LP Sol
LP Sol
OLEH :
I PUTU DITYA PRAYANTO
14.901.0753
I. Pengertian
SOL merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial
khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak
seperti kuntusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intra kranial. (Long, C
1996;130)
Dijelaskan dalam laporan pendahuluan ini tentang SOL cerebri (tumor otak). Adapun
definisi tumor otak adalah proses pertumbuhan massa baik itu yang bersifat jinak (benigna)
dan bersifat ganas (maligna) yang mengenai otak dan sumsum tulang belakang (Long, C
1996;130).
Tumor intrakranial adalah lesi desak ruang yang bersifat jinak maupun ganas, yang
tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis
progresif. Gangguan neurologis pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua
faktor, yaitu gangguan fokal karena tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (ICP) (Price,
Sylvia A, 2006).
Tumor otak berasal dari jaringan neoronal, jaringan otak penyokong, sistem
retikuloendotelial, lapisan otak, dan jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis
dari karsinoma sistemik. Metastasis otak disebabkan oleh keganasan sistemik dari kanker
paru, payudara, melanoma, limfoma, dan kolon. Tumor otak dapat terjadi pada semua usia :
dapat terjadi pada anak usia kurang dari 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada dewasa
usia dekade kelima dan enam. Pasien yang bertahan dari tumor otak ganas jumlahnya tidak
II. Epidemiologi
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan
(39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥ 60 tahun (31,85 persen),
selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50
tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi dan
lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti: inoperable atau
tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen),
sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis,
cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi
Anatomi (PA) jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah Meningioma (39,26 persen),
sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan (R. Soffieti,
2003).
III. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-
jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak
bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
f. Trauma
Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui (R.
Soffieti, 2003).
IV. Patofisiologi
pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor: gangguan fokal
disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial. Gangguan fokal terjadi apabila
terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim
otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi invasi
dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi
dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain
cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus
temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer
saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
faktor genetik, radiasi, virus, sel – sel embrional, dan trauma. Faktor ini menyebabkan
terjadinya proliferasi pada CNS sehingga kandungan DNA menjadi abnormal akibatnya
tidak dapat mengontrol pembelahan sel. Lama – kelamaan terjadi pertumbuhan sel yang
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal akibat tumor
dan peningkatan tekanan intrakranial (ICP). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut
dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Hal ini
Jika tumor mengenai daerah lobus frontalis maka akan timbul kelemahan pada otot
wajah sehingga terjadi gangguan bicara dan pasien mengalami afasia. Jika terjadi
tekanan pada daerah dan lintasan motorik didekat tumor maka pasien akan mengalami
hemiparesis yang kemudian terjadi paralisis dan reflek tendon menurun. Tumor pada
lobus parasentralis juga menyebabkan terjadi kelemahan pada kaki dan ekstremitas
bawah.
Peningkatan ICP dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS.
Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab
tersebut. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari – hari atau berbulan – bulan
untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intrakranial,
volume CSF, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel – sel parenkim. Peningkatan
tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi unkus atau serebelum.
Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui
insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon
mengakibatkan tonsil serebelum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu
massa posterior sehingga terjadi kompresi medulla oblongata yang selanjutnya pasien
Selain itu peningkatan ICP mengakibatkan terjadinya traksi dan pergeseran struktur
peka nyeri dalam rongga intrakranial sehingga timbul nyeri kepala. Peningkatan ICP juga
edema, perluasan bintik buta dan penyempitan lapang pandang perifer sehingga
waktu. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor
gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi
apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai
darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim
massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku.
perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak,
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial, volume
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum.
Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan
hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil
serebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior dan
mengkompresi medulla.
V. Klasifikasi
1) Jinak
Acoustic neuroma
Meningioma
Pituitary adenoma
Astrocytoma (grade I)
2) Malignant
Oligodendroglioma
Apendymoma
b. Berdasarkan lokasi
1) Tumor intradural
(a) Ekstramedular
Cleurofibroma
Meningioma
(b) Intramedular
Apendymoma
Astrocytoma
Oligodendroglioma
Hemangioblastoma
2) Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid,
dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa : mudah tersinggung, emosi, labil,
pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas,
mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat
Sakit kepala ini terutama diwaktu bangun tidur, datang berupa serangan secara
tidak teratur, semakin lama semakin sering. Mula-mula sakit bisa diatasi dengan
analgesik biasa tetapi lama kelamaan obat tersebut tidak mampu lagi untuk
menghilangkan sakit kepala. Nyeri kepala ini terjadi akibat tarikan (traksi) pada pain
sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Diperkirakan 1%
penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak adalah
bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya
bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada
keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala
b. Muntah proyektil
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak
disertai dengan mual. Muntah ini biasanya tidak diikuti dengan rasa mual, karena
c. Papiledema
menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang
tampak terputus putus. Ini terjadi akibat penekanan pada vena sentralus retinae.
d. Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks serebri.
