Anda di halaman 1dari 10

J. Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.3 Hal.

113 -122 Jakarta, Desember 2008 ISSN 1907-1043

STUDI PEMILIHAN LOKASI ALTERNATIF


PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
Syaefudin

Peneliti Bidang Geologi Kelautan


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Abstract

The operational of Trisakti port , Banjarmasin, South Kalimantan is only 3 hours


perday due to sedimentation and sea lane damaged. This condition became worse
inline with forest conversion in hinterland area. Selection of alternative port was
carried out at seven coastal areas in Tanah Laut regency. Based on the result of
multicriteria analysis, the best location for alternative port is Batakan-Tanjung Coast.
Key words : port, sedimentation, location alternative, multicriteria analysis

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pelabuhan Trisakti yang terletak di alur Pelabuhan Trisakti dewasa ini hanya
sungai Barito Kota Banjarmasin Propinsi mampu beroperasi selama 3 (tiga) jam
Kalimantan Selatan, karakteristiknya sehari. Akibat dari sangat sulitnya
sangat dipengaruhi oleh kondisi atau manuver kapal sehingga mengakibatkan
proses alam setempat. Proses alam yang alur pelayaran ini tidak dapat dilewati
dominan, terutama pendangkalan alur dengan aman dan nyaman.
pelayaran antara lain dipengaruhi oleh Kondisi ini mengakibatkan kerugian
perubahan perilaku alam dari daerah aliran bagi perusahaan pelayaran, karena
sungai Barito baik di daerah hulu, badan membengkaknya beban biaya bahan
sungai maupun di muara. Disamping faktor bakar, biaya sandar serta biaya lainnya.
karakteristik aliran sungai, yaitu semakin Selain itu kerugian ini juga diderita oleh
tingginya suplai sedimen dari hulu, kondisi pengguna jasa akibat dari beban biaya
hidro-oseanografi di kawasan muara waktu tunggu di pelabuhan yang semakin
Sungai Barito mengakibatkan panjang. Dampak dari perpindahan ini
terbentuknya endapan sedimen di sekitar mengakibatkan kerugian bagi masyarakat
muara yang berasal dari hulu maupun dari Kalimantan Selatan pada umumnya serta
arah longshore current (arus sejajar penurunan pendapatan asli daerah (PAD)
pantai). Kondisi tingginya laju sedimentasi bagi Pemerintah Propinsi Kalimantan
ini mengakibatkan ganguan alur pelayaran Selatan .
di Pelabuhan Trisakti. Oleh karena itu

