K3 Kel.8
K3 Kel.8
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian patient safety?
2. Bagaimana tujuan patient safety?
3. Bagaimana manfaat patient safety?
4. Bagaimana langkah – langkah pasien safety?
5. Bagaimana fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan kerja?
6. Bagaimana peran perawat dalam melaksanakan patient safety?
7. Bagaimana tujuh standart keselamatan pasien?
8. Bagaimana sasaran perawat pada pasien safety?
9. Bagaimana cara komunikasi dalam melaksanakan patient safety?
10. Bagaimana pencegahan dan penurunan kejadian yang tidak diharapkan
dari kesalahan medis (Medical Error) di Rumah Sakit?
11. Bagaimana kebijakan rumah sakit terkait keselamatan klien (Patient
Safety)?
12. Bagaimana meningkatan keselamatan pasien dan menciptakan budaya
keselamatan pasien dan menciptakan budaya keselamatan pasien di
Rumah Sakit?
13. Bagaimana pelaksanaan program-program pencegahan?
14. Bagaimana aspek hukum terhadap patient safety?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian patient safety
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan patient safety
3. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat patient safety
4. Mahasiswa dapat mengetahui langkah – langkah pasien safety
5. Mahasiswa dapat mengetahuifungsi dan tugas perawat dalam
keselamatan kerja
6. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam melaksanakan patient
safety
7. Mahasiswa dapat mengetahui tujuh standart keselamatan pasien
8. Mahasiswa dapat mengetahui sasaran perawat pada pasien safety
9. Mahasiswa dapat mengetahui cara komunikasi dalam melaksanakan
patient safety
2
10. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dan penurunan kejadian yang
tidak diharapkan dari kesalahan medis (Medical Error) di Rumah Sakit
11. Mahasiswa dapat mengetahui kebijakan rumah sakit terkait keselamatan
klien (Patient Safety)
12. Mahasiswa dapat mengetahuimeningkatan keselamatan pasien dan
menciptakan budaya keselamatan pasien dan menciptakan budaya
keselamatan pasien di Rumah Sakit
13. Mahasiswa dapat mengetahui pelaksanaan program-program pencegahan
14. Mahasiswa dapat mengetahui aspek hukum terhadap patient safety
1.4 Manfaat Penulis
1. Bagi penulis
Penulis membaca terlebih dahulu keperpustakaan yang ada
relavansinya dengan topic yang hendak dibahas dan dapat terlatih
menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil intinya
dan mengembangkan ketingkatan pemikiran lebih matang.
2. Bagi pembaca
Pembaca dapat mengetahui dan memahami peran perawat dalam
patient safety.
3. Bagi FKK
Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam patient safety
dan menguasai tentang kajian sumber dari perpustakaan.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
4
untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari
medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini
diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang
berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakohelder rumah
sakit untuk lebih memperhatikan keselamatan pasien di rumah sakit (patient
safety).
Mempertimbangkan betapa pentingya misi rumah sakit untuk mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan
rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari
penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan sistem Patient
Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada.
5
7. Citra Rumah Sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat, diikuti
dengan kepercayaan diri yang meningkat
2.5 Fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerja
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) di industry adalah sebagai berikut :
1. Fungsi perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyususn rencana asuhan keperawatan pekerjaan
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap
pekerjaan
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah
dilakukan
2. Tugas perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerjaan
b. Memelihara fasilitas pekerjaan
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
6
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan
pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawat
dirumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai
masalah kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggarakan pendidikan K3 terhadap
pekerja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap
pekerja dan keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengoordinasi dan mengasuh pelaksanaan K3 (Mahfudi Ferry.
Efendi , 2009).
7
kesehatan profesional lainnya, berperan aktif dalam melakukan pengkajian
terhadap keamanan dan kualitas pelayanan dan membantu pengukuran
terhadap peningkatan patient safety.
8
termasuk kemungkinan terjadinya KTD(Kejadian Tidak
Diharapkan)
b. Kriterianya adalah
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan.
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
KTD
2. Mendidik Pasien dan Keluarga
a. Standarnya adalah Rumah Sakit harus mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien
b. Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam
proses pelayanan karena itu, di RS harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien, dengan
pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:
1) Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
a. Standarnya adalahRS menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
b. Kriterianya adalah
9
1) koordinasi pelayanan secara menyeluruh
2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya
3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
4) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
a. Standarnya adalahRS harus mendesign proses baru atau
memperbaiki proses yg ada, memonitor & mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
b. Kriterianya adalah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan
(design) yang baik, sesuai dengan Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data
kinerja
3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a. Standarnya adalah
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui
penerapan “7 Langkah Menuju KP RS ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif
identifikasi risiko KP & program mengurangi KTD.
