Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah pemberhentian merupakan yang paling sensitif didalam dunia
ketenagakerjaan dan perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak,
termasuk oleh manejer sumber daya manusia, karena memerlukan modal atau dana
pada waktu penarikan karyawan, pimpinan perusahaan banyak mengeluarkan dana
untuk pembayaraan kompensasi dan pengembangan karyawan, sehingga karyawan
tersebut betul-betul merasa ditempatnya sendiri dan mengerahkan tenaganya untuk
kepentingaan tujuan dan sasaran perusahaan dan karyawan itu sendiri. Demikian juga
pada waktu karyawan tersebut berhenti atau ada pemutusan hubunga kerja degan
perusahaan , perusahaan mengeluarkan dana untuk pensiun atau pesangon atau tujuan
lain yang berkaitan dengan pembertian, sekaligus memprogramkan kembali penarikan
karyawan baru yang sama halnya seperti dahulu harus mengeluarkan danauntuk
kopensasi dan pengembanggan karyawan.

1
BAB III

PEMBAHASAN

A.PERATURAN DISIPLIN PNS

Dalam PP pasal No. 30 tahun 1980 tentang peraturan Disiplin PNS disebutkan definisi
peraturaan yang mengatur kewajiban, larangan, dan saksi apabila kewajibaan tidak ditaati ata
larangan dilanggar oleh PNS. Bagi setiap pegawai negri sipil yang tidak melaksanakan
kewajibaan dan melanggar larang sebagai mana disebutkan pada pasal tersebut akan dikenai
sanksi berupa hukuman disiplin. Pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 ialah;

“ setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan pegawai Negeri sipil yang melanggar ketentuan sebagai
mana dimaksud dalam pasal 2 dan 3”

Selanjutnya dalam penjelasan pasal tersebut dikemukan bahwa:

1. Yang dimaksud dengan” ucapan” adlah kata kata yang diucapkan dihadapkan atau
dapat terdengar oleh orang lain, seperti dalam rapat, ceramah atau diskusi, melalui
telepon, radio, televise, rekaman, atau dengan alat komunikasi lainnya.
2. Yang dimaksud “tulisan” adalah pertanyaan fikiran dan atau perasaan sacara tertulis
baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk gambar, karikatur ,coratan, dan lain
yang serupa dengan itu.
3. Yang dimaksud dengan “perbuatan” adlah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan.

Peraturan Pemerintah REPUBLIK INDONESIA

Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin


Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka diperlukan langkah pasti bagi pembinaan PNS baik di daerah
maupun di pusat. Oleh karena pendidik dan tenaga kependidikan adalah pegawai negeri sipil,
maka sudah selayaknya peraturan ini diketengahkan didalam media ini untuk bahan pemikiran
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya menjalankan pengelolaan pendidikan.

1. Adapun kewajiban pegawai negeri sipil sebagaimana diatur dalam pasal 3 adalah
sebagai berikut:
1. Mengucapkan sumpah/janji PNS.
2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan.
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara KesatuanRepublik
Indonesia dan Pemerintah.
4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan PNS.
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang
dan/atau golongan.
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan.
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Negara.
10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang
dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah, teruta ma dibidang
keamanan, keuangan dan materiil.

2
11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja.
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.
13. Menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-baiknya.
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
15. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugas.
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier Menaati
peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang

2. larangan bagi PNS sebagaimana diatur dalam pasal 4 adalah sebagai berikut:

1. Menyalahgunakan wewenang.
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang
lain dengan menggunakan kewenangan orang lain.
3. Tanpa ijin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan/atau lembaga atau organisasi internasional.
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing.
5. Memiliki, menjual, membeli menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen
atau surat berharga milik negara secara tidak sah.
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau
orang lain didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan negara,
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik
secara langsung maupun tdk langsung dan dengan dalih apapun untuk
diangkat dalam jabatan.
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya.
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahnya,
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani.
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.
12. Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, DPR, DPD
atauDPRD dengan cara: (lihat PP).
13. Memberikan dukungan ke pada calon presiden/wakil presiden dengan cara:
(lihat PP).
14. Memberikan dukungan ke pada calon anggota DPRD atau calon kepala
daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai fotocopy KTP atau
suratketerangan Tanda Penduduk sesuai dengan peraturan perundang
undangan.
15. Memberikan dukungan kepada calon kepala daerah/ wakil kepala daerah
dengan cara: (lihat PP).