Korespondensi Penulis :
Telp. 62-21-316 9714; brebes66_id@yahoo.com

Studi Pemilihan Lokasi ....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (3) : 113 - 122 113
Ironisnya alur pelayaran Pelabuhan pelabuhan umum sebagai alternatif dari
Trisakti makin lama makin tidak Pelabuhan Trisakti Banjarmasin.
menguntungkan seperti : kondisi kritis
pada alur pelayaran dari muara hingga 1.3. Lokasi Penelitian
pada Trisakti sepanjang 14 km,
pendangkalan akibat adanya endapan Lokasi penelitian dilakukan di wilayah
lumpur paling sedikit 12 meter kubik setiap pantai Kabupaten Tanah Laut, hal ini
hari, penyempitan alur menyebabkan dilihat dari beberapa aspek antara lain
rawan kecelakaan karena kapal sering meliputi :
kandas dan bersenggolan. Kondisi 1. Jarak relatif dekat dengan pusat
tersebut diperparah oleh adanya alih fungsi perekonomian Kalimantan Selatan
hutan di daerah hulu dimana pada tahun dengan jumlah penduduk 235.970 jiwa
1984 luas hutan di Kalimantan Selatan (Kabupaten Tanah Laut Dalam Angka)
sekitar 1,4 juta hektar, menurun menjadi dengan tingkat pertumbuhan penduduk
759,600 hektar pada tahun 2000 (Kompas rata-rata selama 10 tahun terakhir yaitu
24 April 2006). Dengan memperhatikan tahun 1993 hingga tahun 2002 adalah
kondisi sebagaimana di atas, maka sebesar 2,21 % pertahun, memliliki
pelabuhan Trisakti berada dalam kondisi potensi besar untuk dapat mendukung
yang kurang menguntungkan akibat dari keberadaan pelabuhan.
tingginya biaya perawatan alur pelayaran, 2. Memiliki garis pantai yang cukup
Biaya pemeliharaan alur pelayaran dimana pada tempat tertentu dijumpai
Pelabuhan Trisakti agar dapat dilayari kedalaman laut cukup dengan tingkat
oleh kapal kapal besar selama 24 jam sedimentasi yang relatif kecil.
sangat tingggi akibat dari pengerukan 3. Terdapatnya beberapa komoditas
yang dilakukan secara terus menerus ekspor dan beberapa komoditas yang
sepanjang tahun. Selama ini biaya potensial untuk diekspor dikemudian
pengerukan ini membutuhkan dana hari seperti pertanian, terutama
pemerintah daerah yang sangat besar, perkebunan dan peternakan,
mencapai 9 – 10 miliar pertahun. Akibat pertambangan batu bara dan pabrik
dana yang sangat besar tersebut maka semen dan kehutanan, perikanan dan
pemerintah daerah berupaya memperoleh kelautan terutama penangkapan di laut,
dana untuk pengerukan dari pemerintah pengembangan tambak, budidaya ikan
pusat. air tawar, sistem pengolahan dan
pemasaran, pengolahan hasil
1.2. Maksud dan Tujuan pertanian, perikanan, kelautan,
kehutanan dan pertambangan.
Tulisan ini merupakan sebagian dari
4. Posisi Kabupaten Tanah Laut yang
hasil kegiatan kerjasama antara Badan
relatif berada di tengah poros
Penelitian dan Pengembangan Propinsi
Kalimantan Selatan dan poros NKRI
Kalimantan Selatan dengan Pusat
menjadikannya sangat strategis pada
Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam,
aspek perekonomian Kalimantan
BPPT. Maksud dari kegiatan ini adalah
Selatan maupun aspek perekonomian
melakukan kajian pantai di Kabupaten
NKRI yang mendasari kehidupan
Tanah Laut sebagai data awal untuk
berbangsa dan bernegara.
pelabuhan umum. Sedangkan tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mencari lokasi- 5. Relatif dekat dengan Alur Lintas
lokasi pantai di Kabupaten Tanah Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
yang dapat dikembangkan menjadi

114 Syaefudin, 2008


Gambar 1. Lokasi penelitian Kabupaten Tanah Laut

Dari seluruh wilayah pantai Kabupaten masing-masing lokasi penelitian


Tanah Laut dipilih 7 (tujuh) lokasi pantai dibandingkan satu dengan lainnya untuk
yaitu :Pantai Batakan, Pantai Pulau Datu, mendapatkan urutan lokasi yang terbaik
Pantai Takisung, Pantai Sanipah, Pantai
Sabuhur, Pantai Muara Asam-asam dan 3. Pembahasan Hasil
3.1. Pola Transpor Sedimen Pantai

2. Metode Pendekatan Dari data sekunder yang diperoleh dari


Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG),
Pemilihan lokasi untuk membangun diperoleh arah angin dominan berasal dari
pelabuhan harus mempertimbangkan Timur - Tenggara. Hal ini mengakibatkan
faktor lautan dan daratan(1). Faktor asal arah angkutan nett sedimen transport
lautan dalam pertimbangan pemilihan pantai Selatan Tanah Laut dari Sungai
lokasi ini meliputi : oseanografi Danau ke Tanjung Selatan.
(kedalaman, gelombang) dan transport
Sedangkan pada pantai Barat
sedimen pantai. Sedangkan faktor darat
Kabupaten Tanah Laut, walaupun arah
meliputi : kondisi hinterland (kemiringan,
angin berasal dari Timur – Tenggara,
ketinggian, status tanah, land use),
angkutan nett sedimen transport-nya
batuan dasar pantai, akses ke lokasi.
berarah ke Selatan (ke Tanjung Selatan).
Faktor-faktor tersebut diamati secara
Hal ini terjadi karena adanya pengaruh
visual pada lokasi pantai yang telah
dataran Tanjung Selatan yang menjorok
ditentukan. Sedangkan untuk data
sehingga arah gelombang akan mengalami
gelombang dan kedalaman perairan
difraksi atau pembelokan arah ke selatan.
diambil dari data sekunder.
Sehingga sedimen yang berasal dari
Selanjutnya data setiap faktor tersebut ambang muara Barito tersedimentasi/
dianalisis dengan pendekatan metode terendapkan di kawasan pesisir Barat
multi kriteria melalui pengharkatan Kabupaten Tanah Laut ke arah Selatan
(scoring). Hasil dari pengharkatan pada (Tanjung Selatan).