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi
antar unit & individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang KP
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk
mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta
tingkatkan KP.
10
5) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas
kontribusinyadalam meningkatkan kinerja RS & KP.
b. Kriterianya adalah
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan dan program meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden,
termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
a. Standarnya adalah
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP
secara jelas.
2) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara kompetensi
staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien.
b. Kriterianya adalah
11
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden.
3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
a. Standarnya adalah
1) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi
KP untuk memenuhi kebutuhan informasi internal &
eksternal.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
b. Kriterianya adalah
1) disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi
tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada
12
Sasaran VI : pengurangan resiko pasien Jatuh
13
Beberapa macam perilaku nonverbal dapat mempengaruhi
hubungan perawat dengan pasien. Perilaku nonverbal tersebut seperti,
aktifitas fisik, vokalisasi dan jarak antarpembicara.
3. Keterampilan Memberi Respon
Keterampilan ini digunakan oleh perawat untuk menyampaikan
pengertian kepada pasien, memberikan umpan baik, dan memperjelas
pemahaman perawat tentang pembicaraan dan perilaku pasien.
4. Komunikasi dalam Melaksanakan Patient Safety
Komunikasi efektif yang dilakukan antara pasien dan perawat
merupakan syarat yang penting dalam memberikan pelayanan
keperawatan terutama pelayanan keperawatan yang berfokus pada
pasien. Komunikasi merupakan salah satu standar dalam praktek
keperawatan profesional trauma dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien. Kompetensi profesional dalam praktek
keperawatan tidak hanya psikomotor dan kemampuan melakukan
diagnosa klinik melainkan kemampuan dalam melakukan komunikasi
internasional.
Komunikasi menjadi cara yang paling tepat untuk memberikan
keselamatan pada pasien. Untuk mencapai keselamatan pasien
dirumah sakit sangat diperlukan komunikasi diantara petugas
pelayanan kesehatan yang saling berkolaborasi, seperti perawat
dengan staf yang lainnya untuk memberikan kenyamanan dan
keselamatan pada pasien (patient safety).
2.10 Pencegahan dan Penurunan Kejadian yang Tidak Diharapkan dari
Kesalahan Medis (Medical Error) di Rumah Sakit
Komite keselamatan pasien rumah sakit (KKPRS) mendorong rumah sakit –
rumah sakit di Indonesia untuk menerapkan sembilan solusi “LIVESAVING”
keselamatan pasien rumah sakit, atau 9 solusi, langsung atau bertahap sesuai
dengan kemampuan dan kondisi rumah sakit masing-masing.
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names).
14
Nama obat rupa dan ucapan mirip (norum), yang membingungkan
staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam
kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu
keprihatinan diseluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat
ini dipasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat
bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan
resiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan
perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara
elektronik.
2. Pastikan identifikasi pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi
pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan,
transfusi maupun pemeriksaan, pelaksanaan prosedur yang keliru
orang, penyerahan bayi pada bukan keluarganya, dan sebagainya.
Rekomendasi ditekankan pada kode untuk verifikasi terhadap identitas
pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini, standardisasi
dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem
layanan kesehatan, dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta
penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan
nama yang sama.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima pengoperan
pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim bisa
mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang
tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap
pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima
pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis, memberikan kesempatan bagi para
praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
15
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat
dicegah.Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau
pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan
miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak
benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-
kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-
bedah yang distandadisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah
jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses
verifikasi prapembedahan, pemberian tanda pada sisi yang akan
dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur, dan adanya
tim yang terlibat dalam prosedur “time out” sesaat sebelum memulai
prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi
yang akan dibedah.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin dan media kontras
memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk
injeksi khususnya adalah berbahaya.Rekomendasinya adalah membuat
standarisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah, dan pencegahan atas
campur aduk atau bingung tentang cairan elektrolit pekat yang
spesifik.
6. Pastikan akurat pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau
pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah
suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication
errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah
menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh
medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home
medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar admisi,
penyerahan dana atau perintah pemulangan bila mana menuliskan
perintah medikasi, dan komunikasikan daftar tersebut kepada petugas
layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube).
16
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain
sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD
(kejadian tidak diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien
melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan
medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya
adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail
atau rinci bila sedang menegrjakan pemberian medikasi serta
pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan ketika
menyambungkan alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan
sambungan dan selang yang benar).
