Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANDI NURFAIKA 315020114006

MUSDALIFAH MAHYUDDIN 315020114026

RAHMAYANI SRI UTAMI 315020114034

SUPRATMAN 3150201140

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI


JURUSAN S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLah SWT., yang maha kuasa karena
atas limpahan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.

Sebagai manusia yang merupakan tempatnya salah dan lupa, kami juga
menyadari bahwa makalah ini tentunya banyak mengundang sesuatu yang
kontroversial karena kami tak luput dari yang namanya kekhilafan. Dengan ini kami juga
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekuragan dalam peulisan makalah ini.

Bagi kami saran dan kritik dari pembaca atau pengguna makalah ini merupakan
hal yang paling indah sebagai apresiasi. Saran dan kritik yang membangun nantinya
akan kami jadikan bahan pertimbangan nantinya kedepan.

Akhir kata kami ucapkan sekian dan terima kasih

PENULIS
DAFTAR ISI

 KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….


 DAFTAR ISI …………………………………………………………………………
 BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………………
B. TUJUAN PENULISAN …………………………………………………………
 BAB II PEMBAHASAN
A. DEFENISI ………………………………………………………………………...
B. PEMERIKSAAN BAYI ………………………………………………………….
C. PRINSIP PEMERIKSAAN BAYI BARU LAHIR …………………………….
D. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TOE-TOE) ………………………………….
E. PROSES KEPERAWATAN ……………………………………………………
 BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN …………………………………………………………………..
 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik pada bayi merupakan pemeriksaan fisik yang digunakan


untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam
setelah lahir, dan pada waktu pulag dari rumah sakit. Dalam melakukan
pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang,
sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik secara
umu pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan
intrauteri ke dalam ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi.

Pemeriksaan fisik sangat penting dilakukan, karena sangat penting untuk


diketahui yaitu untuk mengetahui normal atau tidak normal pada bayi baru lahir.
Keadaan suhu diluar rahim sangat mempengaruhi kondisi bayi baru lahir
tersebut, Karena kondisi diluar rahim sangat berbeda dengan kondisi di dalam
rahim.

B. Tujuan Penulisan

1. Agar mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dengan baik dan benar

2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara melakukan asuhan pada bayi


dan mengetahui cara pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.

3. Agar mahasiswa mengetahui kondisi fisik bayi normal atau tidak


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Pemeriksaan fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai selama


wawancara, terutama dengan menggunakan infeksi atau observasi. Selama
pemeriksaan yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi, auskultasi, dan palpasi
ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring pengkajian system tubuh.
Seperti pada riwayat kesehatan, objektif dari pengkajian fisik adalah untuk
merumuskan diagnosa keperawatan dan mengevaluasi ke efektifan intervensi
terapeutik.

B. Pemeriksaan Bayi

1. Pemeriksaan Fisik bayi baru lahir

Pemeriksaan fisik pada bayi merupakan kegiatan pengkajian fisik yang


dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas dan
mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.

Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi


melakukan penyesuaian terhadap kehidupan diluar uterus dan bantuan apa
yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak
kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi
tampak tidak sehat. Prosedur pemeriksaan fisik bayi adalah yang pertama
memberitahukan kepada orang tua dan minta persetujuan, cuci tangan dan
gunakan sarung tangan jika perlu, pastikan cukup penerangan dan hangat
(ruangan), pemeriksaan bayi secara head toe-toe, diskusikan hasil
pemeriksaan dengan orang tua dan catat semua hasil pengkajian sesuai
dengan temuan. (Varney, 1997)
C. Prinsip Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan : Cuci
dan keringkan tangan, pakai sarung tangan, pastikan pencahayaan baik,
periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa
(jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera
selimuti kembali dengan cepat, periksa bayi secara sistematis dan
menyeluruh.

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan saat melakukan


pemeriksaan bayi baru lahir yakni : Kapas, senter, thermometer, stetoskop,
selimut bayi, bengkok, timbangan bayi, pita, ukur/meteran, pengukur panjang
badan.

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, terlebih dahulu beberapa prosedur


harus diperhatikan, antara lain :

1). Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan
pemeriksaan

2). Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi factor genetik, factor
lingkungan, social, factor ibu (matrernal), factor prenatal, factor
intranatal, dan neonatal.

3). Susun alat secara ergonomis

4). Cuci tangan menggunakan sabun air mengalir, keringkan dengan


handuk bersih

5). Memakai sarung tangan

6). Letakkan bayi pada tempat yang rata


Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan
atau kontaminasi mikroorganisme selama persalinan berlangsung maupun
beberapa saat setelah lahir.

Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah


melakukan upaya pencegahan infeksi seperti berikut :

1).Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi

2).Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum


dimandikan

3).Semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT


atau disterilkan. (Khusus untuk bola karet penghisap lendir jangan
digunakan untuk lebih dari satu bayi.

4).Handuk, pakaian atau kain yang akan digunakan dalam keadaan bersih
(demikian juga dengan timbangan, pengukur, thermometer, stetoskop,
dll).

5).Dekontaminasi dan cuci setelah digunakan (JNPK-KR, 2007)

Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang
disiapkan diatas perut ibu ( bila tidak memungkinkan, didekat ibu misalnya
diantara kedua kaki ibu atau disamping ibu). Pastikan area tersebut bersih dan
kering. Kemudian lakukan 2 penilaian awal sebagai berikut :

1). Apakah menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?

2). Apakah bergerak denngan aktif atau lemas?

3).Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap, atau lemah maka segera
lakukan resusitasi bayi baru lahir. (JNPK, 2007)
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari ujung kepala sampai
ujung kaki tidak boleh ada yang terlewatkan, karena jika ada kelainan atau
cacat bawaan, atau ada luka/lecet akan segera diketemukan sejak awal.

Sebelum pemeriksaan fisik bagian demi bagian sebaiknya lakukan


pemeriksaan antropometri untuk tiap bagian sesuai daerah yang dilakukan
pemeriksaan, untuk mencegah bayi tidak dibuka tutup pakaian berkali-kali
karena akan mengakibatkan suhu bayi tidak stabil, pemeriksaan antara lain :

Terlebih dahulu lakukan penimbangan berat badan dengan cara : Letakkan


kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil penimbangan dikurangi berat badan bayi lahir normal
antara 250gr-4000gr, kemudian ganti pembungkus bayi.

D. Pemeriksaan Fisik (Head Toe-Toe)

Pemeriksaan fisik (Head Toe-Toe) pada bayi, sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Kepala

Cara :

a. Lakukan inspeksi daerah kepala

b. Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya :

1). Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada


saat lahir simetri atau tidak.

2). Ada tidaknya caput succedaneum yaitu edema pada kulit kepala,
lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, dan
menyebrangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari.
3). Ada tidaknya cephal haematom, yang terjadi sesaat setelah lahir
dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput
succedaneum. Cirinya konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas
tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebramgi sutura dan
apabila menyebrangi sutura kemungkinan mengalami fraktur
tulang tengkorak. Cephal haematom dapat hilang sempurna
dalam waktu 2-6 bulan.

4). Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahan vena


yang menghubungkan jaringan diluar sinus dalam tengkorak.
Batasnya tidak tegas sehingga bentuk tampak asimetris, sering
diraba terjadi fluktuasi dan edema.

5). Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari


tangan. Fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah
umur 2bulan dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18
bulan.

c. Lingkar kepala

Lingkar kepala diukur saat lahir menggunakan centimeter dengan


mengukur lingkar ocipito frontalis yakni pengukuran dilakukan dari
oksiput kembali ke dahi.

Bentuk wajah : harus terlihat simetris, ukuran dan posisi mata,


hidung, mulut, dagu, dan telinga harus dicatat dalam kaitan satu
sama lain.

2. Pemeriksaan Mata

Cara :
a. Lakukan inspeksi daerah mata

b. Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti :

1). Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna),


dengan cara menggoyang kepala secara perlahan-lahan
sehingga mata bayi akan terbuka

2). Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap


cahaya berkurang

3). Sindrom down, ditemukan Epichantus melebar

4). Glukoma kongenital terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan


pada kornea

5). Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih

3. Pemeriksaan Telinga

Cara :

a. Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflex terkejut maka


pendengarannya baik, kemudian apabila tidak terjadi reflex maka
kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

4. Pemeriksaan Hidung

Cara :

a. Amati pola pernafasan, apabila bayi bernafas melalui mulut maka


kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan nafas karena adanya
atresia koana birateral, fraktur tulang hidung, atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring, sedangkan pernafasan cuping hidung akan
menunjukkan gangguan pada paru.

b. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat secret mukopurulen


dan berdarah perlu dipikirkan adanya peyakit sifilis congenital dam
kemungkinan lain.