Studi Pemilihan Lokasi ....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (3) : 113 - 122 115
Pola angkutan sedimen tersebut Tabel 2. Pengharkatan Kedalaman
dilapangan dapat dilihat dari endapan,
pasir, arah spit dan tingkat kekeruhan air
laut.
Kriteria pengharkatan lokasi akibat
angkutan sedimen ini ditunjukkan dengan
Tabel 1.

Tabel 1. Pengharkatan Angkutan


Sedimen

Dari hasil pengamatan di lokasi


penelitian, kemiringan kontur kedalaman
batimetri pantai Selatan Kabupaten Tanah
Laut, menunjukkan kemiringan yang
seragam. Sedangkan di pantai Barat
menunjukkan gradasi kemiringan yang
tidak seragam seperti di sekitar perairan
Pulau Datu dan Batakan.

b. Gelombang
Pengaruh gelombang di kawasan
calon pelabuhan mempunyai pengaruh
Pengharkatan dari masing-masing yang cukup penting dalam perencanaan
lokasi penelitian menghasilkan lokasi pelabuhan. Besarnya energi gelombang ini
beruturutan dari yang paling baik, yaitu : mempengaruhi biaya konstruksi bangunan
P.Datu/Batakan/Sanipah/Sabuhur, Muara pemecah gelombang serta proses
Asam-asam/Muara Kintap, dan Takisung bongkar muat barang di dalam kolam
(lihat Gambar 2). pelabuhan(3).
Pantai Selatan Kabupaten Tanah Laut
3.2. Penilaian Kriteria Oseanografi merupakan pantai terbuka sehingga
a. Kedalaman Perairan pengaruh gelombang yang dominan datang
Kedalaman perairan merupakan faktor dari arah Tenggara menuju pantai relatif
oseanografis yang sangat berpengaruh lebih besar daripada di pantai Barat yang
dalam perencanaan pelabuhan. Untuk terlindung oleh Tanjung Selatan.
pelayaran, kapal-kapal memerlukan draft Kriteria pengharkatan pengaruh
tertentu sehingga kedalaman yang gelombang yang menuju pantai
digunakan untuk pelayaran adalah ditunjukkan pada Tabel 3. Dari gabungan
kedalaman draft kapal ditambah dengan pengharkatan antara kedalaman dan
kedalaman tertentu (faktor keselamatan pengaruh gelombang dari masing-masing
pelayaran)(2). Di bawah ini disajikan tabel lokasi penelitian diperoleh lokasi
penilaian kedalaman yang dibutuhkan berurutan dari yang paling baik adalah :
untuk persyaratan perencanaan Batakan/Pulau Datu, Muara Asam-asam/
pelabuhan : Muara Kintap, Takisung, dan Sanipah /
Sabuhur (lihat Gambar 3).

116 Syaefudin, 2008


Tabel 3. Pengharkatan Gelombang c. Kedalaman Efektif Tanah
Kedalaman efektif tanah biasanya
berkaitan erat dengan tingkat kesuburan
tanah dan konstruksi yang akan dibangun.
Kawasan pelabuhan tidak memerlukan
tanah yang subur karena lapisan tanah
yang subur biasanya akan lebih gembur
dibandingkan dengan lapisan tanah
lainnya. Adapun kriteria pengharkatan
tersebut di tunjukkan dengan Tabel 6.