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan
HIV,HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari
jarum suntik.Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang
jarum di fasilitas layanan kesehatan, pelatihan periodik para petugas di
lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-
prinsip pengendalian infeksi, eduksi terhadap pasien dan keluarga
mereka mengenai penularan infeksi melalui darah, dan praktek jarum
sekali pakai yang aman.
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygine) untuk pencegahan
infeksi nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di
seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit.
kebersihan tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang primer
untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah
mendorong implementasi penggunaan cairan “ alcohol-based hand-
rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada
semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebersihan tangan yang
benar mengingatkan penggunaan tangan bersih di tempat kerja, dan
pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui
pemantauan atau observasi dan tehnik-tehnik yang lain.
17
2.11 Kebijakan Rumah Sakit Terkait Keselamatan Klien (Patient Safety)
Keselamatan klien juga dapat mengurangi berdampaknya terhadap
peningkatan biaya pelayanan, dengan meningkatnya klien rumah sakit,
harapan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat
meningkat.Pelaksanaan keselamatan klien di rumah sakit ini agar terciptanya
budaya keselamatan klien di rumah sakit dan meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit terhadap klien dan masyarakat yang tidak mampu. Saat ini ada
lima isu penting terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yakni
keselamatan klien, keselamatan petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan peralatan di rumah sakit yang biasa berdampak terhadap keselamatan
klien dan petugas, keselamatan yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan, serta keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit itu sendiri. Kebijakan rumah sakit terkait
keselamatan klien meliputi sebagai berikut. (Mubarak, Wahid Iqbal, dkk.
2015)
1. Kecelakaan yang disebabkan oleh klien (dient-inherent accident).
Contoh kecelakaan ini antara lain cedera, terbakar, memakan atau
menyuntikkan zat asing, mencederai diri sendiri, dan lain lain. Peran
perawat dalam kasus ini antara lain mencatata dan
mendokumentasikan kecelakaan yang terjadi secara akurat dan
komplet serta berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain untuk
membuat perlindungan hukum bagi profesi dan institusi yang
bersangkutan dari tuntutan klien.
2. Kecelakaan terkait prosedur (procedure-related accident). Jenis
kecelakaan ini biasanya terjadi pada saat terapi sebagai akibat
kesalahan prosedur. Contohnya adalah kesalahan dalam pemberian
cairan, pengunaan peralatan eksternal, atau ketika melakukan tindakan
perawatan (missal penggantian balutan). Peran perawat dalam hal ini
antara lain memberikan obat dengan prinsip lima benar, mencegah
kesalahan dalam pemberian cairan IV (kelebihan atau kekurangan),
serta mencegah paparan kuman pathogen pada saat mengganti balutan.
18
3. Kecelakaan yang terkait peralatan (equipment-related accident).
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh tidak berfungsinya atau
rusaknya alat alat elektronik (missal tersengat arus listrik saat
menggunakan alat alat elektrnik, baterai tidak bekerja, dan lain lain).
Peran perawat dalam hal ni adalah memeriksa peralatan sebelum dan
sesudah digunakan, tidak melakukan pemantauan atau terapi dengan
peralatan elektronik jika tidak ada instruksi, serta mengkaji adanya
kemungkinan bahaya tersengat listrik.
2.12 Meningkatan Keselamatan Pasien dan Menciptakan Budaya
Keselamatan Pasien dan Menciptakan Budaya Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit
Menurut hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bias di
lakukan untuk mengembangkan budaya Pasien Safety ini:
1. Put the focus back on safety
Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik
dan teraman untuk pasien. Tetapi utama keselamatan pasien ini bias di
kembangkan dan semua staf merasa merasa dukungan, patient safety
ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit atau unit
pelayanan kesehatan lainnya.
2. Think small and make the right thing easy to do
Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin
membutuhkan langkah – langkah yang agak komplek. Tetapi dengan
memecah kompleksitas ini dan membuat langkah – langkah yang
lebih muda mungkin akan memberikan peningkatan yang lebih nyata.
3. Encourage open reporting
Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah
pengalaman yang berharga.koordinator patient safety dan menajer RS
harus membuat budaya yang mendorong pelaporan.
4. Make data capture a priority
Di butuhkan system pencatatan data yang lebih baik untuk
mempelajari dan mengikuti perkembangan kualitas dari waktu ke
waktu.
19
5. Use systems – wide approaches
Keselamatan pasien tidak bias menjadi tanggung jawab individual.
Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung adekuat.
6. Build implementation knowledge
Staff juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk
mengembangkan metologi, sistem berfikir, dan implementasi
program.Pemimpin sebagai pengarah jalannya program disini
memenganng peranan kunci.