3
3. Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin

A. Pasal 7(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:


a. hukuman disiplin ringan
b. hukuman disiplin sedang
c. hukuman disiplin berat.

B. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
dari:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.
Hukuman disiplin yang berupa teguran lisan yang dinyatakan disampaikan secara
lisan oleh pejabat yang berwenang menghukum pegawai negeri sipil yang
melakukan
pelanggaran disiplin.

C. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
dari:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
untuk hukuman disiplin yang berupa penundaan kenaikan gaji berkala dan
penurunan gaji ditetapkan untuk masa sekurang-kurangnya 3 bulan dan selama-
lamanya 1(satu)tahun. Semua hukuman disiplin yang termasuk jenis hukuman
disiplin seperti ini, seharusnya ditetapkan dengan suatu surat keputusan oleh
pejabat yang berwenang menghukum.

D. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1(satu) tahun
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
c. pembebasan dari jabatan
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Hukuman disisplin yang berupa penuruunan pangkat ditetapkan utnuk massa
sekurang-kurangnya enam bulan dan selama lamanya 1(satu)tahun. Untuk
hukuman disiplin dibebaskan dari jabatan, membawa akibat dicabutnya semua
wewenang dan hak-hak yang timbul karena jabatan beikut.

4. PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM.

Untuk menghindari kesimpangsiuran serta kesewenang-wenangan atau dengan


kata lain utntuk melindungi hak asasi pegawai negri sipil, maka pp 30 tahun 1980 ini
mengatur dengan tegas tata cara pemeriksaan, penjatuhan dan penyampain keputusan
hukuman sisiplin menurut pasal 7 pejabat yang berwenang menghukum.

a. Presiden bagi pegawai negeri sipil:

4
Presiden menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang

menduduki jabatan struktural eselon I dan jabatan lain yang pengangkatan dan
pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden, untuk jenis ukuman disiplin:

1) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;

2) pembebasan dari jabatan;

3) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

sebagai PNS

4) pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS

b. mentri dan jaksa agung bagi pegawai Negri sipilin dalam lingkungannya masing-
masing, kecuali jenis hukuman disiplin sebagai mana dimaksud dalam:

1. Pasal 6 ayat (4) huruf c dan huruf d bagi pegawai Negri sipil yang
berpaaangkat Pembina tingkat I golongan ruangan IV/b atas.
2. Pasal 6 ayat (4) huruf b bagi pegawai negri sipil yang memangku jabatan
structural eselon 1 atau janatan lain yang berwewenang pengangkatan dan
pemberentiannya berada ditanggan presiden.

c. pimpinan kesekretarian lembaga tertinngi/tinggi Negara dan pimpinan Lembaga


pemerintah Non Derpatemen bagi pegawai Negri Sipil dalam lingkungan dalam:

1. Pasal 6 ayat (4) huruf d yaitu pemberhentian dengan hormat sebagai


pegawai Negri sipil.
2. Pasal 6 ayat (4) huruf c bagi pegawai Negri Sipil yang berpangkat Pembina
Tingkat golongan ruang IV/b keatas
3. Pasal 6 ayat (4) huruf b bagi pegawai Negri sipil yang memangku jabatan
structural eselon atau jabatan lain yang berwewenang pengangkatan dan
pemberhentian ditanagan presiden.

d. Gebernur kepala daerah Tingkat I bagi pegawai Negri sipil pusat. Yang diperbentukan
pada daerah otonom dan bagi pegawai negri sipil Daerah dalam lingkungannya ,asimh-
masing kecuali jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam:

1. pasal 6 ayat(4) huuf c dan huruf d yaitu pemberhehtian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai pegawai negri sipil bagi pegawai negri sipil
pusat yang diperbentukan pada daerah otonomi.