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan
lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor
otak bila. Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi
hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat
timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya
N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-
(b). Gejala terlokalisasi (spesifik sesuai dengan daerah otak yang terkena):
(1) Tumor korteks motorik, gerakan seperti kejang-kejang yang terletak pada satu
pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dengan tumor) dan
halusinasi penglihatan.
(3) Tumor serebelum, pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus
(4) Tumor lobus frontal, gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan
tingkah laku, disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang
(5) Tumor sudut serebelopontin, tinnitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf
kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf kelima),
bicara dan gangguan gaya berjalan terutama pada lansia (Brunner & Sudarth,
2003:2170).
VII. Pemeriksaan Fisik
Kepala:
Inspeksi: bentuk kepala, besar kepala
Palpasi: massa pada kepala
Neurologis
Inspeksi : kejang, tinglah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/
kehilangan memori, afek tidak sesuai
Penglihatan
Inspeksi : penurunan ketajaman penglihatan, penurunan lapang pandang
Mata
Inspeksi bentuk, ukuran dan refleks pupil terhadap cahaya
Inspeksi tatapan kedua mata konjugasi atau diskonjugasi
Pendengaran
Inspeksi : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
Cardivaskuler
Bradikardi
Hipertensi
Respirasi
Inspeksi : Takipnea, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi
neuromuskuler ( hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan).
Abdomen:
Inpeksi: distensi abdomen
Auskultasi: bising usus
Palpasi: nyeri tekan pada perut
(a) CT Scan: memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas
tumor dan meluasnya odema cerebral serta memberi informasi tentang sistem
vaskuler.
(b) MRI: membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otakdan daerah
Scan.
(c) Biopsi Stereotaktik: dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk
(d) Angiografi: memberi gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor.
(e) Elektro ensefalografi: mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang
IX. Diagnosis
Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah dengan
dengan system ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak misalnya sirrkulus
willisi dan hipotalamus. Selain itu juga diperlukan periksaan radiologist canggih yang
invasive maupun non invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup ct scan dan mri bila
perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor. Pemeriksaan invasive
seperti angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran system pendarahan tumor, dan
hungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisy selain itu dapat mengetahui
hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus duramatrisnya yang fital itu. Untuk
menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang
dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala
yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan
di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui
pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan
X. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit SOL ini bisa secara operatif atau konservatif, terapi yang
terbaik adalah tindakan operasi disertai dengan radioterapi dan kemoterapi dan tindakan
palliative diambil pada kasus-kasus yang tak mungkin lagi dilakukan operasi.
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tumor otak meliputi pembedahan, kemoterapi, radiasi atau kombinasi
ketiganya.
1. Managemen umum. Terapi radiasi dan nutrisi yang adekuat
2. Pembedahan. Kraniotomi, Kraniektomi, prosedur transpheniodal, prosedur shunting
pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi stabil pada 24
hari.
d) Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
e) Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
f) Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran balik
lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah.
i) Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya : antikonvulsi,antasida,
Radioterapi
Chemoterapi
Pemilihan terapi ditentukan dengan tipe dan letak dari tumor. Suatu kombinasi
XI. Prognosis
Prognosis penyakit ini tergantung dari jenis, lokasi dan sifatnya, seperti SOL yang
jinak setelah dioperasi (reseksi) dan dilanjutkan dengan radioterapi didapatkan hasilnya
80 persen membaik.
XII. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor
otak ialah:
b. Gangguan kognitif
d. Disfungsi seksual
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a) Pengumpulan Data
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
a.Keluhan Utama
alasan pokok klien masuk RS (Keluhan utama saat MRS). Keluhan utama
yang lain adalah keluhan utama saat dilakukan pengkajian (beberapa saat
atau hari setelah klien MRS). Keluhan ini biasanya berhubungan dengan
mengatasi serangan. Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, dan
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama penyakit yang
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.
e.Pengkajian psikososiospiritual
a. Aktivitas/istirahat
mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan
latihan.