Tabel 4. Pengharkatan Ketinggian

c. Biaya Perawatan
Dalam melakukan perencanaan
pelabuhan perlu dipertimbangkan biaya
perawatan pelabuhan. Faktor-faktor
dominan yang sangat mempengaruhi
biaya perawatan pelabuhan meliputi
kedalaman, sedimentasi, erosi dan
gelombang. Dari faktor tersebut dilakukan
scoring, hasil scoring dapat diurutkan dari
paling murah adalah : Batakan/Pulau
Datu/Sanipah, Sabuhur, Kintap dan Muara Tabel 5. Pengharkatan Kemiringan
Asam-asam (Gambar 4). Lahan
3.3. Parameter Darat
a. Ketinggian
Kondisi ketinggian pantai yang paling
baik untuk membangun pelabuhan
(konstruksi) adalah yang sedikit di atas
permukaan laut agar mudah dalam
melakukan bongkar muat barang dan
perpindahan penumpang serta
menghemat biaya pengerukan jika kolam
labuhnya dibangun dengan mengeruk d. Erosi
daratan. Adapun pengharkatan tersebut Erosi perlu dipertimbangkan karena
ditunjukkan pada Tabel 4. berkaitan dengan biaya pembangunan dan
perawatan konstruksi, keawetan
b. Kemiringan Lereng
konstruksi serta keamanan alur
Kondisi kemiringan lereng pelayaran. Adapun kreteria pengharkatan
berpengaruh pada bentuk dan biaya ditunjukkan dengan Tabel 7.
konstruksi pelabuhan. Semakin tinggi
tingkat kemiringan lereng semakin mahal e. Tekstur Tanah
biaya konstruksinya. Adapun Pelabuhan memerlukan tanah yang
pengharkatan tersebut ditunjukkan dengan stabil dan kuat agar sangup menyangga
Tabel 5. konstruksi bangunan serta lalu lintas

Studi Pemilihan Lokasi ....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (3) : 113 - 122 117
barang dan manusia. Adapun seperti ketinggian, kemiringan lereng,
pengharkatan tersebut ditunjukkan pada kedalaman efektif tanah, erosi, tekstur
Tabel 8. tanah dan jaringan jalan diperoleh urutan
biaya dari yang termurah yaitu : Batakan/
Tabel 6. Pengharkatan Kedalaman
Pulau Datu/Takisung, Sabuhur/Muara
Efektif Tanah
Asam-Asam/Kintap/Sanipah (Gambar 5).
Tabel 9. Pengharkatan Jaringan Jalan

Tabel 7. Pengharkatan Erosi

3.4. Parameter Hinterland


Kondisi hinterland yang sangat
berpengaruh terhadap biaya pembangunan
pelabuhan meliputi : drainase tanah,
kedekatan sungai, penggunaan lahan dan
Tabel 8. Pengharkatan Tekstur Tanah status tanah.

a. Drainase Tanah
Drainase tanah berkaitan erat dengan
tingkat penyerapan air dan lamanya air
tergenang pada suatu kawasan. Kawasan
pelabuhan tidak boleh tergenang, apalagi
dalam waktu yang lama karena akan
berpengaruh pada keefektifan bongkar
muat barang dan perpindahan arus
penumpang. Adapun penilaian
pengharkatan tersebut ditunjukkan pada
Tabel 10.
f. Jaringan Jalan
Tabel 10. Pengharkatan Drainase Tanah
Kedekatan dengan jalan utama akan
memberikan kemudahan bagi para
penumpang dalam mencapai dan
meninggalkan lokasi pelabuhan serta
penyaluran barang hasil bongkar muat.
Adapun penilaian pengharkatan tersebut
ditunjukkan pada Tabel 9. Dari
penggabungan pengharkatan masing-
masing lokasi penelitian yang
berhubungan dengan biaya konstruksi

118 Syaefudin, 2008


Tabel 11. Pengharkatan Sungai kemudahan dalam melakukan
pembebasan tanah. Adapun penghar-
katannya ditunjukkan dengan Tabel 13.
Dari penggabungan pengharkatan masing-
masing lokasi penelitian yang
berhubungan dengan kondisi hinterland
seperti drainase, kedekatan sungai,
penggunaan tanah dan status tanah
diperoleh urutan dari yang terbaik yaitu:
Tabel 12. Pengharkatan Penggunaan Batakan/Pulau Datu/Takisung/Sabuhur,
Lahan Sanipah, Muara Asam-Asam/Kintap
(Gambar 6).