5. PENDELEGASIAN WEWENANG UNTUK MENJATUHKAN HUKUMAN

Pada pasal 8 pp 30 tahun 1980 menyebutkan bahwa pejabat yang berwewenang


menghukum sebagai mana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf b huruf c, dan huruf d dapat
mendelagasikan sebagian wewenang kepada pejabat lain dalam lingkungan kekuasaanya untuk
menjatuhkan hukuman disiplin dalam lingkungan kekuasan untuk menjatuhkan hukuman
disiplinya dalam lingkungnannya masing-masing. Pendelagasian wewenang ini di kecualikan
untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (4) huruf c dan huruf d
dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Untuk menjantuhkan jenis hukuman disiplin sabagaiamana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(2) huruf yaitu teguran lisan dapat diklarifikasikan kepada pejabatan yang mangkuh

5
jabtan struktural serendah-serendah eselon V atau jabatan lain yang setingkat dengan
itu.
b. Untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(2), dapat didelegasikan kepada pejabat yang setingkat dengan itu.
c. Untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(2) yaitu jenis hukuman ringan dan ayat (3)
d. Huruf a yaitu penundaan kenaikan gaji berkala dpat didelegasikan kepada pejabat yang
memangkujabatan struktural serndah-rendahnya esolon III atau jabatan lain yang
setingkat dengna itu.
e. Untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(2) dan ayat (3) yaitu jenis-jenis hukuman disiplin ringan dan jenis hukuman disiplin
sedang, dapat didelegasikan kepasa pejabatan yang memangku jabatan struktual
serendah-rendahnya eselon II atau jabatan lain yang setingkat dengan itu
f. Utnuk menjantuhkan jenis hukuman disiplin sebagai mana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(2) yaitu hukuman disiplin ringan, ayat (3) hukuman disiplin sedang, dan ayat (4) huruf a
yaitu penurunan pangkat, dan huruf b yaitu pembebasan dari jabatan dapat
didelegasikan kepada pejabat yang memangku jabatan struktual eleson I atau jabatan
lain. Pasal atay (4) huruf c yaitu pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai pegawai negri sipil bagi pegawai negri sipil daerah yang berpangkat
Pembina tingkat1 golongan IV/b keatas.
g. Kepala perwakilan Republik Indonesia diluar negri bagi pegawai Negri sipil yang
dipekerjakan pada perwakilan Republik Indonesia diluar Negri,
dipekerjakan/diperbentukan pada Negara mengenai jenis hukuman disiplin
sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 atay (2) dan ayat (4) huruf b yaitu pembahasaan dari jabatan.

B.TATA CARA PEMBERHENTIAN PEGAWAI DAN PENSIUN

1. PEMBERHENTIAN PEGAWAI
A. Pengertian pemberhentian Pegawai
Pemberhentian pegawai adalah pemutusan hubungan kerja, baik untuk sementara
maupun untuk selamanya yang dilakukan oleh perusahaan atas pegawai atau karena
kehendak pihak perusahaan (Dr.A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, Drs, Msi. Psi.
manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, 2011). Sedangkan menurut undang-
undang No. 13 Tahun 2003 mengartikan bahwa pemberhentian atau pemutusan
hubungan kerja adalah pengakhiran hubungnan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antar keajiban antar pekerja dan
pengusaha. Sedangkan menurut Moekijat mengartikan bahwa pemberhentian adalah
pemutusan hubungan kerja seorang karyawan dengan suatu oraginisasi perusahaan.
Perusahaa yang melakukan pemberhentian akan mengalami kerugian karena
karyawan yang diberhentikan membawa biaya penarikan, seleksi, pelatihan dan proses
produksi berhenti. Pemberhentian yang dilakukan oleh perusahaan juga harus dengan
biak-baik, mengingat saat karyawan tersebut masuk juga diterima baik-baik.
Pemberhentian juga dapat diartikan sebagai pemutusan hubunga kerja seseorang
karyawan dengan organisasi perusahaan.