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
Gejala: faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda: cemas,
d. Eliminasi
e. Makanan/cairan
Gejala: mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan selera. Tanda:
disfagia)
f. Neurosensori
terhadap gerakan.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama.
Tanda: wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat,
h. Pernapasan
obstruksi.
i. Hormonal
j. Sistem Motorik
k. Keamanan
l. Seksualitas
Gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat
kepuasan).
m. Interaksi social
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda
a.B1 (Breathing)
b.B2 (Blood)
c.B3 (Brain)
pengkajian pada sistem lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala,
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah
asuhan.
a) Status Mental
b) Fungsi Intelektual
begitu nyata.
c) Lobus Frontal
Saraf I
Saraf II
multiformis.
Saraf V
trigeminus, tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema
unilateral.
Saraf VII
Saraf VIII
Saraf XI
Saraf XII
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra
pengecapan normal.
Gerakan involunter : pada lesi tertentu yang memberikan tekanan pada area
d.B4 (Bladder)
e.B5 (Bowel)
pada fase akut karena akibat rangsangan pusat muntah pada medulla
neurologis luas.
f.B6 (Bone)
dan mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
II. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Pre-Op
1) PK Peningkatan TIK
2) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler,
kerusakan kognitif
3) Nyeri Akut berhubungan dengan adanya agen injury biologi akibat tumor ditandai
dengan klien mengeluh nyeri kepala dan tampak meringis kesakitan
4) Nausea berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan
klien mengeluh mual muntah, terjadi penurunan nafsu makan, terjadi peningkatan
saliva, klien tidak dapat menghabiskan makanan sesuai porsi yang disediakan.
5) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular ditandai
dengan keterbatasan kemampuan dalam melakukan gerak, penurunan kemampuan
dalam melakukan ROM, pergerakan yang tidak terkoordinasi.
6) Kebingungan Akut berhubungan dengan defisit neurologik akibat tumor dtitandai
dengan klien tampak mengalami disorientasi, penurunan perhatian, dan sering
lupa
7) Risiko Jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan akibat adanya tumor
8) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan tumor otak ditandai dengan
kesulitan untuk mengucapkan melalui verbal (seperti afasia, isfasia, apraksia),
kesulitan dalam mempertahankan pola komunikasi biasanya, tidak bisa/ksulitan
berbicara, ketidakmampuan menggunakan ekspresi wajah.
Post-Op
1) Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan adanya
ketidakstabilan regulasi cairan otak pasca operasi tumor otak
2) Nyeri Akut berhubungan dengan adanya agen injury fisik akibat operasi ditandai
dengan klien mengeluh nyeri kepala dan tampak meringis kesakitan
3) Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka bekas operasi sebagai port de
entry kuman
III. Rencana Keperawatan
5. Untuk
6. Bantu pasien dalam melakukan ADL memantau perkembangan kulit
agar mencegah terjadinya
infeksi dan dekubitus pada
pasien.
7. Monitor adanya konstipasi
6. Pasien yang
mengalami imobilisasi/bed rest
tidak dapat melakukan ADL,
maka perawat harus membantu
klien.
7. Bed rest
8. Monitor fungsi sistem perkemihan menyebabkan penurunan
kemampuan motilitas usus
sehingga dapat menyebabkan
konstipasi, sehingga perlu
dipantau agar dapat
9. Monitor status pernafasan menentukan intervensi
selanjutnya yang tepat.
8. Bed rest
menyebabkan penurunan fungsi
sistem perkemihan, sehingga
perlu dipantau agar dapat
menentukan intervensi
Exercise promotion
selanjutnya yang tepat.
1. Kaji kekuatan otot pasien
9. Bed rest
menyebabkan penurunan fungsi
sistem pernapasan seperti
penurunan kerja silia, sehingga
2. Jelaskan pada pasien dan perlu dipantau agar dapat
keluarga tentang pentingnya menentukan intervensi
latihan rentang gerak pasif atau selanjutnya yang tepat.
aktif pada bagian tubuh yang
tidak fraktur jika 1. Meng
memungkinkan etahui perkembangan kekuatan
3. Bersama pasien lakukan otot klien sehingga
latihan rentang gerak pasif dan memudahkan untuk melakukan
aktif intervensi selanjutnya.