Tabel 13. Pengharkatan Status Tanah

b. Sungai
3.5. Penentuan Lokasi Alternatif
Kedekatan sungai dengan pelabuhan
sangat penting bagi kawasan pelabuhan Dari semua hasil pengharkatan yang
untuk memenuhi kebutuhan penyediaan telah dilakukan, selanjutnya dilakukan
air bagi kapal. Adapun penilaian komparasi antar lokasi penelitian dan
pengharkatan tersebut di tunjukkan pada diperoleh urutan lokasi alternatif pengganti
Tabel 11. Pelabuhan Trisakti dari yang paling
potensial, yaitu : Pantai Batakan, Pantai
c. Penggunaan Lahan Pulau Datu, Pantai Takisung, Muara
Kintap, Muara Asam-Asam, Pantai
Perubahan penggunaan lahan tidak
Sabuhur dan Pantai Sanipah (Gambar 7).
boleh dilakukan sembarangan karena
harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang
4. KESIMPULAN
Wilayah dan tidak boleh merusak
kawasan lindung. Adapun penilaian kriteria Dari data pola transport sedimen,
tersebut ditunjukkan pada Tabel 12. kondisi batuan penyusun pantai,
kelerengan pantai, kedalaman, dan
d. Status Tanah
topografi daerah hinterland serta metoda
Status tanah berkaitan dengan status multikriteria dapat disimpulkan bahwa :
hukum yang dimiliki oleh tanah itu dan

Studi Pemilihan Lokasi ....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (3) : 113 - 122 119
1. Dari pola transpor sedimen pantai 4. Untuk memastikan lokasi yang terbaik
diperoleh bahwa pola sedimentasi di dari yang terpilih sebaiknya dilakukan
Pantai Barat berarah dari Utara ke pengukuran kedalaman perairan yang
Selatan sedangkan di Pantai Selatan lebih detil pada lokasi yang potensial,
berarah dari Timur ke Barat. seperti jalur perairan P. Datu , Batakan
2. Dari data lapangan diperoleh bahwa ke Selatan sampai dengan Tanjung
perairan antara Pantai P. Datu sampai Selatan.
dengan Batakan mempunyai potensi
yang lebih baik dibandingkan pantai DAFTAR PUSTAKA
lainnya untuk dijadikan pelabuhan
1. Kramadibrata, Soedjono, 1985,
alternatif pengganti.
Perencanaan Pelabuhan,Ganeca
3. Urutan lokasi alternatif pelabuhan Exact, Bandung, 480 hlm
pengganti dari yang paling potensial
2. Takagaki, Yasuo dan Sasaki, Hideo,
adalah Pantai Batakan, Pantai Pulau
1995, Standar teknis untuk sarana-
Datu, Pantai Takisung, Muara Kintap,
sarana Pelabuhan di Jepang, Jica,
Muara Asam-Asam, Pantai Sabuhur
Jakarta.
dan Pantai Sanipah.
3. Triatmodjo, Bambang, 1996,
Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta,
1996, 299 hlm

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. Hasil Pengharkatan Oseanografi

120 Syaefudin, 2008


Gambar 3. Hasil Pengharkatan Transport Sedimen

Gambar 4. Hasil Pengharkatan Biaya Perawatan

Gambar 5. Hasil Pengharkatan Biaya Konstruksi

Studi Pemilihan Lokasi ....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (3) : 113 - 122 121
Gambar 6. Hasil Pengharkatan Parameter Hinterland

Gambar 7. Hasil Penentuan Lokasi Alternatif

122 Syaefudin, 2008

Anda mungkin juga menyukai