B. Bentuk-Bentuk Pemberhentian Pegawai


Ada empat macam pemberhentian pegawai, yaitu pensiun, pemberhentian atas
permintaan sendiri, pemberhentian langsung atas permintaan perusahaan dan
pemberhentian sementara.

6
a. pensiun

pension adlah pemberhentian dengan hormat oleh pihsk perusahaan


tarhadap pegawai yang usianya telah lanjut dan diangp sudah tak produktif lagi
atau setlah uasia 56, kecuali tanaga pelajar dan instuktur dapat berusia 65.

Dalam menghadapi pegawai yang akan pengsiun pihak perusahan dapat


melakukann hal-hal berikut:

 Kepada pegawai yang baersankutan diberikan surat keputusan pemutusan


hubungan kerja atau pemberhentian dengan hormat.
 Kepada pegawai yang bersangkutan diberikan pesangon, uang jasa dan uang
ganti rugi yang bersarnya sesuai dengna ketentuan yang berlaku
 Paling lambat 6 bualan sebelum masa pensiun, pihak perusahaan berkewajiban
diberi taukan secara tertulis kepada pagawai yang bersangkutan.

b. Pemberhentian atas Permintaan Sendiri dari Pegawai

Pemberhentian atas Permintaan Sendiri adalah pemberhentian dengan hormat oleh


pihak perusahaan setelah mempertimbangkan dan menyetujui permohonan pengunduran diri
pegawai yang bersangkutan karena alasan-alasan pribadi atau alasan tertentu. Dalam
menghadapi bentuk pemberhentian ini perlu diperhatikan antara lain beberapa hal berikut :

 Paling lambat 3 bulan sebelum waktu pemberhentian, pegawai yang bersangkutan


harus sudah mengajukan permohonan berhenti secara tertulis dengan
mengemukakan alasannya secara jelas.
 Karena alasan-alasan tertentu pihak perusahaan dapat menolak permintaan
berhenti tersebut dan menunda pemberhentian paling lama 1 tahun.
 Apabila permohonan tersebut disetujui, pihak perusahaan perlu mengeluarkan surat
keputusan pemberhentian dengan hormat atas nama pegawai yang bersangkutan.
 Kepada pegawai yang bersangkutan dapat diberikan pesangon, uang jasa dan ganti
rugi yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Pemberhentian Langsung oleh Pihak Perusahaan

Bentuk pemberhentian ini dilakukan oleh pihak perusahaan disebabkan antara lain
beberapa hal berikut :

1) Karena adanya penyederhanaan oganisasi atau rasionalisasi, yaitu pemberhentian dengan


hormat yang dilakukan oleh pihak perusahaan karena alasan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi perusahaan, sehingga menyebabkan perlunya penyederhanaan organisasi atau
rasionalisasi.
Dalam menghadapi pemberhentian karena adanya penyederhanaan organisasi atau
rasionalisasi perlu diperhatikan antara lain:

 Paling lambat 3 bulan sebelum memberhentikan pihak perusahaan harus


memberitahukan kepada pegawai yang bersangkutan mengenai rencana
adanya rasionalisasi dan pemberhentian tersebut dengan alasan alasan
yang jelas.
 Pihak perusahaan perlu mengeluarka surat keputusan pemberhentian
dengan hormat bagi pegawai yang bersangkutan.
 Kepada pegawai yang bersangkutan diberikan pesangon, uang jasa dan
ganti rugi yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7
2) Karena pelanggaran disiplin, penyelewengan atau tindak pidana lainnya, yaitu
pemberhentian tidak dengan hormat oleh pihak perusahaan terhadap pegawai yang
telah melakukan pelanggaran, penyelewengan atau karena tindak pidana yang
mengakibatkan yang bersangkutan terkena hukuman pidana.
Dalam menghadapi pemberhentian ini perlu diperhatikan antara lain:
 Apabila kepada pegawai yang bersangkutan telah diberikan peringatan –
peringatan lisan maupun tulisan sebanyak 3 kali dan pegawai yang
bersangkutan tidak menunjukan suatu perubahan sikap atau perilaku.
 Pihak perusahaan perlu mengeluarkan surat keputusan pemberhentian
tidak dengan hormat dengan alasan yang jelas.
 Kepada pegawai yang bersangkutan tidak diberikan pesangon maupun
jasa, tetapi hanya diberikan uang ganti rugi.

3) Karena ketidakmampuan pegawai yang bersangkutan, yaitu pemberhentian dengan


hormat oleh pihak perusahaan terhadap pegawai yang dianggap tidak dapat
menunjukkan kemampuan atau prestasi dan kondite yang baik.
Dalam menghadapi pemberhentian ini perlu diperhatikan antara lain :

 Apabila pegawai yang bersangkutan berdasarkan hasil penilaian


menunjukan nilai kurang dan telah diberikan peringatan secara tertulis
serta telah diberikan bimbingan, namun tetap menunjukkan nilai yang
rendah.
 Pihak perusahaan perlu mengeluarkan surat keputusan pemberhentian
dengan hormat kepada pegawai yang bersangkutan dengan alasan –
alasan yang jelas.
 Kepada pegawai yang bersangkutan diberikan pesangon, uang jasa, dang
anti rugi yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Pemberhentian Sementara

Pemberhentian sementara ini dapat tejadi antara lain :


1) Karena alasan kesulitan – kesulitan yang dihadapi perusahaan yaitu
pemberhentian oleh pihak perusahaan dalam jangka waktu tertentuyang
disebabkan oleh kondisi perusahaan yang kurang menguntungkan atau
menurunnya aktivitas usaha.
Dalam menghadapi pemberhentian ini perlu diperhatikan yaitu :
 Paling lambat 1 bulan sebelum pemberhentian, pihak perusahaan harus
memberitahukan kepada pegawai yang bersangkutan mengenai keadaan
perusahaan dan rencana adanya pemberhentian sementara.
 Kepada pegawai yang bersangkutan tetap diberikan balas jasa sebesar
gaji pokok.
 Apabila kondisi perusahaan semakin melemah dan menunjukkan
keadaan yang sulit untuk ditingkatkan kembali maka pemberhentian
sementara tersebut paling lama 6 bulan sejak tanggal pemberhentian
dapat dikeluarkan surat keputusan PHK dengan hormat, dengan
ketentuan perusahaan perlu memberikan pesangon, uang jasa, dang anti
rugi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada perusahaan tersebut.

2) Karena pelanggaran, penyelewengan, dan tindak pidana, yaitu pemberhentian


sementara oleh pihak perusahaan terhadap pegawai yang melanggar disiplin,
melakukan penyelewengan atau tindak pidana lainnya.
Dalam menghadapi pemberhentian ini yang perlu diperhatikan, yaitu :

 Apabila pegawai yang melanggar disiplin dan melakukan manipulasi atau


penyelewengan telah diberikan peringatan lisan dan tertulis, tidak

8
menunjukan perubahan sikap, maka kepada pegawai tersebut dapat
dikenakan sanksi pemberhentian sementara (schorsing)
 Selama pemberhentian sementara tersebut, kepada pegawai yang
bersangkutan hanya atau dapat diberikan 80% gaji pokok per bulan.
 Apabila setelah paling lama 3 bulan pemberhentian sementara tersebut
berlangsung, pegawai uang bersangkutan dapat diperkenankan kembali
bekerja seperti uubiasanya dengan medapat hak – haknya kembali secara
penuh. Tetapi, apabila penyelewengan atau pelanggaran disiplin
tersebut diulangi kembali oleh pegawai tersebut, pihak perusahaan dapat
langsung mengeluarkan surat keputusan pemberhentian dengan
ketentuan sesuai dengan yang berlaku pada perusahaan.