7. Involve patient in safety efforts
Keterlibatan pasien dalam pengembangan pantient safety terbukti
dapat memberikan pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin
masih kecil, tetapi akan terus berkembang.
8. Develop top-class patient safety leaders
Prioritas keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk
pengumpulan data – data berkualitas tinggi, mendorong budaya tidak
saling menyelahkan, memotivasi staf yang melibatkan pasien dalam
lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bias tercapai dalam
semalam.
20
dalam pemberian obat serta dapat mendeteksi segera terjadinya kesalahan-
kesalahan yang dapat mengakibatkan terjadinya mal praktek.
Dirumah sakit P merencanakan penanganan pasien safety mulai tahun
2009 sampai dengan 2010 dan jika terjadi target keselamatan pasien berhasil
maka kegiatan ini akan berjalan dengan berkesinambungan adapun rencana
kegiatan perkembangan layanan pasien safety ; melakukan kajian yang
diperlukan meliputi kualifikasi tenaga yang diperlukan (sarjanan keperawatan
dan D3 keperawatan) membentuk tim dalam pembuatan proposal ini,
mengusulkan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan sumber daya
manusia melalui progam pendidikan berkelanjutan 1 orang sarjanan
keperawatan (tugas belajar) duan orang berkelanjutan bagi tenaga spk
kependidikan D3 keperawatan (tugas belajar) pengembangan sdm melalui
pelatihan keperawatan safety untuk mendapatkan sertifikasi untuk 25 perawat
20x periode merumuskan standart asuhan keperawatan pasien safety
diantaranya penyusunan standart asuhan keperawatan (sak) standart operating
prosedur (sop) sosialisasi serta revisi dan penggunanan sak dan sop.
2.14 Aspek Hukum Terhadap Patient Safety
Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah
sebagai berikutUU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
1. Keselamatan pasien sebagai isu hukum
PASAL 55 (3) UU NO.36/2009
“Pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan
nyawa pasien.”
PASAL 32N UU NO.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan dirumah sakit.”
PASAL 58 UU NO.36/2009
a. “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tentang
kesehatan, dan penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelkes yang
diterianya.”
21
b. “Tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat”.
4. Hak pasien
PASAL 32D UU NO.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang
bermutu sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional.”
PASAL 32E UU NO.44/2009
“Setiap pasien memiliki hak memperoleh pelayanan yang efektif dan
efisien sehingga pasien terhidar dari kerugian fisik dan materi.”
PASAL 32J UU NO.44/2009
22
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.”
PASAL 32Q UU NO.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan menuntut rumah sakit
apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar baik secara perdata ataupun pidana."
23
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) adalah hal terpenting yang perlu
diperhatikan oleh perawat yang terlibat dalam memberukan pelayanan
kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan
lingkungan sekitar pasiensudah seharusnya menunjang keselamatanserta
kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, perawat harus memiliki
pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti
tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien serta
menjadikan komunikasi sebagai kunci utama untuk dapat memberikan
kenyamanan dan keselamatan bagi pasien.
Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah
sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi
pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam
memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan untuk
melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta
sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada
pasien.
3.2 Saran
Dengan memahami, mendalami, dan mengetahui Peran Perawat dalam
Patient Safety diharapkan dapat menerima informasi yang diberikan dengan
mudah serta dapat memberikan wawasan mengenai gambaran Peran Perawat
dalam Patient Safetybeserta solusinya. Mohon untuk kritik dan saran karena
makalah ini masih banyak kekurangannya.
24
ROLE PLAY
Nama Anggota :
1. Sirriyatul Maula menjadiPerawat 1
2. Nayli Sa’adah menjadiPasien
3. Setia Cholifah menjadiPasien
4. Ilvie Maulidana menjadiPerawat 2
5. Firda Fitri A. menjadiPerawat 3
Perawat 1 : “mbak Setia, silahkan masuk mbak ( sambil membuka pintu ).”
Setia : “selamat pagi sus, baek sus ( sambil menutup pintu dan duduk )”.
Setia : “sudah seminggu ini sus, apalagi kalo jongkok terus berdiri wah
rasanya sus sakit banget. Kepala rasanya kayak mau pecah sus ”.
Setia : “ belum sus, saya tuh males loh sus kalok minum obat. Ini aja
kalo gak di paksa ibu saya, saya gak bakal ke sini sus.Biasa sus ibu saya orangnya
khawatiran bangeeeeet, takut saya kenapa-kenapa, ginilah nasib anak tunggal”.