5.
Untuk memandirikan keluarga
sehingga dapat membantu
pemenuhan kebutuhan diri
klien
6.
Agar kebutuhan perawatan diri
klien selalu terpenuhi.
6. Kebingungan Akut Setelah diberikan asuhan Memory Training
berhubungan dengan keperawatan selama ... x 24 jam 1.Kaji kemampuan kognisi klien dan 1. Mengetahui kemampuan kognisi
defisit neurologik diharapkan kondisi kognitif gangguan yang dialami klien dapat membantu dalam
akibat tumor dtitandai klien kembali normal, dengan menentukan kriteria hasil dan
dengan klien tampak kriteria hasil: intervensi yang tepat
mengalami Acute Confusion Level: 2.Minta klien untuk menceritakan 2. Membantu membuka memori
disorientasi, - Tidak ada disorientasi waktu beberapa hal menarik dalam hidupnya klien terhadap masa lalu
penurunan perhatian, (skala 5 = none) 3.Sediakan kesempatan untuk klien 3. Membantu klien untuk
dan sering lupa - Tidak ada disorientasi berorientasi dengan sekitarnya berkonsentrasi dalam mengenali
tempat (skala 5 = none) linkungan
- Tidak ada disorientasi orang 4.Pantau adanya perubahan perilaku 4. Perubahan perilaku kien dapat
(skala 5 = none) klien selama perawatan mengindikasikan adanya
- Tidak ada gangguan kognisi gangguan pada kognisi klien
(skala 5 = none)
- Tidak ada kesulitan dalam
berkonsentrasi (skala 5 =
none)
- Tidak ada kesulitan dalam
mengingat kejadian (5 =
none)
7. Risiko Jatuh Setelah diberikan asuhan Fall Prevention: Fall Prevention:
berhubungan dengan keperawatan selama .. x 24 jam 1. Identifkasi kemampuang klien dalam 1. Semakin rendahnya
gangguan diharapkan klien tidak jatuh, berjalan dan beraktivitas kemampuan klien dalam
keseimbangan akibat dengan kriteria hasil: beraktivitas dapat meningkatkan
adanya tumor Fall Prevention Behavior: risiko jatuh.
2. Sediakan alat-alat bantu keamanan
- Klien mampu memanfaatkan 2. Membantu memandirikan klien
klien seperti kaca mata, lampu
alat bantu penglihatan untuk dapat mencegah dirinya
penerangan, atau tongkat.
dengan baik (5 = Consistenly jatuh.
3. Ajarkan klien untuk memanfaatkan
demonstrated) 3. Membantu klien untuk lebih
benda-benda di sekitarnya dalam
- Klien mampu memanfaatkan kreatif dalam mencegah jatuh
membantu klien berjalan atau
alat penerangan saat saat kondisi klien tidak stabil.
beraktivitas.
beraktivitas (5 = Consistenly 4. Anjurkan klien untuk segera minta
demonstrated) bantuan saat kondisinya tidak 4. Mencegah terjadinya jatuh atau
- Klien mampu menggunakan seimbang cedera pada klien.
benda-benda di sekitarnya
sebagai alat bantu saat
beraktivitas (5 = Consistenly
demonstrated)
8 Kerusakan Setelah diberikan asuhan Communication Enhancement: Speech
komunikasi verbal keperawatan selama ... x 24 jam Deficit
berhubungan dengan diarapkan klien mampu 1. Berikan sebuah pentunjuk yang 1. Untuk membantu melakukan
tumor otak ditandai melakukan komunikasi dengan mudah sekali waktu komunikasi dan penyampaian
dengan kesulitan kriteria hasil: pesan
untuk mengucapkan Communication 2. Gunakan bahasa tangan jika 2. Untuk membantu melakukan
melalui verbal - Klien mampu menggunakan diperlukan komunikasi dan penyampaian
(seperti afasia, bahasa non-verbal (5 = not pesan melalui bahasa non verbal
isfasia, apraksia), compremised) 3. Anjurkan pasien untuk mengulang 3. Untuk memastikan penyampaian
kesulitan dalam - Klien mampu menggunakan kata pesan dengan tepat
bahasa tulisan (5 = not 4. Lakukan komunikasi satu arah 4. Membantu komunikasi agar
mempertahankan pola
komunikasi biasanya, compremised) dapat berlangsung dengan baik.