2. Pensiun
a. Pengertian pensiun

Definisi pensiun ada bermacam-macam tergantung system/metode yang digunakan


dalam pelaksanaanya dan tempat atau organisasi yang menerapkannya, menurut Arifianto
pensiun adalah penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun setiap bulan berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku (Arifianto,2004:4).
Pengertian pensiun sebagaimana tertuang dalam undang-undang Nomor 43 tahun 1999
tentang Pokok-pokok Kepegawaian pasal 10 disebutkan bahwa pensiun adalah jaminan hari tua
dan balas jasa terhadap pegawai negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya
kepada Negara. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pensiun
adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak bekerja lagi sebagai pegawai negeri dengan
mendapatkan penghasilan yang teratur.
Masa pensiun merupakan masa yang akan dihadapi oleh seorang pegawai bagi yang
bekerja pada instansi pemerintah,swasta,maupun lembaga BUMN (Fillipo,1984:283). Pensiun
dilaksanakan untuk menjamin produktivitas kerja suatu instansi atau perusahaan agar tetap
seimbang mengingat semakin bertambahnya usia maka produktivitas kerjanya pun akan
menurun. Dengan adanya program pensiun maka perencanaan pembinaan masa depan
seseorang pegawai setelah pensiun dapat terjamin.
Beberapa manfaat dilaksanakannya program pensiun ini sebagaimana dikemukakan
oleh Sirait (2006:279-280) adalah untuk :
a) Dikelola tanpa adanya komplikasi untuk membuktikan bahwa karyawan yang telah
lanjut usia sudah tidak lagi memenuhi syarat-syarat pekerjaan.
b) Menciptakan lowongan-lowongan yang dapat membuat bagi karyawan lebih muda
untuk maju mempermudah perencanaan SDN karena jadwal pensiun telah diketahui.
c) Memberikan jalan keluar terhormat bagi para karyawan yang tidak lagi memenuhi
syarat
d) Merangsang karyawan untuk membuat rencana-rencana pensiun sebelum mereka
sampai pada tanggal pensiun yang telah diketahui.

b. Hak Atas Pensiun PNS


Sesuai dengan ketentuan pasal 3 undang-undang Nomor 11 tahun 1969 maka pensiun
pegawai dapat diberikan kepada :
a) Janda yaitu istri yang sah menurut hokum dari pegawai negeri atau penerima pensiun
pegawai yang meninggal dunia.
b) Duda yaitu istri yang sah menurut hukum dari pegawai negeri wanita atau penerima
pensiun pegawai wanita yang meninggal dunia

9
c) Anak yaitu anak kandung yang yang sah atau anak kandung/anak yang disahkan
menurut Undang-Undang Negra dari Pegawai Negeri,penerima pensiun atau penerima
pensiun janda/duda;atau
d) Orangtua,yaitu ayah kandung dan/atau ibu kandung pegawai negeri.

Untuk lebih memudahkannya maka dapat dikelompokkan jenis pensiun PNS sebagai
berikut:

