagi ke saluran limfa paru dan dari ini, bakteri TBC menyebar ke seluruh tubuh
melalui aliran darah. Melalui aliran darah inilah bakteri TBC menyebar ke berbagai
organ tubuh. Anak – anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa
disekitar rumah maupun data berada di fasilitas umum, seperti kendaraan umum,
rumah sakit, dan dari lingkungan sekitar rumah (Misnadiarly, 2007).
E. Pencegahan TBC
Menurut Misnadiarly (2007), cara pencegahan TBC adalah :
1. Makanan – makanan yang baik dengan gizi yang seimbang
2. Olahraga teratur
3. Istirahat yang cukup
4. Mengonsumsi multivitamin yang membantu menjaga daya tahan tubuh
5. Membiasakan mencuci tangan
6. Berhenti merokok, hindari minuman – minuman beralkohol, dan obat bius atau
penenang
7. Mengatur sistem sirkulasi udara dirumah

2.3 Analisis beberapa model dalam promosi kesehatan sasaran keluarga

Analisis beberapa model dalam promosi kesehatan sasaran keluarga yaitu:

1. Health Belief Model (HBM)


Kekurangan teori Health Belief Model (HBM)
a. Secara teoritis HBM tidak terlalu baik, karena di dasarkan pada
penelitian terapan dalam masalah pendidikan kesehatan bukan
penelitian akademis
b. HBM didasarkan pada beberapa asumsi yang diragukan seperti bahwa
setiap pilihan perilaku berdasarkan pada pertimbangan rasional
c. HBM tidak memberikan spesifikasi yang tepat terhadap kondisi orang
dalam membuat pertimbangan tertentu.
d. HBM menganggap bahwa orang mencoba tetap sehat dan secara
otomatis memperhatikan perilaku yang sehat hal ini tidak mencakup
bahwa perilaku tidak sehat dapat memiliki banyak keuntungan (semu
sesaat)
e. HBM hanya memperhatikan keyakinan kesehatan, yang berarti ini dapat
menyesatkan karena banyak pertimbangan perilaku yang tidak ada
kaitanya dengan kesehatan tetapi dapat memperngaruji kesehatan.
f. Masalah ukuran variable HBM misalnya Bagaimana mengukur
kekebalan atau keseriusan yang dirasakan , contoh stusi menggunakan
konsep operasional dan pengenalan yang berbeda sehingga sulit di
bandingkan (Misal hasil dari Heggenhoun dan Clement)
Kelebihan Teori Health Belief Model

a. Cocok digunakan untuk penelitian yang berhubungan dengan perilaku


pencegahan penyakit (misalnya: screening, imunisasi/vaksinasi) dan
pencarian pengobatan. Hal ini disebabkan teori helath belief model
diaplikasikan perilaku kesehatan.
b. Digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan atau keadaan yang
menimbulkan motivasi kesehatan dalam fokus yang terpusat.
c. Teori ini dapat mengatasi masalah kesehatan atau keadaan yang
menimbulkan motivasi kesehatan dalam fokus yang terpusat.
d. Teori ini dapat diperluas dalam hubungannya dengan motivasi sosial
atau ekonomi.
e. Digunakan dalam menganalisis perilaku yang beresiko terhadap
kesehatan,dan peran sakit.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Promosi kesehatan bagian dari upaya kesehatan ata public secara keseluruhan
yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat. Yaitu upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat. Untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan,
yang lebih bersifat upaya promotif, preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif
dan rehabiliatif. Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor
internal (fisik dan psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan
fisik, politik, ekonomi seta pendidikan). Hal tersebut dapat menjadi latar belakang
dikembangkannya model-model kesehatan. Model-model promosi kesehatan tersebut
di antaranya adalah sebagai berikut : Health Belief Model (Model Kepercayaan
Kesehatan), Model Transteoritik , Model Komunikasi Persuasi, Teori pemahaman
sosial (Social Learning Theory), Model Theory Of Reasoned Action (Teori Kehendak
Perilaku), Model Consequences (Konsekuensi), Teori Atribusi , Masalah yang sering
terjadi dalam asuhan keperawatan berkaitan dengan model promosi kesehatan pada
sasaran keluarga yaitu penyakit TB, dimana penyakit TB penyakit yang menyebabkan
kematian dan bahkan menempati urutan 10 teratas sebagai penyakit paling mematikan
menurut World Health Organization (WHO). Penggunaan Health Belief Model (HBM)
mampu menilai keyakinan kesehatan seorang penderita tuberculosis. Fokus utama
penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana health belief model (HBM) pada
pasien tuberculosis, yaitu dengan cara mengetahui. Bagaimana keyakinan terhadap
kerentanan, keparahan,manfaat dan hambatan. Faktor dalam edukasi menggunakan
HBM adalah Perceived Barriers, Perceived Benefits, Cues to Action, Action.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan mahasiswi


keperawatan dalam melaksanakan promosi kesehatan, dan kami berharap makalah ini
mendapat kan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kholid.2012.Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku,


Media, dan Aplikasinya.Jakarta:Rajawali Press

Heri D.J. Maulana.2009.Promosi Kesehatan.Jakarta: ECG

Induniasih, Ratna Wahyu.2017.Promosi Kesehatan Pendidikan Kesehantan


dalam Keperawatan.Jakarta: Pustaka Baru Press

Niman Susanti.2017.Promosi dan Pendidikan Kesehatan.Jakarta: CV. TRANS


INFO MEDIA.

Wahit Iqbal Mubarak. 2013.Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan.Jakarta:


Trans Info Media (TIM)

Anda mungkin juga menyukai