5. Berikan penghargaan positif atas 5. Penghargaan perlu diberikan
tidak bisa/ksulitan - Mampu menginterpretasikan
pencapaian klien untuk memotivasi klien dan
berbicara, dengan akurat pesan yang
diterima (5 = not menciptakan kepuasan pada
ketidakmampuan
compremised) klien.
menggunakan
- Mampu bertukar pesan
ekspresi wajah.
secara akurat dengan orang
lain (5 = not compremised)
Post –Op
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Risiko Setelah diberikan asuhan Cerebral Perfusion Promotion Cerebral Perfusion Promotion
Ketidakefektifan keperawatan selama ... x 24 jam 1. Pantau tingkat kerusakan perfusi 1. Kegagalan perfusi jaringan
Perfusi Jaringan diharapkan perfusi jaringan jaringan cerebral, seperti status serebral dapat mempengaruhi
Serebral berhubungan serebral pasien dapat efektif, neurologi dan adanya penurunan status neurologi dan tingkat
dengan adanya dengan kriteria hasil: kesadaran. kesadaran pasien.
ketidakstabilan Tissue Perfusion: Cerebral 2. Konsultasikan dengan dokter untuk 2. Posisi yang tepat dapat
regulasi cairan otak - Tidak terjadi peningkatan menentukan posisi kepala yang tepat membantu mengoptimalkan
pasca operasi tumor tekanan intrakranial (skala 3 (0 derajat atau posisi flat) dan aliran darah ke otak dan
otak = moderate deviation from monitor respon pasien terhadap mencegah menyebarnya
normal range) posisi tersebut. perdarahan di daerah otak ke
- Tekanan darah sistolik daerah yang lainnya.
normal (110-120 mmHg) 3. Monitor status respirasi (pola, ritme, 3. Status respirasi dapat menjadi
(skala 3 = moderate dan kedalaman respirasi; PO2, PCO2, indikator keadekuatan perfusi
deviation from normal PH, dan level bikarbonat). oksigen ke otak.
range) 4. Monitor nilai lab untuk perubahan 4. Oksigenasi yang tidak adekuat
- Tekanan darah diastolik dalam oksigenasi. dapat menurunkan perfusi
normal (70-80 mmHg) (skala oksigen ke otak.
3 = moderate deviation from 5. Kolaborasi pemberian
5. Neuroprotektor bertujuan untuk
normal range) neuroprotektor sesuai indikasi meningkatkan aliran darah dan
- Hasil pemeriksaan AGD konsumsi oksigen di otak pada
dalam rentang normal (PO2 = gangguan serebrovaskular.
80-100 mmHg, PCO2 = 35- Intracranial Pressure (ICP)
Intracranial Pressure (ICP)
45 mmHg, PH = 7.35-7.45, Monitoring Monitoring
dan level bikarbonat = 22-26 1. Pantau tekanan perfusi
1. Peningkatan tekanan intrakranial
mmHg) (skala 3 = moderate serebral/pantau tekanan intrakranial. dapat mengakibatkan
deviation from normal perburukan kondisi pasien
range) 2. Peningkatan suhu tubuh dapat
2. Pantau suhu tubuh pasien. menjadi salah satu indikator
terdapatnya infeksi dan
merupakan salah satu risiko
terjadinya kejang.
3. Diuretik dapat digunakan untuk
3. Kolaborasi pemberian diuretik dan
mengurangi edema cerebral dan
antiperdarahan.
menurunkan tekanan
intrakranial di dalam otak. Obat
antiperdarahan dapat membatu
mengatasi perdarahan pada otak
pasca operasi.
4. Pemberian Eksternal Ventrikuler
4. Kolaborasi pemberian EVD urgent
Drainage dapat membantu
(Eksternal Ventrikuler Drainage).
mengalirkan cairan
serebrospinal ke ruang lain dan
untuk menurunkan tekanan
intrakranial.
Anonym, 2000, Investigating Of The Space Occupying Lession And It’s Effect, (online),
Carpenito L.J. dan Moyet, 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan , Edisi 10, EGC,
Jakarta.
Price A. Sylvia, 2000, Patofisiologi, Konsep Klinik Proses Penyakit, Edisi 4, EGC,
Jakarta.
Smeltzer & Bare, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC). Missouri : Mosby
Smith, Kelly. 2012. Nanda Diagnosa Keperawatan 2012-2014. Yogyakarta: Digna Pustaka.