a. Pensiun Pegawai
Dilihat dari aspek persyaratan untuk mendapatkan hak pensiun,maka pensiun
oegawai dapat dibedakkan menjadi 2(dua) yakni pensiun normal dan pensiun
dipercepat. Manfaat pensiun normal diberikan kepada pegawai yang telah mencapai
Batas Usia Pensiun (BUP) dan memiliki masa kerja pensiun minimal 10 tahun. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 32 tahun 1979 tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil pasal 3 maka BUP seorang PNS ialah 56 tahun. Namun, untuk PNS
yang memangku jabatan tertentu maka BUP-nya dapat diperpanjang,misalnya untuk
jabatan guru sampai dengan 60 tahun,guru besar sampai dengan 65 tahun dan lain-lain.
Sedangkan pensiun dipercepat diberikan kepada pegawai yang belum mencapai BUP
tetapi tidak berhak mendapatkan hak pensiun. Manfaat pensiun dipercepat dapat
diberikan dengan syarat :
1) PNS telah berusia minimal 50 (lima puluh) tahun dan memiliki masa kerja
minimal untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun. Maksudnya
adalah seorang PNS dapat diberhentikan dengan tetap mendapatkan hak
pensiun pegawai meskipun dia belum mencapai BUP,asal usianya telah
mencapai minimal 50 tahun dan memiliki masa kerja pensiun minimal 20 tahun.
Jenis pensiun ini sering dikenal dengan Pensiun Dini. Dalam pengertian ini, jika
seorang PNS mengundurkan diri namun belum memenuhi syarat di atas maka
yang bersangkutan tidak berhak untuk mendapatkan hak pensiun, secara
sederhana dikatakan tersebut tidak mendapatkan uang bulanan pensiun. Salah
satu alasan dari ketentuan ini adalah agar seorang PNS tidak dengan seenaknya
berhenti untuk mengharapkan hak pensiun.
2) Oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Kementrian Kesehatan (Tim Penguji
Kesehatan PNS) dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri
karena keadaan jasmani atau rohani yang disebabkan oleh dan karna ia
menjalankan kewajibaanya (dinas). Maksudnya, seorang PNS dapat
diberhentiakn oleh hormat dengan hak peensiun tanpa terkait masa kerja
apabilayang bersangkautan dinyatakan menderita sakit (baik jasmani atau
rohani) sehingga tidak bisa lagi bekerja dalam jabatan apapun, yang sakitnya
tersebut diakibatkan karena menjalankan kewajiban jabatanya (karena alasan
kedinasan)
3) Bagi PNS yang dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri
karena keadaan jasmani atau rohani namun bukan karena diakibatkan
menjalankan kewajibaan jabatan, maka yang bersangkutan dapat diberhentikan
dengan hak pensiun asalkan telah memiliki masa kerja minimal 4(emapt) tahun.
4) Pegawai Negri Sipil yang mengalami penyederhanan organisasi (sekarang sangat
jarang ditemukan), telah selesai dijalankan kewajibaan Negara namun tidak
diperkerjakan kembali sebagai PNS atau pun kerana alasan-alasan dinas lainnnya
dapat diberhentikan dengan hak pensiun jika telah memiliki usia minimal 50
tahun dan memiiki masa kerja pensiun minimal 10 taun. Untuk pemberhentian
jenis ini, PNS tersebut dapat terlebih dahulu diberiakn uang tunggu.

10
b. Pensiun PNS karena meninggal dunia (pensiun Janda/Duda)
Apabila seseorang Pegawai Negri Sipil meninggal dunia maka isteri(isteri-isteri)
dari PNS wanita berhak menerima pensiun janda/duda. Besarnya pensiun
janda/duda sebulan adalah 36% (tiga puluh enam persen) dari dasar pensiun,
dengan ketentuan bahwa apabila terdapat lebih dari seorang istri yang berhak
menerima pensiun,maka besarnya bagian pensiun janda untuk masing-masing istri
adalah 36% dibagi rata antara istri-istri itu. Jumlah 36% dari dasar pensiun dimaksud
tidak boleh kurang dari 75% dari gaji pokok terendah menurut peraturan
pemerintah tentang gaji dan pangkat PNS yang berlaku saat itu.
Adapun istri/suami dan anak yang berhak untuk mendapatkan pensiun
janda/duda adalah :
1) Istri/suami dana anak yang telah terdaftar
2) Pendaftaran lebih dari satu istri harus <
3) Apabila pada saat PNS meninggal dunia tidak mendaftarkan istri/suami maka
pensiun janda/dudanya dapat diberikan kepada istri/ suami yang ada pada
waktu ia meninggal dunia. Apabila pegawai negeri pria mempunyai istri lebih
dari seorang, maka pensiun janda diberikan kepada istri yang waktu itu paling
lama dan tidak terputus dinikahinya.
4) Anak yang didaftarkan adalah anak yang berhak
5) Pendaftaran istri/anak dolakukan dalam waktu 1 tahun
6) Anak yang berhak untuk menerima pensiun adalah anak yang belim berumur 25
tahun, belum mempunyai penghasilan sendiri dan belum pernah menikah.
Apabila terdapat anak yang usianya lebih dari 21 tahun tetapi belum 25 tahun
maka dimintakan surat keterangan belajar dari sekolah yang bersangkutan.