Perawat 1 : “wah, malah bagus donk mbk, berarti ibuk mbak perhatian sama
mbak, ya namanya ibu pasti perhatian sama anaknya mbak, apalagi anak semata
wayang mbak. Mari mbk saya periksa dulu, silahkan mbak berbaring di kasur ya
mbak”.
25
Setia : “baek sus, iya sih sus, tapi kalok berlebihan mah saya gak suka (
sambil berbaring )”
Setia : “ oke sus, sudah donk sus, ibu saya tuh pagi-pagi sudah nyiapin
sarapan pagi sus.”
Perawat 1 : “ wah mbak beruntung banget punya ibu yang seperti itu. Maaf
mbak saya gulung ya baju lengan mbk”.
Perawat 1 : “ mbak, tekanan darah mbak sangat rendah, hanya 90/60 mbak.
Silahkan duduk kembali mbak (sambil duduk )”.
Setia : “ wah rendah sekali ya sus ( muka cemas ), gimana sus ????, agar
saya cepet sembuh sus, saya sangat takut sus, saya gak mau ibuk saya khawatir
sus”.
Perawat 1 : “ tenang mbak, mbak ini resep dari dokter ( sambil memberi
resep) , jangan lupa di minum, insyaalah mbak cepet sembuh, asal mbak jangan
makan-makanan yang bisa buat darah rendah mbk”.
Setia : “ saya gak ngerti sus makan-makanan yang bisa bikin darah
rendah sus, seperti apa ya sus ???”.
26
Setia : “ oh baek sus, lah kalok makanan penambah darah seperti apa ya
sus ?”.
Perawat 1 : “ seperti daun pepaya mbak dan daging kambing misalnya mbk”.
Mbak Setia pun keluar dari ruangan, sedangkan di ruang tunggu, bu Nayli sedang
mendaftar
Nayli : “pagi sus ini saya mau daftar, raung pendaftarannya bener dini ya
sus”.
Perawat 3 : “ emmt, dengan Ibu Nayli, alamat rumahnya dimana ya pak kahfi
?”.
Nayli : “ ini sus saya cuman mau kontrol detak jantung saya sus, jantung
saya rasanya detakan cepet banget sus, makanya saya mau ngecek sus, takutnya
ada kelainan sus”.
27
Perawat 3 : “ mungkin saja bu, ibu inikartu berobatnya, silahkan ibu duduk
dulu, nanti akan di panggil ya bu ( sambil memberi kartu berobat )”.
Perawat 3 : “ ini jeng ada yang mau kontrol rekam detak jantung jeng”.
Perawat 1 : “ibu nayli, silahkan masuk pak ( sambil membuka pintu )”.
Nayli : “ iyaaaaa,,,,,,, sus, selamat pagi sus ( sambil berjalan masuk dan
menutup pintu)”.
28
Perawat 1 : “selamat pagi juga jeng, iya jeng ini baru mau saya periksa”.
Perawat 2 : “ jeng jeng jeng bentar dulu jeng, jangan di pencet dulu
tombolnya ( sambil memegang perawat Sirriyatul)”.
Perawat 2 : “ iya jeng, tapi jangan di ulangi jeng, soalnya bahaya, kan HP
juga bisa menghantarkan listrik juga”.
Perawat 1 : “ iya jeng, untung jeng tahu, coba kalok gak haduh haduh (sambil
geleng-geleng kepala)”
Perawat Sirriyatul pun mulai menekan tombol, dan hasilnya langsung pun di print
Perawat 1 : “bu, sudah selesai , saya lepas ya bu alatnya, kalok sudah selesai
merapikan baju bu, silahkan ibu duduk di sana dulu ya ( sambil melepas alat )”.
Nayli : “ ya sus, silahkan sus ( sambil benerin baju dan duduk )”.
29
Perawat 1 : “ silahkan bu duduk dulu di ruang tunggu, sambil menunggu
hasilnya ya bu”.
Perawat 1 : “ iya bu itu tidak baek, karena kopi cafeinnya sangat tinggi”.
Nayli : “oh, baek sus, terimakasih atas sarannya sus, saya pamit dulu ya
sus (sambil berjabat tangan)”.
30
DAFTAR PUSTAKA
Dikutip :http://green.kompasiana.com/iklim/2014/12/27/bandung-lautan-
air.712930.html diakses pada tanggal 5 September 2018
Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. 2015. Buku AjarIlmu Keperawatan Dasar. Jakarta :
Salemba Medika
Irwan, Hadi. 2013. Buku Ajar Manajemen Keselamatan Pasien. Jakarta : Penerbit
Deepublish
31