5. Pemeriksaan Mulut

Cara :

a. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut

b. amati warna, kemampuan reflex menghisap. Apabila lidah menjulur


keluar dapat dinilai adanya kecacatan congenital.

c. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi biasanya
disebut sebagai Minilia Albicans

d. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.

6. Pemeriksaan Leher

Cara :

a. Amati pergerakkan leher apabila terjadi keterbatasan dalam


pergerakannya maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher
seperti kelainan tiroid, hemmangioma, dan lain-lain.

7. Pemeriksaan Dada, Paru, dan Jantung

Cara :

a. Lakukan inspeksi bentuk dada :


1). Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumothoraks, paresis diafragma, atau hernia diafragmatika.

2). pernafasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan


abdomen bergerak secara bersamaan. Frekuensi pernafasan
bayi normal antara 4060x/menit, perhitungannya harus satu
menit penuh karena terdapat periodic breathing dimana pola
pernafasan pada neonatas terutama pada premature ada henti
nafas yang berlangsung 20detik dan terjadi secara berskala.

b. Lakukan palpasi daerah dada untuk menentukan ada tidaknya fraktur


klavikula dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan
posisi jantung

c. Lakukan auskultasi paru dan jantung dengan meggunakan stetoskop


untuk menilai frekuensi, dan suara nafas jantung. Secara normal
frekuensi denyut jantung antara kali permenit. Suara bising sering
ditemukan pada bayi, apabila ada suara bising ususpada daerah
dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.

8. Pemeriksaan Abdomen

Cara :

a. Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit


kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan didalam
rongga perut, dan adanya kembung.

b. Lakukan auskultasi adanya bising usus

c. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3cm dibawah artus kosta


kanan. Limpa teraba 1cm dibawah arkus kiri.
d. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai
bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksi. Batas
bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah
dan tepi perut. Bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3cm, adanya
perbesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan
bawaan atatu trombosit vena renalis.

9. Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas

Cara :

a. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang


belakang untuk mencari ada tidaknya seperti scoliosis, meningokel,
spina bifida, dan lain-lain.

b. Amati pergerakkan ekstremitas untuk mengetahui adanya


kelemahan, kelumpuhan, dan kelainan bentuk jari.

10. Pemeriksaan Genetalia

Cara :

a. Lakukan inspeksi pada genetalia wanita, seperti keadaan


labiaminora, labiamayora, lubang uretra, dan lubang vagina

b. Lakukan inspeksi pada genetalia laki-laki, seperti keadaan penis ada


tidaknya hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek
sepanjang penis), dan (defek pada dorsum penis).

E. Proses Keperawatan

Perawatan Segera pada Bayi Baru Lahir dan menetapkan tujuan untuk
perawatan segera
Sebelum setiap pengkajian atau intervensi yang actual dilakukan, perawat
harus memikirkan tujuan tertentu yang akan bermanfaat untuk membantu bayi
baru lahir selama transisi dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri. Cara
pencapaian tujuan bervariasi. Hal tersebut bergantung pada lingkungan,
kebijakan lembaga, harapan orang tua, dan kondisi ibu dan bayinya. Tujuan
untuk asuhan segera dapat mencakup :

a. Menetapkan dan memepertahankan jalan napas dan upaya


pernapasan

b. Memberikan kehangatan dan mencegah hipotermia

c. Memberikan lingkungan yang aman dan tindakan pencegahan yang


rutin

d. Meningkatkan hubungan yang lekat antara ibu dan bayi.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemeriksaan fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai selama


wawancara, terutama dengan menggunakan infeksi atau observasi. Selama
pemeriksaan yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi, auskultasi, dan palpasi
ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring pengkajian system tubuh.
Seperti pada riwayat kesehatan, objektif dari pengkajian fisik adalah untuk
merumuskan diagnosa keperawatan dan mengevaluasi ke efektifan intervensi
terapeutik.

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari ujung kepala


sampai ujung kaki tidak boleh ada yang terlewatkan, karena jika ada kelainan
atau cacat bawaan, atau ada luka/lecet akan segera diketemukan sejak awal.
DAFTAR PUSTAKA

 Sharon J,Reeder.2011.Keperawatan Wanita, Bayi, & Keluarga.Jakarta:EGC


 Muin, Sumiati.2009.Asuhan Kebidanan pada neonatus, bayi & anak
balita.Panduan
 Rukiyah Ai, Yeyeh.2012.Asuhan neonatus bayi dan anak balita.Jakarta:TIM

Anda mungkin juga menyukai