c. Pensiun janda / atau duda dari PNS yang meninggal dunia


Pejabat yang membina kepegawaian menyampaikan usul pensiun janda/duda
dari PNS yang meninggal dunia bersamaan dengan usul kenaikan pangkat pengabdian
dengan melampirkan :
1) Data perorangan calon penerima pensiun (DPCP) yang ditandatangani oleh
istri/suami/anak/orangtua.
2) Salinan / foto copy sah surat keputusan pengangkatan pertama sebagai
CPNS/PNS
3) Salinan / foto copy sah surat keputusan kenaikan pangkat terakhir
4) Surat keterangan kematian dari kepala kelirahan/desa/camat.
5) Daftar susuna keluarga
6) Akta / surat nikah
7) Akta kelahiran anak-anaknya
8) Surat keterangan janda / duda dari kepala kelurahan / desa / camat
9) Alamat sebelum dan sesudah pensiun
10) Pas photo suami / istri dari PNS yang meninggal dunia ukuran 4 x 6 cm
sebanyak 5 lembar. Apabila suami / istri dari PNS juga sudah meninggal
namun masih mempunyai anak yang berhak menerima pensiun maka
dilampirkan pas photo anak tersebut.
11) Apabila PNS tersebut memenuhi syarat untuk diberikan kenaikan pangkat
pengabdian, maka dilengkapi dengan dilampirkan :
a. Daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP-3) tahun terakhir.
b. Surat pernyataan tidak pernah dijatahui hukuman disiplin tingkat berat
atau sedang dalam 1 (satu) tahun terakhir.

d. Pensiun Janda / Duda dari pensiun PNS yang meninggal dunia karena Sakit

11
Kepala kantor cabang PT. Taspen (persero) penyampaikan usul pensiun janda /
duda dari pensiunan PNS yang meninggal dunia dengan melampirkan :
1) Salinan / fotocopy sah SK pensiun dari pensiunan PNS yang bersangkutan.
2) Surat keterangan kematian dari kepala Lurah/desa/camat.
3) Pas photo suami/istri dari PNS yang meninggal dunia ukuran 4 X 6 cm
sebanyak 5 lembar. Apabila suami/istri dari PNS juga sudah meninggal
namun masih mempunyai anak yang berhak menerima pensiun maka
dilampirkan pas photo anak tersebut.
4) Akta/surat nikah
5) Akta kelahiran anak-anaknya
6) Surat keterangan Janda/duda dari kepala lurah/desa/camat

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan


kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara pekerja dan pengusaha. Sedangkan pensiun adalah suatu kondisi dimana
seseorang tidak bekerja lagi sebagai pegawai negeri dengan mendapatkan penghasilan
yang teratur.

B. SARAN

12
Tanamkanlah sifat jujur dalam diri kita, sehingga kita dapat menjalankan tugas dengan
baik. Materi ini mengarahkan kita bagaimana bisa mengatur penggunaan uang untuk keperluan
bersama.

DAFTAR PUSTAKA

http://anihkuraesin97.blogspot.com/2016/01/tata-cara-pemberhentian-pegawai-dan.html

http://bkpsdmd-kabupatensigi.blogspot.com/2017/10/pejabat-yang-berwenang-menghukum-
pns.html

https://nananghimawan.wordpress.com/2012/01/16/tingkat-dan-jenis-hukuman-disiplin-pns/

13
14

Anda mungkin juga menyukai